• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye anti kekerasan terhadap monyet bagai para pawang dan pelatih topeng monyet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kampanye anti kekerasan terhadap monyet bagai para pawang dan pelatih topeng monyet"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Anjar Kusuma

Tempat tgl lahir : Jakarta, 03 – 02 – 1989

Alamat : Perumahan Cimareme Indah, A1/No. 35, Cimareme

Kode Pos : 40552

Jenis kelamin : Pria

Status : Single

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

Telepon : 085659852055

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia, merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam

suku bangsa mulai dari Sabang sampai Merauke. Hal itulah yang

kemudian memicu kemunculan dan perkembangan berbagai

keanekaragaman budaya, kesenian, ataupun yang berupa hiburan

dan permainan – permainan rakyat tradisional. Dalam sensus yang

dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS, 2000) kurang lebih ada sekitar

224 suku yang menyebar di Indonesia dan mereka semua berdiri

dengan ciri khas dan tradisinya yang berbeda - beda. Dari

banyaknya suku bangsa kemudian banyak melahirkan bermacam

kesenian ataupun hiburan rakyat dan salah satunya adalah topeng

monyet yang di Indonesia sendiri hiburan tradisional ini umumnya

berasal dari daerah Jawa.

Topeng monyet merupakan sebuah hiburan tradisional

Indonesia yang banyak digemari oleh anak – anak bahkan sampai

orang dewasa. Namun untuk sekarang ini topeng monyet banyak

mengundang pro dan kontra di masyarakat khususnya pada

kelompok tertentu yang menamakan kelompok mereka sebagai

Jakarta Animal Aid Network (JAAN). Kelompok yang terdiri dari para

aktivis pecinta hewan ini pada hari Kamis, 15 September 2011 siang

di Balaikota, Monas dan Bundaran Hotel Indonesia melakukan aksi

unjuk rasa terhadap topeng monyet. Menurut Benfika selaku

koordinator advokasi JAAN (2011) dalam Detiknews.com (2011)

monyet hanya dijadikan objek eksploitasi dan menjadi modus untuk

mengemis. "Alasan kami karena topeng monyet menyiksa binatang,

faktanya topeng monyet di pinggir jalan mengganggu ketertiban

(3)

2

modus untuk mengemis dan sudah seharusnya dikenakan Perda

larangan mengemis“.

Maraknya aksi atas dasar pro dan kontra yang terjadi terhadap

topeng monyet pada dasarnya banyak dilatarbelakangi karena sikap

para pawang dan pelatih topeng monyet yang sering melakukan

kekerasan dalam pelatihan terhadap binatang tersebut sehingga

banyak yang kemudian beropini dan berpendapat negatif terhadap

hiburan tradisional ini. Maka dari itulah perlu adanya sebuah upaya

yang dapat merubah stigma dan carapandang masyarakat terhadap

kesenian ini dengan membuat suatu macam kampanye sosial

tersendiri terkait atas maraknya pemberitaan kekerasan hewan yang

dilakukan para pawang serta pelatih topeng monyet terhadap monyet

yang mereka miliki, dengan target audiensnya tertuju langsung

kepada pawang dan pelatih topeng monyet yang tujuannya agar

dapat mencegah atau setidaknya meminimalisirkan perilaku tindak

kekerasan saat pelatihan topeng monyet, sehingga anggapan dan

opini masyarakat terhadap hiburan tradisional rakyat ini dapat

tercipta dengan kesan dan cara pandang yang positif kedepannya.

Untuk taraf tidak melanggar, menyalahi aturan, mendapat kecaman

itu terkait dengan cara mereka mementaskan topeng monyet dengan

berjalan dari satu tempat ketempat lainnya atau yang terpenting tidak

mengganggu ketertiban umum, biasanya tidak ada masalah dalam

hal tersebut. Atas dasar fenomena yang terjadi, aspirasi masyarakat

tentang kekerasan pada pelatihan topeng monyet, dan juga

eksistensi yang masih bertahan ditengah banyaknya kecaman

menjadikan permasalahan topeng monyet ini menarik untuk diangkat

(4)

3

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah atas uraian yang telah dijelaskan diatas

maka dapat dibuat poin - poinnya sebagai berikut ini :

 Adanya kecaman yang ditujukan pada pawang maupun pelatih topeng monyet terkait proses pelatihan topeng

monyet yang banyak mengandung unsur kekerasan.  Kurangnya kampanye sosial baik dalam pemerintahnya

sendiri maupun lsm yang terkait, yang dalam konteksnya

membahas tentang memperlakukan monyet peliharaan

mereka agar tidak adanya lagi tindakan kekerasan

ataupun sikap yang kurang baik pada monyet tersebut.  Tidak ada edukasi dalam cakupan pemahaman pelatihan

monyet yang baik bagi para pawang dan pelatih topeng

monyet.

1.3. Fokus Masalah

Permasalahan yang ada dalam topeng monyet ini bisa

menyangkut banyak hal, namun fokus permasalahan sendiri

berpusat pada sering terjadinya tindakan – tindakan kekerasan

dalam proses pelatihan yang dialami monyet tersebut dengan cara

membuat suatu kampanye sosial yang khusus ditargetkan kepada

para pawang dan pelatih topeng monyet.

Fokus masalah diperlukan agar penelitian lebih terpusat

sehingga nantinya penjelasan yang ada bisa dijabarkan dengan lebih

tajam dan utuh karena penelitiannya lebih tertuju pada masalah –

masalah yang bisa dikatakan sebagai inti permasalahan dari

(5)

4

1.4. Tujuan Perancangan

 Melakukan sebuah kampanye sosial kepada para pawang dan pelatih topeng monyet yang bertujuan agar para pelatih

dan pawang topeng monyet dapat bersikap lebih baik

terhadap monyet yang mereka pelihara sehingga dapat

terbentuk simbiosis mutualisme yang baik.

 Sebagai sarana untuk mengubah cara pandang serta opini negatif yang selama ini beredar tentang hiburan tradisional

topeng monyet ini.

 Membentuk sikap bagi para pawang dan pelatih topeng monyet agar dapat bertindak lebih baik pada hal – hal yang

berkaitan dengan profesi mereka.

 Menjadikan cara pandang masyarakat lebih luas dan tidak selalu berpikiran hanya pada satu hal dan tidak

(6)

1

BAB II

TOPENG MONYET

2.1. Kampanye

Definisi kampanye dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,

2008) adalah suatu gerakan / tindakan serentak (untuk melawan,

mengadakan aksi, dan sebagainya). Kampanye pada prinsipnya

merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau

kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk

menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Menurut Rogers dan

Storey (seperti dikutip Craig Waddell, 1998) mendefinisikan kampanye sebagai “Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada

sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.

Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang

diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat

diterima dikalangan ilmuwan komunikasi. Hal ini didasarkan kepada

dua alasan, pertama, definisi tersebut secara tegas menyatakan

bahwa kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi, dan

alasan kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup Gambar II.1. Poster animal campaign WWF

Sumber :

http://adsoftheworld.com/files/Penguin.jpg [15/12/2011 11:47am]

Gambar II.2. The samu social campaign Sumber :

(7)

2

keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi

dilapangan.

Dalam setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya

mengandung empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan

untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak

sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan

melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.

Selain itu pesan - pesan kampanye juga terbuka untuk

didiskusikan, bahkan gagasan - gagasan pokok yang

melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk

dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan

tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk

publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh

prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk

menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar

kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah

contoh tindakan persuasi secara nyata. Kampanye pada umumnya

adalah mengajak untuk bertindak, mereka mencoba menggunakan

pengetahuan untuk mencapai tujuan - tujuan di dunia nyata (David K.

Perry, 2002, h.176).

2.2. Edukasi

Menurut Craven dan Himle (seperti dikutip Suliha, 2002)

edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan

untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi

dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan

(8)

3

Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu

proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu,

kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam

mencapai tujuan hidup sehat. Raja Bambang Sutikno (2010) Edukasi

merupakan pendidikan secara umum untuk jangka panjang, seperti

memperbaiki akhlak, budi pekerti, pengenalan sejarah nasional, ilmu

bumi, dan lain – lain (h. 186).

2.3. Kekerasan

Menurut salah seorang pakar kriminologi Soerjono Soekanto

kekerasan merupakan istilah yang dipergunakan bagi terjadinya

cedera mental atau fisik, yang merupakan bagian dari proses

kekerasan yang kadang - kadang diperbolehkan, sehingga jarang

disebut sebagai kekerasan. Masyarakat biasanya membuat kategori

- kategori tertentu mengenai tingkah laku yang dianggap keras dan

tidak semakin sedikit terjadinya kekerasan dalam suatu masyarakat,

semakin besar kekhawatiran yang ada bila itu terjadi.

Kekerasan yang ada dalam kehidupan meliputi tindak

kekerasan terhadap anak, rumah tangga, sosial, juga hewan.

Penjelasan disini mengangkat hal tentang kekerasan terhadap

hewan yang dimana masih luput dari masyarakat maupun

pemerintah dan pihak – pihak yang terkait. Aspek pengaturan kesejahteraan hewan mengacu pada lima prinsip (five freedoms)

yang diadopsi dunia internasional pada 1979, mencakup bebas dari

rasa haus dan lapar, bebas dari rasa menderita, bebas dari rasa

sakit, cedera dan penyakit, bebas mengekpresikan perilaku normal

serta bebas dari rasa takut dan tertekan. Namun sejatinya aspek – aspek tersebut dapat dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan

(9)

4

kebutuhan pakan dan air menjadi lebih penting dibandingkan rasa

takut dan tertekan.

Dalam negara – negara berkembang seperti Indonesia, kemajuan dalam taraf mengembangkan, mempromosikan, dan

menerapkan kaidah kesejahteraan hewan masih dapat dikatakan

berjalan sangat lamban dan kurang maju, banyak faktor yang

melatarbelakangi hal tersebut mulai dari terbatasnya sumber daya

alam, lemahnya sistem kesehatan hewan nasional, kurangnya

pelaksanaan kampanye publik, dan edukasi tentang kesadaran

kesejahteraan hewan yang masih minim.

Menangani masalah kesejahteraan hewan di negara

berkembang, tidak tepat apabila standar internasional diadopsi

begitu saja. Setiap negara berkembang, tentunya juga Indonesia,

harus mengembangkan standar mereka sendiri mengacu pada lima

prinsip yang ada dan berdasarkan prioritas yang dibutuhkan.

2.4. Topeng Monyet

Berdasar pada penelitian yang dilakukan, definisi dari topeng

monyet ini tidak mempunyai sebuah penjelasan yang pasti dan

mengikat. Beragam opini dan penjelasan topeng monyet dari

berbagai macam pencarian yang dilakukan memiliki sebuah garis

kesimpulan yang setiap kalimatnya hadir dalam opini dan penjelasan

tersebut bahwa topeng monyet adalah sebuah hiburan

tradisional yang dikemas dalam bentuk atraksi hiburan seni gerak,

dan seni musik dari seekor monyet, dimana gerak gerik monyet

tersebut diiringi oleh suara musik yang dimainkan oleh pawang

topeng monyet, dan juga disertakan pula beberapa peralatan

sebagai alat atraksi untuk monyet itu sendiri agar pertunjukkan

(10)

5

Hiburan ini tidak diketahui dengan pasti asal muasalnya di

Indonesia, tapi ada daerah yang sering disebut oleh sebagian orang

sebagai kampungnya hiburan topeng monyet yakni di daerah Jawa

Timur, namanya Desa Wates, Kabupaten Blitar. Desa Wates yang

berbukit - bukit bukanlah daerah subur kecuali untuk tanaman

melinjo. Daerah ini terkenal sebagai penghasil emping melinjo.

Kondisi alam yang tak bersahabat mendorong lelaki setempat

mencari pekerjaan alternatif, uniknya pekerjaan yang dipilih adalah

penjual jasa komidi topeng monyet. Sekurangnya 100 kepala

keluarga menggeluti profesi ini. Hampir di setiap rumah, terlihat para

lelaki memelihara monyet satu hingga dua ekor. Banyaknya warga

setempat yang menjalani profesi ini menjadikan Wates kini dikenal

sebagai desa topeng monyet atau tandak bedes (liputan6.com,

2005).

Untuk saat ini topeng monyet lebih memilih dengan cara

menetap daripada harus berkeliling dan biasanya mereka berdiam di

perempatan lampu merah lalu mementaskan hiburan tersebut sambil

meminta bayaran kepada para pengendara kendaraan bermotor

yang sedang berhenti. Ketertarikan masyarakat yang telah berkurang

karena kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat topeng Gambar II.3. Pertunjukkan topeng monyet di

(11)

6

monyet ini terpinggirkan, akses pementasan yang semakin banyak

dibatasi semakin membuat sulit kesenian ini untuk kembali eksis

dalam skala besar.

Pendapatan yang mereka terima dari hasil melakukan

pementasan topeng monyet berfariativ dan tidak menentu, terkadang

Rp.10.000 – Rp.20.000 bahkan memungkinkan kurang dari nominal tersebut, belum lagi jika pementasan dilakukan berkelompok dan

monyetnya sendiri masih sewaan, maka pendapatan juga harus

dibagi perkelompok dan membayar biaya penyewaan monyet. Dari

studi lapangan yang dilakukan banyak para pawang topeng monyet

yang menyatakan bahwa terkadang biaya untuk merawat monyetnya

justru lebih tinggi daripada kebutuhan mereka sehari – hari karena menurut mereka, monyet – monyet tersebut memiliki nafsu makan yang banyak, begitu juga soal kebutuhan yang lain seperti

pengobatan jika ada monyet yang sakit dan jika mereka sedang

dipersiapkan untuk mentas maka makanan dan minuman yang

diberikannyapun menjadi spesial seperti telur, madu, susu, dan

kadang diberikan minuman – minuman berenergi, semua itu agar monyet bisa bergerak atraktif dan lincah saat dipentaskan.

2.4.1. Topeng Monyet Sebagai Mata Pencaharian

Kemajuan yang pesat dalam segala bidang di zaman

sekarang ini menimbulkan banyaknya tantangan dan kriteria

untuk mendapat pekerjaan sehingga banyak orang – orang dari latarbelakang yang kurang mampu dan berpendidikan

rendah mulai mencari pekerjaan – pekerjaan baru demi memenuhi tuntutan hidup keluarga. Salah satunya profesi

sebagai pawang topeng monyet, yang kini bisa ditemui

disekitar lampu merah atau walaupun sudah jarang masih

(12)

7

Banyak beberapa anggapan dari masyarakat yang

mengatakan bahwa hiburan tradisional ini sekarang hanya

dijadikan kedok untuk mengemis, seperti yang diungkapkan

salah satu advokasi dari kelompok pecinta hewan JAAN

(Jakarta Animal Aid Network). Namun tetap saja anggapan tersebut tidak terlalu digubris oleh para pawang dan pelatih

topeng monyet ini, karena menurut mereka selama sistem

untuk mencari pekerjaan masih sulit bagi golongan – golongan mereka, dan juga sistem pendidikan yang masih

mahal sehingga terkadang membuat mereka banyak yang

tidak melanjutkan pendidikannya maka profesi ini akan

masih sangat diminati.

2.4.2. Pelatihan Topeng Monyet

Pelatihan topeng monyet biasanya dilakukan ketika

monyet tersebut berusia 2,5 - 3 tahun setelah dilahirkan.

Mereka dipisahkan dari induknya untuk kemudian dibawa

oleh pelatih untuk dilatih agar mereka bisa cakap dalam

melakukan atraksi pementasan. Dari sinilah kemudian

banyak memunculkan aksi protes ketidaksenangan atas Gambar II.4. Topeng monyet

Sumber :

http://2.bp.blogspot.com/_oRz2d02yhKo/TO3Kf8aPRS I/AAAAAAAAABI/n_n3aq9STCk/s1600/topeng+monye

(13)

8

hiburan ini. Dari banyaknya protes yang dilakukan kelompok – kelompok tersebut, faktor pelatihanlah yang sering diangkat sebagai landasannya karena menurut mereka

dalam pelatihan, monyet – monyet tersebut sering mendapatkan siksaan dalam prosesnya. Namun begitu,

sebetulnya tidak semua anggapan tersebut seutuhnya

adalah benar karena tidak semua pelatih ataupun pawang

yang terkadang juga suka melatih monyet – monyet tersebut dengan kekerasan, tapi ada juga yang melatih dengan

profesional dan baik, biasanya ketika dalam pelatihan

tersebut monyet masih sulit untuk bisa beradaptasi, monyet

tersebut akan langsung dikembalikan ke habitatnya.

Gambar diatas merupakan salah satu contoh bentuk

pelatihan yang tidak baik dan mengandung kekerasan,

biasanya didalam pelatihan monyet diikat leher, dan kedua

tangan serta digantung dengan keadaan terbalik, terlalu

banyaknya ikatan membuat monyet tersebut sulit bergerak

dan bernafas, lebih banyak memakai cara memukul monyet

sewaktu dilatih agar bisa berdiri tegak, bahkan tidak jarang

sampai ada yang menendang monyet tersebut jika sulit

dilatihnya.

Menurut Imron salah seorang pawang yang juga

terkadang menjadi pelatih topeng monyet di daerah Bandung Gambar II.5. Pelatihan topeng monyet

Sumber :

(14)

9

dimana kurang lebih sudah 7 tahun menggeluti profesi ini

dan sekarang sering mentas di lampu merah dekat Rumah

Sakit Hasan Sadikin, dalam keadaan lain sebetulnya ada

pelatihan yang dia katakan masih dalam taraf yang wajar,

bahkan sebelum melakukan pelatihan, sang pelatih topeng

monyet memberikan makan terlebih dahulu agar monyet

tersebut bisa lebih jinak dan mudah untuk dilatih.

Makanannya mulai dari nasi hingga buah - buahan.

Untuk penambah tenaga, monyet diberi susu dan minuman

energi.

Dilanjutkan Imron bahwa cara lain untuk melatih monyet

tersebut agar bisa berdiri tegak yakni dengan bantuan

batang kayu yang digunakan sebagai pegangan monyet, lalu

ikatan di leher ditegakkan dan kemudian dibimbing untuk

berjalan secara berulang – ulang. Pelatih memberikan batang kayu yang mereka jadikan alat bantu agar monyet

tersebut dapat berjalan tegak (tidak menggantung monyet). Gambar II.6. Memberi makan sebelum dilatih

(15)

10

Setelah dapat berdiri tegak dan lancar, kemudian

barulah diajarkan berbagai macam gerakan.

Sang pawang ataupun pelatih biasanya melatih monyet -

monyet mereka selama kurang lebih 6 sampai 8 bulan

hingga ia dapat melakukan atraksi yang diinginkan.

Lazimnya atraksi yang sering dibawakan, yaitu naik motor -

motoran, menarik gerobak, membawa payung, atau menari

mengikuti irama gendang dan gamelan kecil. Pawang

maupun pelatih mengendalikan monyet dengan seutas rantai

yang dililitkan di leher monyet. Untuk tarif pelatihan sendiri,

pawang tidak menentukan tarif dengan pasti, namun

biasanya bayaran akan lebih mahal jika pelatihan memakan Gambar II.7. Berlatih berdiri tegak dengan bantuan

batang kayu Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar II.8. Pelatihan membawa benda - benda Sumber :

dokumentasi pribadi

Gambar II.9. Melakukan gerakan salat takbir Sumber :

(16)

11

waktu yang lama. Biaya pelatihan berkisar dari Rp.200.000,

bahkan sampai Rp.800.000.

Dalam pelatihan topeng monyet tidak memiliki

standarisasi yang mengikat karena biasanya pelatihan

tersebut relatif tergantung dari keahlian pawang maupun

pelatih itu sendiri, namun dari data hasil yang didapat dari

narasumber dapat dikelompokkan poin – poin yang bisa dikatakan sebagai pelatihan yang baik, antara lain :

 Melatihnya diusia 3 tahun karena diusia tersebut monyet mulai memiliki otot yang kuat dan layak untuk dilatih.  Menjinakkan dengan tidak memanjainya tapi juga tidak

dengan bentuk kekerasan.

 Untuk mulai melatihnya ajarkan dahulu untuk berdiri tegap dengan menarik kulit belakang kepala dengan begitu

monyet merasa geli sehingga dengan spontan badannya

akan berusaha berdiri tegap.

 Biasakan membawanya berjalan – jalan, usahakan ditempat yang tidak ramai karena membuat monyet sulit

untuk fokus.

 Memberi dan merawatnya dengan baik, makanan, tempat tinggal dan lainnya sewaktu dilatih ataupun belum dilatih.  Bereksperimen dengan benda yang ada disekitar

(biasanya tergantung dari kreatifitas pawang maupun

pelatih) untuk dijadikan alat bantu melatih.

 Dalam penjelasan dari narasumber mengatakan bahwa sesekali memang ada tindakan keras seperti memukul

atau dengan sentilan dalam melatih namun itu

dilakukannya semata hanya untuk sebuah gertakan dan

tidak ada niat untuk mencederai atau menyiksa. Soal

(17)

12

tidak kabur dan menyerang orang lain, sebetulnya rantai

sering dilepas jika monyet sedang tidak mentas.

 Kesabaran tetap menjadi kuncinya dalam pelatihan, dilanjutkan oleh narasumber.

2.4.3. Jenis Monyet Yang Digunakan

Di dalam topeng monyet sendiri jenis dari monyet yang

biasa digunakan di Indonesia adalah spesies Macaca

Fascicularis atau biasa disebut juga "crab eating monkey" atau "long tailed monkey". Ditiap kelompok hiburan topeng

monyet khususnya di Bandung memiliki jenis – jenis monyet tersendiri mulai dari jenis monyet Bali, kuncung, siamang,

sioa, dan monyet batu umumnya yang lebih banyak

digunakan yaitu monyet Bali karena punya tingkat kelincahan

yang baik dan cepat nurut.

Monyet / kera ekor panjang merupakan kera kecil yang

berwarna coklat dengan perut agak putih terutama pada

mukanya. Bayi kera yang baru lahir berwarna hitam, muka

dan telinganya berwarna merah muda. Setelah satu minggu

kulit mukanya menjadi merah muda keabu - abuan dan Gambar II.10. Jenis monyet Bali

(18)

13

setelah enam minggu menjadi coklat. Warna rambut yang

menutupi tubuh bervariasi tergantung pada umur, musim

dan lokasi. Kera yang menghuni kawasan hutan umumnya

berwarna lebih gelap dan lebih mengkilap, sedangkan yang

menghuni kawasan pantai umumnya berwarna lebih terang.

Kera ini juga punya jambul, rambut pada mahkota kepala

tersapu ke belakang dari arah dahi. Kera muda seringkali

mempunyai jambul yang tinggi, sedangkan kera yang lebih

tua mempunyai cambang yang lebat mengelilingi muka.

Habitat asli dari kera ini adalah kawasan hutan di tepi

sungai, tepi danau atau sepanjang pantai, hutan sekunder

areal perladangan, ada pula di rawa mangrove. Kera ini

dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya dan

iklim yang berbeda. Seperti yang telah disampaikan di

atas, bahwa kera jenis ini banyak tersebar di Asia Tenggara.

Penyebaran antara lain di Indocina, Thailand, Burma,

Malaysia, Philipina dan Indonesia. Di Indonesia sendiri

terdapat di Sumatera, Kepulauan Lingga dan Riau, Bangka,

Belitung, Kepulauan Tambelan, Kepulauan Natuna, Simalur,

Nias, Jawa dan Bali, Matasari, Bawean, Maratua, Timor,

Lombok, Sumba dan Sumbawa.

Terkait tentang peraturan kepemilikan monyet sendiri

dari pemerintah sebetulnya tidak ada sebuah

keobjektivitasan yang pasti karena kenyataannya memiliki

monyet untuk topeng monyet sendiri sudah dilakukan sejak

lama di Indonesia, monyet yang biasa digunakan dalam

topeng monyet sendiri merupakan binatang yang dalam

kategori tidak dilindungi. Namun dalam prakteknya walaupun

tidak dalam kategori binatang yang dilindungi, individu yang

(19)

14

peraturan – peraturan tentang kepemilikan hewan sebelumnya, “Monyet Ekor Panjang merupakan aset negara berupa satwa liar yang belum dilindungi tetapi termasuk ke

dalam Apendix II CITES (Convention on International Trade

in Endangered Species) yang artinya bahwa MEP adalah satwa liar yang sangat mungkin menjadi punah sehingga

dalam pemanfaatannya diatur /dikendalikan oleh pemerintah” (Dephut.go.id 8:42 am, 12/02/2012)

2.4.4. Properti Pementasan

Dalam pementasan topeng monyet pastinya juga dibantu

oleh peralatan sebagai alat pendukung maupun yang

fungsinya sebagai alat permainan bagi monyet itu sendiri.

Dalam setiap kelompok memiliki alat properti yang berbeda – beda namun letak perbedaan tidak terlalu jauh, terkadang

hanya satu atau dua alat saja. Peralatan yang dimainkan

dibuat dengan sangat sederhana karena mayoritas alat – alat tersebut dibuat sendiri oleh pawang topeng monyet dari

bahan – bahan bekas yang mereka ambil dari tempat pembuangan sampah atau hanya sekedar menemukannya

dijalanan.

Gambar II.11. Motor – motoran Sumber :

dokumentasi pribadi

(20)

15

Gambar diatas merupakan beberapa properti yang

umum digunakan untuk permainan topeng monyet.

2.4.5. Tempat – tempat Pementasan di Bandung

Di Bandung memiliki beberapa tempat yang biasa

banyak dijumpai hiburan topeng monyet, antara lain :  Gasibu

 Cikapayang

Fly over dekat balubur

 Lampu merah di perapatan Cihampelas

 Lampu merah Pasteur dekat R.S. Hasan Sadikin  Pasar Batujajar

Gambar II.13. Sajadah Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar II.14. Miniatur beban yang juga sering digunakan sebagai alat pelatihan bagi monyet

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar II.15. Pistol mini, payung, dan gitar mainan Sumber :

(21)

16

 Dan terkadang ada yang melakukan pementasan di tempat – tempat seperti hotel, sekolahan, dan beberapa undangan pada acara – acara tertentu

2.4.6. Pro dan Kontra Topeng Monyet

Topeng monyet seakan sudah menjadi budaya tersendiri

di Indonesia karena memang kemunculannya sudah ada

sejak lama. Peter J.M. Nas (dikutip dari Matthew Isaac

Cohen, 2002) pertunjukan yang menampilkan monyet dan

anjing direproduksi di Indonesia. Di Jakarta dikenal dengan nama “Topeng Monyet” dan tempat lain di Jawa sebagai ledhek kethek. Miniatur sirkus ini merupakan salah

satu hiburan mengamen paling umum di pasar, jalan - jalan

pedesaan, dan perkotaan di seluruh Barat Indonesia.

Pertunjukan akrobatik ini menjadi umum pada awal 1890 -

an.

Gambar II.16. Pementasan topeng monyet di Indonesia tahun 1947 – 1949, diambil dari koleksi foto Tropenmuseum

Amsterdam Sumber :

(22)

17

Tapi seiring perkembangan zaman dan pola berpikir

manusia, kini topeng monyet sering mendapat sebuah

kecaman. Seperti dari kalangan JAAN (Jakarta Animal Aid Network) maupun dari masyarakat indonesia sendiri dimana mereka berdalih bahwa hiburan ini sudah menjerumus pada

tindakan mengemis. Tidak sampai di situ permasalahan

muncul kembali dengan banyak latarbelakang yang

bermacam – macam seperti anggapan terjadinya kekerasan terhadap hewan, eksploitasi, mengganggu ketertiban umum

(karena sekarang topeng monyet banyak melakukan

pementasannya di lampu – lampu merah dan tempat umum). Dari banyaknya masalah tersebut yang sering digaungkan

oleh beberapa kelompok yang kontra dengan hiburan ini

adalah masalah kekerasan terhadap hewan.

Dari sisi pro terhadap hiburan ini sebetulnya bermuara

atas dasar kecaman – kecaman yang terjadi, ada juga masyarakat yang tidak terlalu setuju jika hiburan ini benar – benar dihilangkan karena menurut opini dan pendapat

mereka hiburan ini seperti sudah menjadi warna dan ciri

khas tersendiri di Indonesia, jika hiburan ini dihilangkan

beberapa masyarakat lalu berpendapat apa solusi yang akan

mereka (pawang, pelatih dan semua yang berkecimpung

didalam hiburan ini) terima terhadap kebijakan tersebut, lalu

ada beberapa masyarakat juga yang melihatnya dari sisi

kreatifitas sang pawang maupun pelatih yang bisa

sedemikian membentuk monyet tersebut melakukan atraksi – atraksi dengan berbagai macam gerakan. Intinya bagi mereka yang masih pro terhadap topeng monyet ini, mereka

mencoba untuk tidak melihat sebuah hal ataupun

(23)

18

mencoba melihat dari sudut pandang – sudut pandang lainnya.

Beragamnya aksi protes dan ketidaksenangan terhadap

topeng monyet memang terkadang menjadi sebuah ironi

tersendiri bagi para pelaku hiburan tradisional tersebut

karena sebetulnya sistem dari pemerintahan untuk topeng

monyet ini sendiri tidak ada kejelasan dan ketegasan

sehingga mereka menjalani ini dengan mengalir begitu saja,

kalaupun ada biasanya itu hanya bersifat sementara dan

kemudian hal tersebut hilang. Banyaknya beberapa anggota

masyarakat yang menekuni profesi sebagai pawang maupun

pelatih topeng monyet ini berbicara bahwa banyak faktor

yang menjadikan mereka memilih profesi ini mulai dari

sulitnya lapangan pekerjaan, mahalnya biaya pendidikan

karena ternyata ada yang menjadikan profesi topeng monyet

sebagai pekerjaan lanjutan dari orangtua yang mereka tidak

mempunyai biaya sehingga membolehkan anak mereka

meneruskan pekerjaan sebagai pawang topeng monyet, dan

berbagai masalah sosial lainnya.

Gambar II.17. Aksi protes topeng monyet di Jakarta oleh kelompok JAAN Sumber :

(24)

19

Para pelaku profesi topeng monyet ini berpendapat

bahwa jika ada sebuah sistem yang baik untuk hiburan ini

seperti halnya pertunjukkan sirkus, mungkin topeng monyet

akan bisa dapat apresiasi yang bisa diterima dengan baik

oleh masyarakat. Sistem tersebut bisa dilakukan dengan

berbagai cara seperti edukasi pelatihan yang baik, adanya

organisasi resmi yang mengatur mereka, kampanye – kampanye yang mungkin bisa dilakukan dengan targetnya

adalah mereka sendiri selaku pawang maupun pelatih

topeng monyet sehingga dari kampanye tersebut dapat

merubah sikap dan tatanan mereka dalam menjalankan

hiburan tradisional rakyat ini, ataupun dengan sistem lainnya

yang bukan hanya sekedar melarang tapi tidak memberikan

solusi atas apa yang mereka lakukan, dimana sebetulnya itu

semua dilakukan atas dasar untuk memenuhi kebutuhan

hidup.

2.5. Lembaga Pemerintah yang Terkait (Mandatory)

Dalam kampanye sosial yang dilakukan ini turut bekerjasama

pula dengan Departemen Sosial Republik Indonesia, dimaksudkan

agar kampanye yang dilakukan mendapat dukungan yang kuat dari

pemerintah dan sebagai fungsi resminya kampanye ini sehingga

dapat dilakukan dengan baik dan benar tanpa melanggar peraturan

pemerintah sendiri, juga dengan adanya lembaga yang terkait dapat

menjadikan kampanye ini lebih dikenali masyarakat sehingga

menghindari ketidakjelasan identitas kampanye yang akan

(25)

20

Departemen sosial, sekarang disebut Kementerian Sosial

adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi

urusan sosial. Kementerian Sosial dipimpin oleh seorang Menteri

Sosial (Mensos) yang sejak tanggal 22 Oktober 2009 dijabat oleh

Salim Assegaf Al Jufri.

Kementerian Sosial mempunyai tugas pokok yakni

melaksanakan tugas umum Pemerintahan di bidang kesejahteraan

sosial sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Kementerian Sosial mempunyai fungsi antara lain :

 melakukan perumusan, perencanaan kebijaksanaan teknis di bidang kesejahteraan sosial sesuai dengan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Presiden.

 melakukan penyusunan program kerja tahunan

Kementerian Sosial.

 menyelenggarakan kegiatan di bidang kesejahteraan sosial masyarakat.

 melaksanakan pelayanan administrasi Kementerian Sosial.

2.6. Target Audiens

Orang – orang yang bekerja didalam hiburan tradisional topeng monyet umumnya adalah orang – orang asli daerah walaupun ada

Gambar II.18. Logo Depsos / Kementrian Sosial RI Sumber :

(26)

21

juga yang dari luar kota tapi keberadaannya tidak mendominasi.

Untuk jumlah individu / kelompok topeng monyet sendiri di kota

Bandung kurang lebih ada 800, tergabung didalamnya kelompok

topeng monyet, dan pelatih topeng monyet. Dalam penjelasan lebih

lanjut seperti dibawah ini :  Demografis

Dilihat dari aspek demografis para pawang topeng

monyet ini berada dalam usia produktif 20 – 40 tahun bahkan dalam studi yang dilakukan dilapangan, banyak juga anak

usia 7 – 10 tahun sudah ikut melakukan pementasan ini dilampu – lampu merah. Untuk ukuran pelatih ataupun pawang yang terkadang juga bisa melatih, rentang umur

bervariatif antara 30 – 40 tahun, biasanya pelatih yang memiliki tingkat kecakapan yang baik dalam melatih dilihat

dari pengalaman mereka melatih dan biasanya mereka

sudah lama berkecimpung di dalam profesi topeng monyet.

Aspek lingkup kehidupan sosial untuk pawang topeng

monyet sendiri bisa dikatakan mereka hidup dalam keadaan

serba sederhana dan kekurangan, ini tidak terlepas dari

orientasi hasil pekerjaan yang mereka geluti dalam taraf ukur

tempat tinggal mereka dan penghasilan yang didapat jauh

dari standarisasi dalam hal kecukupan untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang semakin meningkat terus menerus.

Bagi pelatih topeng monyet, kehidupan sosial mereka tidak

ada perbedaan yang terlalu signifikan sebetulnya dari

pawang, hanya saja disini pelatih yang biasanya sudah

berpengalaman dan sudah sangat terkenal biasanya

memiliki sedikit kehidupan sosial yang cukup dalam ukuran

penghasilan maupun keadaan tempat tinggal mereka. Para

orang dewasa, remaja, maupun anak - anak umumnya yang

menjadi pawang, mereka biasanya hanya berpendidikan

(27)

22

SMA dan terkadang itupun tidak selesai, bahkan juga ada

yang tidak sama sekali mengenyam pendidikan. Sulitnya

lapangan pekerjaan juga menjadikan salah satu alasan

mereka menekuni pekerjaan ini, disamping juga ada yang

menekuninya turun temurun dari orangtua. Dalam hal

keagamaan para pawang maupun pelatih topeng monyet

mayoritasnya beragama muslim.

 Geografis

Segmen geografis topeng monyet disini mengambil

target area dari kota Bandung, para pemainnya cenderung

berada di tempat – tempat yang kumuh dan sangat sederhana. Dipinggir – pinggir jalan, dibawah flyover, merupakan beberapa tempat yang biasa mereka tinggal atau

hanya sekedar singgah, makan minum, dan istirahat.

Terkadang disana juga dijadikan tempat untuk berkumpul

antar sesama mereka – mereka yang hidup dan mencari nafkah dijalanan, biasanya mereka membicarakan soal

keadaan satu sama lain, tentang pemerintah, berbagi

informasi jika akan ada razia, dan sebagainya.

 Psikologis

Karena banyaknya latar belakang pendidikan dan

keadaan sosial yang kurang baik, secara psikologis mereka

memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah menyerah serta

bersifat suka untuk berkelompok. Namun disamping itu

ternyata mereka juga orang – orang yang kurang berani untuk bertindak terhadap pemerintahnya sendiri walaupun

sering adanya tindakan – tindakan atau hal yang merugikan mereka dan hanya mementingkan golongan tertentu.

Kurangnya pendidikan menjadikan mereka merasa tidak

(28)

23

mengungkapkan pendapat dan menyampaikan aspirasi

mereka.

Dalam segmentasi khusus didalam target audiens,

terbagi dalam 2 kelompok kategori, yang pertama yakni

pelatih topeng monyet dan yang satu pawang topeng monyet

dimana keduanya dijelaskan seperti berikut :

Pelatih topeng monyet

 Merupakan seseorang yang melatih monyet untuk

menjadi topeng monyet.

 Pelatih bisa merupakan mantan pawang topeng monyet / hanya seseorang yang memang memfokuskan dirinya

hanya sebatas melatih.

 Rentang usia 30 – 40an, biasanya juga mereka – mereka yang sudah dinyatakan senior walaupun tidak

dalam fase usia tersebut.

 Pengalamannya dibidang topeng monyet sudah banyak dan sudah lama berkecimpung didalamnya.

 Pelatih memiliki kecakapan dan kepribadiannya sendiri yang kemudian banyak disegani oleh pawang topeng

monyet.

 Sebagian besar pelatih jarang terlihat dijalanan, mereka sudah banyak menghabiskan waktunya bersama

keluarga.

Pawang topeng monyet

 Merupakan seseorang yang memainkan topeng monyet dijalan – jalan raya.

 Keadaannya sekarang ini pawang bahkan ada yang masih dalam usia anak – anak.

(29)

24

 Pawang topeng monyet belum tentu dapat melatih, mereka terkadang sudah langsung dipersiapkan monyet

yang cakap, walaupun ada yang dapat melatih namun itu

(30)

1

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

Strategi perancangan kampanye sosial dalam prosesnya nanti

akan mencakup beberapa aspek yang disesuaikan dengan target

audiens yang dituju, visualisasi yang tepat pada tema permasalahan

yang diangkat dan elemen – elemen visual atas hasil studi terhadap

target audiens. Pewarnaan, layout, tipografi, headline dan subheadline serta keyword disatupadukan dalam sebuah unity (kesatuan) dari gagasan ide yang dibangun dimana kesemuanya itu

harus mampu menterjemahkan pesan serta maksud – maksud yang

diinginkan melalui media kampanye sosial tersebut.

3.1.1. Pendekatan Komunikasi Verbal

Pendekatan verbal berupa kalimat – kalimat yang akan

ditujukan pada target audiens, dimana dalam kampanye

sosial ini pawang dan pelatih topeng monyet dijadikan target

audiens maka nantinya akan dibentuk sebuah pendekatan

verbal dengan bahasa yang sederhana dan persuasif.

Pendekatan verbal dibentuk dengan headline, subheadline dan bodycopy, dimana headline tersebut bersifat kalimat inti yang provokatif serta mengkritisi persoalan kekerasan yang

terjadi dalam pelatihan topeng monyet, subheadline sebagai penjelasan / mempertegas maksud headline secara singkat, dan bodycopy berisi pesan bersifat kiasan. Dari banyaknya permasalahan yang muncul, kekerasan terhadap hewan

yang akan diangkat dalam pembentukan headline tersebut sesuai dengan tujuan kampanye yakni upaya pembentukan

(31)

2

monyet yang mereka pelihara agar dapat memperlakukan

binatang tersebut dengan baik.

Headline yang akan dihadirkan dalam kampanye sosial yakni, “BUKAN dengan KEKERASAN” merujuk pada

masalah inti kampanye sosial tentang kekerasan yang sering

terjadi dalam pelatihan topeng monyet. Lalu subheadline

memiliki kalimat, “untuk menjadikannya terampil, butuh ketekunan dalam melatih”, kalimat subheadline ini sebagai penjelasan maksud dari headline yang ada dan tetap memperhatikan unity / kesatuan dengan headline.

3.1.2. Pendekatan Komunikasi Visual

Secara visual, media kampanye akan didesain dengan

karakter yang tidak provokatif tetapi justru memperlihatkan

ilustrasi dimana monyet sedang memperlihatkan

kemampuannya dalam melakukan atraksi. Penerapan visual

nantinya menjadikan monyet sebagai model utama dan

penerapan gambar diterapkan dengan metode foto

langsung, selain visual ada juga didalamnya sebuah

headline dan subheadline yang bermaksud untuk menghindari tindakan – tindakan kekerasan yang kerap

dilakukan terhadap monyet. Headline dan visual harus memiliki kesatuan yang utuh dan juga bisa saling

melengkapi.

3.1.3. Strategi Kreatif

(32)

3

Unsur dalam visual media dibuat dengan tampilan yang

tidak rumit, cukup dengan gambar yang sesuai dan tepat

pada maksud yang ingin dicapai.

 Dikemas dalam bahasa kalimat yang sederhana dan provokatif.

Pembentukan kalimat yang dipakai dalam headline maupun subheadline dijabarkan dalam bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana sesuai dengan target audiens.

Kalimat yang dipakai tidak terlalu banyak, langsung pada

intinya dan kritis.

 Mudah dicerna dan dipahami.

Perpaduan unsur visual dan bahasa yang dipakai harus

memiliki kesinambungan yang kuat, serasi dan saling

melengkapi antara satu sama lain sehingga nantinya

diharapkan mampu untuk dicerna serta dipahami maksud

dan tujuan yang terkandung didalam media kampanye

tersebut oleh para target audiens.

3.1.4. Strategi Media

Pengaplikasian media – media yang akan digunakan

nantinya harus merujuk pada target audiens dimana dalam

penelitian dilapangan yang sudah dilakukan, media tepat

guna menjadi referensi bagi pemilihan media karena

dominasi pemain kesenian ini dari golongan yang kurang

mampu, maka membuat sesuatu yang memiliki nilai guna

dan bahkan bisa dipakai akan lebih menarik perhatian

mereka selain juga tentunya harus tetap pada nilai – nilai

(33)

4

yakni ATL (Above The Line), BTL (Below The line) dan TTL

(Through The Line).

Above The Line (ATL) merupakan istilah dalam dunia advertising yang berasal dari tahun 1950 – 1960an. Dalam perkembangannya istilah Above The Line mengalami perluasan arti yakni teknik pemasaran dalam hal promosi

melalui media massa. Penyebarannya sangat luas dan tidak

dibatasi kepada segmen tertentu saja sehingga kurang dapat

menyentuh target audiens secara lebih personal.

MEDIA

KETERANGAN

Media cetak

 Koran / Majalah

Mengadakan Iklan yang berhubungan dengan program kampanye sosial. Media ini ditujukan kepada pemilik monyet sewaan, tujuannya tetap kepada para pawang dan pelatih topeng monyet namun dilakukan secara tidak langsung dari pemilik monyet sewaan.

- Pikiran Rakyat - Gong majalah - Radar Bandung seni dan budaya - Tribun Jabar - Warisan Indonesia

Graffiti

 Tempat

Graffiti dalam bentuk headline dan gambar, dilakukan atas kerjasama pemerintah dan kelompok organisasi topeng monyet.

- Tembok fly over

(34)

5

(BTL) merupakan teknik penyebaran media melalui lini

bawah yang maksudnya media yang dihadirkan tersebut

dapat berinteraksi dan dirasakan oleh target audiens,

penyebarannya terbatas pada segmen tertentu karena

biasanya media langsung tertuju kepada target audiens

secara langsung.

MEDIA

KETERANGAN

Kit modul

 bentuk

Kit modul merupakan media yang menginformasikan cara melatih yang baik dimana kemasannya dibuat dengan ukuran yang kecil agar mudah dibawa dan dikemas dengan sederhana sesuai dengan kondisi sosial dari target audiens sendiri.

- Tampilannya sederhana dan menarik namun tetap informatif

- Printout

- Ukurannya efisien dan mudah dibawa - Isinya berupa informasi melatih yang baik

Kaos

 Jenis

Kaos yang diberikan kepada para target audiens sebagai bentuk apresiasi terhadap kampanye yang dilakukan. Di dalam kaos terdapat gambaran visual kampanye yang diadakan.

- Bahan dasar cvc (cotton viscose) - Sablon rubber

Poster

 Tempat

Media yang umum digunakan, di pasang di area strategis yang biasa diakses para pawang dan pelatih topeng monyet.

- Warung – warung kopi pinggir jalan - Flyover

- Area sekitar lampu merah

(35)

6

Through The Line mengambil teknik Ambient media, Ambient media merupakan salah satu bentuk new media dalam beriklan. Semangat yang dibawa oleh ambient media adalah memberikan pengalaman yang tidak terlupakan

(memorable experience) kepada konsumen maupun target

audiens itu sendiri. Pada umumnya ambient media berusaha

menggugah emosi khalayak sasaran dengan cara

mengangkat ide lucu, horor, hal - hal yang menjijikan, atau

bentuk ekspresi dan emosional lainnya. Ambient

Sweater hoodie

 Jenis

menyikapi fenomena topeng monyet yang kini sering mentas di malam hari, namun tetap didalamnya turut serta membawa nilai serta identitas kampanye yang diadakan.

Diberikan kepada para pawang serta pelatih topeng monyet sebagai bentuk apresiasi terhadap kampanye yang dilakukan. Di dalamnya teridiri dari logo dan headline kampanye.

- Topi standard / model umum (muppet)

Tempat minum

 Jenis

Mudah untuk dibawa oleh target audiens, sehingga identitas kampanye didalamnya secara tidak langsung akan juga ikut terbawa dan akan sering terlihat dalam kegiatan target audiens itu sendiri.

- Terbuat dari bahan plastik

- Tempelan desainnya dari kertas print art paper

(36)

7

media merupakan perpaduan berbagai bentuk elemen

estetik, fotografi, ilustrasi, desain grafis, happening art, seni instalasi, patung, tata cahaya, dan komponen seni lainnya.

Ambient media mampu memberikan dampak bila iklan berada dekat lokasi pembelian atau lokasi masalah.

Dalam ambient media kampanye sosial ini medium yang

dijadikan sebagai perantara komunikasinya yakni monyet

yang dimiliki pawang maupun pelatih topeng monyet, dan

tidak lain monyet itu sendiri merupakan objek dari

permasalahan yang diangkat. Dalam penerapannya ambient media dibentuk dengan perwujudan bentuk pakaian yang

dikhususkan bagi monyet, didalam studi lapangannya sendiri

juga banyak para monyet tersebut yang mengenakan

pakaian. Konsep bentuk pakaian hampir serupa dengan

pawang maupun pelatih topeng monyet hanya saja dari

desain lubang leher dan lengan sedikit dibesarkan karena

memperhatikan aspek gesture, gerak monyet agar tetap lincah walaupun mengenakan pakaian.

Perbedaan juga terletak pada tulisan yang ada pada

pakaian, kalimatnya subheadline yang ada dalam media

utama disini diringkas menjadi “Butuh ketekunan untuk

Gambar III.1. Ambient media Sumber : dokumentasi pribadi

(37)

8

melatih”. Jika kemudian kita melihat lagi desain kaos untuk

target audiens maka sesungguhnya akan ada satu

kesinambungan kalimat yang tergabung dari headline dan subheadline seperti visualisasi pada media utama sehingga terlihat seperti kaos – kaos couple yang saat ini sedang booming.

Contoh pengaplikasian ambient media seperti dibawah ini :

Gambar III.2. Pembentukan kalimat yang berbeda namun membawa satu kesinambungan

Sumber : dokumentasi pribadi

(38)

9

3.1.5. Strategi Distribusi Media

Strategi dalam pendistribusian media disini dalam

konsep penyalurannya kepada target audiens dilakukan

dengan pendekatan – pendekatan yang baik, bersahabat,

dan bersifat mengarahkan / membimbing. Strategi distribusi

media sebenarnya memiliki konsep yang bermaksud pada

sebuah tujuan untuk merubah sikap dan perilaku pawang /

pelatih topeng monyet itu sendiri melalui jalur – jalur

distribusi yang dalam kemasannya disini melalui media yang

diberikan. Tahapan serta langkahnya dapat dipoinkan

sebagai berikut :

 Atas dasar berita serta fenomena yang terjadi pada topeng monyet kemudian dibuatlah sebuah konsep

kampanye yang sesuai.

 Pengenalan kampanye yang dilakukan, baik berupa maksud, tujuan dan lainnya kepada target audiens yang

dituju tentunya.

 Target audiens dikumpulkan, disini dalam prakteknya bisa

melalui sebuah metode pendekatan langsung yang

bersahabat, dan baik atau dengan cara lain, seperti razia.  Konsolidasi melalui proses bimbingan, arahan, himbauan

dari pihak pemerintah ataupun lsm yang terkait.  Distribusi media.

Melihat dari hasil studi dilapangan terhadap aspek

kepribadian sikap, maupun sifat, target audiens cenderung

untuk sulit menerima, tidak acuh dan terkadang bahkan

berupaya melarikan diri jika mereka merasa adanya sebuah

jalinan komunikasi atau pendekatan yang sifatnya memaksa,

kasar dan cenderung formalitas, maka dari itu pendekatan

yang sifatnya dilaksanakan dengan baik, bersahabat dan

(39)

10

Setelah melihat dari konsep pendekatan – pendekatan

personal kemudian baru beralih terhadap konsep

pendistribusian melalui ruang lingkup waktu dan tempat.

Distribusi media dapat dilakukan dengan sebuah

pengarahan bimbingan yang dapat diterapkan dari

pengadaan acara yang semisalnya dilakukan oleh aktivis

atau lsm dari kementerian sosial dengan langsung

mendatangi target audiens, dilakukan di panti – panti

pembinaan yang dimiliki kementerian sosial dimana

sebelumnya pihak pemerintah melakukan pengumpulan para

pawang maupun pelatih topeng monyet atau melalui cara

lama yakni razia yang terkadang masih dilakukan, kemudian

dari razia tersebut mereka dikumpulkan lalu media

didistribusikan.

(40)

11

Untuk razia sendiri biasa dilakukan oleh aparat

pemerintah ditiap hari – hari besar keagamaan / hari

peringatan nasional. Tidak ada batasan kapan berakhirnya

razia terhadap topeng monyet, karena topeng monyet sendiri

seperti selalu memiliki penerus / orang – orang yang muncul

menggantikan para senior yang sudah berhenti dalam

kehidupan hiburan tradisional ini. Namun untuk kampanye

yang dilakukan ini sistem strategi media dapat diterapkan

dengan upaya 1 tahun gerakan kampanye terhadap topeng

monyet, dalam sistemnya konsep distribusi media tidak

dengan setiap hari untuk meluncurkan semua media yang

digunakan dalam kampanye akan tetapi dapat dilakukan

dengan secara bertahap dan dapat diikuti pula oleh hari –

hari dimana akan dilakukan kampanye dari aktivis / lsm

kementerian sosial dan razia topeng monyet mengikuti hari –

hari besar keagamaan dan nasional.

Penerapan 1 tahun kampanye ini didasari atas adanya

perbedaan nuansa pola kehidupan topeng monyet dari tahun

ke tahun, sebatas melihat topeng monyet tidak ada sebuah

perubahan memang dalam hal teknis seperti peralatan

ataupun atraksinya, tetapi dalam nuansa kehidupan topeng

monyet memiliki varian yang terkadang berubah, ada tahun

dimana topeng monyet sangat diakui oleh pemerintah dan

mendapat apresiasi masyarakat, topeng monyet masuk

kedalam nuansa yang lebih mewah seperti melakukan

pementasan di hotel / tempat – tempat yang resmi, dan juga

ada tahun dimana mereka sulit untuk eksis lagi karena mulai

adanya kecaman dan aksi pro kontra terhadap mereka. Dari

hasil 1 tahun itulah kemudian dapat dibuat sebuah gambaran

perubahan terhadap topeng monyet itu sendiri apakah

(41)

12

kurang sistem distribusi media dapt dilakukan kembali

dengan konsep yang bisa dirubah.

3.2. Konsep Visual

Konsep visual yang dibentuk dalam kampanye sosial ini

direpresentasikan dalam gagasan visual yang atraktif dan provokatif,

visualisasi menampilkan ilustrasi ketangkasan dari atraksi topeng

monyet namun dikemas dalam nuansa latar belakang yang kelam

dengan background warna hitam solid. Selain memperhatikan tema serta permasalahan yang diusung, pengambilan konsep visual juga

memperhatikan aspek psikologis karena melihat bagaimana media –

media nantinya disebar luas ke masyarakat dikhawatirkan jika

menampilkan visualisasi yang kejam dan sadis itu semua akan

berdampak pada semakin negatifnya opini serta pandangan

dimasyarakat nantinya walaupun memang sebenarnya tujuan utama

tetap kepada target audiens yakni para pelatih dan pawang topeng

monyet namun tidak ada salahnya apabila pesan – pesan visual juga

dapat membawa perubahan arah pandang masyarakat yang selama

ini masih banyak beropini dan mencitrakan topeng monyet hanya

pekerjaan yang menyiksa binatang. Dan pada akhirnya konsep

visual diharapkan dapat dicerna serta sampai kepada semua

golongan masyarakat tanpa menghilangkan esensi dari tujuan –

(42)

13

Layout

Gambar model dari hasil foto, penempatan logo

mandatory dan logo kampanye berada pada sisi bawah kanan dan kiri mengartikan bahwa keduanya sama – sama pada

satu posisi kerjasama dalam kampanye yang dilakukan, lalu

kemudian ditambah dengan headline dan subheadline dibagian bawah, penempatan tersebut dimaksudkan agar

mudah terbaca target audiens karena dalam studi dilapangan

rata – rata mereka mementaskan topeng monyet dalam

keadaan duduk dijalan atau ada juga yang sambil bersandar

pada tiang lampu merah atau fly over. Lalu ada juga bodycopy

berbentuk kalimat yang provokatif namun dibentuk dalam

sebuah kiasan agar kalimat yang disampaikan tidak terkesan

menjatuhkan dan menghakimi sehingga kalimat tersebut

dapat berkenan dan diterima target audiens.

 Tipografi

Huruf yang dipakai dalam visual lebih kepada bentuk

huruf yang dinamis dan tegas sesuai dengan dasar – dasar logo

kampanye Visual utama

Gambar III.4. Layout Sumber : dokumentasi pribadi

mandatory

bodycopy

(43)

14

tujuan yang dianut dalam kampanye. Pemakaian bentuk huruf

hanya mengambil beberapa jenis huruf yang relevan dan

setiap huruf yang dipakai akan diaplikasikan ke beberapa

media sesuai dengan kebutuhan akan banyaknya kalimat.

Sebagai font headline, font dengan tekstur tegas sesuai nilai kampanye ini yang berhubungan dengan sebuah

himbauan, lalu bentuk dinamis mencerminkan komitmen yang

kuat.

2.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 . , ; : () „ “” ! ? - / &

Huruf dengan bentuk tegak mencitrakan konsistensi

sesuai dengan nilai – nilai harapan komitmen dari

pelaksanaan kampanye sosial.

3.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

. , ; : () „ “” ! ? - / &

(Arno Pro Light Display, bold)

(Tahoma, regular)

(44)

15

Bentuk huruf Century Gothic yang dinamis, tegas dan

solid merepresentasikan kekuatan dan kekonsistenan dalam

pelaksanaan kampanye.

 Ilustrasi

Penggambaran ilustrasi berupa foto langsung dengan

teknik penggambaran situasi atraksi monyet tersebut. Ilustrasi

akan mengambil pada pusat tokoh monyet itu sendiri,

ditambah juga kemungkinan pendukung lain yang masih

dalam satu kesatuan.

Beberapa visual ilustrasi yang akan digunakan antara

lain :

 Warna

Pewarnaan pada ilustasi visual menerapkan ide dramatic

visual effect dengan nuansa warna yang suram, warna hitam putih ataupun gradasi warna hitam ke putih atau sebaliknya

yang intinya masih ber - unsurkan kedua warna dominan

hitam putih. Pemberian efek dramatic disesuaikan dengan gagasan visual yang dibangun serta disesuaikan juga dengan

target audiens karena dalam efek dramatis ini foto diedit

dengan tingkat kekontrasan dan clarity (kejelasan) yang tinggi

(45)

16

Teknik pewarnaan dilakukan di Adobe Photoshop CS3

dan Adobe Photoshop Lightroom 1.4 dengan cara merubah

foto menjadi warna hitam putih agar korelasinya terhubung

tepat dengan efek yang dibuat. Pewarnaan background hitam

solid mencerminkan nilai – nilai permasalahan yang meliputi

kehidupan pada topeng monyet. Lalu pewarnaan dalam

headline dan subheadline mengambil warna merah, mencitrakan keberanian maksudnya agar target audiens

mampu dan berani bertindak untuk tidak lagi menerapkan

bentuk serta sikap kekerasan yang dimana sebetulnya dapat

berakibat buruk pula nantinya untuk keberlangsungan hiburan

ini kedepannya. Yang terakhir pewarnaan pada bodycopy yakni putih dalam artian mengajak secara tidak langsung agar

menghindari kekerasan, dalam bodycopy kalimat dibentuk dengan kiasan agar dapat diterima oleh target audiens.

3.3. Logo Kampanye

Logo kampanye merupakan sebuah elemen identitas dari

kampanye yang diselenggarakan dan biasanya logo membawa

sebuah simbolisasi interpretasi dari nilai – nilai kampanye atau hanya

membawa identitas kampanye itu sendiri. Logo dapat berupa Gambar III.8. Pewarnaan

(46)

17

logogram dan logotype atau pencampuran dari semuanya sehingga membentuk suatu keutuhan dalam bentuk, garis, bidang dan lainnya.

Dalam kampanye sosial topeng monyet ini logo yang dibuat

diwakilkan pada binatang monyet itu sendiri dengan berupa ilustrasi

vektor yang berbentuk kepala monyet dan digabungkan dengan

nama perkumpulan topeng monyet di Bandung serta tagline dari logo

tersebut.

Tagline merupakan jargon yang diangkat dari nilai – nilai kampanye yang dibawa memiliki arti agar para pelatih ataupun

pawang yang melatih monyet tersebut dapat memperlakukan monyet

mereka dengan sikap dan cara yang baik tanpa harus sering

melakukan tindakan yang kasar atau penyiksaan.

Ilustrasi vektor kepala monyet mewakilkan bagian dari binatang

tersebut, cukup dengan kepala yang kemudian digambarkan dengan

bentuk yang menyerupai monyet lalu dengan ekspresi senyuman

dimana melihat dari aspek psikologis bahwa dengan senyuman

biasanya merupakan cara yang mudah untuk merubah seseorang,

(47)

18

3.4. Logo Mandatory

Logo mandatory dari Kementerian Sosial Republik Indonesia sendiri merupakan sebuah bentuk logogram dengan ditambahkan kalimat Departemen Sosial Republik Indonesia dibawah nya. Logo

terdiri dari empat warna yakni biru, putih, kuning dan hitam pada

kalimat

Gambar teratai merupakan simbol kesetiakawanan yang

berlandaskan pada kesucian, air melambangkan sesuatu yang

luwes. Kelopak bunga lima helai berwarna hijau menggambarkan

dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. Padi dan kapas

dari sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sedangkan gambar dua tangan menopang manusia

menggambarkan tangan menjadi simbol kepedulian dengan

keseluruhan program, penanganan, serta pengendalian, sedangkan

manusia adalah target dari program - program sosial. Kemudian

banner berbentuk peta dengan tulisan Departemen Sosial adalah melambangkan momentum yang harus diciptakan dan dilahirkan

terus - menerus.

Sedangkan arti warna yang ada dalam logo dan lambang

Depsos mengandung arti, warna hitam pada garis luar keseluruhan

elemen grafis dan tipografi melambangkan simbol ketegasan

komitmen Departemen Sosial, baik dalam perencanaan maupun Gambar III.10. Logo Depsos / Kementrian Sosial RI

Sumber :

(48)

19

implementasi program - program sosial. Sedangkan untuk warna

kuning adalah merupakan spektrum cahaya yang tampak pada saat

matahari terbit adalah melambangkan harapan dan wawasan

kedepan dalam ilmu pengetahuan, teknologi dengan nilai - nilai

kemanusiaan yang mendasarinya.

Selanjutnya untuk warna biru adalah merupakan simbol

keluasan wawasan dan bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi.

Yang terakhir warna putih adalah merupakan simbol kesucian dan

kelengkapan.

Logo mandatory yang dibawa dalam kampanye sosial ini berdasarkan pada banyaknya polemik serta permasalahan dalam

topeng monyet yang banyak bersangkut paut kepada dinas – dinas

sosial mulai dari penangkapan maupun penertiban. Maka dari hal

tersebut kampanye ini dinilai cocok untuk membawa Kementerian

Sosial RI dalam kerjasama aspek pelaksanaannya, alasan lain yang

juga mendasari untuk menjadikan Kementerian Sosial sebagai

mandatory karena kampanye ini berhubungan langsung dengan nilai

– nilai sosial / juga perilaku sosial yang diharapkan dengan adanya kerjasama ini dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada para

kelompok target audiens sehingga kedepannya dapat membentuk

(49)

1

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1. Media Utama

Media utama dalam pelaksanaan kampanye sosial berupa

poster sosial yang konsepnya menampilkan visualisasi dari monyet

yang sedang melakukan atraksi. Dalam poster tersebut ditampilkan

pula elemen visual lainnya seperti headline, subheadline, logo mandatory, dan logo kampanye, kesemua elemen tersebut dikemas dalam suatu unity atas gagasan visual yang dibuat dan juga harus tetap konsisten serta berkesinambungan dengan media lainnya

sehingga nantinya tidak akan menimbulkan kerancuan dan

kebingungan pada masyarakat maupun target audiens yang melihat

media – media kampanye sosial tersebut.

Tahap teknis produksi poster dengan perancangan digital dimulai dari proses pengambilan foto yang akan digunakan sebagai

ilustrasi utama. Foto diambil secara langsung dilapangan dengan

kamera Canon EOS 1000D, pengambilan foto harus sesuai dalam

merepresentasikan konsep gagasan visual yang dibangun.

Gambar IV.1. Atraksi motor Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar IV.2. Gerakan sujud Sumber :

dokumentasi pribadi

(50)

2

Foto terdiri dari 3 gaya visual yang berbeda yang didasari

karena gaya / gerakan – gerakan tersebut paling diminati oleh

masyarakat.

Setelah pengambilan foto, proses dilanjutkan dengan

pengeditan kesan dan citra visual, juga dengan mencari komposisi

warna yang sesuai dimana konsepnya mengesankan sesuatu yang

kelam dan kasar / tidak rapih. Proses editing dilakukan di 2 software

yang berbeda yakni Adobe Photoshop Lightroom 1.4 dan Adobe

Photoshop CS3.

Langkah 1 proses editing untuk mencari komposisi warna yang sesuai.

Gambar IV.4. Proses editing awal di Adobe Lightroom Sumber :

dokumentasi pribadi

Gambar IV.5. Merubah warna menjadi hitam putih Sumber :

(51)

3

Selesai dengan proses konsep dalam teknis pewarnaan

kemudian dilanjutkan dengan menambahkan elemen – elemen

visual serta ditambah juga editing untuk menambah ketegasan dan

melengkapi proses editing sebelumnya. Penambahan efek brush serta pengaturan level, curves, serta burning tool pada foto

Kemudian dilanjutkan dengan tahap pemberian headline, subheadline, serta bodycopy yang dimana dalam prosesnya berarti memilih juga tipografi yang sesuai dengan penerapan gagasan

visual.

Gambar IV.6. Penambahan elemen visual lainnya di Photoshop Sumber :

dokumentasi pribadi

Gambar IV.7. Memberi headline, subheadline, bodycopy, serta tipografi

(52)

4

Setelah itu, berlanjut pada proses finishing touch dengan menambahkan logo kampanye dan logo mandatory dan juga mengkreasikan bentuk layout tampilan akhir.

Hasil akhir proses perancangan dalam 3 bentuk gaya visual

yang berbeda tetapi tetap pada 1 konsep visual yang dibentuk.

Setelah semua proses perancangan digital selesai kemudian poster diproduksi secara real dengan teknis produksi :

Gambar IV.8. Proses finishing layout Sumber :

dokumentasi pribadi

(53)

5

 Teknik : digital printing  Ukuran : A3 portrait

 Material : kertas print art paper 150gr, fullcolour.

Penempatan poster dapat dilakukan di area – area yang yang

sering terlihat target audiens seperti dibawah fly over, dipinggir – pinggir jalan raya dekat dengan lampu merah, pada intinya ruang

lingkup penempatan harus terkorelasi dan mediumnya dekat dengan

target audiens.

4.2. Media Pendukung

Media pendukung yang terdapat dalam kampanye disesuaikan

dengan target audiens dan memiliki nilai kegunaan serta nilai

ekonomi yang efisien sehingga dapat terjangkau bagi audiens agar

nantinya media – media tersebut dapat diterima dan sampai dengan

baik.

Beberapa media pendukung tetap membawa gagasan visual

seperti pada media utama yang dibuat dan menjaga kesatuan

struktur konsistensi layout visual. Media pendukung antara lain :

Kaos

 Ukuran : S, M, L

 Teknik : sablon rubber

Gambar

Gambar II.3. Pertunjukkan topeng monyet di
Gambar II.4. Topeng monyet
Gambar II.5. Pelatihan topeng monyet
Gambar II.6. Memberi makan sebelum dilatih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Trend Bearish & Fase Distribusi; Candle Hanging Man, Stochastic Bullish. Trend Bullish & Fase Akumulasi; Candle Bullish Opening Marubozu, Stochastic

strategis, citra hasil hortikultura yang baik dan organisasi petani yang terstruktur. Dari sumber daya internal yang dimiliki oleh Desa Citapen, teridentifikasi lima

Mengingat air danau tersebut tidak hanya akan dinikmati oleh warga masyarakat disekitar danau tetapi juga masyarakat di daerah hilir dimana air danau mengalir melalui anak

Kesimpulan, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar IFN-γ pada serum maternal baik pada kelompok early-onset preeclampsia maupun late-onset preeclampsia , sedangkan

Sebagai contoh, untuk memindahkan entity yang sudah ada pada selection set ke dalam layer batas persil, klik menu Standarisasi >> Jadikan Objek Linear >> Unsur

Jenis ikan buntal yang paling banyak ditemukan di Muara Perairan Bengkalis Kabupaten Bengkalis berada pada muara Sungai Pakning yaitu 7 spesies.. Hal ini

Hasil analisis varians satu jalur untuk burnout ditinjau dari dukungan sosial pada atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia, diperoleh F hitung > F tabel

Upaya pengembangan ekonomi kerakyatan membutuhkan dukungan sektor lain, seperti sektor perbankan, industri, pertanian, perikanan, dan lain-lain, yang dapat mendorong sektor-sektor