• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

B. Pendidikan Agama Islam

C. Meneladani Perjuangan Rasulullah SAW di Mekkah D.Metode Pembelajaran Kontekstual

E. Metode Index Card Match BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK N 1 Pabelan B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I C.Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus

B. Perbandingan Hasil Antar Siklus BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Hasil belajar

1. Pengertian Peningkatan hasil belajar

Peningkatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan meningkat (Usaha, kegiatan dan sebagainya). Peningkatan merupakan usaha untuk membuat sesuatu yang lebih baik daripada yang sebelumnya, sehingga dengan adanya peningkatan sesuatu akan menjadi lebih baik. Peningkatan dilakukan karena adanya perbaikan dalam suatu proses atau cara yang belum tercapai tujuannya.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman (Umiarso dan imam gojali, 2011: 240). Dalam memperoleh ketrampilan dan perilaku yang baru siswa dapat meraih hasil belajar. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam Brahim (2017: 39). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelsh mengalami aktifitas belajar.

terhadap pelajaran. Hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses belajar yang optimal pula. Untuk memperoleh proses dan hasil belajar yang optimal, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dan tahap-tahap pembelajaran (Arifin, 2011: 303). Di dalam uraian diatas maka hasil belajar yang optimal, guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap tuntas tidaknya belajar seorang siswa. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Dengan demikian, tugas utama seorang guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat menuntaskan keberhasilan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto, 2013: 5). Sehingga dengan hasil tes akan terlihat hasil belajar siswa yang diperoleh dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah. Umumnya hasil belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai dari guru (nilai 1- 100) kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan di dalam kelas.

Dengan mengetahui nilai-nilai siswa setidaknya akan menjadikan motivasi untuk lebih giat dalam belajar sehingga dapat menuntaskan nilai belajarnya dan mendapat prestasi yang lebih baik. Selain itu

seorang guru tidak hanya menilai hasil belajar siswa saja, tetapi seorang guru juga harus menilai hasil usahanya yang guru lakukan ketika mengajar di dalam kelas.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar Dalam memperoleh individu. (Slameto, 1991: 56-72)

a. Faktor Intern

Di dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1) Faktor Jasmaniah a) Faktor kesehatan

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olah raga dan rekreasi

b) Cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu

obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang lebih baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. c) Minat

MInat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengnang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuadah belajar atau berlatih. Bakat mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.

e) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Kesediaan untuk memberi respone atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematngan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan itu mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor Eksternal

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, penulis kelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Uraian berikut akan membahas ketiga faktor tersebut.

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat. Pada uraian berikut ini penulis membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar anak.

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakt dapat menggantungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi. Perlulah kiranya

membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya

b) Mass media

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dll. Semua itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan imbingan dan control yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. c) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Maka perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang

positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani bertaqwa, dan beraklaq mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014: 11). Ilmu Agama Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan redaksi yang agak singkat, Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. (Nata, 2010: 13). Jadi pendidikan agama Islam merupakan ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadist untuk memahami pendidikan agama Islam tersebut dibutuhkan seorang pengajar sebagai kegiatan belajar.

Menurut Zakiyah Darajat (1987: 87), Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. (Majid, 2014: 12). Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus bias menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak ke arah kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya. (Arifin, 2014: 9). Dapat disimpulkan bahwa adanya pendidikan agama Islam diharapkan seseorang siswa dapat mengetahui tentang agama Islam dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Selain itu dengan pendidikan agama Islam seseorang yang mengetahui tentang ajarannya dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari karena ajaran dalam agama Islam merupakan ajaran yang baik dan benar.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Arifin dalam Abudin Nata (2010: 20-21) Sejalan dengan pengertian pendidikan agama Islam maka baik secara teori maupun praktik, berusaha merealisasikan misi ajaran Islam, yaitu menyebarkan dan menanamkan ajaran islam ke dalam jiwa umat manusia, mendorong penganutnya untuk mewujudkan nilai-nilai ajaran Al-Qur‟an dan Al- Sunnah sebagaimana tersebut di atas, mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola kemajuan hidup yang dapat menyejahterakan pribadi

seterusnya. Dengan mempelajari ilmu pendidikan agama Islam seorang manusia dapat menanamkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, supaya menciptakan pola kemajuan dalam pendidikan di sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2014: 16). Pendidikan Agama Islam mempunyai peran penting dalam sekolahan dalam pembentukan karakter diri pada siswa. Dengan berbekalan ilmu pendidikan agama Islam, siswa mempunyai pegangan hidup untuk berperilaku yang baik dalam bergaul maupun bermasyarakat.

3. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Kehidupan

Agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama. Agama yang membimbing kita kepada moral dan perilaku dan cara hidup yang membuat mendapatkan ridlo Allah. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur‟an bahwa seseorang yang patuh

kepada agama Allah maka ia termasuk orang yang berjalan di jalan yang benar.

Dalam masyarakat, pendidikan memegang peranan yang memnentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena pendidikan merupakan proses usaha melestarikan, mengalihkan, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula dengan peranan pendidikan Islam, keberadaannya merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam yang bias melestarikan, mengalihkan, menanamkan (internalisasi), dan mentrasformasi nilai- nilai Islam yang kepada generasi penerusnya, sehingga nilai-nilai kultural-religius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu (Arifin, 2014: 8).

Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan pada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran agama Islam (Majid, 2014: 22). Dengan berbekalan Agama maka seoorang anak mampu membentuk kepribadian yang lebih baik.

C. Meneladani Perjuangan Rasulullah SAW di Mekah

Dokumen terkait