• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK

8. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

“Pendidikan merupakan proses dalam “transfer” ilmu, yang umumnya

dilakukan melalui tiga cara; yakni lisan, tulisan, dan perbuatan”.33

“Dengan artian pendidikan merupakan segala usaha, dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam, yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya”. 34

Secara etimologis, pengertian pendidikan Islam digali dari al-Quran dan al-Hadits sebagai sumber pendidikan agama Islam. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Muhamamad al-Toumy al-Syebani yang dikutip oleh Tohirin, yang menyatakan bahwa “pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai Islami”.35Dari kedua sumber tersebut, ditemukan juga ayat-ayat atau hadis-hadis yang mengandung kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan Islam, yakni tarbiyah, ta’lim, ta’dib. “Kata Islam yang melekat dalam pendidikan Islam adalah pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan Islam”.36

33 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 12. 34 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2009), h. 8.

35 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 9.

36 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Persektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 24.

Berdasarkan pada pengertian umum Pendidikan Agama tersebut, Alisuf Sabri memaparkan perumusan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama Republik Indonesia bahwa,

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.37

Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat cara pandang yang berbeda, terhadap definisi Pendidikan Agama Islam, namun substansinya sama yaitu mempersiapkan peserta didik sebagai generasi baru. Agar mereka dapat mengaplikasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menambah keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut Nur Uhbiyati mengartikan tujuan yaitu “Sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan.”38

Tujuan merupakan kegiatan yang paling penting dalam suatu kegiatan. Tujuan itulah yang menentukan kegiatan dan apa yang hendak dicapai dalam kegiatan tersebut. Suatu kegiatan akan berakhir bila tujuannya telah tercapai.

Tujuan pendidikan ialah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Pendidikan berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap seperti yang diharapkan menjadi bersikap yang diharapkan. Kegiatan pendidikan ialah usaha sadar membentuk manusia

37 M, Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 111. 38 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), Cet. II, h. 29.

secara keseluruhan aspek kemanusiaannya secara utuh, lengkap dan terpadu. Secara umum dan ringkas dikatakan pembentukan kepribadian. Pada dasarnya, sebuah pendidikan menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia yang sehat jasmani dan rohani, mempunyai keterampilan, pikirannya cerdas serta pandai, hatinya berkembang dengan sempurna serta mempunyai kepribadian yang berakhlakul karimah.

Berkenaan dengan tujuan Pendidikan Agama Islam Ahzab Muttaqin menyatakan, ada dua tujuan pokok Pendidikan Agama Islam, yaitu:

1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, serta penghayatan, pengamalan, pembiasaan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang senantiasa berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, religius, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial, serta mampu mengembangkan diri dengan baik dalam komunitas sekolah.39 Ahmad Tafsir membagi tujuan Pendidikan Agama Islam ke dalam tiga kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembinaan pemahaman kognitif bertujuan agar siswa paham akan ajaran Islam, pembinaan efektif bertujuan agar siswa menerima ajaran Islam, pembinaan psikomotorik bertujuan agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.40

Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.

“Penanaman nilai-nilai ini tidak juga dalam rangkan menuai keberhasilan

39 Ahzab Muttaqin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Cempaka Putih, 2007), cet.I, h. 3 40 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 86.

hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak”.41

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas berkenaan dengan tujuan Pendidikan Agama Islam, definisi tersebut mengarah pada satu kesimpulan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah supaya siswa memiliki budi pekerti (akhlak), supaya menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan bertakwa kepada Allah SWT, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.

Menurut Abdul Majid ruang lingkup materi PAI pada dasarnya mencakup beberapa unsur pokok al-Quran, yaitu:

1) Mengenai keimanan meliputi: Beriman kepada Allah dan menghayati sifat-sifat-Nya. Beriman kepada malaikat, beriman kepada Rasul-rasul Allah, beriman kepada Kitab-kitab, beriman kepada hari akhir, beriman kepada Qada dan Qadar dan memahami fungsi serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai Akhlak meliputi: Membiasakan dengan perilaku dan sifat terpuji. Membiasakan menghindari sifat-sifat tercela. Menerapkan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mengenai Fiqih atau Ibadah meliputi: Memahami sumber-sumber Islam dan pembagiannya. Memahami hikmah shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, waqaf, jual beli, riba, hukum ekonomi, pengurusan jenazah, jinayat dan khulud, khutbah dan dakwah serta pernikahan secara lebih mendalam dan mengambil hikmahnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

41 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), cet 1. h. 136.

3) Mengenai Tarikh meliputi: Memahami perkembangan Islam pada masa Umayyah, Abasiyyah Umayyah, abad pertengahan, Islam di Indonesia, Islam di dunia dan mampu menerapkan manfaatnya dalam perilaku sehari-hari.42

Pendidikan Islam tidak tertuju kepada pembentukan kemampuan akal saja, melainkan kepada setiap bagian jiwa itu menjadi mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana dikehendaki oleh Allah

d. Penerapan Berfikir Konstruktif pada Pembelajaran PAI

Yatim Riyanto mengemukakan bahwa pembelajaran konstruktif membutuhkan guru-guru yang konstruktif dan memiliki daya kreatif tinggi serta beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menyelenggarakan pendidikan yaitu sebagai berikut:

Dengan demikian berdasarkan hal di atas, implikasi pembelajaran konstruktif terhadap pembelajaran PAI adalah; pembelajaran konstruktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, pembelajaran konstruktif memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa dengan maksud agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena. Siswa mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.43

Pandangan konstruktif juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya agar siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang teori dan model mengenai gagasan-gagasan PAI yang tepat saat ini. Pembelajaran konstruktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru di luar aqidah dan mengungkapkannya agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan

42 Abdul Majid dan Dian Handayani, Pendidikan Agama…, h. 151.

43Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 6, h, 44.

diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru.

e. Karakteristik Pelajaran PAI

Tiap jenis kurikulum mempunyai ciri atau karakteristik termasuk Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana kita ketahui ajaran pokok Islam adalah meliputi: masalah aqidah (keimanan), syari`ah (keislaman), dan akhlak (ihsan).

Abdul Majid menjelaskan bahwa kurikulum Islami meliputi, Aqidah bersifat i`tikad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Syari`ah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. Akhlak suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia44

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk Rukun Iman, Rukun Islam, dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh, dan Ilmu Akhlak.

Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur`an dan Al-Hadis serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) sehingga secara berurutan: Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh, Al-Qur`an, Al-Hadis, Akhlak, Tarikh Islam.

Dokumen terkait