• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.2. Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja

Bain (1956) menyatakan bahwa dalam hubungan analisis struktur-perilaku-kinerja tidak lagi terbatas pada variabel mikro, seperti konsentrasi pasar produk, permodalan, bentuk-bentuk persaingan, serta masalah-masalah biaya dan

efisiensi alokasi, tetapi telah mulai berkenaan dengan variabel ekonomi makro, seperti kebijaksanaan pemerintah tentang proteksi, rintangan masuk, rintangan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan investasi asing.

Beberapa aspek yang dipelajari dalam kaitannya dengan struktur-perilaku-kinerja industri.

1. Aspek kebebasan memilih dan berusaha walaupun masih ada intervensi pemerintah yang pada akhirnya akan berubah menjadi suatu bentuk persaingan,

2. Aspek peluang yang sama, baik dalam pengertian sebagai pembeli dan penjual, maupun dalam kesempatan, dan pemerataan pendapatan,

3. Aspek keadilan dan kewajaran terhadap praktek-praktek bisnis yaitu melalui pelarangan praktek-praktek bisnis yang tidak wajar dan adanya kepastian hukum,

4. Aspek kesejahteraan masyarakat, yaitu efisiensi alokasi sumber-sumber ekonomi, kesempatan kerja, kestabilan harga, kesehatan, dan lingkungan yang bersih,

5. Aspek kemajuan, yaitu adanya kebebasan, keadilan dan kesejahteraan.

Untuk mengamati hubungan antara struktur-perilaku-kinerja dalam ekonomi industri maka dapat dilihat dari hubungan struktur dan kinerja industri, pengamatan kinerja dan perilaku yang kemudian dikaitkan lagi dengan struktur, menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian baru diamati kinerjanya, kinerja tidak perlu diamati lagi, oleh karena telah dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya. Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari

perusahaan-perusahaan. Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional dalam ekonomi industri. Struktur pasar juga mempengaruhi perilaku dari perusahaan. Struktur dan perilaku akhirnya akan mempengaruhi kinerja pasar. Yang utama dari struktur-perilaku-kinerja adalah determinan-determinan yang membentuk struktur itu sendiri, yaitu skala ekonomi dan disekonomi (Hasibuan, 1994).

Martin (1993) berpendapat bahwa pendekatan struktur-perilaku-kinerja digunakan untuk menganalisa hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja industri mi instan. Teori struktur, perilaku dan kinerja industri menyebutkan bahwa struktur, perilaku dan kinerja mempunyai tiga kategori utama untuk melihat monopoli dan persaingan yang terjadi di pasar. Dalam versi sederhana, struktur pasar bersifat eksogen dan menentukan perilaku perusahaan dalam pasar tersebut dan selanjutnya akan menentukan kinerja. Aspek-aspek struktur adalah jumlah perusahaan, ukuran besarnya perusahaan, kondisi hambatan masuk, sedangkan perilaku mencakup masalah kolusi, perilaku, inovasi, kebijakan harga, output dan iklan (Yunianti, 2001).

Pada analisis struktur, perilaku dan kinerja terdapat dua model pendekatan Structure Conduct Performance (SCP). Pertama, SCP School yang menekankan bahwa kekuatan pasar dari perusahaan merupakan sumber penyebab buruknya kinerja pasar dan pasar berada pada kondisi persaingan tidak sempurna dengan demikian pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk membatasi perilaku perusahaan. SCP School menekankan bahwa tingkat konsentrasi dan keuntungan yang tinggi diintepretasikan sebagai indikator penguasaan dan penyalahgunaan

penguasaan pasar. Dengan demikian masyarakat akan merasakan dampak negatifnya dan pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk membatasi perilaku perusahaan. Kedua, SCP Chicago School menyatakan bahwa sumber utama terjadinya kekuatan monopoli adalah pemerintah, sehingga agar tercapai kinerja pasar yang diinginkan sebaiknya di serahkan pada mekanisme pasar (Alistair, 2004). Paradigma Chicago meyakini bahwa keberhasilan perusahaan (firm success) yang diukur dengan tingkat keuntungan dan pangsa pasarnya mengindikasikan kepuasan konsumen, bukan kinerja yang buruk (Daryanto,2003). Pandangan lainnya adalah The New Industrial Economics yang menekankan pada peran perilaku yaitu apresiasi terhadap dimensi strategis dari keputusan perusahaan. Perusahaan tidak hanya bereaksi dan beradaptasi terhadap kondisi eksternal, tapi juga berusaha agar lingkungan ekonomi berada pada posisi yang dapat memberi keuntungan dengan pertimbangan bahwa pesaingnya juga akan melakukan hal yang sama.

Paradigma SCP berpendapat bahwa konsentrasi pasar yang tinggi membuat perusahaan lebih mudah untuk menguasai pasar dan menghasilkan keuntungan atau margin yang tinggi. Penguasaan pasar yang tinggi cenderung menghasilkan kinerja pasar yang buruk, yaitu konsumen harus membayar harga yang sangat tinggi (Daryanto, 2003).

Dasar paradigma SCP sendiri dicetuskan oleh Edward S. Mason, seorang dosen di University of Harvard tahun 1930-an. Tahun 1979, Scherer juga turut mengembangkan pendekatan SCP menjadi lebih luas dengan penjelasan yang logis, sehingga mempengaruhi para ekonom-ekonom dunia saat itu untuk

memandang SCP sebagai suatu cara yang biasa digunakan dalam menganalisis suatu industri (Shepherd, 1992). Berikut merupakan gambar pendekatan tradisional struktur-perilaku-kinerja.

KONDISI DASAR

STRUKTUR PERILAKU KINERJA

Gambar 2.1. Pendekatan Tradisional Structure Conduct Performance (S-C-P)

Sumber: Daryanto, 2004

Dalam ekonomi industri struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan. Dan untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan menghadapi sejumlah rintangan. Setiap struktur pasar berada di antara monopoli (pangsa pasar yang tinggi dan rintangan masuk yang tinggi) dan persaingan murni (pangsa pasar kecil dan rintangan masuk kecil). Struktur industri manufaktur erat kaitannya dengan tiga hal, yakni tingkat diversifikasi produk, intensitas pemakaian faktor-faktor produksi, termasuk SDA dan orientasi pasar. Gambar 2.2. menunjukkan bahwa struktur dan perilaku kemudian mempengaruhi kinerja pasar. Kinerja yang baik terutama mencakup harga yang rendah, efisiensi, inovasi dan keadilan. Kondisi dasar yang diwakili oleh elastisitas permintaan dapat melihat struktur, semakin elastis ada kecenderungan struktur pasar yang semakin terkonsentrasi. Struktur pasar yang semakin terkonsentrasi antara lain akan menyebabkan adanya kecenderungan dalam kekakuan harga. Hal ini dapat berpengaruh pada perilaku pasar.

UKURAN-UKURAN

Kondisi Permintaan Kondisi Penawaran Elastisitas Permintaan Skala Ekonomi Elastisitas silang dari Ekonomi Vertikal permintaan

STRUKTUR Ukuran distribusi Perusahaan Pangsa Pasar

Konsentrasi Rintangan masuk Elemen-elemen lain

PERILAKU Kerja sama dengan pesaing Strategi melawan pesaing Iklan

KINERJA

Harga-biaya dan Kemajuan teknologi pola keuntungan Keseimbangan dalam X-efisiensi pendistribusian Pengalokasian Pengaruh-pengaruh yang efisien lainnya

Gambar 2.2. Paradigma Structure Conduct Performance (S-C-P)

Sumber : Jaya, 2001

Dalam penelitian-penelitian empiris pada umumnya tingkah laku perusahaan seringkali diabaikan. Pengujian hipotesis dengan pola hubungan seperti di atas selalu terbentur variabel tingkah laku yang sulit diukur dan dijabarkan sehingga sulit untuk mendapatkan hasil pengujian yang berarti untuk hubungan antara struktur dan perilaku. Oleh karena itu, perkiraan atas kinerja industri dapat diketahui melalui unsur-unsur pasar yang dimasukkan sebagai variabel bebas.

Pengujian hipotesa pola hubungan struktur dan kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu indikator tertentu dari struktur pasar seperti tingkat konsentrasi penjual dan menggunakan PCM sebagai indikator kinerja. Tetapi akan lebih baik bila memasukkan unsur-unsur struktur pasar yang lain dalam pengujian.

2.2.1. Struktur Pasar

Defenisi pasar adalah sebagai suatu kelompok penjual dan pembeli yang mempertukarkan barang yang dapat disubtitusikan. Kemampuan subtitusi barang merupakan kunci pokok sehingga ekonomi muncul sebagai daya tarik bagi pasar-pasar individu. Tiap pasar-pasar dibatasi oleh dua dimensi yaitu jenis produk dan daerah geografis (Jaya, 2001). Struktur pasar merupakan suatu variabel yang digunakan untuk menentukan perilaku perusahaan dan interaksi antara perilaku dan struktur pasar menentukan kinerja. Selanjutnya kinerja mempunyai pengaruh terhadap pembentukan struktur. Dalam struktur pasar selain memperhatikan jumlah perusahaan juga harus memperhatikan ukuran atau besaran distribusi dari perusahaan tersebut.

Secara teoritis struktur pasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna. Persaingan tidak sempurna dibedakan menjadi tiga yaitu persaingan monopoli, oligopoli dan monopolistik. Struktur pasar dapat dilihat dari tiga hal yaitu jumlah perusahaan, tipe produksi dan hambatan masuk (Hasibuan, 1994). Ringkasan tipe-tipe struktur pasar dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tipe-Tipe Struktur Pasar

Tipe Pasar Jumlah

Perusahaan Tipe Produksi

Hambatan Masuk

1. Persaingan Sempurna Banyak Homogen Bebas 2. Persaingan Tidak Sempurna a.Persaingan Monopolistik b.Oligopoli c.Monopoli Banyak Sedikit

Satu atau kolusi

Diferensiasi Diferensiasi Diferensiasi Bebas Terbatas Sangat terbatas Sumber: Hasibuan, 1994

Dalam struktur pasar terdapat beberapa elemen-elemen yang termasuk didalamnya yaitu pangsa pasar, konsentrasi pasar dan hambatan-hambatan untuk masuk. Ketiga elemen tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.

Dokumen terkait