• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan kesehatan yang dapat anda berikan pada masyarakat terkait penyakit tropis dan infeksi dan jelaskan alasannya.

Dalam dokumen 250836882 Makalah Ns Sani Paling Fixxxx (Halaman 35-46)

Jawab:

Hal pendidikan kesehatan sangat penting diberikan perawat kepada masyarakat terkait upaya preventif dalam mengatasi masalah-masalah penyakit seperti yang dijelaskan diatas, mengingat banyak penyakit endemis yang ada di Negara kita sehingga untuk mencegah penyabaran penyakit tersebut diperlukan bantuan oleh pihak individu, keluarga, masyarakat dan komunitas masyarakat untuk mencegah meluasnya penyakit tersebut.

Pencegahan penyakit Infeksi oleh Bakteri (TBC, diare, demam tifoid) TBC

Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien TBC dapat diberikan berupa upaya preventif yang meliputi upaya pencegahan yang diklasifikasikan menjadi tiga tahapan menurut Suryo, Joko, 2010 meliputi :

Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol pasien

dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

Diare

Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami diare dapat diberikan berupa upaya pentalaksanaannya yang meliputi:

Menurut Unicef dan WHO (2006), prinsip penatalaksanaan diare antara lain dengan rehidrasi, nutrisi dan zat besi.

a. Rehidrasi

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang dan yang masih terus berlangsung melalui diare dan atau muntah, juga ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernapasan. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur.

b. Nutrisi

Makanan pada saat anak diare harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare yang bertujuan untuk menghindarkan akibat buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada balita dengan diare dapat mencapai tujuan, maka pemberian makan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk penderita diare karena malabsorbsi, makanan diberikan sesuai dengan penyebabnya.

c. Pemberian Zinc

Zinc adalah mikronutrien penting untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak. Zinc akan hilang dalam jumlah yang besar selama diare. Menggantikan zinc yang hilang sangat penting untuk membantu anak cepat sembuh dan anak akan sehat di bulan-bulan berikutnya. Suplemen zinc yang diberikan selama episode diare akan mengurangi durasi dan keparahan diare dan menurunkan kejadian diare dalam 2-3 bulan berikutnya. Untuk alasan tersebut, semua pasien dengan diare harus segera diberikan zinc setelah diare muncul.

Penatalaksanaan Diare di Rumah

Usaha terpenting dalam penanggulangan diare adalah alih ilmu dan teknologi tentang diare dari tenaga kesehatan kepada ibu (masyarakat/keluarga). Usaha ini sangat penting karena dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam menghadapi diare akan banyak anak yang akan terselamatkan (Sitorus, 2008). Penatalaksanaan dini atau sejak awal di rumah oleh ibu atau keluarga dapat mengurangi komplikasi diare seperti dehidrasi dan malnutrisi. Aspek penting yang mendasari tatalaksana diare dirumah adalah kebutuhan untuk menggantikan kehilangan cairan dan menjaga masukan nutrisi yang adekuat, sedangkan aspek yang tidak kalah penting adalah bagaimana penggunaan obat-obat diare dirumah, perawatan kulit selama diare, pencegahan penyebaran infeksi, kapan orang tua harus membawa anaknya ke layanan kesehatan (James & Ashwill, 2007).

1. Mencegah terjadinya dehidrasi

Memberikan cairan pengganti yang sesuai dan memberikan cairan yang keluar sejak awal terjadinya diare dapat mencegah dehidrasi serta dapat mempertahankan kondisi anak, sehingga kematian akibat diare dapat dihindari dan dengan perawatan yang seksama dirumah penderita tidak perlu di rawat di RS (Sitorus, 2008). Rehidrasi dapat dilakukan oleh ibu/keluarga dengan larutan rehidrasi oral yaitu oralit atau larutan gula

garam dan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan.

2. Pemberian Oralit

Semua keluarga seharusnya difasilitasi untuk mempunyai dan menyimpan oralit di rumah, sehingga oralit dapat diberikan segera pada saat diare muncul. Merek-merek oralit yang ada di pasaran adalah alphatrolit, aqualyte, bioralit dan corsalit. Oralit tersedia dalam 2 ukuran, yaitu ukuran besar (dilarutkan dalam 1000 cc air) dan ukuran kecil (dilarutkan 200 cc air) (Sitorus, 2008). Cara membuat:

a) Cucilah tangan dengan bersih

b) Pakailah gelas, sendok, teko, panci, dan peralatan lainnya yang benar benar dalam keadaan bersih

c) Gunakan air minum, baik air putih/air teh yang telah dimasak dan didinginkan. Air yang baru saja mendidih tidak dianjurkan karena dapat menguraikan zat-zat yang terkandung didalam oralit sehingga kasiatnya berkurang.

d) Masukan 1 bungkus oralit pada air putih/teh e) Aduklah hingga benar benar larut

f) Siap untuk diminum

Pada prinsipnya, oralit diberikan sesuai dengan kebutuhan anak. Jangan takut kelebihan karena jika hal tersebut terjadi maka larutan itu akan dikeluarkan melalui air seni. Sebaliknya jangan sampai kurang, karena hal itu berarti tidak mengatasi dehidrasi. Anak dibawah 1 tahun diberikan pada 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas tiap kali diare sedangkan pada anak usia dibawah 5 tahun diberikan pada 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali diare Cara memberikan oralit yang benar akan mencegah anak untuk muntah. Caranya adalah memberikan oralit dengan menggunakan sendok, gelas, atau cangkir. jangan dengan botol atau dot, karena ujung dot dapat menyentuh langit langit dengan tenggorokan sehingga merangsang terjadinya muntah. Mula mula berikan sedikit lebih dahulu kemudian tunggu 5-10 menit agar anak tidak muntah, setelah itu dilanjutkan sedikit demi sedikit.

3. Larutan Gula Garam

Orang tua juga dapat membuat sendiri larutan gula garam yang konsentrasinya sesuai dengan oralit jika tidak tersedia paket oralit dan susah mencarinya. Namun penggunaan paket oralit lebih disarankan karena konsentrasi yang tepat sehingga dapat memenuhi tujuan untuk

menghindarkan anak dari dehidrasi. Resep umum untuk membuat larutan gula garam dirumah adalah:

 Persiapan: Cuci tangan dengan sabun dan air bersih. Untuk setengah liter air bersih, tambahkan seperempat sendok garam dan satu sendok penuh gula. Aduk air dengan sendok yang bersih. Larutan yang benar rasanya seperti air mata.

 Penyimpanan: larutan dapat dibiarkan pada suhu kamar hingga 6 jam, dalam wadah tertutup. Jika lebih dari 6 jam, larutan harus dibuang dan larutan baru harus disiapkan.

4. Memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga.

Cairan rumah tangga yang dianjurkan adalah air tajin, kuah sayur, air sup. Cairan yang diberikan harus disesuaikan dengan usia anak, sebagai contoh infant harus lebih sering diberi ASI atau susu botol dan anak yang lebih tua harus diberikan lebih banyak cairan. Selama diare ASI dan susu formula tetap diberikan dan frekuensi pemberiannya ditambah. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan, berikan air matang. Cairan rumah tangga yang sesuai untuk diberikan selama diare adalah air matang, air tajin, air kelapa, air teh tanpa gula, jus buah segar tanpa gula.

5. Menjaga keadekuatan masukan makanan

Untuk menjaga masukan makanan yang cukup untuk balita pemberian makan pada balita saat diare harus tetap diteruskan. Makanan yang dapat diberikan adalah ASI, menyusui lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Berikan anak di atas usia 6 bulan makanan dengan jumlah nutrisi dan kalori yang tinggi. Disesuaikan dengan usia anak, campuran antara nasi dengan kacang-kacangan, ikan atau daging. Produk susu dan telur juga sesuai untuk diberikan. Jus buah segar dan pisang sangat membantu karena mengandung potasium. Hindari makanan-makanan yang mengandung serat yang tinggi dan potongan buah dan sayur yang besar, karena makanan tersebut sulit untuk dicerna. Sup yang sangat encer direkomendasikan sebagai cairan, tetapi tidak cukup sebagai makanan karena hanya mengisi perut anak tanpa memberikan nutrisi yang cukup. Makanan yang mengandung banyak gula dapat memperburuk diare. Makanan yang akan diberikan kepada anak harus dimasak dengan baik. Makanan halus seperti bubur dianjurkan karena makanan lebih mudah

dicerna. Berikan makanan yang baru disiapkan atau dimasak untuk meminimalkan kemungkinan kontaminasi. (Sitorus,2008).

6. Penggunaan obat-obatan

Menurut CDC, obat-obat anti diare yang dijual bebas tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada balita dengan diare tanpa resep dari dokter.

Demam thypoid

Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien dengan demam typoid ditekankan dalam hal preventifnya. Dimana pencegahan tentang demam typoid dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier ( Harahap,2011). Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu :

 Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini kontraindikasi pada wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik . Lama proteksi 5 tahun

 Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat demam pada pemberian pertama

 Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak umur 2 tahun.

Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.Mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh,

memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat dengan cara budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun, peningkatan higiene makanan dan minuman berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih dalam pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan sampai penyajian untuk dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :

 Diagnosis klinik

 Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman

 Diagnosis serologik Pencegahan sekunder dapat berupa :

a. Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui penigkatan usaha surveilans demam tifoid.

b. Perawatan umum dan nutrisi

c. Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan. Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita. Nutrisi pada penderita demam tifoid dengan pemberian cairan dan diet. Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Sedangkan diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita tifoid biasanya diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.

Anti mikroba (antibiotik) segera diberikan bila diagnosa telah dibuat. Kloramfenikol masih menjadi pilihan pertama, berdasarkan efikasi dan harga. Kekurangannya adalah jangka waktu pemberiannya yang lama, serta cukup sering menimbulkan karier dan relaps. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada wanita hamil, terutama pada trimester III karena dapat menyebabkan partus prematur, serta janin mati dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau amoksilin.

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk mengetahui kuman masih ada atau tidak.

Penyakit Infeksi oleh Virus (DBD , hepatitis, rabies, HIV-AIDS, flu burung, meningitis )

Demam Berdarah

Terkait demam penyebaran penyakit demam berdarah yang terjadi pada musim- musim pancararoba (perubahan musim panas-hujan) menyebabkan masa-masa nyamuk aides aegepty berkembang biak dan mencari inang pada tubuh manusia untuk menularkan penyakit. Peran serta keluarga dan dan kelompok sangat penting dalam upaya preventif pencegahan penyakit tersebut, dimana materi yang dapat diberikan terkait dengan upaya pencegahan 3M+ yang terdiri atas :

 Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.

 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.

 Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu yang terbuka, drum-drum bekas, dll.

Selain upaya di atas apabila tempat tandon air/ penampung air tidak dikuras, maka bisa ditaburi abate dengan dosisi 1 gram untuk 10 liter air dan diulangi 2-3 bulan sekali (1 sendok makan kira – kira sama dengan 10 gram). Selain dengan cara tersebut

diatas diharapkan masyarakat juga memberi cahaya yang cukup pada rumah supaya rumah tidak gelap agar nyamuk tidak tinggal, membuang/membakar langsung sampah yang sudah tidak terpakai, tidak menggelantungkan pakaian di sembarang tempat yang akan dihinggapi oleh nyamuk, kalau perlu anak-anak atau orang tua memakai lotion anti nyamuk dan juga pemakaian kelambu (Notoadmojo,2003).

Hepatitis

Seperti yang kita ketahui mengenai penyakit hepatitis yang penyebarannya dari beberapa cara seperti hubungan seks bebas, kontak dengan pasien, jarum suntik dan lain-lainya yang akan menyebabkan terjadinya bermacam-macam jenis hepatitis. Untuk itu terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai perawat dalam hal pendidikan kesehatan kepada pasien dengan hepatitis (Siregar, 2011). Dimana materi pendidikan yang dapat diberikan meliputi:

 Untuk melindungi diri terhadap hepatitis A dan B, CDC merekomendasikan vaksinansi hepatitis A untuk semua anak usia 12 sampai 23 bulan, serta untuk orang dewasa yang akan berpergian ke daerah yang beresiko terkena wabah hepatitis A. Vaksin hepatitis B dianjurkan diberikan untuk semua bayi baru lahir serta untuk orang dewasa yang memiliki factor resiko sebelumnya.

 Untuk mencegah terjadinya hepatitis diharapkan untuk mengindari mengonsumsi alcohol karena beresiko mengalami kerusakan hati dan untuk

pasien yang sudah menderita hepatitis diwajibkan untuk tidak mengonsumsi alcohol karena akan memperburuk kerusakan hati

 Untuk hepatitis A bagi pihak keluarga di anjurkan untuk tidak mencampur alat makan pasien dan keluarga untuk mencegah penyebaran yang meluas ke anggota keluarga yang lain

 Apabila terdapat pihak keluarga yang terkena penyakit hepatitis sebaikanya melakukan pemantauan yang rutin untuk mengetahui kondisi pasien

 Melakukan pemantauan yang rutin mengenai kehamilan pada ibu yang mengalami hepatitis B

 Mengubah gaya hidup yang terbiasa mengonsumsi makanan instan dan di tempat sembarangan, diman tindakan yang dapat dilakukan dengan mengonsusmsi makan dan minuman yang bersih, dan minuman/makanan yang telah direbus hingga mendidih, menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu dalam hal gaya hidup jangan melakukan hubungan seks bebas. Kita juga harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari kontak dengan sumber infeksi, misalnya darah dan jarum suntik yang tercemar, serta menghindari kontak intim dengan penderita hepatitis yang menular.

Rabies

Ada beberapa hal yang dapat diberikan sebagai Pendidikan kesehatan baik kepada pasien keluarga atau pun masyarakat sekitarnya mengenai penyakit rabies itu sendiri.

 Hewan (anjing dan yang lainnya)

Dikenal 2 (dua) bentuk rabies pada hewan terutama anjing, yakni dumb rabies (bentuk tenang) dan furious rabies (bentuk ganas/beringas). Hewan yang terjangkit rabies menunjukkan gejala umum dengan adanya kelainan pada

tingkah laku. Anjing yang biasanya galak dapat tampak kehilangan sifat galak, sedangkan anjing yang semula sangat jinak cenderung bersembunyi (menyendiri) dan menjadi galak. Pada tipe rabies ganas, hewan tidak menuruti lagi perintah pemilik dan terlihat air liur yang keluar berlebihan. Hewan menjadi ganas, menyerang atau menggigit apa saja yang ditemui dan ekornya dilengkungkan ke bawah perut diantara dua paha. Terjadi kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul gejala atau paling lama 12 hari setelah penggigitan. Bentuk ganas/beringas lebih banyak dijumpai pada anjing, kucing dan kuda dibanding sapi dan spesies hewan laboratorium (Fenner,1995). Pada tipe rabies tenang, hewan bersembunyi ditempat gelap dan sejuk. Kejangkejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat. Kelumpuhan terjadi sehingga tidak mampu menelan (Evalina (2010).

 Manusia

Untuk mengetahui tanda-tanda rabies pada manusia , yang pertama harus diperhatikan adalah riwayat gigitan oleh hewan seperti anjing atau hewan penular rabies (HPR) lainnya. Berdasarkan diagnosa klinik gejala klinis rabies terbagi menjadi 4 stadium (Depkes, 2007a), yaitu :

 Stadium Prodromal

Gejala-gejala awal berupa demam, mual, malaise dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.

 Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi berlebihan terhadap rangsangan sensorik.

 Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot dan aktifitas simpatis jadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya bermacam-macam fobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsi dan takikardi. Tindaktanduk

penderita menjadi maniakal. Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal.

 Stadium Paralisis Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala- gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paralysis otot-otot pernafasan.

Selain itu perlu pula diberikan penkes bagi yang memiliki anjing ataupun hewan yang beresiko menularkan rabies yaitu:

 Jika memiliki anjing/hewan berikan vaksin rabies untuk mencegah penyakit rabies

 Bila memungkinkan hewan piaraannya itu terutama anjingnya itu agar diikat supaya tidak berkeliaran guna mengurangi kejadian yang tidak diharapkan

Dalam dokumen 250836882 Makalah Ns Sani Paling Fixxxx (Halaman 35-46)