• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE ILMIAH DAN METODE CERAMAH TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE ILMIAH DAN METODE CERAMAH TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA."

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE ILMIAH DAN METODE CERAMAH TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER TANGGUNG

JAWAB DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Damayanti NIM. 10401244001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DAN HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Penggunaan Metode Ilmiah dan Metode Ceramah Terhadap Pembentukan Karakter Tanggung Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Smk Perindustrian Yogyakarta” yang disusun oleh Damayanti, NIM.10401244001 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 20 Juni 2014 Pembimbing,

Cholisin, M.Si

(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

(5)

MOTTO

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu besedih hati, Padahal kamulah yang paling tinggi derajatnya, Jika kamu orang-orang yang

beriman”

(Q.S. ALImran: 139)

“Tidak ada batasan untuk kita tertawa, dan berimajinasi, karena bermimpi itu bisa dilakukan siapa saja dan selamanya. Jangan pernah takut untuk bermimpi

dan mengejar mimpi” (Walt Disney)

“Capailah cita-citamu setinggi langi. Bermimpilah setinggi langit. Karena seandainya Anda terjatuh, maka Anda akan terjatuh di antara bintang-bintang”

(Ir. Soekarno)

“Lakukan apa yang kamu jalani, gapailah yang menjadi impian, karena Allah senantiasa membantu orang-orang yang berikhtiar”

(Muhammad Agus Safii)

“Hanya orang yang menampilkan kelemahan yang diperlukan sebagai orang

lemah, kuatkan hatimu dan gagahkanlah sikapmu”

(Mario Teguh)

“Hidup itu adalah belajar dan hidup itu seperti matematika mengalikan suka

cita, mengurangi kesedihan, menambahkan semangat, membagi kebahagiaan, dan menguadratkan kasih antarsesama”

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala petunjuk dan rahmat yang telah Allah swt berikan, bingkisan kecil ini kupersembahkan untuk:

Orang tuaku tersayang., Bapak Dremo Eko Saputro dan Mamah Titi Setiawati, (Almh) Ma Ii, (Alm) Aki Holil, Mbah Somo Dikromo, dan Mbah Putri yang

telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang tanpa batasan, selalu membimbingku dan memberikan motivasi, semangat dihidupku dengan doa, tetesan

keringat yang tiada pernah bisa aku membalasnya, serta selalu berjuang untuk masa depan terbaikku.

Kubingkiskan pula untuk:

Keluarga besar yang selalu mencintaiku sepanjang masa dan juga penyemangat yang tak pernah kulupakan dan aku sayangi, penyumbang aspirasi terbesarku

yang tak pernah membuat putus harapanku dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini.

Keluarga Kinko sahabat-sahabat terbaiku (Devi, Dwi Heti, Febri, dan Maya), setia menemaniku selama di bangku kuliah serta keluarga Iromejan 3 (Mba Renny, Mba Nana, Mba Sancha, dan Umi), yang tak pernah lelah memberikan semangat dan mengisi hari-hariku, dan keluarga terbesar PKnH B 2010 yang tak

pernah ku lupakan dalam hidupku.

Untuk almamater kebanggaanku.

(7)

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE ILMIAH DAN METODE CERAMAH TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER TANGGUNG

JAWAB DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA

SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA Oleh:

Damayanti NIM. 10401244001

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembentukan karakter tanggung jawab siswa antara yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran ilmiah dengan penggunaan metode ceramah dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMK Perindustrian Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif quasi eksperimen (eksperimen semu), randomized pre-test, post test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Perindustrian Yogyakarta kelas X sebanyak 4 kelas yang berjumlah 78 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara sampel acak, yaitu dua kelas yang dibagi menjadi kelompok eksperimen (20 siswa) dan kelompok kontrol (21 siswa). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan observasi. Instrumen diuji validitas dengan rumus korelasi Product

Moment dan uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach. Analisis data dianalisis

dengan menggunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan pembentukan karakter tanggung jawab antara pembelajaran yang diajar menggunakan metode pembelajaran ilmiah dengan penggunaan metode ceramah dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMK Perindustrian Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari nilai thitung 2,849 dan nilai dengan db 39 pada taraf signifikansi

5% sebesar 0,007. Nilai atau Nilai p lebih kecil dari 0,05 (p= 0,007< 0,05).

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Penggunaan Metode Ilmiah dan Metode Ceramah terhadap Pembentukan Karakter Tanggung Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa SMK Perindustrian Yogyakarta”.

Penyusun skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas izin dan kesempatan yang telah diberikan.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Ngeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan guna melakukan penelitian.

3. Dr. Samsuri, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PKnH Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Cholisin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah sabar dan ikhlas membimbing serta memberi masukan positif dalam skripsi ini. 5. Muchson AR, M.Pd., selaku Dosen Penguji Utama skripsi atas waktu dan

(9)

6. Dr. Marzuki, M.Ag., Selaku Ketua Penguji skripsi, atas nasihat dan motivasinya selama penulis menuntut ilmu di UNY.

7. Pratiwi Wahyu. W, M.Si., Selaku Sekretaris Penguji skripsi, atas saran dan masukan positif guna kesempurnaan skripsi ini.

8. Bapak dan ibu dosen PKnH, yang telah membagi ilmu dan pengalaman sebagai bekal penulis di masa sekarang dan yang akan datang.

9. Drs. Sujarwanto, M.Pd, selaku guru PKn di SMK Perindustrian Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Ina Nurarina, S.Pd, selaku guru PKn di SMK Perindustrian Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

11.Bapak, Mamah, (Almh) Ema, (Alm) Aki, Mbah kakung dan Mbah Putri, serta keluraga besarku tercinta yang selalu menyayangiku, memberi semangat dan dukungan moral maupun material, serta doa yang selalu menemani dalam setiap langkahku.

12.Sahabat terbaikku, terima kasih atas doa, motivasi, bantuan, serta kebersamaan kita selama ini. Terima kasih atas persahabatan yang Damai ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(10)

membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Yogyakarta, 04 Mei 2014 Penulis,

Damayanti

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

SURAT PAERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 12

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Pembatasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Tinjauan Mengenai Metode Ilmiah ... 16

a. Pengertian Metode Ilmiah ... 16

b. Tujuan Metode Ilmiah ... 22

c. Karakteristik Ilmiah ... 22

d. Prosedur Metode Ilmiah ... 23

e. Metode Ilmiah dalam Pembelajaran ... 29

f. Metode ceramah……… 31

2. Tinjauan Mengenai Pembentukan Karakter Tanggung Jawab ... 31

a. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter ... 32

b. Pengertian Karakter Tanggung Jawab ... 37

c. Proses Pembentukan Karakter ... 38

d. Tujuan Pendidikan Karakter ... 40

e. Jenis-jenis Pendidikan Karakter ... 42

f. Faktor-faktor Pembentukan Karakter ... 42

3. Tinjauan Mengenai Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 45

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 45

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 47

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 49

d. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PKn ... 40

e. PKn Sebagai Pendidikan Demokrasi dan Karakter ... 51

f. Penerapan Metode Ilmiah dalam Pembelajaran PKn ... 53

D. Kerangka Pikir ... 54

(12)

F. Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 60

B. Variabel Penelitian ... 61

C. Definisi Operasional ... 62

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 63

E. Populasi dan Sampel... 63

F. Prosedur Penelitian ... 66

G. Teknik Pengumpulan Data ... 67

H. Instrumen Penelitian ... 68

I. Uji Coba Instrumen ... 71

J. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 81

1. Gambaran Umum Loksi Penelitian ... 81

2. Deskripsi Data Penelitian ... 93

3. Uji Persyaratan Analisis Data ... 114

4. Hasil Analisis Data untuk Pengujian Hipotesis ... 118

B. Pembahasan ... 119

1. Perbedaan Penggunaan Metode Ilmiah terhadap PembentukanKarakter Tanggung Jawab dalam Mata Pelajarana PKn ... 120

2. Hasil Observasi Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Siswa ... 122

3. Perbedaan Penggunaan Metode Pembelajaran Pendekatan Ilmiah Dibandingkan dengan Metode Ceramah terhadap Pembentukan Karakter Tanggung Jawab dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 123

C. Keterbatasan Penelitian……… 124

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 126

B. Implikasi ... 126

C. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi Lulusan ... 19

Tabel 2. Kompetensi Inti ... 20

Tabel 3. Desain Penelitian Pretest Postest Control Group Design………… 59

Tabel 4. Jumlah Siswa Kelas X SMK Perindustrian ... 63

Tabel 5. Pemberian Skor Untuk Pembentukan Karakter Tanggung Jawab... 68

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Angket... 69

Tabel 7. Uji Validitas ... 72

Tabel 8. Kelompok Belajar Kelas Kontrol………. 88

Tabel 9. Kelompok Belajar Kelas Eksperimen……… . 91

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan Metode Ceramah... 94

Tabel 11. Kategorisasi Pretest Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Kelas Kontrol Awal ... 96

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan Metode Ceramah Kelas Kontrol Akhir ... 99

Tabel 13. Distribusi Kecenderungan Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan Metode Ceramah pada Kelas Kontrol Akhir ... 101

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan Metode Ilmiah Kelas Eksperimen Awal ... 109

Tabel 15. Distribusi Kecenderungan Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan Metode Ilmiah pada Kelas Eksperimen Awal ... 103

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Karaker Tanggung Jawab Siswa dengan Metode Ilmiah Kelas Eksperimen Akhir ... 108

Tabel 17. Distribusi Kecenderungan Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan Metode Ilmiah pada Kelas Eksperimen Akhir ... 110

(14)

Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Data Hasil Belajar PKn ... 116 Tabel 17. Rangkuman Hasil Uji-t Postest antara Kelompok Eksperimen dan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ranah dengan Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ... 8 Gambar 2. Hubungan Keempat Kompetensi Inti dalam Standar

KompetensiLulusan ... 21 Gambar 3. Langkah-langkah Pembelajaran Ilmiah………... 23 Gambar 4. Kerangka Pikir ... 55 Gambar . Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa

dengan Metode Ceramah Kelas Kontrol Awal ... 100 Gambar 5. Distribusi Frekuensi Karakter Tanggung Jawab Awal Siswa

dengan Menggunakan Metode Ceramah ... 102 Gambar 6. Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa

dengan Metode Ceramah Kelas Kontrol Akhir ... 104 Gambar 7. Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa

dengan Metode Ceramah ... 107 Gambar 8. Distribusi Frekuensi Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan

Metode Ilmiah Kelas Eksperimen Awal ... 109 Gambar 9. Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa

dengan Metode Ilmiah ... 112 Gambar 10. Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Tanggung Jawab Siswa

dengan Metode Ilmiah ... 114 Gambar 11. Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Tanggung Jawab

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Teknik Pengumpulan Data Angket ... 132

Lampiran 2. Data Penelitian Variabel Karakter Tanggung Jawab ... 144

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas... 160

Lampiran 4. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 163

Lampiran 5. Uji Independent Sample T-Test... 165

Lampiran 6. Daftar Nama Siswa ... 166

Lampiran 7. Dokumentasi ... 169

Lampiran 8. RPP X B2, X B3 ... 173

Lampiran 9. Nilai-nilai Karakter ... 184

(17)

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE ILMIAH DAN METODE CERAMAH TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER TANGGUNG

JAWAB DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA

SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA Oleh:

Damayanti NIM. 10401244001

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembentukan karakter tanggung jawab siswa antara yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran ilmiah dengan penggunaan metode ceramah dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMK Perindustrian Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif quasi eksperimen (eksperimen semu), randomized pre-test, post test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Perindustrian Yogyakarta kelas X sebanyak 4 kelas yang berjumlah 78 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara sampel acak, yaitu dua kelas yang dibagi menjadi kelompok eksperimen (20 siswa) dan kelompok kontrol (21 siswa). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan observasi. Instrumen diuji validitas dengan rumus korelasi Product

Moment dan uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach. Analisis data dianalisis

dengan menggunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan pembentukan karakter tanggung jawab antara pembelajaran yang diajar menggunakan metode pembelajaran ilmiah dengan penggunaan metode ceramah dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMK Perindustrian Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari nilai thitung 2,849 dan nilai dengan db 39 pada taraf signifikansi

5% sebesar 0,007. Nilai atau Nilai p lebih kecil dari 0,05 (p= 0,007< 0,05).

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter juga diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di lingkungan Kemendikbud, pendidikan karakter menjadi fokus di seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya. Tidak terkecuali di perguruan tinggi, pendidikan karakter juga mendapatkan perhatian yang cukup besar. Saat ini permasalahan karakter menjadi masalah yang urgen untuk diselesaikan. Permasalahan ini juga merupakan tanggung jawab pendidik (guru/dosen).

(19)

Nasional. Undang-undang inilah yang menjadi patokan bagi pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 menegaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan memperkembangkan potensi siswa agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu, pendidikan disetiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan. Hal ini berkaitan dengan pembentukan karakter siswa sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dengan orang lain (soft skill). Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter sangat mutlak penting dan dituntut untuk ditingkatkan.

(20)

mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mencipta.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.

Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap siswa. Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr.

(21)

education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya) (Timothy Wibowo, 2013).

Proses pendidikan formal yang dijalani sebagai proses belajar memiliki tahapan yang harus dilalui. Tahap tersebut diantaranya sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan, serta perguruan tinggi. Untuk menghadapi dunia kerja, minimal seseorang harus menempuh jenjang pendidikan sampai sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan. Dalam pelaksanaan proses pendidikan tersebut, hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, dan sikap berkembang karena belajar. Demi tercapainya hasil belajar yang baik, maka belajar sebagai proses yang terpadu melibatkan beberapa komponen, seperti siswa yang memiliki IQ, minat, bakat, faktor psikologis yang baik, kemampuan, motivasi, sikap, kematangan, disiplin, dan lain-lain. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak guru hanya melakukan pembelajaran dengan cara metode ceramah dan mengerjakan LKS. Karena kepraktisannya dan tanpa menggunakan model pembelajaran dalam proses pembelajaran.

(22)

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan informasi dan komunikasi. Dari penjelasan di atas, untuk pembentukan karakter tanggung jawab sangatlah penting dalam mata pelajaran PKn terutama dalam hal memberikan kritik terhadap suatu isu kewarganegaraan yang sedang berkembang pada masa kini baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, jika guru hanya menggunakan metode ceramah secara terus menerus maka hal itu akan menjadikan siswa pasif, karena guru hanya sebagai sumber informasi (Teacher Centered Learning) sedangkan siswa sebagai objek didiknya sehingga umpan balik dari siswa relatif rendah bahkan acuh.

(23)

banyak yang tidak memperhatikan kondisi di dalam kelas. Siswa kurang menangkap pada mata pelajaran PKn yang diberikan oleh guru sehingga jika siswa diberi tugas kurang bertanggung jawab maka proses pembelajaran tidak efektif.

Dalam proses pembelajaran dikelas guru mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswa belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswa, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberikan kesempatan siswa untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif dan merangsang proses interaksi. Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan metode ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada guru.

(24)

serta guru harus memberikan contoh positif dalam hal bertindak, berperilaku yang baik agar siswa meniru tingkah laku guru tersebut supaya siswa menjadi lebih baik dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru khususnya guru mata pelajaran PKn adalah metode ceramah, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Metode ini berkisar pada pemberian ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan LKS. Akibatnya dalam mempelajari materi PKn siswa cenderung kurang semangat, pasif, malas-malasan dan dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.

Kemendikbud mengamanatkan esensi Pelaksanaan Kurikulum 2013, pendekatan ilimiah dalam pembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa pembelajaran merupakan proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini lebih dapat membantu pengembangan sikap, keterampilan, pengetahuan siswa. Pendekatan ilmiah itu diharapkan dapat diterapkan pada semua bidang studi termasuk bidang studi ilmu-ilmu sosial. Pembelajaran Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.

(25)

yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamati transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamati transformasi substansi atau materi ajar agar siswa

“tahu apa”. Dapat dilihat pada gambar 1 proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 mewujudkan 3 ranah proses pembelajaran kurikulum 2013 dilakukan dengan Pendekatan Ilmiah. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft

skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup

[image:25.612.202.482.414.594.2]

secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(26)

Pada kenyataannya metode pembelajaran ini jarang digunakan oleh guru terutama pada mata pelajaran PKn. Padahal PKn sebagai pendidikan politik, pendidikan demokrasi, pendidikan HAM, dan pendidikan karakter sangat cocok untuk menggunakan model ini dimana siswa dapat mengembangkan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),

keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan

(civic dispositions) di antaranya adalah pengetahuan cerdas dan bertanggung

jawab dalam meghadapi siswa dengan materi/konsep yang didapatnya disekolah.

Salah satu kelebihan model pembelajaran Pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah mengembangkan kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi

pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang

(27)

Banyak penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang telah dilakukan dalam pengembangan kemampuan anak-anak dalam domain kreativitas ini, tetapi sedikit yang direncanakan ke dalam program-program sains. Menurut Suyanto (Kedaulatan Rakyat, 15 September 2007)

“Imajinasi dalam proses pendidikan sangat penting untuk dimiliki anak

-anak” dalam mengembangkan kreativitas mereka. Dengan imajinasi dapat

melahirkan konsep, kreativitas, inovasi, dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Karya sains dan teknologi sebagian besar lahir dari proses mimpi dan imajinasi para penemunya (Zuchdi, 2011: 278)

Menurut pra-observasi yang dilakukan peneliti ketika kegiatan PPL di SMK Perindustrian pada tanggal 18 Juli hingga 21 September 2013, bahwa pembentukan karakter tanggung jawab siswa belum terpenuhi. Oleh karena itu, yang terjadi di lapangan adalah pada saat pembelajaran masih banyak siswa di jurusan otomotif maupun jurusan kimia yang kurang tanggung jawab dalam pembelajaran di dalam kelas. Contohnya, sewaktu guru memberikan tugas untuk dipresentasikan, siswa tidak bisa secara cepat dan tanggap dalam hal melakukan tugas yang di perintahkan oleh guru. Siswa hanya mengandalkan informasi guru dan tidak mau mencari informasi dari luar seperti perpustakaaan dan internet. Ada beberapa siswa kurang tanggung jawab dalam pembelajaran PKn ada yang tidur di belakang kelas, bermain

(28)

guru. Pada saat mengikuti pelajaran di kelas cenderung pasif. Selain itu juga banyak siswa tidak masuk kelas atau membolos dikarenakan belum mengerjakan tugas atau PR. Banyak siswa datang terlambat dan tidak tepat waktu, apabila tidak ada guru yang mengajar di saat jam pelajaran berlangsung, para siswa tersebut akan berada di luar kelas dan membuat kegaduhan, sehingga mengganggu proses belajar kelas lain.

Peneliti memilih kelas X SMK Perindustrian Yogyakarta dikarenakan tahap atau fase remaja itu dibagi menjadi dua yaitu remaja awal dan remaja akhir. Ada perbedaan antara karakter dan kemampuan sosial remaja awal dan remaja akhir kelas X adalah masa transisi antara kelas IX dengan kelas X oleh karenannya perlu penanganan lebih untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah atau kognisi, afektif, dan psikomotorik siswa pada masa transisi tersebut.

Proses belajar mengajar di SMK Perindustrian Yogyakarta sudah berjalan dengan baik, tetapi terkadang kurangnya pembentukan karakter tanggung jawab dalam diri siswa menjadikan siswa itu malas dalam mengikuti pelajaran PKn. Masalah-masalah itulah yang diduga menyebabkan karakter mereka belum terbentuk secara optimal.

(29)

aktif dalam mengikuti pelajaran dengan pembentukan karakter tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berangkat dari situasi tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Perbedaan Metode Ilmiah dan Metode Ceramah Terhadap Pembentukan karakter Tanggung Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa SMK Perindustrian Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran PKn masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah.

2. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting, yang seharusnya siswa mencaritahu atau menemukan materi pembelajaran PKn.

3. Banyaknya siswa yang membolos pada saat jam pelajaran berlangsung. 4. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran PKn.

5. Beberapa siswa kurang sopan terhadap guru Mata Pelajaran PKn.

(30)

7. Metode Pembelajaran Ilmiah yang membandingkan dua kelompok yaitu kelompok pertama menggunakan metode ilmiah dan kelompok kedua dengan metode ceramah di SMK Perindustrian Yogyakarta.

C. Pembatasan Masalah

Adapun dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang telah disebutkan pada identifikasi masalah dengan maksud agar penelitian lebih terfokus pada permaslahan yang hendak diteliti, yaitu: Metode Pembelajaran Ilmiah yang membandingkan dua kelompok pertama yang menggunakan metode ilmiah dan kelompok kesua dengan menggunakan metode ceramah belum pernah diterapkan di SMK Perindustrian Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

(31)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pembentukan karakter tanggung jawab antara penggunaan metode pembelajaran Ilmiah dengan metode Ceramah dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMK Perindustrian Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

(32)

b. Bagi Siswa

Dengan menggunakan metode pembelajaran ini diharapkan mampu membentuk karakter tanggung jawab pada siswa dan menjadikan mata pelajaran PKn lebih menyenangkan.

c. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sumbangan bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) dalam mencetak guru Profesional.

d. Bagi Peneliti

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Tinjauan Mengenai Metode Ilmiah

Dalam tinjauan mengenai metode ilmiah akan dijelaskan tentang pengertian Pendekata Ilmiah, Tujuan Metode Ilmiah, Karakteristik Metode Ilmiah, Prosedur Metode Ilmiah, Meode Ilmiah dalam Pembelajaran.

a. Pengertian Pendekatan Ilmiah

Pendekatan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Sedangkan pendekatan ilmiah adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah.

(34)

pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Pengertian Pendekatan Ilmiah (scientific approach) menurut Kemendikbud, Kurikulum 2013 menekankan diterapkannya dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran dengan jalan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pelaksanaan pembelajaran diwujudkan dengan dalam bentuk kegiatan mengamati, menannya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Kegiatan tersebut diharapkan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.

Metode ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

(35)

sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis.

Dalam rangka Dies Natalis FIS UNY ke-48 oleh Abdul Ghafur (2013), pemilihan pendekatan atau strategi pembelajaran yang digunakan sangat menentukan lingkungan dan cara penyampaian materi pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran berbasis ilmiah, pemikiran siswa menjadi sistematis dan akan lebih mudah memahami kondisi sosial yang ada. "Penerapan pendekatan ilmiah tersebut bisa dilakukan dengan perumusan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada materi pembelajaran, pendekatan ilmiah dilakukan dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang mengandung kebenaran melalui langkah-langkah ilmiah. Dengan cara ini diharapkan persoalan sosial yang ada bisa dipahami atau diselesaikan dengan baik".

(36)

pengetahuan yang terisolasi atau sama lain akan tetapi telah terorganisir secara sistematis. Pada umumnya istilah sains menunjuk pada bidang umum ilmiah yaitu istilah yang dapat menimbulkan daya tarik untuk menginteprestasi lebih dekat dengan penyelidikan.

[image:36.612.199.532.322.605.2]

Lampiran rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA/ SMK adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Standar Kompetensi Lulusan SMA/ SMK

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

(37)

Kompetensi inti tingkat SMA/ SMK terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relelevan bagi kelas X sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kompetensi Inti SMA/ SMK

Kompetensi Deskripsi Kompetensi

Sikap Spiritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan 1. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

(38)

Mengetahui hubungan keempat kompetensi inti dalam lingkup standar kompetensi lulusan adalah sebagai berikut:

(Sumber: Lampiran Permendikbud No 64 Tahun 2013)

Gambar 2. Hubungan Keempat Kompetensi Inti dalam Standar Kompetensi Lulusan

[image:38.612.187.577.141.358.2]
(39)

sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan.

b. Tujuan Metode Ilmiah

Adapun Tujuan metode pembelajaran dengan pendekatan Ilmiah (scientific) didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut:

Beberapa tujuan pembelajaran pendekatan scientific adalah:

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih siswa dalam mengomunilasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

(40)

c. Karakteristik Metode Ilmiah

Adapun karakteristik Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Dari beberapa hal di atas peneliti simpulkan bahwa karakteristik metode pendekatan ilmiah untuk melibatkan siswa lebih aktif dan berpusat pada kognitif siswa.

d. Prosedur Metode Ilmiah

Adapun Langkah-langkah Pembelajaran Ilmiah Scientific

[image:40.612.276.471.435.562.2]
(41)

(saintifik). Langkah langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a) Mengamati (Observasi)

(42)

melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b) Menanya

(43)

mencari informasi yang lebih lanjut ditentukan oleh guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c) Mengumpulkan Informasi

(44)

d) Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar

(45)

ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.

e) Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.

f) Mengkomunikasikan

(46)

Pembelajaran disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

e. Metode Ilmiah dalam Pembelajaran

(47)

memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena

atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat

menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.

(48)

Dari beberapa hal di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode ilmiah scientific merupakan metode pembelajaran yang memberikan penanaman baru terhadap siswa dan untuk melatih kreativitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Tinjauan Mengenai Pembentukan Karakter

Dalam tinjauan mengenai pembentukan karakter akan dijelaskan tentang Pengertian karakter dan Pendidikan Karakter, Pengertian Karakter Tanggung Jawab, Tujuan Pembentukan Karakter, Jenis-jenis Pendidikan Karakter, dan Faktor-faktor Pembentukan Karakter.

a. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

(49)

Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, 2010 : 7) Pendidikan karakter rakyat menurut Bung Hatta, adalah: mandiri, tahu hak dan kewajiban, mau mengambil tanggung jawab (Rikard Bagun.2002: xix).

Bahwa strategi implementasi pendidikan karakter yang ditekankan adalah memotivasi guru dan pengembangan kultur sekolah menjadi daya efektivitas. Dalam keterkaitan ini, Zamroni (2011:175) menawarkan strategi implementasi pendidikan karakter, sbb.:

1) Tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai harus jelas konkret.

2) Pendidikan karakter akan lebih efektif dan efesien kalau dikerjakan tidak hanya oleh sekolah, melainkan harus ada kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa.

(50)

4) Kesadaran guru akan perlunya “hiden curriculum” sebagai instrument yang amat penting dalam pengembangan karakter peserta didik.

5) Dalam melakukan pembelajaran guru harus menekankan pada daya kritis dan kreatif peserta didik, kemampuan bekerja sama, dan ketrampilan mengambil keputusan.

6) Kultur sekolah harus dimanfaatkan dalam pengembangan karakter peserta didik.

7) Pada hakekatnya salah satu fase pendidikan karakter adalah merupakan proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter perlu diciptakan. Kultur sekolah adalah norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah dan telah diwariskan antar generasi, dipegang bersama yang mempengaruhi pola pikir, sikap dan pola tindakan seluruh warga. Pembelajaran yang baik hanya dapat berlangsung pada sekolah yang memiliki kultur positif. Suatu kultur sekolah yang sehat akan berdampak kesuksesan siswa dan guru dibandingkan dengan dampak bentuk reformasi pendidikan yang lain (Zamroni, 2009).

(51)

buat. Sementara, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, lanjut Suyanto, seorang anak akan cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena sesorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

(52)

terkandung didalamnya. Oleh karena itu, tepat rumusan salah satu misi pembangunan nasional sebagaimana tercantum pada UU RI. No. 17

Tahun 2007 yakni, “terwujudnya karakter bangsa yang tangguh,

kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa

patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks” (Tim

Pendidikan Karakter, 2010: 2)

Menurut Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2010. Menyatakan di Indonesia akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak Pendidikan Karakter dicanangkan. Tekad pemerintah untuk menjadikan pengembangan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional harus didukung secara serius. Tentunya, karakter bangsa hanya semata dapat dibentuk dari program pendidikanatau proses pembelajaran di dalam kelas. Akan tetapi, kalau memang pendidikan bermaksud serius untuk membentuk karakter generasi bangsa, ada banyak hal yang harus dilakukan, butuh penyadaran terhadap para pendidik dan pelaksana kebijakan

(53)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa memberikan keputusan baik-buruk, mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehri-hari. Pendidikan karakter suatu penanaman nilai-nilai perilaku karakter kepada keluarga, sekolah, dan masyarakat meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik tehadap Tuhan Yang maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun bangsa dan negara.

b. Pengertian Karakter Tanggung Jawab

(54)

Tanggung jawab (Responsibility) bisa disebut juga seperti sikap tanggung jawab menunjukkan apakah orang itu punya karakter yang baik atau tidak. Orang yang lari dari tanggung jawab sering tidak disukai artinya adalah karakter yang buruk. Pada dasarnya, hidup ini dipenuhi dengan pilihan life is full of choices. Kita bisa memilih apa saja yan kita inginkan memilih suatu benda atau barang, memilih

bertindak, dan kadang memilih bersikap (Fatchul Mu’in, 2011: 215).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas bahwa pembentukan karakter tanggung jawab adalah perilaku yang berhubungan dengan sikap moral, akhlak dan perbuatan yang mengandung nilai yang positif selalu berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, keluarga dan masyarakat. Itu semua merupakan untuk mebentuk karakter siswa supaya tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari supaya individu bisa bersosialisasi dalam bermasyarakat.

c. Proses Pembentukan Karakter

(55)

dirinya menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada di dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi.

Proses pendidikan karakter dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun semua warga masyarakat secara keseluruhan (Saptono, 2011: 23). Semakin menjadi manusiawi berarti juga semakin menjadi makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya sehingga dapat bertanggung jawab. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlah mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang (Masnur Muslich, 2011: 81).

d. Tujuan pendidikan karakter

Adapun tujuan pendidikan karakter yaitu:

1) Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ afektif siswa sebagai manusia dan warga Negara yang memilki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

(56)

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa;

4) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity) (Kemendiknas. 2010. b: 7).

Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan seperti di atas, para siswa harus dibekali dengan pendidikan khusus yang membawa misi pokok dalam pembinaan karakter mulia. Pendidikan seperti ini dapat memberi arah kepada para peserta didik setelah menerima berbagai ilmu maupun pengetahuan dalam bidang studi (jurusan) masing-masing, sehingga mereka dapat mengamalkannya ditengah-tengah masyarakat dengan tetap berpatokan pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang universal. Arah dan tujuan pendidikan nasional kita, seperti diamanatkan oleh UUD 1945, adalah peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta didik yang dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang mengikuti proses pendidikan diIndonesia.

(57)

diajarkan kepada seluruh siswa. Keluarnya undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yakni UU No. 20 Tahun 2003, menegaskan kembali fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional kita. Pada pasal 3 Undang-Undang ini ditegaskan, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk menanamkan nilai-nilai dan pembaruan tata kehidupan sehingga dapat membentuk karakter dan akhlak mulia siswa untuk mengembangkan kemampuan dan menentukan keputusan baik-buruk, serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

e. Jenis-Jenis Pendidikan Karakter

(58)

1) Pendidikan karakter berbasis nilai religius, contoh manusia mempunyai hak dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing.

2) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, contoh warga negara Indonesia wajib mengamalkan Pancasila.

3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan, contoh manusia yang mempunyai karakter baik tidak membuang sampah sembarangan.

4) Pendidikan karakter berbasis potensi diri, contoh sebagai calon pendidik (guru) mempunyai kualitas sebagai guru professional. f. Faktor-faktor Pembentukan Karakter

Dalam pembentukan karakter faktor yang paling utama adalah faktor internal diri sendiri dan lingkungan keluarga. Secara umum orang-orang memandang bahwa keluarga merupakan sumber pendidikan moral yang paling utama bagi anak-anak. Orang tua adalah guru pertama mereka dalam pendidikan moral. Mereka memberikan pengaruh paling lama terhadap perkembangan moral anak-anak: disekolah, para guru pengajar akan berubah setiap tahunnya, tetapi diluar sekolah anak-anak tentunya memiliki setidaknya satu orang tua yang memberikan bimbingan dan membesarkan kita selama bertahun-tahun.

(59)

ada disekolah, kemudian bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa sekolah mampu melaksanakan hal tersebut. Sikap baik yang dimilki oleh anak-anak tersebut perlahan menghilang jika nilai-nilai yang telah diajarkan disekolah tersebut tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan rumah. Dengan alasan tersebut, sekolah dan keluarga haruslah seiring dalam menyikapi masalah yang muncul. Dengan adanya kerja sama antara kedua pihak, kekuatan yang sesungguhnya dapat dimunculkan untuk meningkatkan nilai moral sebagai seorang manusia dan untuk mengangkat kehidupan moral di negeri ini (Lickona Thomas, 1991: 48-57).

Kemudian di lingkungan sekolah adanya perilaku yang baik misalnya tidak mencontek pada saat ujian dan patuh akan tata tertib sekolah karakter kita akan menjadi lebih baik apabila kita terapkan di dalam masyarakat seperti tetangga, teman sebaya, dan masyarakat luas. Individu/ siswa di bina dan akan terbiasa dengan perubahan untuk menjadi lebih baik maka kita tanamkan dalam pembentukan karakter supaya siswa lebih mengerti tentang perilaku yang baik dan yang buruk supaya tidak terjerumus kedalam pergaulan yang tidak diinginkan.

(60)
(61)

3. Pendidikan Kewarganegaraan

Untuk memahami tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berikut akan diuraikan pengertian Pendidikan Kerwaganegaraan, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan, Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi dan Karakter, Penerapan Metode Ilmiah dalam Pembelajaran PKn.

a. Pengertian pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value based education” (Sunarso dkk, 2006: 1). Mata pelajarn ini wajib harus dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 37 ayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat “Pendidikan

Kewarganegaraan”. Sementara itu pada bagian penjelasan pasal 37 dikemukakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan

untuk membentuk siswa menjadi manusia yang memiliki rasa

(62)

pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam sistem pendidikan nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegaranya yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan fungsi dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

(63)

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Cholisin (2000: 12), tujuan PKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik dan mempersiapkannya untuk masa depan. Menurut Standar Isi, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

(64)

hidup sejahtera; Peran negatif yakni menolak segala bentuk intervensi pemerintah yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah urusan pribadi (privasi).

Mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam pendidikan karena dalam pelajaran PKn membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mata pelajaran PKn memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter yang maksimal. Karakter dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan dan kemajuan belajar siswa.

(65)

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Nasional, ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tata tertib dalam keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dalam masyarakat, peraturan-peraturan daerah, sistem hukum dan peradilan nasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

3) Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak adan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. 5) Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemda dan otonomi, demokrasi dan sistem politik, upaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara, proses perumusan Pancasila, Pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

(66)

Beberapa materi PKn di atas memuat nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa. Beberapa karakter yang dimuat oleh nilai-nilai materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain: nasionalis, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, bertanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif dan mandiri.

d. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Hoge (dalam Samsuri, 2011: 15) yang menjadi perhatian dan fokus dalam pembelajaran PKn adalah menemukan pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan mengenai masalah sosial dan masyarakat. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kajian ilmu yang potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Menurut Rahmat Mulyana (2004: 17) pengembangan pendidikan nilai dalam kurikulum sekolah bukan hal yang baru. Setiap pengajaran dan bimbingan yang dilakukan pendidik sudah tentu melibatkan proses penyadaran nilai antara lain:

a. Kebutuhan akan prinsip-prinsip belajar yang menyertakan nilai ilmiah, moral, agama, secara otomatis.

b. Skenario belajar yang digunakan secara konsisten dalam perilaku belajar.

c. Petunjuk-petunjuk teknis praktis yang mempermudah guru dalam menilai taraf pembentukan nilai.

(67)

Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk suatu karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Contoh distribusi nilai karakter dalam mata pelajaran PKn adalah nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain (Kemendiknas, 2010. b: 32).

e. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi dan Karakter

(68)

pendidikan nilai, menyatakan bahwa “Pendidikan budi pekerti

memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal bagi masa depannya, agar manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari Pendidikan Budi Pekerti dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka

membina kepribadian generasi muda” (Hand Out Kuliah PKn 2013,

Cholisin).

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai sarana Nation and

Character Building. Usaha untuk memahami pentingnya PKn sebagai

sarana nation and character building bagi bangsa Indonesia salah satunya dapat dilihat dari dimensi kemajemukan masyarakat Indonesia.

(69)

Karakter adalah suatu proses bertujuan dimana yang dilakukan oleh lembaga pendidikan seseorang harus mempelajari orientasi sikap, dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki perilaku yang baik dalam konteks pendidikan Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. f. Penerapan Metode Ilmiah Dengan Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Penerapan metode Ilmiah dengan pembelajaran sebenarnya semula banyak diterapkan dalam pembelajaran sain tetapi perlu diingat bahwa pembelajaran ilmu-ilmu sosial pun dapat bersifat ilmiah. Para pendidik sepakat bahwa pembelajaran yang berdasarkan penerapan metode Ilmiah ini membuat siswa lebih aktif, pembelajaran berpusat pada siswa, yang memungkinkan penilaian autentik, dan pembelajaran yang memperhatikan individual siswa.

(70)

Kewarganegaraan dengan metode Ilmiah ini dapat mencapai tujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif, mengkritisi isu-isu sosial yang dihadapi baik yang menyangkut individu, masyarakat lokal maupun masyarakat global.

Pembelajaran ilmu-ilmu sosial perlu direvitalisasi agar mampu membantu siswa memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup di dalam masyarakat. Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode ilmiah ini aktifitas belajar terletak pada siswa (student centered learning), guru berperan sebagai fasilitator.

B. Kerangka Pikir

(71)

PKn sehingga kegiatan pembelajaran tidak berjalan lancar. Selain itu fasilitas yang ada di perpustakaan gudang ilmu yang menyediakan buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar atau media elektronik lainnya yang berguna bagi siswa sebagai sumber informasi siswa.

Penggunaan metode pembelajaran yang variasi dan sesuai karakteristik siswa diharapkan mampu membentuk karakter tanggung jawab. Da

Gambar

Gambar 1.  Ranah Dengan Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 (Sumber: Kemendikbud, 2013)
Tabel 1. Standar Kompetensi Lulusan SMA/ SMK
Gambar 2. Hubungan Keempat Kompetensi Inti dalam Standar Kompetensi Lulusan
Gambar 3. Langkah-langkah pembelajaran Ilmiah meliputi: Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba, dan Membentuk Jejaring (Sumber: Kemendikbud, 2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui efektivitas terbaik antara bulking agent serat buah bintaro dan sekam padi dalam proses biologis yang melibatkan mikroorganisme sehingga dapat diketahui tingkat

dokter dalam menulis resep obat generik pada pasien umum rawat jalan di Rumah. Sakit

29 OKTOBER 2011 TAHUN AKADEMIK 2011/2012. FAKULTAS TEKNIK

121 Dari Gambar 2 dan Tabel 5 terlihat bahwa atribut kualitas pelayanan yang harus diperbaiki oleh Toko “Kabita” adalah atribut kebersihan dan kerapian penampilan karyawan

Hasil dari penelitian ini adalah Produk pembiayaan renovasi rumah ini adalah sebagai salah satu peluang bisnis yang mana bank-bank tidak bisa memenuhi pembiayaan tersebut

Pondasi sumuran yang direncanakan pada pembangunan Gedung 5 (lima) lantai adalah pondasi sumuran dengan bahan beton siklop dengan mutu beton f c 20.. Pembuatan pondasi

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN BIBIT DURIAN BANGKOK DI KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK

Korporasi melakukan suap dengan pola atau modus operandi yang bermacammacam, seper memberi suap secara langsung baik itu melalui pengurus, karyawan, staf ataupun orang lain yang