• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

B. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi seseorang secara bertahap agar semakin tumbuh menjadi dewasa, bukan hanya tumbuh dalam kemampuan atau keterampilan saja, melainkan juga mampu berkembang dalam pribadinya, yang membuat seseorang semakin sadar atas karunia iman yang diterimanya sehingga dapat menghadapi hidup dengan jujur, dan benar (Mardiatmadja, 1986:53).

Pendidikan membentuk pribadi secara bertahap dapat diartikan bahwa pendidikan membantu seseorang untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang dewasa sehingga siswa mempunyai kepercayaan diri yang kuat. Pendidikan membutuhkan proses yang panjang dan waktu untuk dapat mencapainya. Pendidikan membantu seseorang untuk berkembang maksudnya melalui pendidikan ini seseorang diharapkan mempunyai kemampuan yang berguna bagi masa depannya dan bertanggungjawab akan hidupnya dan pada akhirnya membantu perkembangan kepribadian.

Undang-undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyebutkan tujuan pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (pasal 3).

Tujuan tersebut dimaksudkan setiap pribadi manusia memiliki dasar yang kuat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia, serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, bertanggungjawab dalam membangun bangsa. Pendidikan yang hendak dicapai adalah mampu mengembangkan segala potensi yang telah dianugerahkan Tuhan dan bersyukur atas anugerah yang diterimanya. Siswa diharapkan mampu mewujudkan sikap hidup sebagai orang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan melalui sikap dan tindakan dalam hidup sehari-hari.

Melalui pendidikan diharapkan menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggungjawab, proaktif dan kooperatif, sekaligus memiliki pribadi yang utuh. Pendidikan membantu individu berkompetensi dan mampu berperilaku dan berkembang dalam kepribadian sesuai dengan ajaran imannya (Komkat, 2007:5). Pembentukan pribadi yang utuh membantu siswa untuk mengenali dirinya sendiri sehingga siswa mampu mengendalikan dirinya. Pendidikan diharapkan mampu membantu siswa menjadi pribadi yang berkualitas.

Dari beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu siswa untuk terus berkembang secara menyeluruh. Tujuan pendidikan juga membantu siswa untuk tumbuh menjadi pribadi yang matang dan dewasa, baik dilihat dari segi jasmani maupun rohani sehingga dapat diwujudkan dalam hidup mereka sehari-hari. Pendidikan yang dialami oleh siswa ini tidak cukup hanya dari segi intelektual

tetapi juga sungguh-sungguh membawa siswa semakin berkembang menjadi pribadi yang utuh tercermin dalam sikap, tindakan dalam hidup sehari-hari.

3. Pendidikan di Sekolah

Pendidikan di sekolah sebagai tempat pembentukan secara menyeluruh pada dimensi hidup siswa secara sestematik dan kritis, oleh karena itu pendidikan di sekolah merupakan tempat yang istimewa di mana pembentukan secara menyeluruh terjadi melalui pengajaran (Sewaka, 1991:21). Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka menyiapkan dirinya menghadapi masa yang mendatang. Pendidikan yang dimaksud dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur sekolah dan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilakukan dalam lingkup sekolah, melalui kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkesinambungan yang mendidik siswa secara bertahap dalam bidang intelektual dan perkembangan kepribadiannya. Sedangkan pendidikan luar sekolah dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya atau masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka.

Pendidikan di sekolah, merupakan sistem pendidikan yang berlangsung di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, yang merupakan upaya bantuan terhadap orang tua siswa dalam mendidik anak-anaknya, karena orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Bantuan pendidikan yang terorganisir yang diusahakan dan ditata oleh sekolah bertujuan untuk membantu siswa berkembang dalam seluruh dimensi diri yang meliputi dimensi afektif,

kognitif dan psikomotorik dan menjadi manusia yang berbudaya yang bertakwa kepada Tuhan, mengusakan perkembangan spritual, sikap dan nilai hidup, pengetahuan, keterampilan serta mampu mengembangkan para siswa menjadi pribadi yang utuh yang akan tercermin dalam sikap dan prilakunya dalam hidup sehari-hari (Mardiatmaja, 1986:50).

Dalam perjalanan waktu, ternyata pendidikan formal yang terjadi di sekolah merupakan tempat yang penting, karena secara terus menerus mendidik kemampuan budi, memperkembangkan kemampuan untuk menilai suatu yang tepat, memadukan anak didik ke dalam nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa yang bersangkutan dan pengembangan budi dan daya manusia. Maka pendidikan formal di sekolah merupakan bantuan yang terorganisir dalam proses pembentukan dan pengembangan budi dan daya anak didik menjadi pribadi yang utuh dan mandiri (Setyakarjana, 1997:8-9).

B. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Pendidikan agama membentuk manusia dalam segala dimensinya yang pokok dan dimensi agama merupakan bagian yang integral dari pembentukan tersebut. Pendidikan agama merupakan hak dan kewajiban yang sama dari siswa dan orang tua. Juga sekurang-kurangnya dalam agama katolik menjadi sarana yang sangat penting untuk mencapai kedalaman iman, maka pendidikan agama katolik yang berbeda dan sekaligus sebagai tempat katekese, dan harus menjadi bagian dari sekolah (Sewaka, 1991:70).

Pada hakikatnya Pendidikan Agama Katolik merupakan pendidikan yang bervisi spritual. Bervisi spritual artinya pendidikan agama katolik memberikan inspirasi hidup kepada para siswa. Selain itu, pendidikan agama katolik juga diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk memperkembangkan kedalaman hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan agama katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat dimana Allah bersemayam dan karena itu membuat manusia merasa rindu kepadaNya dan peduli pada hidup sesamanya (Heryatno, 2008:14).

Pendidikan agama katolik sebagai komunikasi iman. Sebagai komunikasi iman pendidikan agama katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis. Bersifat praktis berarti pendidikan agama katolik lebih menekankan tindakan dari pada konsep atau teori. Oleh sebab itu pendidikan agama katolik lebih menekankan proses perkembangan, pendewasaan iman, serta peneguhan pengharapan dan perwujudan kasih terhadap sesama (Heryatno, 2008:15-16). Dalam hal ini memang pendidikan Agama Katolik mempunyai tempat yang sentral dalam kehidupan umat Kristiani, dimana manusia diajak untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup. Manusia bisa membentuk kepribadian yang utuh melalui penghayatan imannya.

Hutabarat dalam Lokakarya Malino (1981:18) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bidang studi yang ada di sekolah, Pendidikan agama katolik di sekolah diharapkan dapat membawa peserta didik dalam menghayati hidupnya dari segi pandangan-pandangan

Katolik, dan dengan demikian mudah-mudahan peserta didik berkembang secara terus menerus menjadi manusia yang beriman.

Dalam hal ini Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga tidak dapat disamakan dengan mata pelajaran yang lain, karena Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan pendidikan iman sehingga Pendidikan Agama Katolik di sekolah sebagai upaya pembentukan pribadi manusia beriman. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga sebagai salah satu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, oleh karena itu Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia (Setyakarjana, 1997:9).

Dalam jenjang SMA, pendidikan agama katolik memberikan ruang gerak bagi para siswa untuk mengembangakan keterampilan dalam dirinya sehingga pendidikan agama katolik di SMA mendorong siswa untuk berkembang baik dari segi intelektual maupun dalam pembentukan pribadi yang utuh dan beriman kepada Tuhan sehingga pendidikan agama katolik berperan terhadap perkembangan kepribadian siswa.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Dalam Gravissimum Educationis ditegaskan bahwa ada dua tujuan dasar

pendidikan yakni memperkembangkan pribadi manusia dan memperjuangkan kesejahteraan umum (GE. Art. 1). Kedua tujuan di atas tidak dapat terpisahkan tetapi saling berkaitan secara erat. Perkembangan pribadi seseorang secara utuh tidak akan terwujud apabila keduanya terpisahkan dari usaha nyata demi terwujudnya kesejahteraan umum. Dalam istilah sekarang tujuan pendidikan

adalah demi tercapainya perkembangan setiap pribadi secara utuh dan demi pembentukan masyarakat yang berkeadaban dan sejahtera (Heryatno, 2008: 13).

Perkembangan pribadi yang utuh disini dapat kita pahami sebagai perkembangan dalam pribadi siswa, bukan hanya semata-mata pengetahuan saja melainkan juga meliputi perkembangan iman siswa. Perkembangan iman yang ingin dicapai ialah perkembangan iman yang berlangsung sepanjang hidup. Jadi dapat dikatakan, ketika siswa sudah lulus dari bangku sekolah ia masih dapat mengembangkan apa yang telah didapatkan ketika masih di bangku sekolah dan ia masih dapat memperkembangkan iman yang ada dalam dirinya. Dengan demikian siswa juga dapat membentuk iman dalam diri mereka di lingkungan masing-masing tempat tinggal mereka.

Pendidikan agama katolik pada dasarnya bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup iman kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa keselamatan, situasi dan perjuangan untuk keadilan, kebahagian dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetian. Kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan (Komkat, 2007:7).

Pendidikan agama katolik sebagai proses pendewasaan iman yang menjadi tujuan formal pendidikan iman merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan iman, pendewasaan iman tidak terpisahkan dari pendewasaan kepribadian seseorang. Yang menjadi fokus pendidikan iman adalah

perkembangan manusia secara utuh. Iman yang dewasa dapat diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan bersifat holistik yang mencakup dari segi pemikiran, hati, dan praksis (Heryatno, 2008:23).

Sebagai proses pendewasaan iman di sekolah pendidikan agama katolik diharapkan membantu memperkembangkan iman siswa secara seimbang dan menyeluruh pada diri para siswa. Dalam hal ini pendidikan agama katolik SMA juga mengajak siswa supaya semakin matang dalam iman dan mewujudkannya dalam tindakan konkret. Dengan iman yang dihayati dan diwujudkan para siswa dapat menyadari relevansi imannya dalam hidupnya.

Dari tujuan pendidikan sangat terlihat jelas bahwa perkembangan iman dan kepribadian siswa yang utuh merupakan hal yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama katolik, tentunya kebutuhan hidup beriman dan pribadi siswa perlu diperhatikan. Dengan demikian akhirnya para siswa dapat terbantu dalam menghayati imannya dalam hidup sehari-hari.

Dokumen terkait