• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Grand Theory : Perilaku Organisasi Industri

2.1.1. Pendekatan Struktural

"Pendekatan struktural" (Bain, 1951) digunakan dalam membuat model derajat perilaku kompetisi industri bank mencakup paradigma struktur perilaku-kinerja (Structure Conduct Performance = SCP) dan hipotesis struktur efisien (Efficiency Structure Hypotesis = ESH). Pengertian dari Paradigma SCP merupakan kekuatan pasar perusahaan perbankan yang meningkat dengan konsentrasi industri maka dengan demikian membangun hubungan langsung dari struktur industri terhadap perilaku kompetitif. Peningkatan konsentrasi dianggap sebagai peningkatan peluang kolusif antara bank, sehingga menyebabkan harga dan profitabilitas lebih tinggi.

Definisi Hipotesis struktur efisien (ESH) menurut Demsetz (1983) dan Peltzman (1977) yang menentang paradigma SCP adalah hubungan antara profitabilitas dan konsentrasi pasar, dimana kausalitas konsentrasi adalah kinerja dari beberapa faktor spesifik bank seperti penggunaan teknologi terbaru atau manajemen

DOKTORAL PERBANKAN SYARIAH FEB UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA -2020 24 yang unggul yang menyebabkan bank menjadi lebih untung dan tumbuh besar, serta mengarah kepada konsentrasi pasar.

2.1.1.1. Paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP)

Paradigma Struktur-Perilaku dan Kinerja (Structural Conduct Performance atau SCP) merupakan pendekatan umum yang telah banyak digunakan untuk mengkaji hubungan dinamika persaingan suatu industri dengan kinerjanya. Awalnya paradigma ini digunakan untuk industri manufaktur, namun dalam perkembangannya paradigma yang sama juga digunakan untuk industri jasa seperti perbankan. SCP telah menjadi kerangka umum pendekatan kajian organisasi industri (Carlton dan Perloff, 2000).

Pendekatan SCP pertama kali diperkenalkan oleh Edward S. Mason (1939) dan dikembangkan oleh muridnya Joe S. Bain (1951) dari Harvard University pada tahun 1940an dan 1950an. Pendekatan yang dikenal dengan pendekatan struktural ini mempunyai postulat bahwa Kinerja (P) secara linier ditentukan oleh Perilaku (C) perusahaan yang berada dalam suatu industri dan perilaku ditentukan oleh Struktur Pasar (S) dimana perusahaan itu berada.

Paradigma SCP (Bain, 1951) mengemukakan hubungan kasual satu arah dari struktur industri ke perilaku perusahaan, dan dari perilaku perusahaan ke kinerja industri, oleh karena itu mencoba menyimpulkan tingkat persaingan suatu industri dari fitur strukturalnya. Struktur pasar biasanya mengacu pada konsentrasi industri, pangsa pasar perusahaan, tingkat diferensiasi produk, dan peraturan atau hambatan lain bagi perusahaan baru untuk memasuki industri. Perilaku pasar menggambarkan apa yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan untuk bersaing satu sama lain.

DOKTORAL PERBANKAN SYARIAH FEB UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA -2020 25 Komponen ini mencakup berbagai strategi harga maupun produk yang dilakukan oleh perusahaan ataupun industri. Termasuk dalam perilaku pasar adalah iklan, riset dan pengembangan, kerjasama antar perusahaan untuk mengeksploitasi pasar dalam bentuk kolusi atau bahkan merger. Bentuk dan intensitas perilaku yang dapat dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat tergantung kepada struktur pasar dimana mereka beroperasi.

Studi empiris dari paradigma SCP yang menilai kondisi kompetitif di pasar perbankan Eropa relatif jarang. Namun, Molyneux dan Thornton (1992), Bourke (1989), Molyneux dan Teppet (1993), dan Molyneux (1993, menyelidiki faktor-faktor penentu kinerja bank di 12 negara Eropa antara tahun 1986 dan 1989, dan menemukan bahwa CR10 yang diproksikan dengan total asset 10 bank dengan Laba sebelum pajak memiliki korelasi yang positif dan signifikan, tetapi sangat kecil.

Kemudian, Bourke (1989) menggunakan konsentrasi tiga bank rasio, CR3, dengan ukuran laba sebelum pajak di 12 negara Amerika Utara dan Eropa termasuk Australia dalam periode sepuluh tahun dari 1972 hingga 1981. Hasilnya sangat sesuai dengan temuan Molyneux dan Thornton. Pengamatannya dengan menggunakan spread suku bunga bank menunjukkan peningkatan pada indeks Herfindahl hanya di pasar perbankan kecil dengan pesaing yang relatif sedikit dengan hambatan masuk yang tinggi. Selanjutnya, Molyneux dan Teppet (1993) meneliti 5 negara EFTA (Swedia, Norwegia, Finlandia, Austria, dan Swiss) dan temuan mendukung hipotesis SCP. Molyneux (1993) kembali menguji dan mendapatkan hasil yang lemah dalam mendukung SCP atas hipotesis struktur efisien dalam perbankan Eropa utama pasar.

DOKTORAL PERBANKAN SYARIAH FEB UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA -2020 26 Interaksi berbagai komponen pada pendekatan SCP hasilnya tidak hanya searah dari Struktur mempengaruhi Perilaku dan akhirnya tergambar dalam Kinerja seperti pada saat awal paradigma SCP diperkenalkan. George J. Stigler (dari Chicago School of Economics, 1971: 2-31) dengan menggunakan Teori Harga, Stigler berargumen bahwa alur pengaruh yang sebaliknya dapat terjadi. Kinerja dalam bentuk keuntungan yang besar diperoleh bank tertentu dengan kemampuan menerapkan strategi (perilaku) yang semakin memantapkan keberadaannya di pasar.

Dominasi pasar beberapa bank ini bahkan dapat digunakan untuk menggusur pesaingnya dalam industri ke luar pasar sehingga akhirnya terbentuk struktur pasar yang semakin terkonsentrasi.

Walaupun sebagai kerangka umum SCP telah banyak digunakan karena terbukti sangat membantu dalam menganalisa suatu industri, kajian terhadap komponen perilaku (conduct) cenderung tidak sekuat analisis terhadap struktur pasar.

Padahal sudah lama disadari bahwa perilaku kompetisi industri bank dapat membentuk lingkungan persaingan tanpa merubah struktur pasar. Kalaupun analisis perilaku dilakukan biasanya hanya berbentuk kualitatif tanpa didasarkan pada kerangka analisis yang kuat dan terintegrasi dengan kerangka SCP secara keseluruhan (Smith et al., 2007).

Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa seluruh komponen SCP dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah baik berupa intervensi langsung terhadap berbagai komponen dalam SCP tersebut maupun dalam mewarnai lingkungan bisnis dimana industri beroperasi (Samad, 2008; Sanuri, 2011; dan Sabir et.al.,2012; . Bentuk kebijakan pemerintah dapat berupa regulasi pada berbagai tingkatan mulai

DOKTORAL PERBANKAN SYARIAH FEB UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA -2020 27 dari UU dan Peraturan Bank Indonesia sampai Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri. Aspek yang diatur dapat berkenaan langsung dengan industri yang bersangkutan seperti penetapan tingkat pajak dan subsidi, anti persaingan usaha tidak sehat dan insentif investasi serta pajak.

2.1.1.2. Efficient Structure Hypothesis (ESH)

Pendekatan ini berpendapat bahwa hubungan positif antara laba dan konsentrasi bukan berasal dari kekuatan pasar tetapi dari efisiensi perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih besar. Dengan kata lain, perusahaan yang lebih efisien mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, dan menghasilkan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi. Menurut ESH, bank yang sangat efisien (karena faktor spesifik perusahaan seperti keterampilan teknologi atau manajerial, dll.) Dapat mengejar dua strategi yang berbeda, yiatu: i) dapat memaksimalkan keuntungan dengan mempertahankan tingkat harga saat ini dan memaksimalkan ukuran (size) perusahaan dengan atau mengurangi harga, ii) serta memperluas ukuran (size) perusahaan (Lloyd-Williams et al., 1994). Jika bank-bank yang efisien memilih ekspansi, maka akan meningkatkan pangsa pasar bank tersebut dengan mengorbankan bank-bank lain yang relatif tidak efisien dan dengan demikian efisiensi bank akan menjadi kekuatan utama untuk konsentrasi pasar yang tinggi. Hipotesis struktur efisiensi menyiratkan bahwa hubungan sebab akibat akan terjadi antara pangsa pasar, ukuran efisiensi perusahaan, dan laba, tetapi tidak akan terjadi hubungan sebab akibat antara konsentrasi pasar dan profitabilitas (Denizer, 1997).

Hipotesis struktur efisiensi (ESH) ini diterapkan pada industri perbankan oleh Smirlock (1985), Smirlock dan Brown (1986), Brozen (1982), Evanoff dan Fortier

DOKTORAL PERBANKAN SYARIAH FEB UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA -2020 28 (1988), Berger dan Humphrey (1991), dan Molyneux (1995). Smirlock (1985) menunjukkan adanya hubungan positif antara pangsa pasar dan profitabilitas, dan tidak ada hubungan antara konsentrasi dan profitabilitas. Kesimpulan penelitiannya adalah mendukung hipotesis struktur pasat yang efisien. Brozen (1982) dan Evanoff dan Fortier (1988) menunjukkan kesimpulan yang sama. Namun, kesimpulan Smirlock dipertanyakan oleh Shepherd (1986) dan Rhoades (1985) dengan asumsi bahwa pangsa pasar dapat dianggap sebagai proksi efisiensi dengan mempertahankan bahwa pangsa pasar lebih untuk mewakili kekuatan pasar daripada untuk ukuran efisiensi. Penggunaan model ESH dalam kajian penelitian disertasi ini untuk mengembalikan kaidah syariah dalam meng-counter paradigm SCP ketika terjadi pada industri bank syariah.

Dokumen terkait