BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Katolik
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan
potensi peserta didik yang meliputi potensi intelektual, sikap atau perilaku, dan
keterampilan. Selain itu, pendidikan juga merupakan aktifitas terencana yang
diselenggarakan melalui keluarga yang disebut pendidikan non formal dan melalui
pendidikan formal di sekolah-sekolah. Tentunya, pendidikan berperan untuk
membentuk manusia muda yang utuh dan integrasi (Driyakara, 1980; 16).
Sedangkan, Lawrence Cermin dalam Groome, (2010;29) mengartikan pendidikan
sebagai usaha sengaja, sistematis, dan terus menerus untuk menyampaikan,
menimbulkan atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai,
keahlian-keahlian, atau kepekaan-kepekaan, juga setiap akibat dari usaha itu.
Alfred North Whitehead dalam Groome,(2010;30) mengartikan pendidikan
adalah bimbingan bagi individu untuk memahami seni kehidupan;
prestasi-prestasi yang paling lengkap dari pelbagai kegiatan yang mengekspresikan
potensi-potensi makhluk hidup ketika berhadapan dengan lingkungannya yang
sebenarnya. Karena itu, pendidikan mewajibkan pendekatan holistik terhadap
manusia yang memperhatikan seluruh seni kehidupan, serta potensi-potensi
peserta didik dalam konteks lingkungan sosial. Hal ini dipertegas oleh para
pada intelektualisme yang sempit, hanya urusan pikiran, akan tetapi pendidikan
menekankan pikiran yang sehat, tubuh yang sehat, dan kebajikan-kebajikan yang
berkembang. Pendidikan yang baik harus bersifat kognitif, afektif, dan tingkah
laku. Hal senada pun ditegaskan dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK. 795),
demikian:
Pendidikan yang sejati adalah pendidikan yang meliputi pembentukan pribadi manusia seutuhnya, yang memperhatikan tujuan akhir manusia dan sekaligus pula kesejahteraan umum dari masyarakat, maka anak-anak dan kaum muda hendaknya dibina sedemikian sehingga dapat mengembangkan bakat-bakat fisik, moral, dan intelektual mereka secara harmonis, agar mereka memperoleh rasa tanggung jawab yang lebih sempurna dan dapat menggunakan kebebasan mereka dengan benar, dan terbina pula untuk berperan-serta secara aktif dalam kehidupan sosial (KWI, 2011: 230).
Pernyataan KHK di atas menunjukkan bahwa pendidikan adalah kata kunci
dalam setiap usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dengan
demikian, pendidikan adalah proses pengangkatan manusia muda sampai
sedemikian tingginya sebagai manusia dan membudayakan diri. Jadi, pendidikan
adalah kegiatan yang fundamental bagi manusia. Dengan kata lain, pendidikan
adalah suatu proses pendewasaan; dalam arti kemampuan untuk mengarahkan diri
secara mandiri dan bertanggung jawab. Seluruh proses pendidikan tersebut
merupakan bimbingan ke arah kemandirian diri sendiri dan kemandirian dalam
masyarakat (Djokopranoto, 2011: 90-91).
2. Pengertian Pendidikan Agama Katolik
Umat Kristen telah menjadi ciptaan baru dan disebut putra-putri Allah
berkat kelahiran dari air dan Roh Kudus. Karena itu, semua orang Kristen berhak
peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan ajaran katolik. Tentunya, usaha tersebut juga tetap
memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama di tengah masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan
persatuan nasional (Mohamad Nuh, 2013: 2). Mary Boys dalam Heryatno,
(2008;22) mengartikan PAK merupakan suatu cara (jalan) membuka peluang
selebar-lebarnya bagi para peserta didik agar sampai kepada kekayaan tradisi.
Mangunwijaya dalam Heryatno, (2008; 16) memaparkan bahwa hakikat
dasar PAK adalah sebagai komunikasi iman. PAK itu bukan pengajaran agama
melainkan komunikasi pengalaman beriman. Sebagai komunikasi iman, PAK
menekankan sifatnya yang praktis dan selalu mengarah pada perkembangan.
Dengan kata lain, PAK menjadi mediasi perkembangan iman yang berlangsung
secara terus menerus. Dengan demikian, PAK merupakan pendidikan yang bervisi
spiritual (Heryatno, (2008: 16).
Pengertian PAK dapat dipahami sebagai proses pendidikan iman yang
diselenggarakan oleh Gereja melalui lembaga-lembaga pendidikan untuk
membantu peserta didik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus,
sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup
peserta didik. Pendidikan iman katolik di sekolah merupakan salah satu usaha
untuk memampukan peserta didik berinteraksi (berkomunikasi), memahami,
menggumuli dan menghayati iman. Karena itu, dengan kemampuan berinteraksi
didik semakin diperteguh. Dengan demikian, tujuan PAK dapat tercapai dengan
baik.
3. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Setiap lembaga pendidikan tentunya berusaha dengan segala upaya untuk
mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik. Tujuan pembangunan dalam
bidang pendidikan adalah mengembangkan kemampuan akal budi. Sedangkan,
berdasarkan misinya, sekolah menumbuhkan kemampuan memberikan penilaian
yang cermat, memperkenalkan harta warisan budaya yang telah dihimpun oleh
generasi-generasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata-nilai,
menyiapkan peserta didik untuk mengelola sikap jujur, memupuk kerukunan, dan
mengembangkan sikap saling memahami (Djokopranoto, 2011: 90-91). Tujuan
PAK adalah membantu peserta didik mencapai kematangan hidup sebagai orang
kristiani menurut pola Yesus Kristus Ef 4 :13. (Heryatno, 2008: 86).
Selain itu, tujuan PAK menurut Heryatno Wono Wulung (2008: 24),
sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan iman yang bersifat Holistik. Artinya, sesuai dengan
kepentingan peserta didik. PAK bertujuan mengembangkan secara utuh dan
serentak segi kognitif, afektif, dan psikomotorik hidup peserta didik. Dengan
kata lain, perkembangan pengetahuan dan melaksanakannya sungguh
menyatu. Peserta didik mengetahui secara benar, berarti melaksanakannya
dengan berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan moral. Dengan demikian,
PAK juga mengarah kepada aktualisasi potensi diri dan perkembangan iman
b. Demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Tujuan ini merupakan visi
dasar, arah utama, dan pusat acuan untuk mengukur tercapai tidaknya PAK.
Hal ini berdasar pada pemahaman bahwa Kerajaan Allah merupakan
tindakan Allah sendiri. Dengan kata lain, Allah yang setia dan penuh
belaskasih, menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Seluruh Sabda
dan karya Yesus merupakan perwujudan hadirnya Kerajaan Allah, sehingga
dapat dikatakan Kerajaan Allah itu Kerajaan Kristus. Kristus menjadi ahli
waris dan menuntut dari kita sebuah sikap yang positif kepada siapa pun
seperti yang di kehendaki-Nya sendiri bahwa kita harus saling mengasihi
(Yoh. 15: 13). Tujuannya, agar semua orang mengalami damai dan
sejahtera. Karena itu, tujuan PAK menjadi sakramen kehadiran Allah terus
diperjuangkan dan diwujudkan melalui kesaksian hidup.
c. Tujuan PAK demi perkembangan dan kedewasaan iman. Fowler dalam
Heryatno, (2008: 80) mengatakan bahwa perkembangan iman di dalam
dunia pendidikan sangat penting. Sedangkan, Groome (2008: 31)
menjelaskan bahwa iman merupakan poros kehidupan, yang menyangkut
visi dan nilai hidup yang menggerakan seseorang untuk menanggapi realitas
yang transenden. Iman dapat dipahami sebagai keterampilan seseorang
untuk memaknai realitas hidup. Iman menekankan kesatuan tiga elemen,
yaitu pemahaman, emosi, dan moral. Iman itu inti hidup manusia, lebih
personal dan mendalam. James Fowler dalam Heryatno, (2008: 31)
mengatakan bahwa “pendidikan agama katolik harus betul-betul memperhatikan tahap-tahap perkembangan iman”. Iman mencakup tindakan
meyakini, mempercayai dan melaksanakan kehendak Allah. Iman
bersentuhan dengan inti hidup manusia. Maka dengan adanya PAK di
sekolah diharapkan agar peserta didik dapat semakin peka pada rahmat
Allah yang dilimpahkan kepadanya dan tekun menanggapi rahmat itu
sehingga peserta didik semakin beriman. Sebagai mahluk rasional, manusia
menggunakan akal budi untuk makin beriman, maka itu iman memiliki
aspek kognitif yang membuat masuk akal.
Dengan demikian, arah PAK membantu peserta didik untuk semakin
meyakini nilai-nilai kekayaan Gereja. Peranan PAK membantu peserta didik
untuk mengenali dan meyakini belaskasih dan kesetiaan Allah yang menyatu
dalam hidup Yesus Kristus dan terus berkarya melalui Roh Kudus. Tugas PAK
untuk meningkatkan kepercayaan total peserta didik kepada Allah, dengan cara
memupuk relasi dari hati ke hati antara hidup peserta didik dengan kepedulian
terhadap sesama; semakin peserta didik percaya kepada Tuhan, maka peserta
didik juga semakin beriman.
4. Sifat dan Arah Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan harus memiliki sifat dan arah pendidikan yang jelas, agar semua
komponen pendidikan, khususnya para peserta didik dapat mengetahui tujuan
proses pendidikan yang mereka pelajari. Vanlith dan Driyakara dalam Heryatno,
( 2008: 13-14) menyatakan bahwa arah PAK adalah memperkembangkan
humanisme Kristiani supaya peserta didik dapat menjadi pelaku-pelaku perubahan
arah PAK adalah untuk memperjuangkan humanisme sosial. Artinya, pendidikan
dipahami sebagai mediasi atau jalan ke arah transformasi sosial.
Sisi lain, PAK yang bervisi spiritual secara konsisten berusaha
memperkembangkan jati diri atau inti hidup seseorang ke dalam diri anak didik.
PAK pun memperkembangkan rasa, kepekaan hati, imaginasi, serta dimensi sosial
hidup manusia. PAK tidak hanya bersifat kognitif, tetapi memberi ilham untuk
menghadapi kenyataan hidup masa sekarang dan masa depan. PAK menekankan
kebijaksanaan dan keutamaan, scholae non scholae sed vitae.artinya dalam
kegiatan belajar mengajar yang terpenting bukan sekolahnya tetapi kualitas
hidupnya. Hal ini perlu disadari bahwa dalam perkembangan hidup peserta didik
tidak sekali jadi tetapi seumur hidup. PAK mengusahakan perkembangan diri
secara terus menerus, from the womb to the tomb (perkembangan iman yang
berlangsung sepanjang hayat) dalam Heryatno, (2008: 15)
Sisi lain, Groome (1991: 11-14) membedakan sifat dasar PAK atas tiga
jenis, antara lain:
1. Ontologis: Dasar pendidikan yang bersifat ontologis, maksudnya dalam
kegiatannya, manusia itu sebagai subjek bukan objek. Memperlakukan peserta
didik sebagai subjek bukan objek dalam PAK. Hal ini berarti PAK secara
serentak memperkembangkan nilai-nilai kemanusiaan dan secara seimbang
memperkembangkan kognitif (head) rasa dan simpati, hati (heart), tangan
yang bergerak dan berbuat (hands) rumah: rasa aman, percaya diri dan saling
2. Transenden: Dasar kegiatan yang bersifat Transenden, bertolak dari keadaan
konkret dan mengarah pada perkembangan secara hakiki demi hidup peserta
didik. Perkembangan peserta didik melampaui perkembangan sebelumnya.
3. Politis: Dasar kegiatan yang bersifat politis berarti pendidikan mendorong
peserta didik untuk peduli dan aktif terlibat di dalam masalah sosial di
sekitarnya demi transformasi sosial.
Selain itu, Groome Thomas (1991: 11-14) memaparkan fungsi-fungsi
pendidikan, yakni (a) membentuk (to form), (b) informasi (to inform) untuk
mengkomunikasikan kekayaan ilmu dan kebijaksanaan hidup peserta didik, dan
(c) memperjelas artinya untuk memberdayakan peserta didik bagi perkembangan
diri sendiri (to transform). Artinya, suasana yang ada dalam PAK harus dijiwai
oleh Roh cinta kasih dan kebebasan Injili. Berarti, suasananya baik, karena
suasana yang baik dapat menjadi guru yang baik pula. Maksudnya, dari suasana
baik itu suasana yang dijiwai oleh roh cinta kasih dan kebebasan Injili terwujud di
dalam suasana kelas yang memperkembangkan keterkaitan, perhatian, dan
kebersamaan. Suasana yang membuat peserta didik merasa diterima, diteguhkan,
dan diberdayakan untuk semakin berkembang. Akibatnya, suasana kelas sungguh
menggembirakan dan perlu diusahakan. PAK dipahami sebagai seni yang
membutuhkan persiapan, keheningan, dan kontemplasi untuk membiarkan Roh
bekerja sendiri dalam diri guru PAK juga peserta didik itu sendiri.