• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Pendekatan Pembelajaran

5

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran driil dan pendekatan

bermain terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra

kelas X SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

2. Pendekatan pembelajaran yang lebih baik antara pendekatan drill dan bermain

terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas X SMA

Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti

maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian, antara lain :

1. Bagi siswa yang dijadikan obyek penelitian dapat menambah pengetahuan dan

wawasan akan manfaat pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar lompat jauh.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan referensi untuk program

pembelajaran bagi guru penjasorkes.

3. Memberi masukan bagi penyusunan model pembelajaran penjasorkes.

4. Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang karya ilmiah untuk

dikembangkan lebih lanjut.

6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Proses pembelajaran adalah salah satu kegiatan yang dilakukan pada dunia pendidikan pada umumnya. Menurut Cronbach yang dikutip oleh Sardiman (2010:20) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, perubahan perbuatan sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Hamzah Uno (2007:15) belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek, atau melalui suatu penguatan dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Sejalan dengan hal tersebut Sardiman (2010:20) juga menyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Proses belajar akan terjadi apabila siswa melakukan kegiatan untuk mempelajari segala sesuatu yang ada dilingkunganya sebagai bahan belajar. Setiap aktivitas belajar akan mengahasilkan perubahan-perubahan yang dapat berupa tingkah laku, kecakapan, sikap, minat, nilai maupun pola beraktivitas. Perubahan sebagai hasil belajar biasanya merupakan peningkatan menjadi lebih baik. Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan terdapat beberapa perumusan yang berbeda, tetapi secara umum dapat didefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku untuk menjadi lebih baik melalui proses latihan, pengamatan dan percobaan. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam suatu laboratorium, kelas ataupun dalam lingkungan yang lebih luas.

7

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan antara lain :

1) Faktor individual

a) Kematangan/pertumbuhan. Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuahan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani atau rohaninya telah matang untuk itu.

b) Kecerdasan/intelejensi. Disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang memperlajari sesuatu dengan baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya.

c) Latihan dan ulangan. Karena terlatih maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasi dan makin mendalam. d) Motivasi. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sihingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.

e) Sifat-sifat pribadi seseorang. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyak turut pula mempengaruhi sampai manakah hasil belajar dapat dicapai.

2) Faktor sosial

a) Keadaan keluarga. Suasana dan keadaan keluarga turut menentukan belajar yang dialami dan dicapai oleh anak-anak.

b) Guru dan cara mengajar. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai anak didik.

c) Alat-alat pengajaran. Ketersediaan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar akan mempermudah dan mempercepat belajar anak didik.

d) Motivasi sosial. Guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak sehingga timbul dalam diri anak dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.

e) Lingkungan dan kesempatan. Adanya lingkungan dan kesempatan yang baik untuk belajar dapat mempermudah belajar anak didik.

(Ngalim Purwanto, 2004:102-106)

Terdapat tiga tujuan belajar, ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Seseorang tidak dapat mengembankan kemampuan berfikir tanpa

8

bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.

2) Penanaman konsep dan ketrampilan. Penanaman konsep atau perumusan konsep memerlukan suatu ketrampilan. Baik ketrampilan jasmani maupun rohani.

3) Pembentukan sikap. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.

c. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.

Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa. Pembelajaran mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat

9

digunakan sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan pendidikan.

a.Hakekat Pembelajaran

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.

Istilah pembelajaran sama dengan pengajaran atau cara mengajar. Menurut Sardiman A.M (2010: 47) menyatakan bahwa mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptkan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis belajar dan hasil belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap baru mengenal substansi yang dipelajari, baik yang menyangkut pembelajaran

10

kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang pada mulanya. Namun setelah guru berusaha untuk memusatkannya dan menangkap perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran, maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi sosial kultural melalui media masa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya sebagian kecil saja pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan.

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar yang cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetauhan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegitan mengajar meliputi pengetahuan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh

11

seorang guru ini sesuai dengan yang dikemukakan Nana Sudjana (2009: 19) yaitu:

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni:

1) Merencanakan program belajar mengajar.

2) Melaksnakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.

4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya.

Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan. Husdarta dan M. Saputra Yudha (2001: 4) bahwa:

Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi di kelas dan di lapangan, ciri utamanya terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Hal yang terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

12

b. Prinsip - Prinsip Pembelajaran

Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Paul Suparno dalam Sardiman A.M (2010: 38) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan belajar siswa diantaranya:

1) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus

3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bhan yang sedang dipelajari.

Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar atau pembelajaran, bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu kegiatan ynag memungkinkan subjek belajar atau siswa merekontruksi sendiri pengetahuannya. Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Dalam penelitian ini peran guru dalam memilih pendekatan pembelajaran diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa.

13

2. Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Salah satu komponen utama dalam proses belajar adalah pendekatan pembelajaran. Menurut Winataputra (2003:21) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Sedangkan Syaiful Sagala (2005: 68) berpendapat bahwa ”pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”.

Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam penyajian isi pembelajaran atau merupakan kegiatan yang dipilih guru dalam proses pembelajaran guna memberikan kemudahan siswa menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pentingnya Pendekatan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa sebagai obyek yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar untuk memberikan materi pelajaran guna terjadi perubahan pada diri siswa. Mengajar merupakan suatu

14

kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan atau ketangkasan.

Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan kepada siswa, maka harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan pendekatan yang membantu tercapainya dengan mengacu pada pendekatan pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.

Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam penyajian isi pembelajaran atau merupakan kegiatan yang dipilih guru dalam proses pembelajaran guna memberikan kemudahan siswa menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

c. Pendekatan dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk menyajikan tugas-tugas ajar yang pada dasarnya berupa kerja fisik dan keterampilan. Guru pendidikan jasmani dalam merencanakan pembelajaran harus memilih pendekatan yang akan digunakan

15

dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berlatih, bergembira, menikmati proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar. Beberapa pendekatan yang dapat dipilih oleh guru pendidikan jasmani, antara lain:

1) Pendekatan drill (pendekatan konvensional) 2) Pendekatan bermain

3) Pendekatan kompetitif

4) Pendekatan pola gerak dominan

Dari keempat macam pendekatan pembelajaran diatas, pendekatan drill adalah pendekatan yang selama ini dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan sering disebut dengan pendekatan konvensional, sedangkan pendekatan bermain, pendekatan kompetitif dan pendekatan pola gerak dominan adalah pendekatan pembelajaran baru yang merupakan inovasi yang disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan anak dalam proses pembelajaran. Pendekatan bermain dilakukan untuk pembelajaran atletik, pendekatan kompetitif untuk pembelajaran renang dan pendekatan pola gerak dominan dilakukan untuk pembelajaran senam. Meskipun demikian dalam proses pembelajaran bermain tidak menutup kemungkinan didalamnya juga terjadi proses kompetisi yang merupakan ciri khas dari pendekatan kompetitif dan gerakan-gerakan dominan yang merupakan ciri khas dari pendekatan pola gerak dominan. Menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang diteliti yaitu lompat jauh gaya jongkok yang merupakan bagian dari pembelajaran atletik, dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pendekatan drill dan pendekatan bermain.

d. Pendekatan Pembelajaran Drill

1) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Drill

Pendekatan driil adalah pendekatan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Menurut Suwarna, dkk (2006: 111) pendekatan drill adalah cara mengajar dengan

16

memberikan latihan berulang-ulang mengenai apa yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu. Agar pelaksaaan pendekatan driil dapat berjalan dengan lancar, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Perlu adanya penjelasan tentang apa yang menjadi tujuan pembelajaran, sehingga setelah selesai latihan siswa dapat mengerjakan sesuatu yang diharapakan guru.

b) Perlu adanya penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan oleh siswa. c) Lama latihan perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa.

d) Perlu adanya kegiatan selingan agar siswa merasa tidak bosan. e) Jika ada kesalahan segera diadakan perbaikan oleh guru.

(Suwarna, dkk , 2006 : 111). Sejalan dengan hal tersebut Danu Hoedaya (2001:3) menerangkan bahwa pendekatan drill adalah pendekatan pembelajaran jasmani yang menekankan pada penguasaan teknik dasar, dan berorientasi pada keterampilan teknik.

Berdasar pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan pembelajaran drill dalam pendidikan jasmani adalah cara mengajar dengan memberikan latihan yang berulang-ulang hingga siswa mampu menguasai teknik yang diajarkan.

2) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Drill

Kelebihan pendekatan pembelajaran drill antara lain:

a) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik-teknik yang diajarkan dengan baik dan benar.

b) Siswa dapat memperagakan atau mempraktekkan teknik yang diajarkan dengan baik dan benar.

c) Kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari guru,sehingga dapat meminimalkan kesalahan teknik.

Sedangkan kelemahan pendekatan pembelajaran drill antara lain: a) Dapat menimbulkan rasa bosan, karena harus mengulung-ulang gerakan

yang sama secara terus menerus dan menunggu giliran untuk melakukan tugas ajar.

17

b) Hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena pembelajaran harus dilakukan secara runtut.

e. Pendekatan Pembelajaran Bermain

1) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Bermain

Menurut Rusli Lutan (2000:31) memaparkan bahwa bermain sebagai aktivitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela. Sejalan dengan hal tersebut M. Furqon Hidayatullah (2008:4) menerangkan bahwa bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999:121) pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan.

Berdasar pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain merupakan pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan yang mengarah pada teknik-teknik yang diajarkan dan diharapkan mampu untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa akan lebih optimal.

2) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Bermain

Kelebihan pendekatan pembelajaran bermain antara lain :

a) Pembelajaran dalam bentuk permainan akan menimbulkan rasa senang dan motivasi belajar meningkat.

b) Dapat merangsang kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang tepat sesuai situasi yang terjadi dalam permainan.

18

c) Meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan kemampuannya selama proses pengajaran apakah sudah baik atau belum.

Sedangkan kelemahan pendekatan pembelajaran bermain antara lain :

a) Siswa kurang memahami konsep gerakan teknik yang diajarkan dengan baik dan benar, sehingga akan sering terjadi kesalahan teknik. b) Pengorganisasian pembelajaran kurang terkendali.

c) Guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang dilakukan siswa.

f. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Drill dan Bermain dalam Lompat

Jauh Gaya Jongkok

Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok,ada beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat dipilih guru untuk mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa, diantaranya adalah pendekatan pembelajaran drill dan pendekatan pembelajaran bermain. Adapun pengertian dari pendekatan drill dan bermain dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok adalah sebagai berikut:

1) Pendekatan drill dalam pembelajaran pada lompat jauh gaya jongkok Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang mengutamakan latihan teknik dasar dengan sistem pengulangan agar siswa dapat menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok yang berupa awalan, tolakan, melayang diudara dan teknik mendarat dengan baik dan benar.

2) Pendekatan bermain dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang dikonsep dalam bentuk permainan yang mengarah pada teknik-teknik yang diajarkan dan diharapkan mampu untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Adapun bentuk-bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok adalah: melompat parit, lompat

19

melewati rintangan (bilah, tali dan kardus), melompati ban sepeda,

Dokumen terkait