• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

Taman 1 dapat didefinisikan sebagai tempat yang menyenangkan atau kawasan yang ditanami berbagai macam tumbuhan sebagai tempat untuk

4.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatisme yang menggabungkan positivisme (pengetahuan tentang bukan nilai) dan normatisme (pengetahuan tentang nilai), meliputi:

 Konsep konservasi SDH untuk mengkaji dan menyelesaikan masalah pemulihan kawasan konservasi melalui kegiatan restorasi biodiversitas,

 Konsep ekonomi kelembagaaan untuk mengkaji kelembagaan praktik restorasi dengan pola pelibatan masyarakat dan kelembagaan kegiatan restorasi biodiversitas kawasan konservasi,

 Konsep manajemen dan ekonomi SDH untuk mengkaji teknis pelaksanaan atau praktik restorasi dan konsep keberlanjutan pembangunan kawasan konservasi dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi,

 Konsep sosiologi lingkungan untuk mengkaji keserasian hubungan manusia dengan SDH dan atau alam lingkungannya yang dalam hal ini terkait dengan akses masyarakat pada kawasan konservasi.

Gambar 2 Lokasi penelitian 4.3. Definisi Konsep

1. Aspek biofisik-ekologi mendeskripsikan karakteristik kondisi lahan tempat kegiatan restorasi, biodiversitas TNGGP dengan permasalahannya, dan penutupan lahan atau vegetasi kawasan perluasan TNGGP. Dengan demikian diperlukan ukuran-ukuran hasil analisis tentang: tipe penutupan lahan,

Lokasi Penelitian

keragaman jenis vegetasi, kesesuaian lahan dan alokasi penggunaannya, kondisi dan potensi SDH, tingkat kebutuhan restorasi, dan sejarah lanskap kawasan (historical lanscape).

2. Aspek sosial-ekonomi ditekankan pada masyarakat petani penggarap lahan, mendeskripsikan karakteristik kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar TNGGP khususnya petani penggarap lahan hutan, sikap masyarakat terhadap usaha pelestarian alam atau isu konservasi termasuk di dalamnya kegiatan restorasi, preferensi masyarakat terhadap jenis tanaman restorasi, tingkat beban tanggungan keluarga petani penggarap lahan, dan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan. Dengan demikian diperlukan ukuran-ukuran hasil analisis tentang: kesejahteraan cq pendapatan keluarga petani penggarap, tingkat beban tanggungan keluarga, kebutuhan dan aspirasi masyarakat, sikap masyarakat, dan preferensi komoditas atau jenis tanaman untuk aktivitas restorasi.

3. Aspek Relasional Pemanfaatan SDA mendeskripsikan kekuasaan (powers) dalam akses sumberdaya lahan, konflik penggunaan SDL dan pemanfaatan SDH, bentuk hubungan relasional penggunaan SDL, tipologi masyarakat petani penggarap lahan kawasan perluasan TNGGP, akses sebelum dan sesudah penetapan perluasan kawasan TNGGP, tipe akses masyarakat terhadap lahan, dan pola akses masyarakat dalam pemanfaatan SDH dan penggunaan SDL. Dengan demikian diperlukan ukuran-ukuran hasil analisis tentang: tingkat ketergantungan terhadap SDA khususnya SDL, akses, dan peraturan perundangan terkait restorasi.

4. Pengertian biodiversitas secara umum mengacu pada konsep keanekaragaman hayati sebagaimana tertuang dalam UU N0.5 Tahun 1994 pasal 2 yaitu keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies dan ekosistem. Keanekaragaman hayati dapat juga diartikan sebagai berbagai bentuk kehidupan, peranan ekologi yang dimilikinya dan keanekaragaman plasma nutfah yang terkandung (Wilcox, 1984 dalam

Mackinnon, 1990). Biodiversitas dalam penelitian ini berorientasi pada konsep spesies (jenis) yang meliputi flora dan fauna asli dan atau endemik. Namun dibatasi pada flora saja yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan restorasi kawasan konservasi.

5. Sumber daya hayati mencakup sumber daya genetik, organisme atau bagiannya, populasi atau komponen biotik ekosistem-ekosistem lain dengan manfaat atau nilai yang nyata atau potensial untuk kemanusiaan (UU No 5 Tahun 1994 pasal 2).

6. Wawancara dilakukan terhadap informan yang didapatkan melalui metode bola salju (snowball), terdiri atas petani penggarap, tokoh masyarakat, pegawai, dan petugas BBTNGGP. Pelaksanaan wawancara kepada petani penggarap menggunakan pembantu peneliti (berpendidikan SLA/sederajat atau tokoh masyarakat) yang berfungsi untuk mengatasi hambatan psikologis dan untuk menerjemahkan isi wawancara kedalam bahasa Sunda sehingga informasi yang diharapkan dari tujuan wawancara benar-benar dipahami oleh petani penggarap.

7. Penguasaan lahan di luar kawasan konservasi adalah jumlah luas lahan usaha pertanian yang dikuasai oleh masyarakat, berupa hak milik, sewa, atau gadai. Karakter luasan penguasaan lahan di luar kawasan terkait dengan besar kecilnya dorongan untuk mempertahankan penguasaan lahan garapan di dalam kawasan konsrvasi. Semakin kecil luasan penguasaan lahan usaha pertanian di luar kawasan maka dorongan untuk mempertahankan lahan garapan yang ada di dalam kawasan konservasi akan semakin besar, apalagi jika masyarakat tersebut tidak mempunyai kapasitas penguasaan lahan usaha pertanian (landless). Besarnya dorongan untuk mempertahankan penguasaan lahan garapan di dalam kawasan tersebut menunjukkan besarnya ketergantungan masyarakat terhadap lahan garapan yang ada di dalam kawasan konservasi.

8. Penguasaan lahan garapan di dalam kawasan konservasi adalah jumlah luas lahan garapan yang dikuasai oleh masyarakat melalui berbagai macam cara akses. Karakter luasan penguasaan lahan di dalam kawasan sama dengan karakter penguasaan lahan usaha pertanian di luar kawasan konservasi.

Semakin sempit lahan garapan yang dikuasasi oleh mayarakat maka semakin besar dorongan untuk mempertahankan lahan garapan tersebut. Hal ini terkait dengan kebutuhan lahan garapan tersebut untuk mendukung kebutuhan hidup masyarakat. Dengan demikian semakin besar dorongan untuk mempertahankan penguasaan lahan garapan tersebut menunjukkan semakin tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan di dalam kawasan konservasi.

9. Tipologi masyarakat penggarap lahan adalah gambaran karakteristik masyarakat petani penggarap lahan di dalam kawasan berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan kegiatan restorasi. Tipologi masyarakat menggambarkan potensi pelibatan masyarakat dalam kegiatan restorasi dan sekaligus menggambarkan tingkat beban bagi BBTNGGP untuk mencapai tujuan pengelolaan kawasan konservasi. Tipologi masyarakat petani penggarap lahan didalam kawasan perluasan TNGGP dirumuskan berdasarkan tingkat sikap masyarakat terhadap usaha pelestarian alam atau isu konservasi dan tingkat ketergantungannya terhadap lahan garapan di dalam kawasan.

10.Tumbuhan eksotik antropogenik adalah jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh dan berkembang di luar habitat aslinya, yang mana penyebaran awal di luar habitat aslinya tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia. Carroll (1992) diacu dalam Basuni (2003) menjelaskan bahwa konsep “spesies antropogenik” dimaksudkan pada spesies yang dinamika populasinya sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia.