• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Perilaku Pemimpin

Dalam dokumen ADMINISTRASI FARMASI (Halaman 33-38)

INVENTORY CONTROL (PENGENDALIAN PERSEDIAAN)

B. Pendekatan – Pendekatan Studi Kepemimpinan

2. Pendekatan Perilaku Pemimpin

Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasi perilaku – perilaku (behaviours) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan effektif. Pendekatan mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan pemimpin effektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dengan dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas – tugas, dan sebagainya.

Tidak seperti sifat – sifat, bagaimanapun juga perilaku dapat dipelajari atau dikembangkan, sehingga individu – individu dapat dilatih dengan perilaku – perilaku kepemimpinan yang tepat agar mampu memimpin lebih effektif.

Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan yaitu : fungsi – fungsi dan gaya – gaya kepemimpinan.

(a) Fungsi – fungsi kepemimpinan

Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi – fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan effektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama :

Fungsi – fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.

Fungsi – fungsi pemeliharaan kelompok (Group maintenance) atau sosial. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar. Persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat atau sebagainya.

(b) Gaya – gaya kepemimpinan

Para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan, yaitu :  Gaya dengan orientasi tugas (task oriented )

Manager berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkannya. Manager dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.

 Gaya dengan orientasi karyawan

Manager berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka . Mereka mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas – tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan – hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.

Salah satu Teori dan Penelitian Kepemimpinan dengan pendekatan Perilaku adalah Mc. Gregor atau Douglas Mc. Gregor, bahwa strategi kepemimpinan dipengaruhi

anggapan – anggapan seseorang pemimpin tentang sifat dasar manusia. Sebagai hasil

pengalamannya menjadi konsultan, Mc.Gregor menyimpulkan dua kumpulan anggapan yang saling berlawanan yang dibuat oleh para manajer dalam industri.

Anggapan – anggapan teori X :

 Rata – rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin.

 Bila mungkin karakteristik manusia tersebut orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan - tujuan organisasi.

 Rata – rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil dan menginginkan keamanan / jaminan hidup diatas segalanya.

Anggapan – anggapan teori Y :

 Penggunaan usaha phisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia seperti bermain atau beristirahat.

 Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu – satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya.

 Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka.

 Rata – rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.

 Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreatifitas dalam penyelesaian masalah – masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.

 Potensi intelektual rata – rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern.

Kisi – kisi manajerial dari Blake dan Mounton

Kisi – kisi manajerial (Managerial grid) yang dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane Monton juga berkenan dengan orientasi manajer pada tugas (produksi) dan karyawan (orang) serta kombinasi antara kedua ekstrim.

Gambar :

Menunjukkan suatu kisi – kisi atau jaringan dengan sumbu horizontal perhatian terhadap produksi dan sumber vertikal perhatian terhadap karyawan.

Manajer 1.1 pada sudut kiri bawah :

Dalam kisi – kisi digambarkan sebagai seorang manager yang Turun Tahta, perhatian rendah terhadap karyawan maupun terhadap produksi / tugas. Ini adalah bentuk ekstrim dari gaya manajemen Laissez Faire.

Manager 1.9 :

Mempergunakan kepemimpinan santai, serba mengizinkan, dengan tekanan pada pemeliharaan keuangan dan kepuasan karyawan. Manajer tipe ini cenderung menghindari ketegangan dalam pelaksanaan pekerjaan, dengan perhatian terhadap karyawan yang tinggi tetapi perhatian terhadap produksi rendah.

Disebut gaya Middle of the road management atau Organization Man

Management. Memperhatikan baik terhadap kepuasan karyawan maupun

terhadap produksi. Kadang manajer tipe ini menggunakan pendekatan tawar menawar implisit untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Manager 9.1 :

Digambarkan sebagai seorang otokrat, pemegang tugas yang keras, dengan berbagai karakteristik pengawasan tertutup. Management tugas atau otoriter ini perhatiannya terhadap produksi dan effisiensi tinggi tetapi rendah perhatiannya terhadap karyawan.

Manager 9.9 :

Percaya bahwa saling memahami dan menyetujui tentang apa tujuan – tujuan organisasi dan cara – cara pencapaiannya adalah inti pengarahan kerja.

Manajement team atau Demokratik ini memberikan perhatian penuh baik pada produksi maupun semangat kerja dan kepuasan karyawan, melalui penggunaan pendekatan partisipatif atau team dalam pelaksanaan pekerjaan.

Blake dan Mounton mengemukakan bahwa gaya manajemen 9.9 adalah tipe perilaku kepemimpinan yang paling effektif. Pendekatan ini dalam hampir semua situasi, akan menghasilkan peningkatan prestasi, tingkat absensi dan perputaran karyawan rendah, dan kepuasan kerja karyawan tinggi. Kisi – kisi manajerial dari Blake dan Mounton digunakan secara meluas sebagai peralatan latihan.

Adakah gaya kepemimpinan ideal ?

Telah terjadi perdebatan dalam waktu cukup lama untuk mencari jawaban apakah ada gaya kepemimpinan normatif atau ideal. Perdebatan ini biasanya terpusat pada gaggasan bahwa gaya ideal itu ada : yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan tehnik – tehnik manajemen partisipasif dan memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas.

Di lain pihak, beberapa penelitian membuktikan pula bahwa pendekatan otokratik dibawah berbagai kondisi, pada kenyataannya lebih effektif dibanding pendekatan lain. Jadi pengalaman – pengalaman kepemimpinan mengungkapkan bahwa dalam berbagai situasi pendekatan otokratik mungkin yang paling baik, dalam berbagai situasilain, pendekatan partisipatif yang lebih efektif, atau pendekatan orientasi tugas dibanding orientasi karyawan dari sisi lain.

Kesimpulan yang dapat dibuat, bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan gaya kepemimpinan yang paling tepat tergantung kepada beberapa variabel yang saling berhubungan seprti ditunjukkan pembahasan berikut.

Type – type kepemimpinan :

Bila kita mengamati cara – cara pemimpin melakukan kepemimpinannya, penulis setuju dengan pendapat para ahli lainnya di dunia, bahwa cara kepemimpinan itu dilaksanakan ke dalam lima ( 5 ) tipe, yakni :

(a) Tipe otokratis

Kepemimpinan yang bertipe otokratis merasa paling baik hampir dalam segala hal. Sesuai dengan sifatnya pemimpin tipe ini dalam melaksanakan kepemimpinannya akan bersikap :

 Menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri

 Menyatukan dan menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi  Menganggap semua kerabat kerja sebagai alat semata – mata

 Tidak mau menerima kritk, saran dan pendapat orang lain

 Terlalu tergantung pada kekuasaan yang dimilikinya ( kekuasaan formal karena ia telah diangkat sebagai pimpinan )

 Dalam menggerakan kerabat kerjanya sering mempergunakan unsur paksaaan dan hukuman

(b) Tipe Militeristis

Kepemimpinan yang bertipe Militeristis (berprilaku seperti militer meski bukan militer). Sikap para pemimpin tipe militeristis, antara lain :

 Menggerakkan kerabat kerjanya dengan memerintah  Tergantung pada jabatan atau pangkat yang dimilikinya  Senang bersifat formalitas yang berlebih – lebihan  Menuntut disiplin yang tinggi dan bersikap kaku

 Sukar untuk menerima kritik dari kerabat kerja / bawahan  Menggemari upacara – upacara untuk berbagai keadaan (c) Tipe Paternalis

Kepemimpinan tipe paternalistis (kebapakan / merasa serba paling tahu). Sikap parapemimpin tipe ini antara lain :

 Menganggap kerabat kerja tidak pernah dewasa

 Bersikap terlalu melindungi terhadap kerabat kerjanya

 Jarang memberi kesempatan untuk memutuskan sendiri segala hal yang menjadi wewenang dan tanggung jawab kerabat kerja

 Jarang memberi kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas  Sering bersikap maha tahu dalam banyak hal

(d) Tipe Kharismatis

Kepemimpinan tipe kharismatik (memanfaatkan wibawa / kharisma). Pemimpin yang memiliki kharisma karena cakap mendidik dan membina diri sebaik – baiknya, disamping selalu berusaha taqwa pada Tuhan YME melalui agama yang dianutnya, mereka memiliki cara memimpin yang amat sederhana sebab segenap kerabat kerjanya akan taat dan patuh melaksanakan tugasnya masing – masing serta tanpa perintah. Sikap para pemimpin tipe ini antara lain :

 Dalam menggerakkan kerabat kerja bersikap memberi keleluasaan, sebab manusia adalah mahluk yang mulia.

 Selalu berusaha menyerasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi kerabat kerja

 Selalu menerima saran, pendapat dan kritik yang bersifat membangun  Mengutamakan kerja sama dalam setiap usaha untuk mencapai tujuan

 Mengutamakan kerja yang membuat kekeliruan bukan dihukum / dimarahi melainkan diberi kesempatan seluas – luasnya untuk mengadakan perbaikan agar kesalahan serupa tidak terulang

 Berusaha meningkatkan kemampuan dan kreatifitas semua orang yang menjadi kerabat kerjanya, agar kesejahteraan hidup merekapun meningkat pula dari saat ke saat.

 Berusaha mengembangkan dirinya agar lebih cakap dan bijaksana memimpin segenap kerabat kerjanya.

(e) Tipe Demokratis

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratis yang paling tepat untuk organisasi modern karena :

 Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia

 Selalu berusaha mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya

 Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik – kritik dari bawahannya

 Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan

 Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas – luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibanding dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang lalu

 Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.  Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

Dalam dokumen ADMINISTRASI FARMASI (Halaman 33-38)

Dokumen terkait