• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1. Kerangka Pikir

3.2.1. Pendekatan Metoda Integrasi

Berdasarkan kerangka pikir sebagai dasar pendekatan kajian kelayakan, maka metodologi yang digunakan adalah bauran antara metode ilmiah menurut konsep teoritis akademis, metode kebijakan publik menurut peraturan perundang-undang yang berlaku serta metode praktis berdasarkan pengalaman konsultan maupun stakeholder.

1. Konsep Reklamasi

Permasalahan yang dihadapi kota-kota besar yang berada di pinggir pantai adalah penyediaan lahan secara fisik dan yuridis dengan mempertimbangkan: (a) di luar kawasan lindung (b) bebas dari penguasaan masyarakat serta (c) berpotensi untuk pembangunan kawasan permukiman, industri dan perdagangan serta infrastruktur pendukungnya. Menurut

Laporan Akhir

Pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Kawasan Strategis Tanjung Api-Api/ Tanjung Carat III - 5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 40 Tahun 2007 reklamasi pantai adalah kegiatan di tepi pantai yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan, atau drainase. Hasil dari reklamasi adalah kawasan reklamasi pantai yaitu kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru.

Dengan mengacu pada konsep tersebut, penyediaan lahan di Kawasan Tanjung Carat dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang sudah ada, yaitu muara pantai berlumpur yang memenuhi pertimbangan di atas sehingga dibentuk menjadi areal yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi yang diperuntukkan kawasan industri dan pelabuhan. Mengingat tipologi kawasan Tanjung Carat yang merupakan daerah pasang surut dengan sedimentasi yang cukup tinggi serta kondisi lahan kurang stabil, yang dalam perkembangan dipengaruhi oleh badan air laut maka teknik reklamasi dilakukan secara terintegrasi antara kelayakan teknis, finansial dan lingkungan pembangunan Kawasan Tanjung Carat

2. Kelayakan teknis reklamasi

Dalam kelayakan teknik reklamasi terdapat empat alternatif sistem yang dapat digunakan, yaitu sistem timbunan, polder, gabungan timbunan dan polder serta sistem drainase. Dalam sistem timbunan, reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut tinggi (high water level). Dalam sistem polder, reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi. Dalam sistem kombinasi antara polder dan timbunan, reklamasi ini, setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar. Dalam sistem drainase, reklamasi dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut..

Sistem timbunan cocok dilakukan pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang sangat tinggi dan metode ini yang paling popular di Indonesia. Sistem polder dilakukan pada lokasi dengan kondisi drainase yang baik. Reklamasi sistem polder kurang cocok untuk daerah yang mempunyai curah hujan yang sangat tinggi . Penggunaan teknik reklamasi yang dipilih untuk Kawasan Tanjung Carat akan ditentukan oleh berbagai kondisi setempat, terutama faktor topohidrogeloginya.

Laporan Akhir

Pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Kawasan Strategis Tanjung Api-Api/ Tanjung Carat III - 6 Reklamasi pantai merupakan merubah subsistem dari sistem pantai. Perubahan pantai dan dampak akibat adanya reklamasi tidak hanya bersifat lokal, tetapi meluas. Reklamasi Kawasan Tanjung Carat memiliki dampak positif maupun negatif bagi masyarakat dan ekosistem pesisir dan laut. Dampak ini pun mempunyai sifat jangka pendek dan jangka panjang yang dipengaruhi oleh kondisi ekosistem dan masyarakat di sekitar Dampak positif kegiatan reklamasi antara lain peningkatan kualitas dan nilai ekonomi kawasan pesisir, menggunakan ruang lahan yang bebas dari kawasan lindung dan penguasaan masyarakat dan adanya kegiatan yang dapat menyerap tenaga kerja. Reklamasi Kawasan Tanjung Carat banyak memberikan keuntungan dalam mengembangkan wilayah., menciptakan alternatif kegiatan pelabuhan utama dan kawasan industri baru untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus yang memiliki daya saing tinggi sekaligus pengembagan kawasan wisata bahari..

Namun reklamasi Kawasan Tanjung Carat merupakan bentuk kegiatan campur tangan manusia terhadap alam dan berpotensi menimbulkan dampak fisik. pada lingkungan seperti perubahan hidro-oseanografi, sedimentasi, peningkatan kekeruhan, pencemaran laut, perubahan rejin air tanah, peningkatan potensi banjir dan penggenangan di wilayah pesisir. Kondisi ini dapat terjadi karena sistem hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah di luar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan akan terjadi genangan atau banjir atau rob. Dampak biologis berupa terganggunya ekosistem mangrove, , estuaria dan penurunan keaneka ragaman hayati. Keanekaragaman biota laut juga akan berkurang, baik flora maupun fauna, karena timbunan tanah urugan mempengaruhi ekosistem yang sudah ada. Dari aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah nelayan sehingga adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada penurunan pendapatan. Sementara itu, untuk reklamasi memerlukan material urugan dengan volume yang sangat besar yang sebagian besar tidak dapat diperoleh dari sekitarnya, sehingga harus didatangkan dari wilayah lain yang memerlukan jasa angkutan. Pengangkutan ini berakibat pada padatnya lalu lintas perairan, meningkatnya debu, bising yang berpotensi penirinan kualitas udara dan akan mengganggu kesehatan masyarakat. Kondisi inilah yang akan diidentifikasi pada kajian ini guna ditelaah lebih lanjut dalam kajian lingkungan yang lebih mendalam.

Dalam mengkaji kelayakan lingkungan dapat didekati dengan menggunakan konsep “with or without” dan konsep “before and after”. Untuk reklamasi Kawasan Tanjung Carat, telah dilandasi dengan berbagai kebijakan nasional dan daerah, maka pendekatan lebih diarahkan kepada konsep “with” dengan pertimbangan “before and after”. Artinya dengan memahami data base lingkungan saat kini dan hubungan fungsional antara kegiatan dalam reklamasi dengan kemungkinan dampak yang terjadi pada komponen

Laporan Akhir

Pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Kawasan Strategis Tanjung Api-Api/ Tanjung Carat III - 7 lingkungan fisik, biologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat, maka dapat diperkirakan jenis dampak, lokasi, besaran, sifat dampak sera tingkat urgensi untuk ditelaah lebih rinci dalam dokumen AMDAL yang merupakan satu paket dengan Master Plan. Kawasan Industri dan Pelabuhan Kawasan Tanjung Carat.

4. Kelayakan Finansial

Kegiatan reklamasi yang besar, lebih 500 hektar membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Keseluruhan biaya tersebut tergantung pada komponen kegiatan serta harga satuan biayanya. Reklamasi Kawasan Tanjung Carat dilaksanakan dalam rangka peruntukkan Kawasan Industri dan Pelabuhan Utama guna mendukung KEK wilayah Sumatera Bagian Selatan. Secara umum terdapat dua kegiatan pokok. yaitu kegiatan reklamasi dan kegiatan pembangunan kawasan industri dan pelabuhan. Dalam perhitungan kelayakan finansial saat ini, dibatasi pada kegiatan reklamasi yang dirancang dalam blok-blok kawasan siap bangun (Kasiba) yang dilengkapi infrastruktur dasar, yaitu jaringan jalan utama, drainase, kelistrikan, telekomunikasi, limbah dan sanitasi Selanjutnya untuk perhitungan manfaat diasumsikan sisi penerima diperoleh dengan penjualan kavling Kasiba. Berdasarkan komponen pembiayaan dan penerimaan dapat dikaji kelayakan finansial dengan analisa IRR, analisa BCR, analisa NPV serta aspek ekonomi regional seperti IRIO (Inter Regional Input-Output).

5. Kebijakan Publik Untuk Pengambilan Keputusan

Salah satu aspek penting dalam reklamasi Kawasan Tanjung Carat adalah pengambilan keputusan untuk perencanaan ke depan. Walaupun dari kebijakan publik pembangunan kawasan tersebut secara substansi normatif telah ditetapkan dalam dokumen peraturan perundang-undangan tentang reklamasi, pembangunan kawasan industri dan pelabuhan, penataan ruang serta peraturan perundangan terkait, namun diperlukan pengambilan keputusan oleh lembaga perencana yang mendasarkan pada realita dan sosial budaya setempat,

Tindakan untuk pengambilan keputusan dilakukan karena adanya berbagai alternatif pilihan dalam kegiatan reklamasi yang harus diputuskan oleh pengambil keputusan (policy maker), dengan cara memaksimalkan nilai manfaat yang akan diperoleh atas pertimbangan kendala dan resiko yang telah diketahui. Dalam kajian ini proses pengambilan keputusan reklamasi Kawasan Tanjung Carat, didekati dengan rangkaian tahapan, yaitu: (1) mengidentifikasi manfaat dan resiko, (2) menetapkan kriteria dan bobot faktor dan indikator untuk pengambilan keputusan, (3) menganalisis berbagai penilaian faktor dan indikator (4) melakukan satu pilihan dari berbagai alternatif yang tersedia, (5) mengimplementasikan pilihan yang telah ditetapkan termasuk memonitor dan mengevaluasi efektifitas pelaksanaan pengambilan keputusan.

Laporan Akhir

Pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Kawasan Strategis Tanjung Api-Api/ Tanjung Carat III - 8 Indikator manfaat dan resiko reklamasi Kawasan Tanjung Carat menggunakan pendekatan 10 faktor kunci prospek keberhasilan peruntukan lahan reklamasi untuk pengembangan Kawasan Industri dan Pelabuhan Utama yang merupakan model untuk membangun kawasan industri yang di masa depan dapat berkembang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Faktor kunci tersebut adalah: (1) demand analysis, (2) possibility of investment, (3) existing resources, (4) availability of land and space, (5) infrastructure, (6) manpower intensive, (7) security/social condition, (8) environmental aspect, (9) connectivity, dan (10) regulation.

Terdapat berbagai metoda untuk menetapkan kriteria dan bobot indikator untuk pengambilan keputusan, salah satunya adalah menggunakan metoda Trees Expected Value (TEV) yang merupakan modifikasi dari Analysis Hirarky Process (AHP). Metoda ini adalah bersifat kualitatif yang dikuantifikasi dengan menggunakan nilai skor.

Melalui metoda “Dephy” oleh pakar yang tergabung dalam kajian ini dapat ditetapkan kriteria dan pembobotan terhadap 10 faktor kelayakan pengembangan kawasan reklamasi Tanjung Carat. Nilai skore berkisar antara 1 s/d 5, dengan kriteria: Skor 1 = tidak layak, Skor 2 =kurang layak, Skor 3 = layak, Skor 4 = cukup layak dan Skor 5 = sangat layak. Hasil penilaian pada tahap ini merupakan bobot nilai pada level kesatu. Selanjutnya pada masing-masing faktor dilakukan penilaian dengan nilai skor dan kriteria yang sama pada level kesatu. Hasil penilaian pada tahap ni merupakan bobot nilai pada level kedua yang penilaiannya telah memperhitungkan hasil pembobotan pada level kesatu.

6. Lembaga Pengelola Kawasan Tanjung Carat

Kegiatan reklamasi Tanjung Carat adalah diperuntukkan mendukung kawasan industri dan pelabuhan sebagai bagian pengembangan KEK Kawasan Tanjung-Api-Api. Dengan demikian untuk Kawasan Tanjung Carat dapat dipertimbangkan dalam bentuk Badan Pengelola Kawasan Tanjung Carat atau dalam bentuk Kawasan Industri Tanjung Carat (TCID-Tanjung Carat Industrial Development). Kelembagaan ini berfungsi untuk: (a) memberikan kepastian perencanaan investasi untuk kegiatan reklamasi dan pembangunan kawasan industri dan pelabuhan (b) mengintegrasikan berbagai program kegiatan pemerintah pusat dan daerah untuk saling mendukung terhadap prioritas pembangunan kawasan (c) menyiapkan pola pengelolaan kawasan yang mempunyai kewenangan dalam mengkoordinasi perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pemanfaatan kawasan (d) menyiapkan bentuk kerjasama pembiayaan yang bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan daerah dengan sektor swasta (KPS) serta (e) melidungi hak-hak masyarakat lokal dalam memperoleh keadilan atas pemanfataan sumberdaya alam setmpat serta nilai tambah pembangunan kawasan.