• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A.Kajian Teori

3. Pendidikan Kewarganegaraan

Untuk memahami tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berikut akan diuraikan pengertian Pendidikan Kerwaganegaraan, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan, Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi dan Karakter, Penerapan Metode Ilmiah dalam Pembelajaran PKn.

a. Pengertian pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value based education” (Sunarso dkk, 2006: 1). Mata pelajarn ini wajib harus dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 37 ayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat “Pendidikan Kewarganegaraan”. Sementara itu pada bagian penjelasan pasal 37 dikemukakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan

untuk membentuk siswa menjadi manusia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air”. Pernyataan yang dimuat dalam undang-undang tersebut merupakan landasan yuridis formal

pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam sistem pendidikan nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegaranya yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan fungsi dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Melalui metode pembelajaran Pendekatan Ilmiah Scientific dikembangkan tiga kemampuan dasar yang meliputi: sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui metode pembelajaran ini terbudayakannya kecakapan berpikir ilmiah, berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar. Bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa.

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Cholisin (2000: 12), tujuan PKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik dan mempersiapkannya untuk masa depan. Menurut Standar Isi, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

Dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia adalah membentuk warga negara yang baik (a good citizen) yaitu cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Untuk membentuk warga negara yang baik maka role (peran) harus dibina dan dikembangkan dengan baik. Role (peran) tersebut antara lain: Peran aktif yakni memberikan masukan, mengkritisi kebijakan pubik; Peran pasif yakni mematuhi kebijakan pemerintah; Peran positif yakni meminta kepada pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasarnya supaya sebagai warga negara dapat

hidup sejahtera; Peran negatif yakni menolak segala bentuk intervensi pemerintah yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah urusan pribadi (privasi).

Mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam pendidikan karena dalam pelajaran PKn membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mata pelajaran PKn memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter yang maksimal. Karakter dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan dan kemajuan belajar siswa.

Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan mereflesikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Sunarso dkk, 2006: 5).

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Nasional, ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tata tertib dalam keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dalam masyarakat, peraturan-peraturan daerah, sistem hukum dan peradilan nasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

3) Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak adan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. 5) Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemda dan otonomi, demokrasi dan sistem politik, upaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara, proses perumusan Pancasila, Pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Beberapa materi PKn di atas memuat nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa. Beberapa karakter yang dimuat oleh nilai-nilai materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain: nasionalis, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, bertanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif dan mandiri.

d. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Hoge (dalam Samsuri, 2011: 15) yang menjadi perhatian dan fokus dalam pembelajaran PKn adalah menemukan pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan mengenai masalah sosial dan masyarakat. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kajian ilmu yang potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Menurut Rahmat Mulyana (2004: 17) pengembangan pendidikan nilai dalam kurikulum sekolah bukan hal yang baru. Setiap pengajaran dan bimbingan yang dilakukan pendidik sudah tentu melibatkan proses penyadaran nilai antara lain:

a. Kebutuhan akan prinsip-prinsip belajar yang menyertakan nilai ilmiah, moral, agama, secara otomatis.

b. Skenario belajar yang digunakan secara konsisten dalam perilaku belajar.

c. Petunjuk-petunjuk teknis praktis yang mempermudah guru dalam menilai taraf pembentukan nilai.

Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk suatu karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Contoh distribusi nilai karakter dalam mata pelajaran PKn adalah nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain (Kemendiknas, 2010. b: 32).

e. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi dan Karakter

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi menurut Zamroni (2001) dalam bukunya Pendidikan untuk demokrasi Tantangan Menuju Civil Society, berpedapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamn hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi. Sedangkan Menurut Ramli Zakaria (2007) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter Kepala Bidang Pengembangan Pengelolaan dan Tenaga Kependidikan pada Pusat Inovasi, spesialisasi dalam bidang

pendidikan nilai, menyatakan bahwa “Pendidikan budi pekerti

memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal bagi masa depannya, agar manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari Pendidikan Budi Pekerti dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka

membina kepribadian generasi muda” (Hand Out Kuliah PKn 2013,

Cholisin).

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai sarana Nation and

Character Building. Usaha untuk memahami pentingnya PKn sebagai

sarana nation and character building bagi bangsa Indonesia salah satunya dapat dilihat dari dimensi kemajemukan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan Menurut Pendapat di atas bahwa Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi dan Pendidikan

Karakter adalah suatu proses bertujuan dimana yang dilakukan oleh lembaga pendidikan seseorang harus mempelajari orientasi sikap, dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki perilaku yang baik dalam konteks pendidikan Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. f. Penerapan Metode Ilmiah Dengan Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Penerapan metode Ilmiah dengan pembelajaran sebenarnya semula banyak diterapkan dalam pembelajaran sain tetapi perlu diingat bahwa pembelajaran ilmu-ilmu sosial pun dapat bersifat ilmiah. Para pendidik sepakat bahwa pembelajaran yang berdasarkan penerapan metode Ilmiah ini membuat siswa lebih aktif, pembelajaran berpusat pada siswa, yang memungkinkan penilaian autentik, dan pembelajaran yang memperhatikan individual siswa.

Metode Ilmiah ini sangat cocok untuk digunakan semua mata pelajaran termasuk pada mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Sehubungan dengan itu, dalam Dies Natalis FIS UNY menurut Abdul Gafur menyatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu diupayakan agar dapat membantu menanamkan kepada siswa kekuatan mental atau moral sehingga mereka memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan mandiri. Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan metode Ilmiah ini dapat mencapai tujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif, mengkritisi isu-isu sosial yang dihadapi baik yang menyangkut individu, masyarakat lokal maupun masyarakat global.

Pembelajaran ilmu-ilmu sosial perlu direvitalisasi agar mampu membantu siswa memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup di dalam masyarakat. Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode ilmiah ini aktifitas belajar terletak pada siswa (student centered learning), guru berperan sebagai fasilitator.

Dokumen terkait