BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
3. Pendekatan Model Pembelajaran Quantum
a. Pengertian quantum dalam pembelajaran
Quantum istilah dari ilmu fisika yang berarti interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus
yang terkenal dalam fisika adalah quantum, energi masa kali kecepatan
cahaya kuadrat. Tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar,
belajar bertujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi
hubungan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (De Porter, Reardon,
Singer-Nourie, 2001: 8). Dalam proses pembelajaran berupaya seoptimal
mungkin memberdayakan energi siswa untuk meraih prestasi belajar optimal.
Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang
telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe orang dan
segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, seorang
pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan “sugestology”
atau “sugestopedia”. Prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
commit to user
ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti
positif adalah mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik latar di
dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster
untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan sugestology adalah
“percepatan belajar” (accelarated learning). Percepatan belajar didefinisikan
sebagai “Memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya normal dan dibarengi kegembiraan” (DePorter,
Reardon, Singer-Nourie, 2001: 8). Dalam proses perolehan informasi,
quantum learning memberikan perhatian pada hubungan antara penggunaan
bahasa dengan perilaku-perilaku guru. Penggunaan bahasa yang positif akan
mendorong tindakan-tindakan yang positif, sehingga akan merangsang fungsi
kerja otak yang efektif.
b. Pendekatan quantum dalam pembelajaran
Pendekatan quantum merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
dengan adanya penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam
dan di sekitar situasi belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur
belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Interaksi-
interaksi antar masing-masing komponen pendidikan akan mengubah
commit to user
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya (DePorter, Reardon,
Singer-Nourie 2001: 5).
Pendekatan quantum dalam pembelajaran mendasarkan pada
pengkondisian kognisi dalam konteks dunia nyata. Menurut Sri Anitah, W
dan Noerhadi, Th (2003;8) pengkondisian dalam konteks dunia nyata
diartikan bahwa; 1) tugas tidak terpisah-pisah, namun merupakan bagian dari
konteks yang lebih luas. Guru berperan menciptakan lingkungan yang
menunjukkan konteks yang lebih luas yang relevan dengan masalah yang
dihadapi, 2) keriilan konteks lebih banyak mengacu pada tugas-tugas siswa
berdasarkan informasi dan lingkungan sekitar, 3) konteks lingkungan sangat
penting. Konsep esensial dalam paradigma ini adalah bahwa informasi tidak
dapat diingat secara independen atau keseluruhan yang abstrak, namun
informasi melekat pada konteks lingkungan. Secara kualitatif lingkungan
sekolah berbeda dengan lingkungan dunia nyata. Pengembangan lingkungan
belajar yang mampu merangsang dan meningkatkan partisipasi aktif siswa
dalam pembentukan pengertian dan konsep, menjadi kebutuhan yang sangat
penting.
Pendekatan quantum pada hakekatnya pendekatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan secara luas dan menyenangkan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa berperan aktif dalam
pembelajaran harus diciptakan suasana yang menggairahkan dengan
commit to user
dapat menumbuhkan/meningkatkan daya kreatif. Menurut Hadi Kusumanto
(1984;8) prinsip-prinsip penerapan belajar aktif sebagai berikut:
1) Prinsip motivasi, dalam belajar perlu diperhatikan motif-motif yang
mendorong siswa dalam pembelajaran dan selanjutnya ditumbuh
kembangkan.
2) Prinsip latar, dengan mempelajari sesuatu yang baru siswa telah
mengetahui hal-hal lain baik secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan.
3) Prinsip pemusatan perhatian, dengan menggunakan pola tertentu yakni
mengkaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam satu pelajaran.
4) Prinsip keterpaduan dengan mengkaitkan suatu bahan pelajaran dengan
bahan pelajaran lain baik dalam satu pelajaran maupun mata pelajaran
lain.
5) Prinsip pemecahan masalah, dalam pembelajaran perlu dikemukakan
situasi yang bermasalah agar siswa terbiasa menghadapi situasi yang
memerlukan pemecahan masalah.
6) Prinsip penemuan, pada hakekatnya siswa berpotensi untuk mencari,
menemukan, mengembangkan fakta dan menginformasikan.
7) Prinsip belajar sambil bekerja, pengalaman dari hasil bekerja tidak mudah
dilupakan akan diperoleh rasa percaya diri dan kepuasan diri.
8) Prinsip belajar sambil bermain, dalam pembelajaran perlu diciptakan
commit to user
9) Prinsip perbedaan individual, siswa memiliki perbedaan dalam hal tingkat
kecerdasan, kegemaran, latar belakang keluarga, sifat maupun kebiasaan.
10)Prinsip hubungan sosial, dalam pembelajaran berkelompok siswa akan
menyadari kelebihan dan kekurangannya sehingga tercipta suasana
kerjasama yang menyenangkan.
c. Faktor-faktor yang mendukung penerapan model pembelajaran quantum
Model pembelajaran quantum melihat kesuksesan siswa didasarkan pada
unsur-unsur yang tersusun dengan baik dengan sudut pandang yang berbeda,
antara lain suasana lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan
fasilitas (De Potter, Reardon, Singer-Nourie,2005: 8). Menurut Brooks &
Brooks dalam Sri Anitah dan Noeerhadi, Th ( 2003:6) untuk mendukung
pembelajaran yang berusaha melihat permasalahan dari sudut pandang yang
berbeda adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
nyaman dan kolaboratif. Guru harus menjadi kontruktivis di dalam suatu
proses pembelajaran, menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung siswa
membentuk makna, mengapresiasikan ketentuan dan prinsip-prinsip belajar
bertanggung jawab.
Menurut De Potter, Reardon, singer-Nourie (2005 :9) ada beberapa
faktor yang mendukung penerapan model quantum, antara lain : 1)
lingkungan, terdiri dari lingkungan yang aman, mendukung, santai,
penjelajahan dan menggembirakan, 2) fisik, terdiri dari gerakan, terobosan,
commit to user
yang terdiri dari suasana yang nyaman, cukup penerangan, enak dipandang,
ada musiknya, 4) nilai-nilai dan keyakinan yang terdiri dari : a) sumber-
sumber, pengetahuan, pengalaman, hubungan, inspirasi, b) belajar untuk
mempelajari ketrampilan seperti menghafal membaca, menulis, mencatat,
kreatifitas, cara belajar, komunikasi, hubungan, c) metode yang digunakan
misalnya mencontoh, permainan, simulasi, simbol.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa faktor yang mendukung
penerapan model quantum learning dalam pembelajaran antara lain
lingkungan yang positif, suasana yang nyaman dengan musik latar dan
keyakinan siswa dalam belajar.
Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk
mengajukan pertanyaan atau pemberian jawaban dalam pembahasan materi
pelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak langsung
menyalahkan jawaban siswa melainkan harus menelusuri mengapa siswa
menjawab demikian.
Untuk siswa yang menjawab salah, guru dapat mengajukan pertanyaan lain
yang mampu mengarahkan siswa agar dapat memberikan jawaban benar,
bertitik tolak dari kesalahan jawaban yang disampaikan sebelumnya. Sikap
guru kepada siswa yang menjawab benar, guru berusaha mengetahui
memahami alur berpikir siswa tersebut untuk mengembangkan kemampuan
commit to user
sekilas tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna,
cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional, namun
semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang
efektif. Model pembelajaran quantum mencakup aspek-aspek penting dalam
program neurolinguistik (NLP), yaitu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan
prilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara
siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui
penggunaan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan
positif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang positif. Semua ini
dapat pula menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap orang ( De Porter &
Hernacki, 2001 : 14 ).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
quantum adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang memberikan
sugesti positif pada siswa untuk belajar, mendorong siswa untuk belajar
yang mengesankan dan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa
dan prilaku yang positif dalam merangsang fungsi kerja pemikiran-
pemikiran siswa.
d. Model pembelajaran quantum dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
Menurut Hoy, Bayne-Jardine & Wood (2000:3) bahwa tinggi
rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari sistem yang
commit to user
terlibat dalam proses pembelajaran dan cara bekerja sama antar komponen
pembelajaran. Sejalan dengan itu, Ashcroft dalam Soetarno (2003:17)
menyatakan bahwa kualitas pembelajaran merupakan sebuah istilah yang
mengandung nilai terkait dengan tujuan, proses dan standar pendidikan.
Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang baik secara moral,
epistimologis, maupun edukatif memiliki tujuan, proses dan capaian dengan
standar tinggi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
DePorter, Reardon, Singer-Nourie ( 2001:327-336) pendekatan
quantum dalam pembelajaran memiliki prinsip dasar sebagai berikut :
1). Setiap orang adalah guru dan sekaligus siswa sehingga sang trainer
lebih bersifat sebagai fasilitator.
2). Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang
tidak terlalu formal, sehingga siswa merasa santai.
3). Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang
unik sesuai dengan jiwa masing-masing.
4) Modul pelajaran tidak rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk
sederhana menuju ke kasus nyata.
5) Kunci menuju kesuksesan model pembelajaran quantum adalah latar
belakang (background) musik, yang memberikan pengaruh positif
commit to user
6) Metode peran, siswa aktif dalam membahas materi sesuai dengan
pengalamannya.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dengan
mendasarkan pada prinsip dasar pendekatan quantum tersebut dilakukan
secara inovatif, adaptif, dan kreatif. Sejalan dengan itu, menurut Soetarno
(2003;19) perlu melakukan kegiatan-kegiatan untuk melakukan inovasi,
mengadaptasi, memodifikasi ataupun mengujicobakan metode, media dan
teknik-teknik evaluasi yang cocok, dan penyediaan fasilitas belajar yang
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini perlu melibatkan
seluruh komponen pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas menuntut keefektifan dan
efisiensi dalam penyelenggaraannya. Belajar akan efektif jika dilakukan
dalam suasana menyenangkan Peter Kline dalam Dryden & Vos
(2000;22). Selain itu juga perlu diciptakan suasana dan sistem (kondisi)
belajar yang kondusif, meskipun masih ada faktor lain yang akan
menentukan hasil belajarnya siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah faktor kemampuan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran.
Oleh sebab itu mengajar yang diartikan sebagai suatu usaha menciptakan
sistem lingkungan, harus memungkinkan terjadi proses pembelajaran yang
fun dan enjoy, namun perlu diketahui pula bahwa sistem lingkungan inipun
dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling berinteraksi. Komponen
commit to user
disampaikan, guru, siswa, jenis kegiatan yang dikembangkan, metode,
serta media pembelajaran yang dipilih.
Sejalan dengan itu, Reiser & Dick dalam Soetarno (2003;28)
menyatakan bahwa pengertian pembelajaran efektif adalah pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan tertentu dengan proses yang menyenangkan. Siswa
merupakan fokus utama kegiatan pembelajaran. Menurut Joyce, Weil &
Calhoun (2000;6-7) menegaskan bahwa hasil jangka panjang terpenting
dari sebuah pembelajaran adalah diperolehnya peningkatan kemampuan
belajar secara lebih mudah dan lebih efektif di masa depan sebagai akibat
telah dikuasainya dengan baik pengetahuan dan keterampilan dari proes
pembelajaran yang diikuti. Menurut Soetarno (2003:28) guru yang berhasil
adalah guru yang mampu membawa siswa dapat mendidik diri mereka
sendiri, mampu memberdayakan siswa secara efektif, mampu mendorong
siswa menggunakan sumber-sumber belajar efektif, sehingga siswa mampu
menggunakan seluruh hasil belajar tersebut secara produktif.
Menurut Brown (1994;7) pembelajaran adalah proses membimbing
dan memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara optimal.
Tugas guru dalam pendekatan quantum adalah membantu siswa agar
mampu mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman dari hasil belajar
commit to user
media yang dapat digunakan untuk membantu mengembangkan potensi
siswa dalam mengkonstruksi pengalaman dan pengetahuan. Menurut
Driver dan Oldam dalam Paul Suparno (2002;69) mengemukakan bahwa
pembelajaran konstruktivis dapat dilakukan dengan kondisi sebagai
berikut; 1) siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan
observasi terhadap topik yang telah dipelajari; 2) siswa dibantu untuk
mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat
poster dan media jenis lainnya. Siswa diberi kesempatan untuk
mendiskusikan hasil observasinya dalam wujud tulisan, gambar, poster
maupun karikatur; 3) membantu siswa membangun ide yang baru; 4)
membantu menggunakan ide siswa dalam berbagai situasi dan kondisi, dan
5) mereview ide yang telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Agar penerapan pendekatan quantum dalam pembelajaran mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran, DePoter, Reardon, Singer-Nourie
(2001;335) menyatakan bahwa para siswa quantum belajar menyenangkan
dengan mengikuti petunjuk sebagai berikut :
1) Sebelum membaca, lihat materi bacaan secara sekilas pada malam
sebelumnya, dan lihat kembali catatan sebelum memulai pelajaran di
sekolah.
2) Manfaatkanlah setiap waktu, jadikanlah semua objek menarik dan
commit to user
3) Belajarlah di tempat dan waktu yang teratur. Atur posisi yang baik dan
gunakan pencahayaan yang tepat.
4) Gunakan musik untuk mengendorkan pikiran.
5) Setiap setengah jam lakukanlah istirahat selama lima menit.
6) Umpan balik adalah informasi yang diperlukan untuk mendapatkan
keberhasilan dan memberikan arah.
Dari beberapa uraian diatas dapat dirumuskan bahwa pendekatan quantum
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran IPS
Geografi yang bersifat partisipatif yang didukung dengan lingkungan belajar
yang aman dan nyaman, penerangan yang cukup, tersedianya sumber
belajar, menyenangkan dan ada musiknya.
e. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran quantum
Seperti halnya model-model pembelajaran yang lain, model
pembelajaran quantum inipun memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran ini adalah :
1). Model pembelajaran quantum dapat mengubah proses belajar
menjadi sesuatu yang menyenangkan, sederhana dan efektif.
2) Model pembelajaran quantum diajarkan ketrampilan hidup seperti
berkomunikasi secara efektif, menjalin hubungan dengan orang lain,
berlatih mendengarkan/ menghargai pendapat orang lain dan belajar
commit to user
3) Model pembelajaran quantum merupakan model yang mudah untuk
dipraktekkan, efektif dan menyenangkan sehingga seseorang dirangsang
semangatnya untuk berusaha keras menguasai materi yang dipelajari.
4). Model pembelajaran quantum mengajarkan tiga hal sekaligus yaitu
ketrampilan akademis, prestasi fisik dan ketrampilan hidup.
5). Terjadinya hubungan timbal balik yang menggambarkan kondisi internal
dan eksternal siswa dan guru.
Disamping memiliki kelebihan, model inipun memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain adalah dalam penggunaannya diperlukan
persiapan yang matang bagi seorang guru. Disamping itu juga diperlukan
kemampuan guru yang baik dalam proses pembelajaran, tidak hanya dari
segi penguasaan materi tetapi juga dari kemampuan guru dalam mengelola
kelas sehingga mampu mensugesti siswa sehingga mereka merasa nyaman
dan senang dalam mengikuti proses belajar mengajar.