• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK

C. PENDIDIKAN IMAN DILIHAT DARI DOKUMEN GEREJA

C. PENDIDIKAN IMAN DILIHAT DARI DOKUMEN GEREJA.

Ada empat dokumen Gereja yang isinya masih berkaitan dengan pendidikan iman anak.yang ingin penulis sampaikan di sini antara lain: Catechesi Tradendae, Gravissimum Educationis, Apostolicam Actuositatem, dan Familiaris Consortio.

1. Catechesi Tradendae.

Dalam dokumen ini, Paus Yohanes Paulus ke II menganjurkan agar orang tua katolik dalam mendidik iman anaknya perlu memotivasi anak dengan penuh perhatian, membantu penghayatan iman akan Yesus. Dalam rangka membantu perkembangan pendidikan iman anak, Catechesi Tradendae mengetengakan kekhasan pokok mengenai pendidikan iman dari pelbagai tahap usia. Pendidikan iman dalam tahap usia ini diharapkan, mampu menyentuh seluruh pengalaman-pengalaman bagi pertumbuhan hidup kristen yang dewasa.

Catechesi Tradendae membedakan pendidikan iman anak dalam dua (2) tahap. Pertama tahap anak-anak kecil, kedua tahap anak-anak.

a. Anak-anak kecil.

Orang tua perlu melaksanakan inisiasi awal bagi anak-anaknya yang masih kecil. Pendidikan tersebut dimaksudkan agar pada awal hidupnya sudah

mengalami cara hidup kristen. Secara sederhana anak diperkenalkan dengan Allah Bapa yang baik dan penuh kasih kepada mereka melalui pengenalan akan Bapa yang baik dan penuh kasih ini anak-anak kemudian belajar membuka hati bagi-Nya. Dengan demikian anak dihantar untuk masuk dalam suatu dialog cinta yang lebih mendalam dengan Allah. Relasi yang mendalam dengan Allah terwujud secara istimewa dalam mendengar sabda-Nya dan doa (CT art 36).

b. Anak-anak.

Pada saat anak-anak memasuki kalangan sosial yang lebih luas dari keluarga sendiri, seperti di sekolah dan di gereja, maka tiba saatnya bagi orang tua dalam menghantar anak-anaknya terlibat dalam katekese awal yang bertujuan untuk mempersiapkan anak dalam kegiatan-kegiatan Gereja dan kehidupan iman. Seiring dengan hal tersebut, secara elementer semua misteri utama iman dan buah-buahnya bagi kehidupan moral perlu ditampilkan. Dengan begitu anak dihantar kepada kegembiraan menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari (CT art 37).

2. Gravissimum Educationis.

Dalam dokumen Gravissimum Educationis, khususnya pada artikel 3 digaris bawahi pentingnya peranan dan tanggungjawab orang tua sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga menciptakan dan menghidupi nilai-nilai iman kristiani dalam diri anak-anak mereka. Orang tua telah menerima tugas

dan tanggung jawab penuh dari Tuhan untuk menjaga dan memelihara serta mendidik anak-anak sesuai dengan jalan Tuhan.

Oleh karena itu para orang tua wajib menciptakan lingkungan keluarga, yang selalu dijiwai oleh semangat cinta kasih terhadap Allah dan manusia. Kehidupan keluarga semacam inilah yang kemungkinan besar akan menciptakan pendidikan iman anak secara menyeluruh dan utuh, terutama hal-hal yang menyangkut perkembangan pribadi anak maupun kehidupan sosialnya. Maka dengan demikian anak akan banyak belajar mengintegrasikan nilai-nilai iman dalam hidupnya setiap hari, terutama kebajikan-kebajikan yang telah ia terima dalam keluarga.

3. Apostolicam Actuositatem.

Para suami istri bekerja sama dengan rahmat dan menjadi saksi iman satu bagi yang lain, bagi anak mereka dan bagi kaum kerabat lainnya. Bagi anak-anak mereka, mereka itulah pewarta iman dan pendidik yang pertama. Dengan kata-kata maupun teladan suami istri membina anak-anak untuk menghayati hidup kristiani dan kerasulan. Dengan bijaksana suami istri membantu mereka dalam memilih panggilan mereka, sekiranya barangkali terdapat panggilan suci, memupuk itu dengan perhatian sepenuhnya ( AA art 11).

Dokumen ini dengan jelas mau mengungkapkan bagaimana peran dan tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak-anak mereka, karena merekalah pewarta iman dan pendidik yang pertama dan utama di dalam keluarga. Terutama

perhatian orang tua dalam memotivasi panggilan iman anak yang tumbuh dalam keluarga, seperti panggilan menjadi seorang biarawan dan biarawati.

4. Familiaris Consortio.

Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi cinta kasih seorang pribadi yang baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan untuk bertumbuh dan mengembangkan diri, orang tua sekaligus sanggup bertugas mendampinginya secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi yang sepenuhnya.

Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama (FC art 36).

Berpatokan dari semua Dokumen gereja yang terungkap di atas ini, keluarga katolik dewasa ini diingatkan akan tugas mulia yang mereka terima dari Allah. Maka pendampingan secara pribadi kepada anak semakin perlu diperhatikan oleh orang tua.

Pendampingan yang dimaksudkan di sini adalah agar orang tua dapat membimbing, dan mengarahkan hidup mereka kepada hidup yang lebih baik yaitu hidup kristiani. Maka sudah menjadi kewajiban orang tua dalam memberikan yang terbaik kepada anak-anak mereka untuk bertumbuh dan berkembang

menjadi seorang pribadi yang beriman dewasa dan bertanggungjawab akan hidup iman selanjutnya.

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG SITUASI ORANG TUA DALAM MENDIDIK IMAN ANAK DI STASI

FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA

Penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengerti bagaimana mendidik iman anak di dalam keluarga sejak mereka lahir sampai dewasa. Mendidik iman anak bukan hanya melalui perkataan dan nasehat saja tetapi lebih dari itu melalui kesaksian hidup di dalam keluarga.

Melihat bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga sangat penting, maka dalam bab III ini penulis akan menguraikan tentang situasi orang tua dalam mendidik iman anak yang di dalamnya mencakup situasi umum stasi Florentinus Babarsari paroki Baciro, penelitian mengenai situasi orang tua dalam mendidik iman anak, pembahasan data hasil penelitian dan rangkuman.

Dokumen terkait