commit to user
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DENGAN VISUALISASI
KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI
BELAJAR VULKANISME DALAM MATA PELAJARAN IPS
GEOGRAFI PADA SISWA KELAS VII RUANG B
SMP NEGERI 16 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Minat Utama : Pendidikan Geografi
Oleh :
commit to user
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DENGAN VISUALISASI
KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI
BELAJAR VULKANISME DALAM MATA PELAJARAN IPS
GEOGRAFI PADA SISWA KELAS VII RUANG B
SMP NEGERI 16 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun oleh :
Christiana Yuning Ratista S880809004
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr.H.Soegiyanto,SU ……… ………… NIP. 194804041975011001
Pembimbing II Prof. Dr.Sigit Santoso, M.Pd ... ... NIP. 195009301976031004
commit to user
Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Prof.Dr.Sigit Santoso, M.Pd NIP. 195009301976031004
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DENGAN VISUALISASI
KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI
BELAJAR VULKANISME DALAM MATA PELAJARAN IPS
GEOGRAFI PADA SISWA KELAS VII RUANG B
SMP NEGERI 16 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun oleh :
Christiana Yuning Ratista S880809004
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. ……… ……….
Sekretaris : Prof. Dr. Minardi, M.Si. ……… ………
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd ……… ……….
commit to user
Mengetahui
Ketua Program Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd ……… ………. Studi PKLH NIP. 195009301976031004
Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M.Sc,PhD ………. Pascasarjana NIP. 195708201985031004
PERNYATAAN
Nama : Christiana Yuning Ratista NIM : S880809004
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Model Pembelajaran Quantum Dengan Visualisasi Komik Untuk Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Vulkanisme Dalam Mata Pelajaran IPS Geografi Pada Siswa Kelas VII
Ruang B SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 adalah betul-betul
karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 22 Desember 2010 Yang membuat pernyataan,
commit to user
MOTTO
Sebelum orang berkomitmen, ada keraguan
Kesempatan untuk mundur, selalu sia-sia…
Ketika orang benar-benar berkomitmen
Tuhan juga bergerak.
Segala hal terjadi untuk membantu
Hal-hal yang tadinya tidak akan terjadi
Serangkaian peristiwa muncul dari keputusan.
commit to user
PERSEMBAHAN
Untuk putri – putraku,
Clara Talita Kirana
Dan
Titus Bara Kirana
yang telah menjadi guru sabarku,
dan landasan dukungan,
sebagai anak dan orang dewasa.
Mereka adalah “emas” hidupku,
dan
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis
ini dengan judul: Model Pembelajaran Quantum Dengan Visualisasi Komik Untuk
Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Vulkanisme Dalam Mata Pelajaran IPS
Geografi Pada Siswa Kelas VII Ruang B SMP Negeri 16 Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011 guna memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan
gelar Magister Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksanaan penelitian
maupun dalam penyusunan laporan tesis. Untuk itu dengan kerendahan hati saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr.dr.H.Much.Syamsulhadi,Sp.Kj(K), selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti
pendidikan di Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana.
3. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
commit to user
Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing II, yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Program Studi PKLH.
4. Prof. Dr. Heribertus Sugiyanto, S.U. Selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Tim Penguji Tesis Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup Minat Utama Pendidikan Geografi Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret yang telah berkenan menguji, memberikan saran dan bimbingan
untuk penyempurnaan tesis yang penulis susun ini.
6. Drs. M. Amir Khusni, MM. Kepala SMP Negeri 16 Surakarta dan seluruh staf
serta para siswa yang telah mau membantu memberikan informasi yang
mendukung penyelesaian tesis ini.
7. Keluarga tercinta, Suami dan anak-anakku Tita dan Titus yang telah banyak
memberikan perhatian, dukungan dan doanya.
8. Rekan-rekan Pascasarjana UNS Program Studi PKLH Minat Utama Pendidikan
Geografi dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis berharap dan berdoa semoga bantuan yang telah diberikan kepada
penulis dalam bentuk apapun diberkati oleh Tuhan. Semoga penyusunan tesis ini
nantinya berguna bagi perkembangan pendidikan geografi khususnya dan
commit to user
Surakarta, 22 Desember 2010
Penulis
Christiana Yuning Ratista
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……… ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS ……… iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO……… . v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… . vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT………. . xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
commit to user
C.Pembatasan Masalah ... 4
D.Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 8 A.Tinjauan Pustaka ... 8
1. Tinjauan Minat Belajar ... 8
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 10
3. Pendekatan Model Pembelajaran Quantum ... 16
4. Komik Sebagai Media Pembelajaran ... 27
B.Penelitian yang Relevan ... 33
C.Kerangka Berpikir ... 34
D.Hipotesis ... 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 39
1. Waktu Penelitian ... 39
2. Tempat Penelitian ... 44
B.Subyek Penelitian ... 45
C.Sumber Data ... 46
D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 47
1. Teknik Pengumpulan Data ... 47
commit to user
E. Validasi dan Reliabilitas Data ... 48
1. Validitas data………. 48
2. Reliabilitas Instrumen……… 53
F. Analisis Data ... 54
G.Indikator Kerja ... 56
1. Minat belajar siswa……… 56
2. Prestasi belajar siswa………. 56
H.Prosedur Penelitian ... 57
1. Perencanaan……… 58
2. Pelaksanaan……… 59
3. Pengamatan……… 59
4. Analisis dan Refleksi……… 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
A.Deskripsi Sekolah Tempat Penelitian ... 63
1. Tempat dan Lokasi ... 63
2. Sarana dan Prasarana ... 64
B.Dialog Awal Sebelum Penelitian ... 65
C.Deskripsi Kondisi Awal ... 66
D.Deskripsi Siklus I ... 68
1. Perencanaan ... 69
commit to user
3. Pengamatan ... 72
4. Refleksi ... 75
E. Deskripsi Siklus 2 ... 76
1. Rencana Perbaikan ... 76
2. Pelaksanaan ... 77
3. Pengamatan ... 78
4. Refleksi ... 81
F. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus ... 81
G.Hasil Penelitian ... 84
BAB V. PENUTUP ... 88
A.Kesimpulan ... 88
B.Implikasi ... 89
C.Saran-saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
1. Alokasi Waktu Penelitian ... 42
2. Intepretasi reliabilitas ... 54
3. Kreteria intepretasi minat belajar siswa ... 55
4. Skor minat belajar IPS Geogtafi sebelum tindakan ... 66
5. Rekapitulasi nilai prestasi belajar siswa sebelum tindakan ... 68
6. Rekapitulasi Nilai Post Tes Siklus 1 ... 73
7. Hasil Tes Siklus 1………. 74
8. Rekapitulasi nilai pos tes siklus 2 ... 79
9. Hasil pos tes siklus 2 ... 80
10. Tindakan pada siklus 1 dan 2 ... 83
11.Minat dan prestasi belajar Siklus 1 dan 2 ... 83
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
1. Skema kerangka berfikir ... 37
2. Pelaksanaan tindakan pada dua siklus ... 61
3. Prosentase minat siswa……….. 86
4. Grafik minat siswa………. 87
commit to user
ABSTRAK
Christiana Yuning Ratista, S880809004. 2010. Model Pembelajaran Quantum Dengan Visualisasi Komik Untuk Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Vulkanisme Dalam Mata Pelajaran IPS Geografi Pada Siswa Kelas VII Ruang B
SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Tesis. Program Studi
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Minat Utama Pendidikan Geografi, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan model pembelajaran quantum dengan visualisasi komik dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan IPS Geografi tentang vulkanisme. Subyek penelitian adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Surakarta kelas VII ruang B pada tahun ajaran 2010/ 2011 pada semester 1 , dengan jumlah siswa 36 orang siswa yang terdiri dari siswa perempuan 18 orang dan siswa laki-laki 18 orang. Penelitian ini berlangsung selama 2 siklus dengan jumlah tatap muka setiap siklusnya sebanyak 2 kali, setiap kali pertemuan terdiri 2 jam pelajaran dikarenakan pada saat pengambilan data jatuh pada bulan Ramadhan, jumlah jam tatap muka setiap minggunya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Pendidikan IPS bagi siswa kelas VII adalah 2 jam. Data setiap siklus diperoleh melalui: Nilai hasil post test setiap berakhir satu kali tatap muka, Angket minat belajar siswa yang diberikan setiap berakhir siklus, respons siswa terhadap materi kegiatan belajar mengajar, catatan hasil pengamatan guru baik secara individu maupun saat siswa bekerja dalam kelompok. dan catatan lapangan yang peneliti lakukan di setiap kali tatap muka.
Pada siklus 1 kreteria intepretasi skor minat siswa rata-rata 48,79% dengan kategori cukup, Pada siklus 2 kreteria intepretasi skor minat siswa rata-rata 65,54% dengan kategori kuat. Dari nilai post test yang didapat dari pada masing-masing siklus yaitu : siklus satu nilai rata-rata 6,84 yang didapat dari nilai rata-rata pada pertemuan satu 6,64 dan nilai rata-rata pada pertemuan ke dua adalah 7,03.Nilai hasil belajar siklus ke dua rata-rata 7,42 diperoleh dari nilai post tes pertemuan ke satu siklus dua nilai rata-rata 7,11 dan nilai rata-rata pada pertemuan ke dua siklus dua adalah 7,72 terlihat ada kenaikan hasil belajar rata-rata dari siklus satu ke siklus dua yaitu 0,58.
commit to user
Kata kunci: Minat, Prestasi belajar, Model pembelajaran quantum dengan visualisasi komik.
ABSTRACT
Christiana Yuning Ratista, S880809004. The Quantum Learning Model with Comic Visualization to Improve the Learning Interest and the Learning Achievement in Social Science of Geography on Volcanism of the Students in Grade VII, Room B of State Junior Secondary School 16 of Surakarta in the Academic Year of 2010/2011: A Classroom Action Research. Principal Advisor: Prof. Dr.H.Soegiyanto, SU. Co-advisor: Prof. Dr.Sigit Santoso, M.Pd. Thesis: The Core Interest of Geography, The Graduate Program in Population and Environmental Science Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2010.
The objectives of the research are to investigate how far the utilization of the quantum learning model with comic visualization can improve the interest and the learning achievement in Social Science of Geography on Volcanism.
The subjects of the research were the 36 students in Grade VII, Room B of State Junior Secondary School 16 of Surakarta in Semester I in the academic year of 2010/2011. They consisted of 18 males and 18 females. The research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of two meetings; each meeting lasted for 2 hours of learning; the duration of each hour of learning was 30 minutes because the time when the data of the research were gathered was fasting month; and the number of meetings per week under the School-Based Curriculum (KTSP) of Social Science education for the students in Grade VII was 2 hours of learning. The data of each cycle were obtained through the scores of post-test administered for each meeting, questionnaire of students’ learning interest administered for each cycle, students’ responses towards the materials of the teaching and learning activities, teacher’s observation-based notes when the students worked individually or in group, and field notes taken from each meeting.
commit to user
Based on the results of the research, a conclusion is drawn that the application of the classroom action research through the utilization of the quantum learning model with the comic visualization can improve students’ learning interest and the learning achievement in Social Science of Geography on Volcanism. This is shown by the average learning results of the students prior to and following the treatments. Prior to the treatments, their average score is 6.05. Following the treatment in Meeting II of Cycle I their average score becomes 7.03, and following the treatment in Meeting II of Cycle II, their average score improves to 7.72. The average score from the preliminary condition (prior to treatment) to the final condition (following the treatments) improves up to 1.67.
Keywords: Learning interest, learning achievement, and quantum learning model with comic visualization
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah bagian dari proses kehidupan bernegara. Pendidikan yang
baik seharusnya dapat menciptakan generasi yang dapat meneruskan kelangsungan
hidup negara. Proses pendidikan ini mempersiapkan mereka baik dari sisi
pemikiran, moral, pengetahuan maupun keterampilan.
Pendidikan selalu berusaha menjadikan siswa sadar akan belajar mereka
commit to user
baik bukan tumbuh melalui tekanan yang berasal dari luar akan tetapi dari dalam
siswa sendiri. Dengan kesadaran ini siswa akan benar-benar mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk itulah
penumbuhan minat belajar dalam diri siswa menjadi misi tersendiri di samping
mengajarkan pengetahuan pada siswa. Berdasarkan pada teori minat, belajar akan
menjadi hal yang menarik bila merupakan kehendak sendiri siswa, minat ditujukan
pada pengalaman objektif siswa, terutama keinginan siswa sendiri untuk terlibat
dalam pelajaran dan aktivitas belajar siswa. Menjadikan pelajaran IPS Geografi
menjadi sangat menarik dan pada akhirnya menumbuhkan minat dan meningkatkan
prestasi siswa, inilah yang menjadi pusat perhatian peneliti dalam penelitian
tindakan kelas kali ini. Fenomena yang kini semakin marak di kalangan pelajar/
siswa, yaitu adanya kecenderungan membaca media hiburan seperti komik
dan majalah secara berlebihan dibandingkan dengan penggunaan waktu mereka
untuk mengerjakan tugas rumah mereka. Pengamatan pada gejala ini memberikan
gambaran bahwa siswa cenderung untuk memilih bacaan yang ringan, bergambar
dan warna yang menarik, sesuai dengan kekhasan perkembangan jiwa mereka dan
juga dekat dengan keseharian mereka yang penuh warna kehidupan. Gambaran ini
tentu kontras dengan pengajaran buku teks pelajaran yang sarat konsep dan jauh
dari apa yang mereka jumpai dalam kehidupan mereka. Buku teks monoton menjadi
buku yang hanya dibaca menjelang ujian atau ulangan harian saja. Pada akhirnya
commit to user
adanya keuntungan dari belajar IPS Geografi, selain untuk memperoleh nilai yang
baik, sehingga konsep yang mereka dapat menjadi tanpa makna. Hal ini
bertentangan dengan prinsip belajar tuntas dalam tujuan pembelajaran IPS Geografi,
dimana siswa diharapkan mampu membangun konsep geografi dari dalam dirinya
sendiri berdasar teori dan pengalaman belajar siswa serta dapat menguasai
konsep-konsep tersebut dengan baik dan benar.
Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar IPS
Geografi sudah seharusnya diposisikan sebagai pusat perhatian utama. Pola
kegiatan pembelajaran di kelas tidak hanya ditentukan oleh didaktik-metodik apa
yang digunakan, melainkan juga oleh bagaimana peranaan guru memperkaya
pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian
kegiatan pengamatan lingkungan secara aktif. Guru harus memahami kemampuan
siswa tentang suatu konsep nilai yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPS
Geografi.
Di samping itu guru harus memahami konsep dengan jelas selaras dengan konsep
yang direkam dari lingkungan belajarnya. Keadaan ini perlu untuk menghindari
kesalahan pemahaman antara nilai yang diajarkan di sekolah dengan konsep nilai
yang didapat dari lingkungannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
menjadi tantangan besar bagi guru tidak terkecuali guru IPS Geografi.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, guru geografi dapat
meningkatkan kualitas suasana pembelajaran dengan memanfaatkan animasi
commit to user
lucu dan langsung mengena pada apa yang dijumpai siswa, konsep-konsep IPS
Geografi akan menjadi dekat dan pada akhirnya siswa merasa bahwa
konsep-konsep ini diperlukan. Penjabaran konsep-konsep-konsep-konsep IPS Geografi dalam bentuk
komik akan memancing minat belajar mereka tanpa paksaan dan penggabungan
dengan model pembelajaran quantum akan lebih memunculkan rasa bahwa belajar
IPS Geografi merupakan hal yang menarik, sehingga diharapkan belajar menjadi
suatu hal yang menyenangkan.
B. Identifikasi Masalah
Supaya penelitian yang peneliti lakukan bisa lebih terpusat, maka peneliti
perlu melakukan identifikasi masalah. Adapun identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Mengapa minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi di kelas VII
ruang B pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP Negeri 16 Surakarta
rendah.
2. Mengapa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi di kelas VII
ruang B pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP Negeri 16 Surakarta
rendah.
3. Faktor-faktor apa yang menyebabkan minat belajar siswa pada mata pelajaran
IPS Geografi di kelas VII ruang B pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP
commit to user
4. Faktor-faktor apa yang menyebabkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
IPS Geografi di kelas VII ruang B pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP
Negeri 16 Surakarta rendah.
5. Mengapa minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi di kelas VII
ruang B SMP Negeri 16 Surakarta harus ditingkatkan.
6. Mengapa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi di kelas VII
ruang B pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP Negeri 16 Surakarta harus
ditingkatkan.
7. Bagaimanakah caranya agar minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS
Geografi di kelas VII ruang B pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP N
16 Surakarta bisa meningkat.
8. Bagaimanakah caranya agar prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
Geografi di kelas VII ruang B pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP N
16 Surakarta bisa meningkat.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak tersebar kemana-mana sehingga penelitian ini tidak
terfokus, maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah. Langkah awal yang
penulis lakukan dalam pembatasan masalah adalah dengan penulis tidak meneliti
semua variabel yang berkaitan dengan Pendidikan IPS Geografi yang membahas
commit to user
1. Variabel rendahnya minat belajar IPS Geografi tentang vulkanisme di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Surakarta pada semester I tahun pelajaran
2010/2011.
2. Variabel rendahnya prestasi belajar IPS Geografi tentang vulkanisme di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Surakarta pada semester I tahun pelajaran
2010/2011.
3. Variabel penulis belum memanfaatkan model pembelajaran quantum dengan
visualisasi komik dalam pembelajaran IPS Geografi tentang Vulkanisme.
Selain ketiga variabel diatas sebetulnya masih ada beberapa variabel lagi
yang ada, pembahasan tentang variabel yang lainnya kemungkinan akan penulis
lakukan pada penelitian yang selanjutnya setelah penelitian ini selesai. Penulis
membatasi variabel terikat dengan hanya melakukan penelitian pada minat dan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Geografi di kelas VII ruang B
semester 1 tahun ajaran 2010/2011 SMP Negeri 16 Surakarta tentang materi
vulkanisme.
Pembatasan variabel bebas yang peneliti lakukan guna meningkatkan minat
dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Geografi pada SMP Negeri 16
Surakarta tentang vulkanisme, penulis memanfaatkan model pembelajaran quantum
dengan visualisasi komik didalam kegiatan belajar mengajar IPS Geografi pada
semester I tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
Untuk memperoleh kejelasan arah penelitian dan untuk memusatkan
penelitian, maka diperlukan perumusan masalah berdasarkan identifikasi masalah di
atas. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran quantum dengan visualisasi komik, dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan IPS Geografi
tentang vulkanisme bagi siswa kelas VII ruang B SMP Negeri 16 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011 ?
2. Apakah model pembelajaran quantum dengan visualisasi komik, dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan IPS
Geografi tentang vulkanisme bagi siswa kelas VII ruang B SMP Negeri 16
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian ini terdapat dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan minat dan
prestasi belajar IPS Geografi siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Surakarta. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini untuk :
1. Meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan IPS Geografi
tentang vulkanisme bagi siswa kelas VII ruang B SMP Negeri 16 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan IPS
Geografi tentang vulkanisme bagi siswa kelas VII ruang B SMP Negeri 16
commit to user F. Manfaat Penelitian
Atas dasar hasil-hasil penelitian diharapkan bermanfaat baik secara teoritis
dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoris hasil penelitian ini berfungsi sebagai tambahan pengetahuan
baru tentang khasanah pengetahuan tentang minat dan prestasi belajar dengan
memanfaatkan model pembelajaran quantum dengan visualisasi komik
vulkanisme dalam pembelajaran IPS Geografi. Dengan demikian hasil-hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan
khususnya bagi guru, siswa, sekolah dan dinas pendidikan yang bersangkutan.
a. Bagi siswa, melalui penelitian ini siswa dapat memahami bahwa
pemanfaatan model pembelajaran quantum dengan visualisasi komik sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran guna merangsang minat belajar siswa.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS Geografi.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini merupakan gambaran yang dapat digunakan
sebagai dasar pengembangan metode pembelajaran.
commit to user
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang minat belajar
Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek, untuk
merasakan tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1996:30). Menurut Doyles Fryr dalam
Wayan Nurkancana dan Sumantana (1983:229): minat adalah “Gejala psikis
yang berkaitan dengan aktifitas yang menstimulus perasaan senang pada
individu,” Reilly, Robert R and Ernest L Lewis (1983: 545) minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keingintahuan yang besar
terhadap sesuatu.
Depdiknas (2003: 60) menyatakan minat adalah pilihan kesenangan yang
dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang
dapat diukur melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan.
Minat merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh
perhatian pada orang, situasi atau aktivitas tertentu.
Bloom (1973: 380) mengartikan bahwa minat merupakan kondisi rangsang
yang dihubungkan dengan obyek tertentu dan dinyatakan sebagai rasa suka atau
tidak suka terhadap sesuatu.
commit to user
Pengertian minat yang masih menekankan perasaan yang dikemukakan oleh
Fryer yang dikutip oleh Bloom (1973: 123), yang membedakan minat subyektif
dan minat obyektif. Minat subyektif merupakan hasil penilaian perasaan
terhadap pengalaman tertentu yang menyenangkan, sedang minat obyektif
merupakan reaksi positif yang ditimbulkan oleh obyek dan kegiatan dalam
hubungan dengan lingkungan sekitar. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
orang yang berminat terhadap sesuatu memiliki perasaan senang, dan perasaan
tersebut disebabkan adanya penilaian perasaan mengenai
pengalaman-pengalaman hidupnya.
Crow dan Crow (1989: 371) mengartikan “Minat merupakan kekuatan yang
mendorong individu dalam memberikan perhatian terhadap seseorang, sesuatu
atau kegiatan tertentu.” minat merupakan suatu motif yang menunjukkan arah
perhatian individu kepada suatu obyek, kegiatan. Orang yang berminat terhadap
sesuatu pada dirinya timbul dorongan untuk memperhatikan sesuatu. Kedua
pengertian tersebut mengandung dua unsur penting yang tercakup dalam
pengertian minat, yaitu motivasi dan perhatian. Penekanan aspek kognisi dalam
minat secara tegas dikemukakan oleh Whiterington (1983: 235), yang
mengartikan minat sebagai:”Kesadaran seseorang, bahwa suatu situasi
mengandung sangkut paut atau berhubungan dengan dirinya”.
Minat seseorang terhadap sesuatu bukan semata-mata merupakan bawaan
sejak lahir, melainkan lebih banyak sebagai hasil dari akumulasi pengalaman
commit to user
menimbulkan efek yang sesuai dengan harapannya, maka minat orang itu
terhadap kegiatan tersebut dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Crow dan Crow (1989: 307) yang menyatakan bahwa timbulnya minat dapat
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
2. Tinjauan tentang Prestasi belajar IPS Geografi
a. Pengertian Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah tingkat ketercapaian tujuan pendidikan dan atau
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, GBPP atau
dalam perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya ( Boediono,
1994:23). Menurut Winkel (1984: 51) prestasi belajar adalah bukti
keberhasilan yang dicapai. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar yang dapat dibuktikan dengan angka, huruf,
maupun tingkah laku lain dalam periode tertentu. Dengan demikian, apabila
siswa sedang belajar IPS Geografi maka akan diperoleh prestasi dari hasil
belajar IPS Geografi.
Menurut Nasution ( 1982:39) prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai
dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan dan latihan tertentu. Wujud dari
prestasi belajar berupa pengertian, kecakapan-kecakapan serta keterampilan.
Dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
commit to user
evaluasi. Aiken. Lewis R. (1997: 109) menyatakan bahwa tes prestasi
biasanya menilai pengetahuan sesuatu yang telah digunakan secara
eksplisit, sehingga nilai-nilai pada tes cenderung dipengaruhi oleh latihan dari
tes-tes kecerdasan. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi selama
jangka waktu tertentu dari belum mampu kearah sudah mampu. Belajar
merupakan kegiatan yang tidak dapat disaksikan dari luar. Belajar adalah
suatu aktifitas mental/psikis yang belangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan
bebas ( Winkel 1996: 50).
Selain mempertahankan hal di atas, untuk mengajar harus memperhatikan
faktor kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang efektif dalam
kegiatan-kegiatannya, misalnya melakukan eksperimen, diskusi, observasi,
demonstrasi dan sebagainya (Muh. Syafik 2003:203). Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa
dan tingkat pencapaian prestasi pada suatu mata pelajaran.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Dimyati (1999:238) menyatakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dialami dan dihayati siswa
yang berpengaruh terhadap proses belajar adalah: a) sikap siswa terhadap
proses belajar, 2) motivasi belajar, 3) konsentrasi belajar, 4) kemampuan
commit to user
kemampuan menggali hasil belajar yang telah disimpan, 7) kemampuan untuk
berprestasi atau unjuk hasil belajar, 8) rasa percaya diri siswa, intelegensi,
keberhasilan belajar dan kebiasaan belajar. Faktor ekstern yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1) guru sebagai pembimbing
belajar siswa, 2) sarana dan prasarana belajar, 3) kondisi pembelajaran, 4)
kebijaksanaan penilaian. 5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan sosial
siswa. Prestasi belajar setiap peserta didik berbeda-beda, hal ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor indogen dan faktor eksogen, a)
faktor indogen adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor
eksogen dibagi menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor psikologis
(Abu Ahmadi,1982:7). Faktor biologis antara lain kesehatan, kelengkapan
panca indra, kelengkapan anggota badan atau tidak cacat. Faktor psikologis
antara lain intelegensi, minat, bakat dan emosi. Faktor eksogen meliputi faktor
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga dapat digolongkan
menjadi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah yang berasal
dari dalam diri siswa. Faktor intern terdiri dari faktor fisik dan faktor non fisik
(psikis). Faktor fisik meliputi susunan syaraf, kesehatan jasmani dan
kesehatan indra. Adapun faktor psikis meliputi: 10 intelegensi, yang
merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan
commit to user
merupakan kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, suatu hal atau situasi
mempunyai sangkut paut dengan dirinya, 3) sikap, merupakan kesiapan pada
diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu, 4)
bakat, merupakan kemampuan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan
ketrampilan yang relatif umum atau khusus, 5) motivasi, merupakan faktor
dalam merangsang perhatian. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari
luar diri siswa.
Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat
(Singgih D,Gunarso,1983:10). Keluarga sebagai faktor ekstern dalam
pencapaian prestasi belajar maksudnya adalah situasi atau kondisi yang
mendukung dan berpengaruh terhadap baik buruknya prestasi belajar siswa.
Faktor keluarga ini antara lain, keadaan sosial keluarga, jumlah anggota
keluarga, keharmonisan keluarga ( Singgih D. gunarso 1983:11).
Sekolah sebagai faktor ekstern merupakan tempat berlangsungnya aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar mempunyai pengaruh yang besar dalam
kaitan dengan usaha bagi peserta didik untuk mencapai prestasi belajar.
Faktor sekolah yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar terhadap
siswa antara lain; 1) guru, bertanggungjawab dalam menyampaikan materi
pelajaran, sikap dalam mengajar yang dipakai, 2) teman sekelas, merupakan
teman sepergaulan siswa dalam lingkungan sekolah sangat mempengaruhi
pencapaian prestasi belajar, 3) lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang
commit to user
mendapatkan prestasi belajar yang baik seperti yang diinginkan, 4) fasilitas
sekolah, fasilitas sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi
belajar, karena dengan fasilitas yang terbatas maka pengetahuan siswa
terbatas pula. Misalnya buku-buku perpustakaan, alat-alat laboratorium atau
adat istiadat yang berlaku, sikap dan sifat masyarakat, aktivitas organisasi dan
sebagainya ( Singgih D. gunarsa 1982; 11).
c. Cara mengukur prestasi belajar siswa
Cara mengukur prestasi belajar siswa adalah dengan prosedur penilaian
atau tes. Adapun bentuk tes dapat berwujud tes lisan, tes tertulis atau tes
perbuatan. Untuk menentukan hasil belajar benar-benar telah tercapai atau
belum, diperlukan adanya suatu alat untuk mengukurnya yaitu tes atau
penilaian. Tes merupakan prosedur yang sistematis, artinya; a) item-item
dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, b) aturan administrasi dan
pemberian skor atau angka dilakukan dengan jelas dan dispesialisasikan
secara terperinci. Webster dalam Suharsini Arikunto ( 1998: 32) menyatakan
bahwa tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, bakat, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam upaya untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan
maupun keterampilan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) tes
tertulis, merupakan alat penilaian yang menyajikan maupun pengerjaannya
commit to user
pernyataan, 2) tes lisan, merupakan alat penilaian yang penyajiannya maupun
pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atau pernyataan, maupun
tanggapan atas pertanyaan yang diajukan, 3) tes perbuatan, merupakan alat
penilaian yang penugasannya disampaikan secara tertulis maupun lisan dan
pengerjaannya dalam bentuk penampilan atau perbuatan. Pada umumnya tes
perbuatan dibutuhkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan berkaitan
dengan kemampuan menampilkan sesuatu, seperti praktik kesenian, membaca
puisi, olah raga, maupun praktik di laboratorium.
Pengolahan prestasi belajar adaptif menerapkan kriteria Penilaian Acuan
Norma (PAN) atau menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Gronlund
( 1985 : 13) mengemukakan bahwa PAN merupakan penilaian yang
membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lainnya.
Penilaian Acuan Patokan merupakan penilaian yang menggambarkan
seberapa jauh yang dapat dikerjakan siswa. Jadi penilaian proses belajar siswa
dilakukan dengan membandingkan hasil kerja siswa dengan patokan yang
telah ditetapkan. Dalam penelitian ini prestasi belajar IPS Geografi diukur
dengan prosedur penilaian acuan patokan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menjadi salah
satu faktor keberhasilan belajar, sehingga penerapan model pembelajaran
quantum dengan visualisasi komik dalam pembelajaran Pendidikan IPS
Geografi diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
commit to user
materi pada standar kompetensi Memahami kehidupan manusia dan
kompetensi dasar Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses
pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan bagi siswa kelas VII
semester I Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
3. Pendekatan model pembelajaran quantum
a. Pengertian quantum dalam pembelajaran
Quantum istilah dari ilmu fisika yang berarti interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus
yang terkenal dalam fisika adalah quantum, energi masa kali kecepatan
cahaya kuadrat. Tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar,
belajar bertujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi
hubungan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (De Porter, Reardon,
Singer-Nourie, 2001: 8). Dalam proses pembelajaran berupaya seoptimal
mungkin memberdayakan energi siswa untuk meraih prestasi belajar optimal.
Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang
telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe orang dan
segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, seorang
pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan “sugestology”
atau “sugestopedia”. Prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
commit to user
ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti
positif adalah mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik latar di
dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster
untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan sugestology adalah
“percepatan belajar” (accelarated learning). Percepatan belajar didefinisikan
sebagai “Memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya normal dan dibarengi kegembiraan” (DePorter,
Reardon, Singer-Nourie, 2001: 8). Dalam proses perolehan informasi,
quantum learning memberikan perhatian pada hubungan antara penggunaan
bahasa dengan perilaku-perilaku guru. Penggunaan bahasa yang positif akan
mendorong tindakan-tindakan yang positif, sehingga akan merangsang fungsi
kerja otak yang efektif.
b. Pendekatan quantum dalam pembelajaran
Pendekatan quantum merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
dengan adanya penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam
dan di sekitar situasi belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur
belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa.
Interaksi-interaksi antar masing-masing komponen pendidikan akan mengubah
commit to user
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya (DePorter, Reardon,
Singer-Nourie 2001: 5).
Pendekatan quantum dalam pembelajaran mendasarkan pada
pengkondisian kognisi dalam konteks dunia nyata. Menurut Sri Anitah, W
dan Noerhadi, Th (2003;8) pengkondisian dalam konteks dunia nyata
diartikan bahwa; 1) tugas tidak terpisah-pisah, namun merupakan bagian dari
konteks yang lebih luas. Guru berperan menciptakan lingkungan yang
menunjukkan konteks yang lebih luas yang relevan dengan masalah yang
dihadapi, 2) keriilan konteks lebih banyak mengacu pada tugas-tugas siswa
berdasarkan informasi dan lingkungan sekitar, 3) konteks lingkungan sangat
penting. Konsep esensial dalam paradigma ini adalah bahwa informasi tidak
dapat diingat secara independen atau keseluruhan yang abstrak, namun
informasi melekat pada konteks lingkungan. Secara kualitatif lingkungan
sekolah berbeda dengan lingkungan dunia nyata. Pengembangan lingkungan
belajar yang mampu merangsang dan meningkatkan partisipasi aktif siswa
dalam pembentukan pengertian dan konsep, menjadi kebutuhan yang sangat
penting.
Pendekatan quantum pada hakekatnya pendekatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan secara luas dan menyenangkan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa berperan aktif dalam
pembelajaran harus diciptakan suasana yang menggairahkan dengan
commit to user
dapat menumbuhkan/meningkatkan daya kreatif. Menurut Hadi Kusumanto
(1984;8) prinsip-prinsip penerapan belajar aktif sebagai berikut:
1) Prinsip motivasi, dalam belajar perlu diperhatikan motif-motif yang
mendorong siswa dalam pembelajaran dan selanjutnya ditumbuh
kembangkan.
2) Prinsip latar, dengan mempelajari sesuatu yang baru siswa telah
mengetahui hal-hal lain baik secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan.
3) Prinsip pemusatan perhatian, dengan menggunakan pola tertentu yakni
mengkaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam satu pelajaran.
4) Prinsip keterpaduan dengan mengkaitkan suatu bahan pelajaran dengan
bahan pelajaran lain baik dalam satu pelajaran maupun mata pelajaran
lain.
5) Prinsip pemecahan masalah, dalam pembelajaran perlu dikemukakan
situasi yang bermasalah agar siswa terbiasa menghadapi situasi yang
memerlukan pemecahan masalah.
6) Prinsip penemuan, pada hakekatnya siswa berpotensi untuk mencari,
menemukan, mengembangkan fakta dan menginformasikan.
7) Prinsip belajar sambil bekerja, pengalaman dari hasil bekerja tidak mudah
dilupakan akan diperoleh rasa percaya diri dan kepuasan diri.
8) Prinsip belajar sambil bermain, dalam pembelajaran perlu diciptakan
commit to user
9) Prinsip perbedaan individual, siswa memiliki perbedaan dalam hal tingkat
kecerdasan, kegemaran, latar belakang keluarga, sifat maupun kebiasaan.
10)Prinsip hubungan sosial, dalam pembelajaran berkelompok siswa akan
menyadari kelebihan dan kekurangannya sehingga tercipta suasana
kerjasama yang menyenangkan.
c. Faktor-faktor yang mendukung penerapan model pembelajaran quantum
Model pembelajaran quantum melihat kesuksesan siswa didasarkan pada
unsur-unsur yang tersusun dengan baik dengan sudut pandang yang berbeda,
antara lain suasana lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan
fasilitas (De Potter, Reardon, Singer-Nourie,2005: 8). Menurut Brooks &
Brooks dalam Sri Anitah dan Noeerhadi, Th ( 2003:6) untuk mendukung
pembelajaran yang berusaha melihat permasalahan dari sudut pandang yang
berbeda adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
nyaman dan kolaboratif. Guru harus menjadi kontruktivis di dalam suatu
proses pembelajaran, menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung siswa
membentuk makna, mengapresiasikan ketentuan dan prinsip-prinsip belajar
bertanggung jawab.
Menurut De Potter, Reardon, singer-Nourie (2005 :9) ada beberapa
faktor yang mendukung penerapan model quantum, antara lain : 1)
lingkungan, terdiri dari lingkungan yang aman, mendukung, santai,
penjelajahan dan menggembirakan, 2) fisik, terdiri dari gerakan, terobosan,
commit to user
yang terdiri dari suasana yang nyaman, cukup penerangan, enak dipandang,
ada musiknya, 4) nilai-nilai dan keyakinan yang terdiri dari : a)
sumber-sumber, pengetahuan, pengalaman, hubungan, inspirasi, b) belajar untuk
mempelajari ketrampilan seperti menghafal membaca, menulis, mencatat,
kreatifitas, cara belajar, komunikasi, hubungan, c) metode yang digunakan
misalnya mencontoh, permainan, simulasi, simbol.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa faktor yang mendukung
penerapan model quantum learning dalam pembelajaran antara lain
lingkungan yang positif, suasana yang nyaman dengan musik latar dan
keyakinan siswa dalam belajar.
Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk
mengajukan pertanyaan atau pemberian jawaban dalam pembahasan materi
pelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak langsung
menyalahkan jawaban siswa melainkan harus menelusuri mengapa siswa
menjawab demikian.
Untuk siswa yang menjawab salah, guru dapat mengajukan pertanyaan lain
yang mampu mengarahkan siswa agar dapat memberikan jawaban benar,
bertitik tolak dari kesalahan jawaban yang disampaikan sebelumnya. Sikap
guru kepada siswa yang menjawab benar, guru berusaha mengetahui
memahami alur berpikir siswa tersebut untuk mengembangkan kemampuan
commit to user
sekilas tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna,
cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional, namun
semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang
efektif. Model pembelajaran quantum mencakup aspek-aspek penting dalam
program neurolinguistik (NLP), yaitu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan
prilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara
siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui
penggunaan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan
positif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang positif. Semua ini
dapat pula menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap orang ( De Porter &
Hernacki, 2001 : 14 ).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
quantum adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang memberikan
sugesti positif pada siswa untuk belajar, mendorong siswa untuk belajar
yang mengesankan dan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa
dan prilaku yang positif dalam merangsang fungsi kerja
pemikiran-pemikiran siswa.
d. Model pembelajaran quantum dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
Menurut Hoy, Bayne-Jardine & Wood (2000:3) bahwa tinggi
rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari sistem yang
commit to user
terlibat dalam proses pembelajaran dan cara bekerja sama antar komponen
pembelajaran. Sejalan dengan itu, Ashcroft dalam Soetarno (2003:17)
menyatakan bahwa kualitas pembelajaran merupakan sebuah istilah yang
mengandung nilai terkait dengan tujuan, proses dan standar pendidikan.
Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang baik secara moral,
epistimologis, maupun edukatif memiliki tujuan, proses dan capaian dengan
standar tinggi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
DePorter, Reardon, Singer-Nourie ( 2001:327-336) pendekatan
quantum dalam pembelajaran memiliki prinsip dasar sebagai berikut :
1). Setiap orang adalah guru dan sekaligus siswa sehingga sang trainer
lebih bersifat sebagai fasilitator.
2). Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang
tidak terlalu formal, sehingga siswa merasa santai.
3). Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang
unik sesuai dengan jiwa masing-masing.
4) Modul pelajaran tidak rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk
sederhana menuju ke kasus nyata.
5) Kunci menuju kesuksesan model pembelajaran quantum adalah latar
belakang (background) musik, yang memberikan pengaruh positif
commit to user
6) Metode peran, siswa aktif dalam membahas materi sesuai dengan
pengalamannya.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dengan
mendasarkan pada prinsip dasar pendekatan quantum tersebut dilakukan
secara inovatif, adaptif, dan kreatif. Sejalan dengan itu, menurut Soetarno
(2003;19) perlu melakukan kegiatan-kegiatan untuk melakukan inovasi,
mengadaptasi, memodifikasi ataupun mengujicobakan metode, media dan
teknik-teknik evaluasi yang cocok, dan penyediaan fasilitas belajar yang
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini perlu melibatkan
seluruh komponen pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas menuntut keefektifan dan
efisiensi dalam penyelenggaraannya. Belajar akan efektif jika dilakukan
dalam suasana menyenangkan Peter Kline dalam Dryden & Vos
(2000;22). Selain itu juga perlu diciptakan suasana dan sistem (kondisi)
belajar yang kondusif, meskipun masih ada faktor lain yang akan
menentukan hasil belajarnya siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah faktor kemampuan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran.
Oleh sebab itu mengajar yang diartikan sebagai suatu usaha menciptakan
sistem lingkungan, harus memungkinkan terjadi proses pembelajaran yang
fun dan enjoy, namun perlu diketahui pula bahwa sistem lingkungan inipun
dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling berinteraksi. Komponen
commit to user
disampaikan, guru, siswa, jenis kegiatan yang dikembangkan, metode,
serta media pembelajaran yang dipilih.
Sejalan dengan itu, Reiser & Dick dalam Soetarno (2003;28)
menyatakan bahwa pengertian pembelajaran efektif adalah pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan tertentu dengan proses yang menyenangkan. Siswa
merupakan fokus utama kegiatan pembelajaran. Menurut Joyce, Weil &
Calhoun (2000;6-7) menegaskan bahwa hasil jangka panjang terpenting
dari sebuah pembelajaran adalah diperolehnya peningkatan kemampuan
belajar secara lebih mudah dan lebih efektif di masa depan sebagai akibat
telah dikuasainya dengan baik pengetahuan dan keterampilan dari proes
pembelajaran yang diikuti. Menurut Soetarno (2003:28) guru yang berhasil
adalah guru yang mampu membawa siswa dapat mendidik diri mereka
sendiri, mampu memberdayakan siswa secara efektif, mampu mendorong
siswa menggunakan sumber-sumber belajar efektif, sehingga siswa mampu
menggunakan seluruh hasil belajar tersebut secara produktif.
Menurut Brown (1994;7) pembelajaran adalah proses membimbing
dan memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara optimal.
Tugas guru dalam pendekatan quantum adalah membantu siswa agar
mampu mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman dari hasil belajar
commit to user
media yang dapat digunakan untuk membantu mengembangkan potensi
siswa dalam mengkonstruksi pengalaman dan pengetahuan. Menurut
Driver dan Oldam dalam Paul Suparno (2002;69) mengemukakan bahwa
pembelajaran konstruktivis dapat dilakukan dengan kondisi sebagai
berikut; 1) siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan
observasi terhadap topik yang telah dipelajari; 2) siswa dibantu untuk
mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat
poster dan media jenis lainnya. Siswa diberi kesempatan untuk
mendiskusikan hasil observasinya dalam wujud tulisan, gambar, poster
maupun karikatur; 3) membantu siswa membangun ide yang baru; 4)
membantu menggunakan ide siswa dalam berbagai situasi dan kondisi, dan
5) mereview ide yang telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Agar penerapan pendekatan quantum dalam pembelajaran mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran, DePoter, Reardon, Singer-Nourie
(2001;335) menyatakan bahwa para siswa quantum belajar menyenangkan
dengan mengikuti petunjuk sebagai berikut :
1) Sebelum membaca, lihat materi bacaan secara sekilas pada malam
sebelumnya, dan lihat kembali catatan sebelum memulai pelajaran di
sekolah.
2) Manfaatkanlah setiap waktu, jadikanlah semua objek menarik dan
commit to user
3) Belajarlah di tempat dan waktu yang teratur. Atur posisi yang baik dan
gunakan pencahayaan yang tepat.
4) Gunakan musik untuk mengendorkan pikiran.
5) Setiap setengah jam lakukanlah istirahat selama lima menit.
6) Umpan balik adalah informasi yang diperlukan untuk mendapatkan
keberhasilan dan memberikan arah.
Dari beberapa uraian diatas dapat dirumuskan bahwa pendekatan quantum
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran IPS
Geografi yang bersifat partisipatif yang didukung dengan lingkungan belajar
yang aman dan nyaman, penerangan yang cukup, tersedianya sumber
belajar, menyenangkan dan ada musiknya.
e. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran quantum
Seperti halnya model-model pembelajaran yang lain, model
pembelajaran quantum inipun memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran ini adalah :
1). Model pembelajaran quantum dapat mengubah proses belajar
menjadi sesuatu yang menyenangkan, sederhana dan efektif.
2) Model pembelajaran quantum diajarkan ketrampilan hidup seperti
berkomunikasi secara efektif, menjalin hubungan dengan orang lain,
berlatih mendengarkan/ menghargai pendapat orang lain dan belajar
commit to user
3) Model pembelajaran quantum merupakan model yang mudah untuk
dipraktekkan, efektif dan menyenangkan sehingga seseorang dirangsang
semangatnya untuk berusaha keras menguasai materi yang dipelajari.
4). Model pembelajaran quantum mengajarkan tiga hal sekaligus yaitu
ketrampilan akademis, prestasi fisik dan ketrampilan hidup.
5). Terjadinya hubungan timbal balik yang menggambarkan kondisi internal
dan eksternal siswa dan guru.
Disamping memiliki kelebihan, model inipun memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain adalah dalam penggunaannya diperlukan
persiapan yang matang bagi seorang guru. Disamping itu juga diperlukan
kemampuan guru yang baik dalam proses pembelajaran, tidak hanya dari
segi penguasaan materi tetapi juga dari kemampuan guru dalam mengelola
kelas sehingga mampu mensugesti siswa sehingga mereka merasa nyaman
dan senang dalam mengikuti proses belajar mengajar.
4. Komik sebagai media pembelajaran
a. Pengertian Media
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat sehingga proses belajar dapat terjadi. Media
berkembang dari sebagai alat bantu mengajar yang dapat memberikan
pengalaman konkrit, meningkatkan motivasi dan daya serap sehingga
commit to user
guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan
dan pendengaran untuk menghindari verbalisme
( Arif S Sandiman, 1996 : 7).
b. Kegunaan Media
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut
1). Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2). Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3). Mengatasi sikap pasif anak didik dengan media yang tepat.
4). Menimbulkan persepsi, perangsang dan pengalaman yang sama.
c. Jenis Media
Berdasarkan karakteristiknya media dibagi menjadi :
1) Media grafis, termasuk di dalamnya adalah gambar/foto, sketsa, diagram,
bagan, grafik, poster, papan planel, papan bulletin, kartun dan komik.
2) Media audio termasuk dalam jenis ini adalah radio, tape recorder,
laboratorium bahasa.
3). Media proyeksi termasuk di dalam jenis ini adalah film bingkai, film
rangkai, media tranparansi, proyektor dan film.
d. Komik sebagai media pengajaran dan menghibur
1). Definisi dan Karakteristik Komik
Komik merupakan bentuk kartun yang mengungkapkan karakter
commit to user
berhubungan erat dan dirancang untuk menghibur para pembacanya.
Apalagi kartun sangat bergantung pada dampak penglihatan tunggal,
maka komik terdiri dari berbagai situasi cerita.
Beberapa perwatakan lain dari komik adalah sifatnya humor dan
memusatkan perhatian di sekitar rakyat. Cerita-ceritanya mengenai diri
pribadi sehingga pembaca dapat mengidentifikasikan dirinya melalui
perasaan serta meneladan sifat atau tindakan dari
perwatakan-perwatakan tokoh utamanya. Alur ceritanya ringkas dengan perwatakan-perwatakan
orangnya yang realistik penuh aksi, menarik perhatian semua orang dari
berbagai tingkat usia.
Luasnya popularitas komik telah mendorong banyak orang
menggunakan tehnik komik untuk penjelasan yang sungguh-sungguh
daripada hanya sebagai hiburan semata. Komik merupakan suatu bentuk
bacaan dimana anak membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui
bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk
menumbuhkan minat baca ( Nana Sudjana, 1990 :68 )
Dengan demikian, buku-buku komik selain berfungsi sebagai
medium hiburan, juga dapat dipergunakan secara efektif dalam upaya
membangkitkan minat baca, mengembangkan perbendaharaan kata-kata
dan ketrampilan membaca serta dapat dijadikan media efektif untuk
tujuan pengajaran.
commit to user
Untuk pertama kalinya, komik digunakan sebagai pengobar dari
peristiwa perang surat kabar antara William Randolph Hearst dengan
Joseph Pulitser pada pertengahan tahun 1890-an.
Lembaran berwarna dari majalah “Sunday” terbitan New York
Journal dan New York World saling bersaing dalam usaha memperbesar
peredarannya. Bagian penting dalam persaingan ini dimainkan dengan
gambar-gambar yang lucu, yang meliputi perwatakan terkenal dengan
nama “ The Yellow Kid “ Coretan ini hasilnya cepat terkenal dengan
bertambahnya peredaran New York World yang diterbitkan oleh
Pulitser.
Terlepas dari misi komersial surat kabar di atas, komik-komik baru
mulai diciptakan, misalnya Buster Brown dan The Katzen Jammer Kid
terbit tahun 1902. Serial Katzen Jammer telah diperkenalkan dalam
rangkaian cerita bergambar dengan perwatakan yang sama.
Popularitas komik ternyata telah mempengaruhi kesadaran
masyarakat Amerika dengan kuat sejak tahun 1930-an. Penelitian
Joseph Pulitse menunjukkan bahwa pembaca komik di Amerika Serikat
lebih dari 100 juta orang yang meliputi siswa-siswi SLTP dan SLTA.
Serta dibaca kira-kira 1/3 dari penduduk Amerika antara umur 18
dan 30 tahun. Antara 400 sampai 500 judul buku komik terjual dan
commit to user
dalam lebih dari 30 bahasa dan dibaca secara luas oleh lebih dari 100
negara.
Hasil ini, membuktikan bahwa komik telah memberi pengaruh
yang besar dalam kehidupan para remaja/pelajar. Dengan demikian
komik dapat dijadikan sebagai media komunikasi yang efektif.
3). Komik Geografi
Komik Geografi adalah komik yang secara implisit memuat
kosep-konsep atau persoalan yang ada dalam pembelajaran Pendidikan
Geografi. Proses penciptaan komik Geografi pada prinsipnya tidak jauh
berbeda dengan penciptaan komik-komik pada umumnya, namun dalam
komik Geografi cenderung mengandung nilai plus, artinya selain
memuat persoalan dan konsep Geografi , juga harus mengandung “
sense of humor” Adanya humor akan melahirkan kesan positif dan rasa
menyenangkan anak dalam belajar, tanpa merasa adanya beban.
Dalam penciptaan komik Geografi selain dituntut ketrampilan
menggambar yang baik dan kemampuan bercerita
(mengkomunikasikan) juga harus memiliki kedalaman rasa kepekaan
untuk mewujudkan ide imajinasinya yang terkesan abstrak, menjadi
gambar efektif yang dituangkan ke atas kertas. Lewat media komik
Geografi, pendidikan IPS Geografi dikenalkan sebagai ketrampilan di
dalam kehidupan sehari-hari yang sangat bermanfaat melalui konteks
commit to user
membangkitkan minat yang lebih tinggi dan pandangan positif terhadap
pendidikan IPS Geografi.
Siswa yang belajar tidak sekedar menghafal materi apa yang
diberikan oleh guru, melainkan secara aktif timbul minat untuk belajar
atas keinginannya sendiri. Ini merupakan salah satu implementasi dari
model pembelajaran quantum dengan visualisasi komik geografi.
4). Keuntungan Pengajaran Dengan Media Komik Geografi
Beberapa keuntungan penggunaan media komik Geografi dalam
pengajaran pendidikan IPS Geografi, antara lain :
a) Prinsip psikologis terpenuhi, sebab kehadiran gambar/kartun dalam
komik Geografi, akan menyenangkan dan menghibur sehingga anak
belajar tanpa beban. Kondisi ini akan meningkatkan minat belajar
siswa.
b) Membantu ingatan siswa. Seseorang cenderung lebih mudah
mengingat hal-hal yang ada kesannya. Konsep Geografi yang
sarat dengan simbol dan aturan akan mudah diingat jika disertai
gambar.
c) Memusatkan perhatian siswa, siswa akan menaruh perhatian yang
sama pada materi yang termuat dalam komik Geografi, sehingga
guru lewat media komik Geografi, mata pelajaran IPS Geografi
dikenalkan sebagai keterampilan di dalam kehidupan sehari-hari
commit to user
bagi siswa. Hal ini akan sangat berguna untuk membangkitkan
minat yang lebih tinggi dan pandangan positif terhadap mata
pelajaran IPS Geografi.
B. Penelitian yang Relevan
1. Sri Wahyuni Dwiyanti (2007), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Sekolah Menengah Atas
Muhammadiyah Wonosari ( Penelitian Tindakan Kelas).
Dalam kesimpulannya Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD dengan
karakteristik belajar kelompok dan pemberian penghargaan dapat meningkatkan
motivasi belajar hingga mencapai kualifikasi tinggi untuk seluruh siswa dan hasil
belajar siswa hingga mencapai ketuntasan sebasar 80% dalam mata pelajaran
Geografi.
2. Saptono Nugrohadi (2003), Penggunaan Metode Matriks Dengan Visualisasi
Media Komik Pada Pembelajaran Perhitungan Entalpi Reaksi Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Dengan Memperhatikan
Pengetahuan Awal ( Studi Kasus Di SMU Negeri 1 dan SMU Negeri 3 Salatiga
Kelas II Semester 2 Tahun Pelajaran 2002/2003). Dalam kesimpulannya media
komik dapat diterapkan pada pembelajaran kimia untuk menarik minat siswa
dalam belajar konsep-konsep kimia, metode matrik yang disajikan dalam bentuk
komik lebih dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar