• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan pendidikan agama Katolik terhadap perkembangan kepribadian siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Metro, Lampung - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peranan pendidikan agama Katolik terhadap perkembangan kepribadian siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Metro, Lampung - USD Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

i

TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS XI

SMA YOS SUDARSO METRO, LAMPUNG

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Briggita Ika Gandawati

NIM: 071124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Orangtuaku Bapak Cosmos Kusno dan Ibu Elisabeth Maryuti Adikku Stefanus Gagas Wibowo

Sahabatku Agustinus Endi Priyanto

(5)

v

(6)
(7)
(8)

viii

Judul skripsi PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO METRO, LAMPUNG dipilih berdasarkan kenyataan di SMA Yos Sudarso Metro Lampung bahwa perkembangan kepribadian masih sering diabaikan dalam hidup kita padahal sangatlah penting bagi hidup kita. Dan begitu pula bagi siswa SMA yang masih mencari jati dirinya. Pentingnya perkembangan kepribadian bagi siswa SMA berkaitan erat dengan pemahaman akan dirinya. Perkembangan kepribadian dalam hidup sehari-hari itu perlu dikembangkan secara terus-menerus. Perkembangan kepribadian bagi siswa dapat diupayakan secara internal maupun secara eksternal. Upaya secara eksternal salah satunya dapat diwujudkan melalui jalur pendidikan pada umumnya dan pada khususnya Pendidikan Agama Katolik.

SMA Yos Sudarso Metro Lampung merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dalam rangkaian proses pembelajaran. Dari situasi yang ada maka penulis berusaha untuk menemukan peranan Pendidikan Agama Katolik di SMA Yos Sudarso Lampung dalam perkembangan kepribadian siswa. Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kepribadian siswa kelas XI dan sejauhmana peranan Pendidikan Agama Katolik dalam perkembangan kepribadian siswa kelas XI di SMA Yos Sudarso Metro Lampung maka penulis mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah 60 siswa yang mewakili 5 kelas XI SMA Yos Sudarso Metro Lampung. Dari hasil penelitian terungkap tentang gambaran perkembangan kepribadian siswa di kelas XI dan sejauhmana peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan kepribadian siswa, gambaran tersebut tercermin pada tindakan siswa yang menyadari akan hidupnya, mampu menerima diri, mampu mengendalikan emosi diri dan mempunyai kedewasaan iman yang matang.

(9)

ix

The title of the thesis “THE ROLE OF CATHOLIC EDUCATION IN THE STUDENTS’ PERSONALITY DEVELOPMENT OF THE TENTH YEAR STUDENTS IN SMA YOS SUDARSO METRO, LAMPUNG” is chosen based on the reality that in SMA YOS SUDARSO METRO LAMPUNG, the personality development is still being often neglected in our life. Although it is very important for our life. And this holds true for the Senior High School students who are still looking for their own identity. The importance of personality development for the Senior High School has a deep correlation with self understanding. Personality development needs to be improved continually in daily life. The personality development for Senior High School students can be fortered internally or externally. One of these external efforts can be implemented through education in general and Catholic Education specifically.

SMA Yos Sudarso is one of the schools in Lampung that holds Catholic Education in the learning Process. From this situation, the writer attempts to find the role of Catholic Education in SMA Yos Sudarso in the Students’ Personality Development. To get the descrition of the Personality Development of the tenth yesr students and how far the role of Catholic Education is in the Personality Development of the tenth year students in SMA Yos Sudarso Lampung, the writer makes a research. From the research result can be known that the description of the personality development of the tenth year students and how far the role of Catholic Education can improve the students’ personality are reflected through the students behavior to realize their life, their ability to accept their selves, their ability to control their emotion and their maturity in faith.

(10)

x

Dalam segala kelemahan dan keterbatan penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan, karena berkat limpahan dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS

XI SMA YOS SUDARSO METRO, LAMPUNG.

Penulisan skripsi ini sungguh telah menyerap perhatian, dorongan serta bantuan dari orang-orang yang sungguh memliki cinta. Oleh karena itu pada kesempatan ini, secara istimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik yang begitu sabar, tulus dan setia mendampingi dan mendukung penulis dari awal hingga penulisan skripsi ini selesai.

2. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum. selaku dosen penguji II yang selama ini mendampingi dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji III atas kesediaannya memberikan masukan dan saran demi menyempurnakan skripsi ini.

(11)

xi

bimbingan serta senyuman sapaan yang selalu menguatkan penulis menjalani proses studi di kampus IPPAK.

5. Keluargaku tercinta, Bapak Cosmos Kusno, Ibu Elisabeth Maryuti dan Adik Stefanus Gagas Wibowo, yang selalu membantu, perhatian, memberi motivasi, semangat dan materiil dari awal kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

6. Agustinus Endi Priyanto, yang telah dengan setia mendampingi penulis. Terima kasih atas bantuan, dukungan, saran, perhatian serta cinta kasihnya yang selalu menguatkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besarku yang ada di Gaya Baru dan di Sritejo Lampung yang selama ini mendukung dan memberi semangat kepada penulis mulai dari awal kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Br. P. Triantoro, SCJ. Selaku ketua Yayasan SMA Yos Sudarso Metro Lampung yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Para siswa-siswi SMA Yos Sudarso Metro Lampung, khususnya kelas XI IPA I dan XI IPS I yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.

(12)
(13)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... xi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penulisan ... 7

E. Manfaat Penulisan ... 7

F. Metode Penelitian... 8

G. Sistematika Penulisan... 8

BAB II. GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ... 10

A. Pendidikan Pada Umumnya ... 10

1. Pengertian Pendidikan ... 10

2. Tujuan Pendidikan ... 12

3. Pendidikan di Sekolah ... 14

(14)

xiv

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 17

3. Peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 19

a. PAK Sebagai Pendidikan Iman ... 19

b. PAK Sebagai Pembinaan Sikap ... 22

4. Materi Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 24

5. Proses Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 26

6. Khasan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 28

C. Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 30

1. Guru Agama Sebagai Pendidik Hidup Beriman ... 31

2. Guru Agama Sebagai Pembimbing Hidup Rohani ... 32

3. Guru Agama Sebagai Saksi Iman ... 33

BAB III. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ... 35

A. Perkembangan Kepribadian ... 35

1. Pengertian Perkembangan ... 35

2. Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian ... 36

a. Perluasan Perasaan Diri ... 37

b. Hubungan Hangat atau Akrab dengan Orang lain ... 37

c. Keamanan Emosional ... 37

d. Persepsi Realitis ... 38

e. Keterampilan-keterampilan dan Tugas ... 38

f. Pemahaman Diri ... 39

g. Filsafat Hidup yang Mempersatukan ... 39

3. Pengertian Kepribadian ... 40

4. Pengertian Perkembangan Kepribadian... 44

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian. 46 a. Diri Sendiri ... 47

b. Keluarga ... 48

(15)

xv

6. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian ... 51

a. Keterbukaan pada Pengalaman ... 51

b. Kehidupan Eksistensial ... 52

c. Kepercayaan Terhadap Organisme ... 52

d. Perasaan Bebas ... 53

e. Kreativitas ... 53

7. Manfaat Perkembangan Kepribadian ... 54

B. Kaitan antara Pendidikan Agama Katolik dan Perkembangan Kepribadian ... 56

1. PAK Membentuk Kedewasaan Manusiawi ... 56

2. PAK Membentuk Kedewasaan Iman ... 57

a. Iman sebagai Kegiatan Percaya ... 58

b. Iman sebagai Kegiatan Mempercayakan ... 58

c. Iman sebagai Kegiatan Melakukan ... 59

BAB IV. GAMBARAN UMUM PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA YOS SUDARSO METRO,LAMPUNG ... 61

A. Gambaran Umum SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 61

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 61

2. Visi SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 62

3. Misi SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 62

4. Peraturan Tata Tertib SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 62

a. Kehadiran di Sekolah ... 63

b. Penampilan di Sekolah ... 63

c. Kegiatan Belajar-Mengajar ... 64

B. Metodologi Penelitian ... 64

1. Tujuan Penelitian ... 64

(16)

xvi

4. Tempat dan Waktu Penelitian... 66

5. Responden Penelitian ... 66

6. Instrumen Penelitian ... 67

7. Variabel Penelitian ... 67

8. Teknik Pengumpulan Data ... 68

C. Hasil Penelitian ... 69

1. Gambaran Pelaksanaan PAK di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 69

2. Perkembangan Kepribadian Siswa SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 74

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

1. Gambaran Pelaksanaan PAK di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 77

a. Hidup Keagamaan Siswa ... 77

b. Motivasi Siswa ... 78

c. Metode dan Sarana ... 79

d. Proses KBM Pelajaran Agama Katolik ... 80

2. Perkembangan Kepribadian Siswa SMA Yos Sudarso Metro, Lampung ... 84

a. Proses Perkembangan Kepribadian ... 84

b. Hambatan dan Hal yang Mendukung Perkembangan Kepribadian ... 86

BAB V. PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(17)

xvii

(18)

xviii

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Traedendae DV : Dei Verbum

GE : Gravissimum Educationis

B. Singkatan Lain

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik BK : Bimbingan Konseling

KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi KLS : Kelas

KOMKAT : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

L : Lulus

OSIS : Organisasi Siswa Intra Sekolah PAK : Pendidikan Agama Katolik

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TL : Tidak Lulus

(19)

xix KD : Kompetensi Dasar

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KBM : Kegiatan Belajar Mengajar

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan karena lebih menghasilkan pribadi-pribadi yang mementingkan segi intelektual tetapi kurang memperhatikan mengenai nilai-nilai hidup, moral dan sosial. Akibatnya siswa kurang mengerti akan pentingnya penghargaan terhadap martabat kehidupan, dan terjadi berbagai macam bentuk kenakalan siswa, misalnya membolos pada jam pelajaran sedang berlangsung, menyontek dan terkadang juga ada yang berani minum-minuman keras ataupun melakukan tawuran, tindakan kekerasan, ketidakadilan dan sebagainya. Oleh karena itu pendidikan di sekolah dituntut untuk menanamkan nilai dan mutu hidup siswa. Pendidikan di sekolah menjadi salah satu upaya untuk membantu perkembangan kepribadian siswa seutuhnya.

Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan pribadi yang berkualitas, bertanggung jawab terhadap masa depan, mampu hidup dalam situasi dan perkembangan jaman saat ini. Melalui pendidikan siswa dibantu untuk berkembang lebih baik dari segi kepribadiannya. Riyanto (2002:3) menegaskan bahwa pendidikan diselenggarakan demi pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan diri peserta didik agar menjadi pribadi yang matang, dewasa, dan mampu menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

(21)

hadapi dalam hidup sehari-hari, selain itu siswa mampu secara matang membedakan yang benar dan yang salah dalam mengambil keputusan, dengan demikian siswa mulai berkembang pribadinya seraca utuh. Riyanto (2002:3) menegaskan bahwa pendidikan diharapkan menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggungjawab, proaktif dan kooperatif sekaligus memiliki pribadi yang berwatak dan berbudi pengerti luhur.

Pendidikan diharapkan mampu membantu siswa menyadari dirinya, mampu berelasi dan berguna bagi sesama yang ada disekitarnya serta membawa pengaruh yang positif terhadap masyarakat disekitarnya. Dengan demikian siswa mampu bersikap proaktif, sikap dimana siswa mempunyai kemauan berusaha secara aktif mengatasi segala permasalahan yang dimilikinya, sehingga siswa berkembang secara menyeluruh pada dirinya dan beriman kepada Tuhan. Pendidikan dituntut untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dengan meningkatkan mutu pembelajaran agar lebih baik dan menarik bagi para siswa sehingga pendidikan dapat memperkembangkan pribadi siswa secara utuh.

(22)

untuk mencerminkan sikap, perilaku yang baik dalam hidup sehari-hari sebagai orang beriman.

Ada beberapa hal yang yang dipandang menjadi orientasi penting dalam pendidikan agama katolik: seperti kita tahu demi terwujudnya Kerajaan Allah, demi kedewasaan iman dan demi kebebasan manusia. Yang menjadi penekanan dalam proses pembelajaran pendidikan agama katolik bukan semata hanya pengajaran agama saja tetapi memperhatikan proses perkembangan seluruh dimensi iman, harapan dan kasih. Pendidikan agama katolik dipahami sebagai pendidikan iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga yang bertujuan agar pribadi siswa semakin terbentuk dan semakin beriman pada Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah terwujud dalam hidup siswa. Kerajaan Allah merupakan kekuatan Allah yang telah menyelamatkan umat manusia. Kekuatan menjadi sifat utama Allah yang penuh kasih, sabar, dan setia mewujudkan kedamaian, cinta kasih dalam hidup manusia (Heryatno, 2008: 25-26).

(23)

Perkembangan pribadi yang dimiliki setiap siswa akan membawa pada kedewasaan diri secara penuh. Penemuan kedewasaan diri ini tidak sekali jadi tetapi membutuhkan proses yang panjang melalui pengalaman hidup yang mereka alami sehari-hari. Perkembangan ini dapat diperoleh dengan cara melatih dan mengembangkan spiritual yang ada dalam dirinya. Perkembangan pribadi siswa dalam lingkungan sekolah dapat diperoleh melalui pendidikan agama katolik dan kesadaran dirinya melalui pendidikan yang bervisi spritual.

Pendidikan yang bervisi spritual dapat terwujud apabila sekolah-sekolah katolik didasari oleh cinta kasih. Pendidikan yang bervisi spritual juga dapat dilihat di SMA Yos Sudarso Metro Lampung. SMA Yos Sudarso Metro Lampung mempunyai visi untuk mewujudkan SMA Yos Sudarso Metro Lampung sebagai lembaga pendidikan yang membentuk pribadi yang menuju tata kehidupan bersama yang unggul dalam intelektual, spritual, humanis dan terampil.

Visi yang dimiliki oleh SMA Yos Sudarso Metro Lampung diatas ingin memaparkan pentingnya mengembangkan kepribadian untuk menuju pribadi yang dewasa dan beriman. Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pribadi yang dewasa dan beriman melalui hidup sehari-hari yang mereka alami. Mengembangkan pribadi yang dewasa dapat diungkapkan dengan mewujudkan dalam tingkah laku yang dalam hidup bersama. Perwujudan perkembangan pribadi yang dewasa dapat tercermin dengan kesadaran diri terhadap hidup dan tindakan sehari-hari

(24)

siswa untuk selalu menyadari dirinya agar tercermin kedewasaan dalam diri siswa dengan memahami pendidikan agama katolik sebagai sarana mengembangkan kepribadian siswa. Tetapi pada kenyataannya hal ini belum dipahami dan disadari oleh semua siswa. Tak jarang ada siswa yang kurang menyadari tugas dan tanggung jawabnya dalam belajar misalnya malas dan meremehkan pelajaran, membolos sekolah serta mudah terpengaruh oleh pergaulan yang ada sehingga menyebabkan prestasi belajar menurun bahkan ada siswa yang tidak naik kelas. Keadaan demikian bisa dilatih melalui pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah untuk mengarah pada proses perkembangan kepribadian siswa dapat menggunakan cara yang mendukung siswa untuk memahaminya. Salah satu cara yang dapat digunakan yakni dengan melihat keprihatinan yang terjadi pada saat ini. Dengan demikian siswa dapat merasakan secara langsung dan diharapkan menyadari tergerak hatinya. Dengan cara belajar yang mendukung tersebut tujuan dari pendidikan agama katolik mengenai perkembangan pribadi sesuai dengan ajaran imannya dalam diri siswa dapat terwujud.

Di SMA Yos Sudarso Metro Lampung belum mengarahkan pendidikan agama katolik sebagai perkembangan kepribadian. Oleh sebab itu hendaknya pendidikan agama katolik dapat menjadi sarana untuk mengembangkan pribadi siswa. Berdasarkan latar belakang di atas penulis memberi judul skripsi ini: :

PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP

(25)

SUDARSO METRO, LAMPUNG. Lewat skripsi ini penulis berharap dapat ikut meningkatkan peranan Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan kepribadian siswa kelas XI di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung.

B. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan judul skripsi yang penulis angkat, maka pembatasan masalah terfokus pada PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS XI SMA

YOS SUDARSO METRO, LAMPUNG.

C. Rumusan Masalah

Setelah melihat dan mengamati latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan agama katolik? 2. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?

3. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung?

4. Bagaimana Pendidikan Agama Katolik mendukung perkembangan kepribadian di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung?

5. Sejauh mana peranan pendidikan agama katolik terhadap perkembangan kepribadian siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Metro, Lampung.

D. Tujuan Penulisan

(26)

1. Memaparkan apa yang dimaksud dengan pendidikan agama katolik. 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian.

3. Memperoleh gambaran mengenai Pendidikan Agama Katolik kelas XI di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung.

4. Mengetahui perkembangan kepribadian siswa kelas XI di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung.

5. Mengetahui sejauh mana peranan pendidikan agama katolik terhadap perkembangan kepribadian siswa kelas XI di SMA Yos Sudarso Metro, Lampung.

E. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Bagi Pendidik

Memberi sumbangan gagasan dan hasil penulisan bagi tercapainya tujuan dan maksud Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan kepribadian siswa.

2. Bagi Sekolah

Sebagai refleksi agar dapat membuat suatu model ataupun metode guna menumbuhkembangkan kepribadian para siswa SMA Yos Sudarso sehingga mereka semakin berkembang dalam kepribadian.

3. Bagi Penulis

(27)

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis berdasarkan studi dan analitis pustaka, dan dilengkapi dengan penelitian kualitatif yang diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan serta diisi oleh siswa untuk memperoleh gambaran mengenai peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan kepribadian siswa.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi menyeluruh skripsi ini, penulis akan menggambarkan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bagian pendahuluan dengan menguraikan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.

Bab kedua menguraikan gambaran umum pendidikan agama katolik, yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama mengenai pengertian pendidikan pada umumnya, tujuan pendidikan pada umumnya, pendidikan di sekolah. Bagian kedua pengertian pendidikan agama katolik di sekolah, tujuan pendidikan agama katolik di sekolah, peranan pendidikan agama katolik di sekolah, materi pendidikan agama katolik di sekolah, proses pendidikan agama katolik di sekolah, kekhasan pendidikan agama katolik di sekolah. Bagian ketiga mengenai peranan guru pendidikan agama katolik di Sekolah.

(28)

mempengaruhi kepribadian, tahap-tahap perkembangan kepribadian ciri-ciri perkembangan kepribadian, manfaat perkembangan kepribadian, aspek-aspek perkembangan kepribadian. Bagian kedua menguraikan kaitan antara pendidikan agama katolik dalam perkembangan kepribadian, peranan Pendidikan Agama terhadap perkembangan kepribadian.

Bab keempat penulis memaparkan beberapa hal mengenai umum peranan Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan kepribadaian, meliputi empat bagian. Yang pertama mengenai gambaran umum SMA Yos Sudarso Metro, Lampung, sejarah singkat berdirinya SMA Yos Sudarso Metro, Lampung, visi SMA Yos Sudarso, Misi SMA Yos Sudarso, peraturan tata tertib SMA Yos Sudarso Metro, Lampung. Yang kedua metodologi penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data. Bagian ketiga mengenai hasil penelitian dan bagian keempat menguraikan pembahasan hasil penelitian.

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Pendidikan merupakan proses terpadu untuk membantu seseorang dalam

menyiapkan diri guna mengambil tempat yang semestinya dalam pengembangan

masyarakat dan dalam dunianya dihadapan Tuhan (Mardiatmaja, 1986:19).

Pendidikan agama katolik di sekolah juga dilaksanakan sebagai proses untuk

membantu siswa dalam mempersiapkan diri untuk berkembang seluruh

pribadinya, Bab II ini akan memaparkan gambaran umum tentang pendidikan

agama katolik yang meliputi:

A. Pendidikan Pada Umumnya

1. Pengertian Pendidikan

Driyarkara (1966:69) mendefinisikan pendidikan sebagai pemanusiaan

manusia muda. Pendidikan adalah salah satu usaha yang terus-menerus untuk

memungkinkan manusia semakin memanusiakan dirinya. Pendidikan membantu

seseorang secara teratur agar mau dan mampu bertindak sebagai manusia yang

mengusahakan agar seluruh sikap dan perbuatan sungguh-sungguh bersifat

manusiawi. Pendidikan yang menekankan segi kemanusiaan ini membantu

manusia untuk mampu menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi harkat

dan martabat manusia. Pendidikan diberikan agar menyadarkan manusia supaya

memiliki tanggungjawab terhadap segala tindakan yang dilakukan serta terbuka

kepada setiap orang sehingga menumbuhkan sikap persahabatan satu dengan yang

(30)

menempuh hidupnya dengan baik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang

menuju kepada kebaikan, mengenai manusia seutuhnya dan berlangsung seumur

hidup.

Sejalan dengan pandangan Driyarkara, Supriyati (2001:4) mengatakan

bahwa pendidikan merupakan hal pokok yang melekat dalam proses kehidupan

manusia sehari-hari sebagai usaha untuk memanusiakan manusia muda.

Pendidikan berfungsi bagi manusia untuk membentuk pribadi yang utuh agar

mencapai tujuan pendidikan nasional yakni meningkatkan ketakwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasaan, keterampilan, mempertinggi budi pengerti,

memperkuat kepribadiaan dan mempertebal semangat kebangsaan sehingga

tumbuhlah manusia-manusia yang bertanggungjawab dalam segala tindakannya.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,

pasal 1, ayat 1, dikatakan bahwa:

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan potensi dirinya. Siswa diharapkan mampu untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara. Ini berarti bahwa pendidikan dipandang sebagai pilar pembentuk manusia dan perkembangan masyarakat.

UU RI No.20 tahun 2003 tersebut, menegaskan bahwa pendidikan

mempunyai tujuan untuk mempersiapkan siswa dalam mengembangkan potensi

diri yang dimilikinya, agar siswa tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan

menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran dan

nilai-nilai keagamaan sehingga siswa menjadi pribadi yang baik. Hal ini

mengandung arti bahwa pendidikan memiliki peran sebagai pemandu dalam

(31)

Menyadari peran yang ada tersebut, maka nilai-nilai dalam kehidupan setiap

pribadi menjadi sebuah kebutuhan yang pokok untuk dikembangkan melalui

pendidikan.

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi seseorang secara bertahap

agar semakin tumbuh menjadi dewasa, bukan hanya tumbuh dalam kemampuan

atau keterampilan saja, melainkan juga mampu berkembang dalam pribadinya,

yang membuat seseorang semakin sadar atas karunia iman yang diterimanya

sehingga dapat menghadapi hidup dengan jujur, dan benar (Mardiatmadja,

1986:53).

Pendidikan membentuk pribadi secara bertahap dapat diartikan bahwa

pendidikan membantu seseorang untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang

dewasa sehingga siswa mempunyai kepercayaan diri yang kuat. Pendidikan

membutuhkan proses yang panjang dan waktu untuk dapat mencapainya.

Pendidikan membantu seseorang untuk berkembang maksudnya melalui

pendidikan ini seseorang diharapkan mempunyai kemampuan yang berguna bagi

masa depannya dan bertanggungjawab akan hidupnya dan pada akhirnya

membantu perkembangan kepribadian.

Undang-undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003

menyebutkan tujuan pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

(32)

Tujuan tersebut dimaksudkan setiap pribadi manusia memiliki dasar yang

kuat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia, serta mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, bertanggungjawab dalam membangun bangsa. Pendidikan

yang hendak dicapai adalah mampu mengembangkan segala potensi yang telah

dianugerahkan Tuhan dan bersyukur atas anugerah yang diterimanya. Siswa

diharapkan mampu mewujudkan sikap hidup sebagai orang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan melalui sikap dan tindakan dalam hidup sehari-hari.

Melalui pendidikan diharapkan menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih

manusiawi, berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang

bertanggungjawab, proaktif dan kooperatif, sekaligus memiliki pribadi yang utuh.

Pendidikan membantu individu berkompetensi dan mampu berperilaku dan

berkembang dalam kepribadian sesuai dengan ajaran imannya (Komkat, 2007:5).

Pembentukan pribadi yang utuh membantu siswa untuk mengenali dirinya sendiri

sehingga siswa mampu mengendalikan dirinya. Pendidikan diharapkan mampu

membantu siswa menjadi pribadi yang berkualitas.

Dari beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan di atas dapat

dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu siswa untuk terus

berkembang secara menyeluruh. Tujuan pendidikan juga membantu siswa untuk

tumbuh menjadi pribadi yang matang dan dewasa, baik dilihat dari segi jasmani

maupun rohani sehingga dapat diwujudkan dalam hidup mereka sehari-hari.

(33)

tetapi juga sungguh-sungguh membawa siswa semakin berkembang menjadi

pribadi yang utuh tercermin dalam sikap, tindakan dalam hidup sehari-hari.

3. Pendidikan di Sekolah

Pendidikan di sekolah sebagai tempat pembentukan secara menyeluruh

pada dimensi hidup siswa secara sestematik dan kritis, oleh karena itu pendidikan

di sekolah merupakan tempat yang istimewa di mana pembentukan secara

menyeluruh terjadi melalui pengajaran (Sewaka, 1991:21). Pendidikan adalah

usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan latihan dalam rangka menyiapkan dirinya menghadapi masa yang

mendatang. Pendidikan yang dimaksud dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur

sekolah dan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang

dilakukan dalam lingkup sekolah, melalui kegiatan pembelajaran secara teratur

dan berkesinambungan yang mendidik siswa secara bertahap dalam bidang

intelektual dan perkembangan kepribadiannya. Sedangkan pendidikan luar

sekolah dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya atau masyarakat di sekitar

tempat tinggal mereka.

Pendidikan di sekolah, merupakan sistem pendidikan yang berlangsung di

sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, yang merupakan upaya bantuan

terhadap orang tua siswa dalam mendidik anak-anaknya, karena orang tua adalah

pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Bantuan pendidikan yang

terorganisir yang diusahakan dan ditata oleh sekolah bertujuan untuk membantu

(34)

kognitif dan psikomotorik dan menjadi manusia yang berbudaya yang bertakwa

kepada Tuhan, mengusakan perkembangan spritual, sikap dan nilai hidup,

pengetahuan, keterampilan serta mampu mengembangkan para siswa menjadi

pribadi yang utuh yang akan tercermin dalam sikap dan prilakunya dalam hidup

sehari-hari (Mardiatmaja, 1986:50).

Dalam perjalanan waktu, ternyata pendidikan formal yang terjadi di

sekolah merupakan tempat yang penting, karena secara terus menerus mendidik

kemampuan budi, memperkembangkan kemampuan untuk menilai suatu yang

tepat, memadukan anak didik ke dalam nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa

yang bersangkutan dan pengembangan budi dan daya manusia. Maka pendidikan

formal di sekolah merupakan bantuan yang terorganisir dalam proses

pembentukan dan pengembangan budi dan daya anak didik menjadi pribadi yang

utuh dan mandiri (Setyakarjana, 1997:8-9).

B. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Pendidikan agama membentuk manusia dalam segala dimensinya yang

pokok dan dimensi agama merupakan bagian yang integral dari pembentukan

tersebut. Pendidikan agama merupakan hak dan kewajiban yang sama dari siswa

dan orang tua. Juga sekurang-kurangnya dalam agama katolik menjadi sarana

yang sangat penting untuk mencapai kedalaman iman, maka pendidikan agama

katolik yang berbeda dan sekaligus sebagai tempat katekese, dan harus menjadi

(35)

Pada hakikatnya Pendidikan Agama Katolik merupakan pendidikan yang

bervisi spritual. Bervisi spritual artinya pendidikan agama katolik memberikan

inspirasi hidup kepada para siswa. Selain itu, pendidikan agama katolik juga

diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk memperkembangkan kedalaman

hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan

agama katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan

interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat dimana Allah bersemayam dan

karena itu membuat manusia merasa rindu kepadaNya dan peduli pada hidup

sesamanya (Heryatno, 2008:14).

Pendidikan agama katolik sebagai komunikasi iman. Sebagai komunikasi

iman pendidikan agama katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis. Bersifat

praktis berarti pendidikan agama katolik lebih menekankan tindakan dari pada

konsep atau teori. Oleh sebab itu pendidikan agama katolik lebih menekankan

proses perkembangan, pendewasaan iman, serta peneguhan pengharapan dan

perwujudan kasih terhadap sesama (Heryatno, 2008:15-16). Dalam hal ini

memang pendidikan Agama Katolik mempunyai tempat yang sentral dalam

kehidupan umat Kristiani, dimana manusia diajak untuk menyadari kehadiran

Tuhan dalam hidup. Manusia bisa membentuk kepribadian yang utuh melalui

penghayatan imannya.

Hutabarat dalam Lokakarya Malino (1981:18) mengatakan bahwa

Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bidang studi yang

ada di sekolah, Pendidikan agama katolik di sekolah diharapkan dapat membawa

(36)

Katolik, dan dengan demikian mudah-mudahan peserta didik berkembang secara

terus menerus menjadi manusia yang beriman.

Dalam hal ini Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga tidak dapat

disamakan dengan mata pelajaran yang lain, karena Pendidikan Agama Katolik di

sekolah merupakan pendidikan iman sehingga Pendidikan Agama Katolik di

sekolah sebagai upaya pembentukan pribadi manusia beriman. Pendidikan Agama

Katolik di sekolah juga sebagai salah satu usaha untuk menunjang tercapainya

tujuan pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar

1945, oleh karena itu Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga terikat pada

kurikulum dan waktu yang tersedia (Setyakarjana, 1997:9).

Dalam jenjang SMA, pendidikan agama katolik memberikan ruang gerak

bagi para siswa untuk mengembangakan keterampilan dalam dirinya sehingga

pendidikan agama katolik di SMA mendorong siswa untuk berkembang baik dari

segi intelektual maupun dalam pembentukan pribadi yang utuh dan beriman

kepada Tuhan sehingga pendidikan agama katolik berperan terhadap

perkembangan kepribadian siswa.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Dalam Gravissimum Educationis ditegaskan bahwa ada dua tujuan dasar

pendidikan yakni memperkembangkan pribadi manusia dan memperjuangkan

kesejahteraan umum (GE. Art. 1). Kedua tujuan di atas tidak dapat terpisahkan

tetapi saling berkaitan secara erat. Perkembangan pribadi seseorang secara utuh

tidak akan terwujud apabila keduanya terpisahkan dari usaha nyata demi

(37)

adalah demi tercapainya perkembangan setiap pribadi secara utuh dan demi

pembentukan masyarakat yang berkeadaban dan sejahtera (Heryatno, 2008: 13).

Perkembangan pribadi yang utuh disini dapat kita pahami sebagai

perkembangan dalam pribadi siswa, bukan hanya semata-mata pengetahuan saja

melainkan juga meliputi perkembangan iman siswa. Perkembangan iman yang

ingin dicapai ialah perkembangan iman yang berlangsung sepanjang hidup. Jadi

dapat dikatakan, ketika siswa sudah lulus dari bangku sekolah ia masih dapat

mengembangkan apa yang telah didapatkan ketika masih di bangku sekolah dan ia

masih dapat memperkembangkan iman yang ada dalam dirinya. Dengan demikian

siswa juga dapat membentuk iman dalam diri mereka di lingkungan

masing-masing tempat tinggal mereka.

Pendidikan agama katolik pada dasarnya bertujuan agar siswa mempunyai

kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup

iman kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang

memiliki keprihatinan tunggal, yakni kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan

situasi dan peristiwa keselamatan, situasi dan perjuangan untuk keadilan,

kebahagian dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetian. Kelestarian lingkungan

hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan

(Komkat, 2007:7).

Pendidikan agama katolik sebagai proses pendewasaan iman yang menjadi

tujuan formal pendidikan iman merupakan suatu proses yang berlangsung seumur

hidup. Dalam pendidikan iman, pendewasaan iman tidak terpisahkan dari

(38)

perkembangan manusia secara utuh. Iman yang dewasa dapat diartikan sebagai

iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan bersifat holistik yang

mencakup dari segi pemikiran, hati, dan praksis (Heryatno, 2008:23).

Sebagai proses pendewasaan iman di sekolah pendidikan agama katolik

diharapkan membantu memperkembangkan iman siswa secara seimbang dan

menyeluruh pada diri para siswa. Dalam hal ini pendidikan agama katolik SMA

juga mengajak siswa supaya semakin matang dalam iman dan mewujudkannya

dalam tindakan konkret. Dengan iman yang dihayati dan diwujudkan para siswa

dapat menyadari relevansi imannya dalam hidupnya.

Dari tujuan pendidikan sangat terlihat jelas bahwa perkembangan iman

dan kepribadian siswa yang utuh merupakan hal yang sangat penting. Dalam

proses pembelajaran pendidikan agama katolik, tentunya kebutuhan hidup

beriman dan pribadi siswa perlu diperhatikan. Dengan demikian akhirnya para

siswa dapat terbantu dalam menghayati imannya dalam hidup sehari-hari.

3. Peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

a. PAK Sebagai Pendidikan Iman

Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga dapat dikatakan sebagai

pendidikan iman, karena pendidikan agama katolik di sekolah mempunyai tugas

khusus membentuk para siswa menjadi orang Kristen yang seutuhnya,

merupakan bagian dari tobat sepanjang hidup sampai siswa menjadi apa yang

dikehendaki Tuhan atas dirinya sehingga para siswa mampu berbagi kehidupan

bersama Allah. Serta membantu orang beriman agar iman mereka semakin

(39)

bermasyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok (Adisusanto,

2000:1). Dalam Konsili Vatikan II ditegaskan lebih menyeluruh, dan lebih

mengungkapkan keseluruhan sikap iman. Misalnya dalam Konstitusi Dogmatis

tentang Wahyu dan Iman Dei Verbum antara lain dikatakan demikian:

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Roma 16 : 26; lih. Roma 1 : 5; Kor 10 : 5 – 6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkan kepada Allah (DV, art. 5).

Iman merupakan perjumpaan rahmat Allah yang tak terselami dan misteri

kebebasan manusia. Di satu sisi kita akui bahwa dalam kenyataan iman terdapat

tindakan atau keterlibatan manusia dalam suasana kebebasan. Di sisi lain,

pertumbuhan dan perkembangan iman merupakan anugerah cuma-cuma Allah

kepada manusia. Iman merupakan rahmat Allah yang penuh misteri. Iman juga

merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah. Pertama-tama perlu diingat

bahwa sabda Allah bukanlah melulu suatu pengajaran, tetapi terutama merupakan

suatu fakta keselamatan yang memiliki sifat hubungan antar pribadi. Inilah yang

merupakan aspek esensial pewahyuan diri Allah dalam sejarah umat manusia.

Menghadapi kenyataan keselamatan semacam ini manusia tidak dapat bersikap

hanya diam saja dan hanya menutup diri, tetapi harus memberi tanggapan dengan

memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah.

Dalam hal ini, Pendidikan Agama Katolik di SMA tidak sekedar

(40)

mengarahkan siswa kepada hidup beriman dan berkepribadian yang utuh.

Terutama menyangkut hubungan dirinya dengan Allah. Oleh karena pendidikan

iman yang terjadi hendaknya menolong para siswa untuk bertumbuh dalam

kesadaran akan dirinya, kesadaran akan lingkungannya, kesadaran akan umat

beriman. Kesadaran akan dirinya siswa diajak untuk memahami dirinya melalui

sikap dan perilaku hidupnya, dengan ini siswa juga belajar untuk memahami

lingkungan dimana mereka hidup baik dilingkungan sekolah maupun

dilingkungan masyarakat dan secara sendirinya mereka juga menyadari akan

hubungannya dengan Tuhan. Dalam usaha tersebut, akan ada pergumulan dan

pencarian peserta didik dibentuk dalam sikap-sikap dan nilai-nilai Kristiani

(Setyakarjana, 1997:10).

Maka dalam hal ini siswa diharapkan sungguh-sungguh beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi pengerti

luhur yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya secara benar serta menghormati

agama orang lain. Orang yang beriman tidak hidup dalam kepasifan, tetapi aktif

dan penuh semangat dalam membantu orang lain dalam menemukan Tuhan dan

pribadinya.

b. PAK sebagai pembinaan Sikap

Dalam rangka mengembangkan kepribadian yang utuh maka perlu adanya

pembentukan sikap yang baik dan utuh yang akan tercermin pada tindakan dan

perbuatan para siswa. Pada kenyataannya pengembangan kepribadian dan

(41)

yang tidak sekali jadi. Banyak yang perlu dipertimbangkan, secara khusus segi

kemampuan-kemampuan atau sikap-sikap batin. Apalagi yang berhubungan

dengan kehidupan religius, yaitu menyangkut masalah-masalah kehidupan

mendasar mengenai arti, makna dan tujuan hidup manusia serta keberadaannya

dalam hubungannya dengan yang ilahi, dirinya sendiri, sesama dan dengan alam

semesta (Kristianto,1999:22). Segi religius yang dimaksud tidak hanya

menyangkut kemampuan untuk menghafal atau tahu ajaran agama-agama, namun

lebih kepada penghayatan iman yang nyata dalam hidup sehari-hari sebagai

pergulatan hidupnya.

Beriman adalah relasi seseorang dengan Allah, namun tidak lepas dari

peran serta orang lain yang selalu hidup berdampingan. Dalam rangka

pembentukan pribadi yang utuh dan kuat bagi anak-anak SMA, Pendidikan

Agama Katolik di SMA hendaknya yang memungkinkan terjadinya proses

pergumulan dalam diri siswa, sehingga membantu siswa untuk membangun

sikap-sikap dasar dalam hidup berdasarkan penghayatan imannya dan mengembangkan

manusia dari dalam dengan membebaskan dari suasana yang mungkin

menghalang-halanginya menjadi manusia yang sungguh-sungguh utuh. Dan

dalam hal ini pendidikan agama umtuk SMA harus sadar dan bertolak pada

pendidikannya yang mengarah kepada pertumbuhan pribadi seutuhnya (Sewaka,

1991:21-22).

Beriman itu selalu terjadi dalam konteks tradisi keagamaan tertentu, maka

belajar beriman berarti menjadikan tradisi keagamaan itu miliknya, sekaligus

(42)

pribadinya, tetapi sungguh-sungguh membantu orang muda untuk memilih

imannya sendiri. Di sinilah sebetulnya, mengajar agama berarti mengantar orang

untuk masuk dalam komunitas beriman dalam segala macam segi kehidupan.

Dalam rangka iman Kristiani, mengajar beriman berarti masuk dalam pergulatan

iman Gereja dalam segala seginya, baik ketika Gereja bersama-sama

mendengarkan sabda, merayakan, mewartakan, serta mewujudkan dalam hidup

bersama dan di tengah masyarakat yang plural (Purwatma, 2005:3). Indikasi orang

Kristiani terletak pada motivasi dan semangat hidup yang didasarkan pada sikap

saling mengasihi satu sama lain. Sikap dasar inilah yang menjadi pola pergaulan

dengan orang lain. Secara eksplisit sikap dasar ini telah dinyatakan oleh Yesus

sendiri “sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikianlah pula kamu harus

saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah

murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:34-35). Semangat

saling mengasihi inilah yang perlu diarahkan kepada semua orang, termasuk orang

yang memusuhi kita. Tentu saja untuk melakukan itu tidaklah mudah, bahkan

tidak hanya terjadi dalam proses pembelajaran agama di kelas saja, pengajaran itu

terjadi hendaknya dalam konteks hidup siswa sendiri melalui kenyataan

sehari-harinya, dalam keluarga, masyarakat dan komunitas, namun demikian bantuan

guru agama merupakan hal yang sangat penting dalam proses hidup beriman serta

dalam perkembangan kepribadian siswa sehingga siswa mampu bertindak dan

berbuat sesuai dengan ajaran imannya, selain itu siswa diharapkan mampu

berperilaku dan berkembang dalam kepribadiaan sesuai dengan ajaran imannya

(43)

4. Materi Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama katolik di sekolah

yang berlangsung di SMA, materi pendidikan agama katolik menjadi salah satu

faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran pendidikan agama katolik.

Materi pendidikan agama katolik yang ada dalam kurikulum dijadikan sarana

yang utama oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan agama

katolik. Materi pembelajaran pendidikan agama katolik yang akan disampaikan

tidak asal-asalan melainkan harus sesuai dengan kurikulum dan silabus

Pendidikan agama katolik dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa untuk

mencapai tujuan dalam proses pembelajaran pendidikan agama katolik yang

dilaksanakan. Materi yang digunakan dalam proses pembelajaran, menurut pakar

teologi dan Kitap Suci sebaiknya mengandung 4 (empat) dimensi yaitu dimensi

pribadi siswa, pribadi Yesus Kristus, Gereja dan kemasyarakatan.

a. Dimensi atau aspek pribadi siswa

Materi pendidikan agama katolik harus menyentuh pribadi siswa dan

pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup siswa dapat diolah sedemikian rupa

sehingga dapat menjadi bahan dalam Pendidikan agama katolik.

b. Dimensi pribadi Yesus Kristus

Yesus adalah pribadi penentu dalam ajaran iman Kristiani. Kekhasan

ajaran iman diwarnai oleh pribadi yang satu ini. Banyak teladan yang dapat

diambil dari sosok pribadi Yesus Kristus. Teladan Yesus ini menjadi panutan bagi

(44)

c. Dimensi Gereja

Gereja merupakan persekutuan murid-murid Yesus yang melanjutkan

karya Yesus Kristus. Ajaran dan iman Gereja tumbuh dan berkembang dalam

persekutuan ini. Nilai-nilai ajaran Gereja sangat dibutuhkan oleh siswa dalam

membangun iman katolik dalam diri. Peran Gereja dalam hal ini juga dibutuhkan

dalam mengembangkan iman siswa.

d. Dimensi Kemasyarakatan

Dimensi kemasyarakatan hendaknya menjadi materi pendidikan agama

katolik, sebagai bagian kecil dari masyarakat, tentunya para siswa dalam

kesehariannya juga tinggal dilingkungan masyarakat juga ikut ambil bagian dalam

perkembangan pribadi siswa.

Empat dimensi di atas juga menjadi dasar dalam pemilihan materi PAK

SMA. Berdasarkan 4 (empat) dimensi di atas, maka materi Pendidikan Agama

Katolik dijabarkan dalam tema-tema dan materi pokok. Materi pokok merupakan

bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang ditetapkan, yang dapat

berupa bidang ajaran, gugus isi, proses, keterampilan, konteks, dan atau

pengertian konseptual.

Setiap materi disertai dengan kompetensi dan tujuan yang menjadi arah

dan tujuan bagi para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan

agama katolik. Setidaknya kompetensi dan tujuan dari setiap materi dapat tercapai

dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini membutuhkan proses dan pengolahan

(45)

5. Proses Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah menggunakan

dialog partisipatif aktif, yakni yang lebih diutamakan dalam Pendidikan Agama

Katolik ialah proses komunikasi, interaksi atau dialog iman yang terjadi selama

proses pembelajaran antara siswa serta antar siswa dengan guru yang berarti

hubungan pribadi dengan siswa, apabila seorang guru melaksanakan hubungan itu

dengan keyakinan bahwa para siswa memiliki nilai-nilai yang pada dasarnya

positif, hubungan tersebut akan memungkinkan keterbukaan dan terjadi dialog

yang memudahkan pemahaman terhadap kesaksian iman yang diungkapkan

melalui perilaku guru (Sewaka, 1991:53). Guru dapat menjadi sahabat bagi para

siswa, sehingga terjalin relasi yang harmonis dan secara aktif membantu

memecahkan persoalan yang dihadapi siswa sehingga memudahkan proses

pembelajaran pendidikan agama katolik sehingga proses pembelajaran agama

katolik dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan para siswa. Hal

tersebut bertujuan agar siswa mampu mengolah segi-segi yang berkaitan dengan

hidup dan imannya, dengan demikian siswa mampu membangun dan membentuk

imannya.

Metode yang digunakan dalam proses pelaksanaan Pendidikan Agama

Katolik di sekolah SMA antara lain diskusi kelompok dan pleno, sharing

pengalaman dan pengalaman iman, wawancara, dinamika kelompok. sehingga

suasana kegiatan belajar dan mengajar perlu dibangun bersama-sama, sehingga

terciptalah suasana yang ramah, terbuka, bebas, dan menyenangkan (Komkat

(46)

Segi lain dalam proses Pendidikan Agama Katolik di SMA ingin

mengembangkan segi perspektifnya dalam pengembangan iman daripada segi

kehidupannya. Hal ini yang mendapat tekanan dan dikembangkan pendidikan

reflektif yang dapat diartikan untuk mengembangkan kemampuan refleksi dan

relasi dengan Yesus agar hubungan dengan Yesus lebih mengena dan terorientasi

lebih mendalam.

Dengan demikian melalui proses tersebut dapat memampukan manusia

muda untuk berfikir, merasakan, bertindak dan sebagainya. Kemampuan ini dapat

diperkembangkan melalui proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di

sekolah. Pada dasarnya sekolah ingin mencerdaskan manusia muda, ingin

mendidik melalui pengajaran sehingga mampu memperkembangkan

pemikirannya untuk pembentukan diri, serta mampu bergumul dengan

permasalahan hidup yang dialami.

6. Kekhasan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak bisa disamakan begitu saja

dengan pelajaran lain. Pengetahuan memang hal yang sangat penting, tetapi

bukanlah satu-satunya. Di samping itu dipentingkan pengolahan dan

pertanggungjawaban pengetahuan tersebut. Pengetahuan disampaikan tidak

semata untuk diketahui dan dimengerti begitu saja, tetapi harus lebih dimengerti

dan dipahami. Peserta didik diajak untuk mempertanggungjawabkan apa yang

diketahuinya, diajak memikirkan kenapa, dan bagaimana. Maka dari itulah

diharapkan pemahaman iman dan pribadinya mulai tumbuh, terjadi perkembangan

(47)

Jadi Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah salah satu bentuk

pelayanan demi perdidikan iman dalam mengembangkan pribadi dengan situasi

dan kondisinya, kelemahan dan kelebihannya beserta tuntutan-tuntutannya. Maka

Pendidikan Agama Katolik di sekolah mau menghantar siswa pada hidup yang

lebih baik dan bermutu (Setyakarjana, 1997:9). Pendidikan Agama Katolik di

sekolah mempunyai kekhasan tersendiri jika dibandingkan dengan bidang lain

studi yang lain. Kekhasan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dapat dilihat dari

berbagai segi namun dalam pembahasan ini penulis ingin menguraikan dua segi

yang pokok, yaitu dari segi tujuan dan dari segi proses pelaksanaan. Dari segi

tujuan, pada bagian di atas telah dikatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama

Katolik di sekolah untuk memperkuat iman. Selain itu dikemukakan juga tujuan

Pendidikan Agama Katolik agar peserta didik memiliki pengetahuan yang lebih

luas dan mendalam, karena Pendidikan Agama Katolik di sekolah ingin

mengupayakan pembentukan pribadi manusia yang utuh dan menyeluruh sebagai

pribadi manusia yang beriman (Setyakarjana, 1997).Yang menunjukkan kekhasan

Pendidikan Agama Katolik di sekolah dari segi tujuan adalah mengenai

tahap-tahap perkembangan kegiatan belajar yang ditinjau dari perkembangan segi

perilaku. Tahap-tahap perkembangan kegiatan belajar merupakan suatu proses

yang berkesinambungan untuk memperkembangkan iman peserta didik.

Tahap-tahap perkembangan tersebut mencakup segi untuk mengetahui, memahami,

menerapkan antara pengetahuan dengan perilaku peserta didik.

Dilihat segi proses, Proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik

(48)

Pendidikan Agama Katolik. Proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik lebih

dikenal sebagai proses belajar-mengajar untuk membentuk diri. Hal ini

dikarenakan proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah ditujukan

kepada siswa demi pembentukan kepribadiaan siswa. Melalui proses pelaksanaan

Pendidikan Agama Katolik tersebut diharapkan dapat membantu manusia muda

untuk berfikir, merasakan, bertindak dan sebagainya.

Melalui proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang

dikenal sebagai proses belajar membentuk diri, peserta didik diajak untuk

menggumuli hidupnya dan dilatih untuk hidup secara bertanggung jawab sebagai

orang beriman.

C. Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Setiap orang yang membantu pembentukan manusia yang utuh adalah

seorang pendidik, tetapi guru menjadikan usaha membentuk siswa secara utuh

sebagai profesi yang harus mereka jalankan (Sewaka, 1991:50). Tugas utama guru

adalah mengajar agama secara sistematis dan tidak hanya itu saja, seorang guru

agama terkadang juga membantu untuk menjelaskan persoalan konkret yang

muncul dari pelajaran yang lain. Jadi peranan guru agama sangat penting, karena

apa yang dituntut tidak memberikan ajarannya sendiri melainkan mengajarkan

Yesus Kristus.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah salah satu bentuk karya

pewartaan Gereja yang dilaksanakan di sekolah unyuk membantu mewujudkan

tujuan nasional pendidikan dan pendidikan agama katolik mempunyai sifat

(49)

pemahaman, penghayatan dan perwujudan dalam hidup. Dalam proses

penyelenggaraan belajar mengajar pendidikan agama katolik di sekolah

khususnya di SMA, sosok figur guru yang memiliki spritualitas sangat diperlukan

untuk memperkembangkan pribadi siswa secara utuh.

Figur seorang guru yang digerakkan oleh spritualitas adalah seorang guru

yang bersifat kristosentris, seorang guru diminta memandang para siswa sebagai

pusat perhatian. Yang berarti memandang para siswa dengan kaca mata positif, di

mana para siswa juga diciptakan oleh Allah menurut citra dan gambar-Nya

sendiri. Relasi penuh kepercayaan dan persahabatan dengan Yesus menjadi dasar

dan sumber spritualitas guru agama katolik (Heryatno, 2008:95).

1. Guru Agama Sebagai Pendidik Hidup Beriman

Pendidik adalah orang yang bertugas mendidik. Sebagai seorang pendidik,

guru harus membantu siswa untuk mencapai hidup beriman, guru mengajak para

siswa dengan penuh kepercayaan membuka hati utuk mengenal Bapa, Putra dan

Roh Kudus melalui doa pribadi dan doa liturgi, pengalaman iman bukan sesuatu

yang dipaksakan melainkan sebagai suatu jawaban bebas dan cinta kepada Allah

yang mencintai kita, iman akan selalu berkembang dalam hidup kita (Sewaka,

1991:116-117). Guru harus memberikan pengetahuan dan pemahaman yang

cukup terhadap masyarakat yang ada disekitarnya, sehingga para siswa mampu

memahaminya dan berinteraksi dengan lingkungannya serta mampu mencapai

perkembangannya untuk mencapai pribadi yang utuh (Komkat, 2007:5). Dan

bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga mendidik agar siswa terbantu dan

(50)

kehidupan diri siswa. Perubahan hidup hanya mungkin terjadi bila siswa sudah

memiliki hubungan pribadi dengan Yesus. Dengan menggunakan dasar ini,

barulah guru dapat menghubungkan kebenaran yang diajarkan dengan kehidupan

atau permasalahan yang mereka hadapi dalam kenyataan hidup para siswa yang

dialami dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang guru Pendidikan Agama Katolik memiliki tugas untuk mendidik

hidup siswa agar semakin dewasa dalam iman dan dewasa pribadinya.

Pendewasaan iman dalam diri siswa juga menjadi salah satu tujuan dalam

pendidikan agama katolik. Oleh karena itu guru pendidikan agama katolik

diharapkan untuk dapat mengarahkan siswa kepada perkembangan iman yang

lebih utuh. Seorang guru merupakan salah satu teladan bagi para siswanya. Jadi

diharapkan guru memiliki kedewasaan dalam hidup beriman agar bisa menjadi

teladan untuk para siswanya.

2. Guru Agama Sebagai Pembimbing Hidup Rohani

Membimbing adalah proses pemberian bantuan kepada individu untuk

mencapai pemahaman yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara

maksimal terhadap keluarga, masyarakat dan sekolah. Guru memiliki peranan

yang sangat penting dalam proses pendidikan. Seorang guru hendaknya mampu

menjadi pengarah, pembimbing, memberi kemudahan kepada para siswa dengan

menyediakan fasilitas belajar dan mampu menciptakan suasana belajar yang

kondusif yang menantang para siswa untuk berfikir. Hal tersebut tidak hanya

(51)

proses pembelajaran sehingga guru mempunyai hubungan yang dekat dengan para

siswa.

Peranan guru sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar

merupakan salah satu tugas dari figur seorang guru. Setiap guru bertugas

memberikan dan mendampingi siswa dalam memperoleh suatu pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti tingkah laku

pribadi dan spritual di masyarakat, dengan mengajak para siswa mengadakan

acara rekoleksi, retret, camping rohani, dan acara persaudaraan kelas lainnya

(Heryatno, 2008:3). Dengan demikian hidup kerohanian siswa juga akan

tercermin dari hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah

laku sosial siswa.

Bimbingan juga merupakan suatu upaya untuk membantu para siswa

dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. di samping itu, proses bimbingan

tersebut diharapkan dapat membantu siswa agar mampu memiliki pengetahuan

dan membentuk kepercayaan diri siswa. Dan untuk mencapai tujuan yang lebih

luhur, yakni hidup baru dalam Kristus. Sehingga siswa mengalami perubahan

hidup dan perubahan hidup tersebut tercermin dalam perilaku dan berkembang

dalam kepribadian sesuai dengan ajaran imannya (Komkat, 2007:5).

3. Guru Agama Sebagai Saksi Iman

Tugas guru yang tidak kalah penting adalah menjadi saksi iman bagi para

siswa-siswanya. Dengan kesaksian iman pelajaran agama katolik di sekolah

menjadi hidup, kesaksian seorang guru menjadi contoh konkret yang nyata bagi

(52)

siswa. Kesaksian hidup dan keteladanan menjadi cara yang utama untuk

menghayati spritualitas sebagai guru agama katolik di sekolah (Sewaka, 1991:96)

dengan itu kita didorong untuk menghayati semangat pertobatan yang

terus-menerus yang membawa kita pada persatuan dengan Kristus dan dengan semua

peserta didik. Sebagai sosok pendidik tentunya guru menjadi teladan bagi

siswanya di sekolah.

Sebagai saksi iman hendaknya guru pendidikan agama katolik menyadari

kerasulannya dengan baik, untuk mengusahakan pendidikan moral dan keagamaan

bagi para siswa dan membimbing iman mereka dan mengajari siswa untuk

mengenal umat dan memasyarakat sesuai dengan ajaran imannya serta mampu

bertindak sesuai dengan ajaran imannya (Komkat, 2007:5). Sehingga membentuk

kepribadian hidup siswa untuk mengenal masyarakat, menumbuhkan sikap dan

perilaku yang positif pada diri siswa dalam menghadapi kehidupan yang semakin

menggelobal dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu dalam menyampaikan

ajaran keselamatan, guru pendidikan agama katolik memberi kesaksian hidup

secara konkret. Tindakan-tindakan nyata dari seorang guru pendidikan agama

katolik jauh lebih penting ketimbang pada teori. Semakin lengkap kesaksian

konkret yang diberikan oleh guru pendidikan agama katolik, maka guru

pendidikan agama katolik akan semakin dipercaya dan dicontoh oleh para siswa

(53)

BAB III

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Memiliki pribadi yang utuh merupakan keinginan manusia. Perkembangan

pribadi manusia merupakan proses yang panjang sejak manusia usia dini. Orang

yang berkepribadian adalah orang yang mempunyai pribadi yang dewasa yaitu

pribadi yang dapat menggunakan secara penuh potensi dirinya. Dalam Bab ini

akan dipaparkan mengenai perkembangan kepribadian, Pemaparan mengenai

perkembangan kepribadian ini akan di dahului tentang:

A. Perkembangan Kepribadian

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang terjadi sebagai

akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van

Den Daelle dalam Paulus Budiraharjo (1998:27) perkembangan berarti perubahan

secara kualitatif. Ini berarti perkembangan bukan sekedar penambahan melainkan

suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.

Perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan

lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu

merealisasikan diri yang biasanya disebut dengan aktualisasi diri adalah sangat

penting, namun tujuan ini tidak pernah statis. Tujuan dapat dianggap sebagai

suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat dan menjadi manusia seperti

(54)

Sumadi Suryabrata (1993:178) mengatakan bahwa perkembangan adalah

suatu perubahan ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis, perubahan

tesebut adalah suatu proses. Jadi pada garis besarnya bahwa perkembangan itu

adalah suatu proses, dimana manusia diajak untuk membentuk dan

mengembangkan apa yang dimiliki dalam dirinya. Perkembangan itu juga

merupakan hal yang kontinu, akan tetapi untuk lebih mudah memahami dan

mempersoalkannya biasanya orang menggambarkan perkembangan itu dalam

fase-fase atau priode-priode tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa

perkembangan itu tidak dapat sekali jadi, tetapi perkembangan adalah suatu proses

yang terjadi secara bertahap dan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Perlu

adanya penyesuaian terhadap lingkungan dan masyarakat maupun diri sendiri,

supaya orang dapat berkembang secara maksimal dan penuh.

2. Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian

Kepribadian melekat lebih dalam daripada kulit kita. Kepribadian terus

menerus tercermin dalam tingkah laku sehari-hari, dan berakar dalam jiwa dan

tubuh. Kepribadian tidak sama dengan nama baik, yang merupakan pendapat baik

buruk orang lain terhadap diri kita. Kepribadian terbentuk semenjak manusia

dilahirkan.

Dalam hal ini G.W.Allport (1991:30-36) menegaskan bahwa ciri-ciri orang

yang berkepribadian ada tujuh kriteria antara lain, Perluasan Perasaan Diri,

(55)

Realitis, Keterampilan-keterampilan dan Tugas, Pemahaman Diri dan Filsafat

Hidup yang Mempersatukan.

a. Perluasan Perasaan Diri

Ketika orang menjadi matang maka dia mulai mengembangkan

perhatian-perhatian di luar dirinya. Perhatian-perhatian-perhatian ini tidak hanya mencakup interaksi

dengan satu orang atau dengan suatu pekerjaan tetapi ikut berpartisipasi secara

penuh. Seseorang yang memiliki kepribadian mampu meluaskan diri ke aktivitas

dan aktivitas tersebut harus relevan dan penting bagi dirinya juga bagi banyak

orang. Jika demikian maka orang tersebut akan semakin sehat dan matang dalam

perkembangan kepribadiannya. Perluasan-perluasan diri juga berkaitan dengan

kemampuan merencanakan masa depan.

b. Hubungan Hangat atau Akrab Dengan Orang lain

Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan

orang-orang: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.

Orang yang berkepribadian mampu memperlihatkan hubungan keintiman (cinta)

terhadap orang-orang yang dicintainya seperti orang tua, anak, pather atau teman

akrab. Sedangkan tipe kehangatan kedua yakni perasaan terharu suatu pemahaman

tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua orang

tanpa membeda-bedakan. Orang yang mempunyai pribadi memiliki pemahaman

akan kondisi orang lain dan mampu berempati dengan orang lain. Inilah tandanya

(56)

c. Keamanan Emosional

Keamanan emosional meliputi beberapa kualitas seperti: penerimaan diri.

Penerimaan diri merupakan kualitas yang paling utama. Penerimaan diri di sini

termasuk bagaimana seseorang mampu menerima kelemahan atau kekurangan

tanpa menyerah pada titik kelemahan melainkan justru berproses untuk

memperbaiki diri. Kualitas berikutnya adalah mampu menerima emosi-emosi

manusia, berusaha untuk mengontrolnya sehingga tidak mengganggu aktivitas

antar pribadi dan mengarahkannya ke hal-hal yang lebih kondusif. Kualitas yang

terakhir adalah sabar terhadap kekecewaan. Bagi mereka yang mempunyai

kepribadian selalu berusaha untuk sabar menghadapi kemunduran-kemunduran

dalam hidup tanpa menyerahkan diri kepada kekecewaan melainkan berusaha

memikirkan cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Persepsi Realistis

Orang yang berkepribadian akan memiliki kemampuan untuk memandang

orang lain, objek dan situasi tertentu sebagaimana adanya tanpa prasangka.

Mereka tidak perlu percaya bahwa orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat

atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka

juga tidak berusaha keras untuk mengubah realitas agar sesuai dengan keinginan

dan kebutuhan mereka.

e. Ketrampilan-ketrampilan dan Tugas

Memiliki ketrampilan-ketrampilan yang relevan tidaklah cukup. Bagi

(57)

ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya secara ikhlas, antusias, melibatkan dan

menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan atau tugas pekerjaan mereka.

Tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan, memberikan arti dan perasaan

kontinuitas untuk hidup. Orang yang berkepribadian akan melakukan pekerjaan

yang penting dengan dedikasi, komitmen dan ketrampilan-ketrampilan.

f. Pemahaman Diri

Seorang dikatakan berkepribadian sehat dan utuh jika telah mencapai

pemahaman diri, pengenalan diri yang menuntut pemahaman tentang hubungan

atau perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan

gambaran dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Pribadi yang utuh

terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang

objektif. Orang yang sudah mencapai tingkat pemahaman diri yang tinggi tidak

akan memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain.

g. Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Pribadi yang sehat dan utuh selalu mengarahkan hidupnya ke masa depan

didorong oleh tujuan-tujuan tertentu dan rencana-rencana jangka panjang. Mereka

mempunyai keinginan kuat untuk mengerjakan sesuatu sampai selesai, mereka

mempunyai arah dalam hidup. Arah dan nilai-nilai hidup yang dipilih sangat

penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.

Dengan mengetahui berbagai macam ciri-ciri yang mempengaruhi

perkembangan kepribadiaan seseorang, kita dapat mengetahui apakah seseorang

(58)

melalui hidup seseorang dalam lingkungannya, misalnya apakah orang tersebut

mampu berelasi dengan orang lain, mampu mengontrol emosinya dalam

menghadapi permasalahan yang dihadapinya dalam hidup sehari-hari. Dari situ

dapat terlihat bahwa perkembangan pribadinya sudah matang dan utuh.

3. Pengertian Kepribadian

Kepribadian yang sehat merupakan unsur yang sangat penting dalam

pembentukan hidup manusia. Tetapi orang jarang sekali merasa puas dengan

kepribadian yang dimilikinya, semua orang ingin mengembangkan

kepribadiannya, karena kepribadian dapat membuat orang merasa tentram, baik

dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Kepribadian merupakan suatu

pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik

yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial (Tarsis Tarmudji,

1998:11). Semua ini ditata dalam caranya yang khas, dibawah beraneka pengaruh

dari luar, pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi

manusia sebagaimana yang dikehendakinya. Pengertian diatas mempunyai arti,

dari kata pola menyeluruh semua kemampuan, perbuaatan serta kebiasaan

seseorang baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial.

Mempunyai arti bahwa kepribadian bukan hanya tumpukan sifat-sifat yang

tepisah-pisah sama seperti sebuah rumah. Kepribadian merupakan suatu kesatuan

yang harmonis. Kesatuan atau pola inilah yang membedakan saudara dengan

orang lain. hal ini juga menunjukan bahwa kepribadian bukan hanya perangai

Gambar

Tabel I. Variabel Penelitian
Tabel 2 : Hidup Keagamaan Siswa (N=60)
Tabel 3: Motivasi Siswa (N=60)
Tabel 4: Metode dan Sarana (N=60)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang selanjutnya disebut dengan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah bagian dari pelaksanaan program

Inspektorat Jenderal adalah Unit Eselon I dari Kementerian Perhubungan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

1) Setiap peneliti yang mendapatkan hibah nasional/internasional harus mempublikasikan hasil pada seminar atau jurnal terakreditasi secara nasional/internasional,

Berdasarkan hasil simulasi pada kondisi atmosfer tidak stabil, sebaran SO2 pada kondisi atmosfer ini hampir sama dengan kondisi atmosfer sebelumnya karena nilai profil

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai penerapan Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Palu

Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien rawat jalan didapatkan hasil sebesar (46,3 menit) hasil tersebut tidak sesuai dengan standar SPM rumah sakit yaitu sebesar ≤30

Maka dalam hal ini penulis melakukan sebuah penelitian, dengan meneliti guru dan murid dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan di sekolah Chandra Kusuma School,

Sistem lampu merupakan bagian utama dan komponen terpenting dari kontruksi rangkaian lampu LED pemikat ikan, oleh karena itu banyak pertimbangan yang harus