BAB II KAJIAN TEORI
B. Pendidikan Pranikah
1. Pengertian Pendidikan Pranikah
Pendidikan pranikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga.8 Pasangan yang melakukan pendidikan pranikah adalah laki-laki muslim dan perempuan muslimah yang akan menjalani kehidupan rumah tangga dalam suatu ikatan pernikahan.9 Pendidikan pranikah yang dilakukan di Kantor Urusan Agama pada penerapannya sama seperti kursus calon pengantin (suscatin).
Menurut Syubandono, bimbingan pranikah adalah suatu proses pelayanan sosial berupa suatu bimbingan penasehatan, pertolongan yang diberikan kepada calon suami isteri sebelum melaksanakan pernikahan agar mereka memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan kekeluargaan.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa penasehatan perkawinan merupakan suatu proses, ini berarti bimbingan pranikah (penasehatan perkawinan) merupakan kegiatan yang bertahap, yaitu tahap awal atau permulaan, tahap berlangsung dan tahap berakhirnya
7 Ibid.
8 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang pedoman penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
9Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor
suatu kegiatan penasehatan perkawinan. Dalam menghadapi masalah, bagaimana cara individu mencari solusinya masing-masing individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memecahkan dengan cepat, tetapi ada juga yang lambat, dan ada juga individu yang tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Maka ia membutuhkan bantuan orang lain untuk ikut memikirkan dan memecahkan masalah tersebut.
Kursus Pra Nikah merupakan proses pendidikan yang memiliki cakupan sangat luas dan memiliki makna yang sangat strategis dalam rangka pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itulah akhir-akhir ini marak tumbuh badan/lembaga dari Ormas Islam dan LSM yang menyelenggarakan kursus pra nikah, tentunya hal ini sangat menggembirakan karena badan/lembaga/organisasi penyelenggara tersebut ikut membantu pemerintah dalam menyiapkan pasangan keluarga dan sekaligus ikut menghantarkan pasangan keluarga tersebut kepada kehidupan keluarga yang diidamkan yaitu keluarga sakinah
Mawaddah warahmah.10
2. Tujuan Pendidikan Pranikah
Tujuan bimbingan / pendidikan perkawinan yaitu sebagai berikut: 1) Membantu individu untuk memecahkan permasalahan yang akan timbul dan mengatasi problem-problem yang berkaitan dengan pernikahan, antara lain yaitu: (a) Memahami hakikat pernikahan dalam Islam; (b) Tujuan pernikahan pernikahan menurut Islam; (c) Memahami persyaratan-persyaratan dalam Islam; (d) Kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan dalam Islam. 2) Membantu individu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pernikahan, antara lain sebagai berikut: (a) Membantu individu (konseli) memahami permasalahan yang sedang dihadapi; (b) Membantu individu (konseli) memahami kondisi dirinya dan keluarga serta lingkungan masyarakat; (c) Membantu individu dalam menetapkan pilihan upaya penyelesaian atau
pemecahan masalah yang sedang dihadapi sesuai dengan ajaran agama Islam. 3) Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan agar tetap baik, antara lain sebagai berikut: (a) Memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehidupan dalam berumah tangga yang awalnya telah memiliki permasalahan atau problem dan telah teratasi agar tidak timbul lagi menjadi permasalahan. (b) Mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan agar menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah.11
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa tujuan dari Kursus Pranikah adalah memberikan pemahaman, keterampilan, dan penumbuhan kesadaran tentang seputar permasalahan pernikahan dan permasalahan kehidupan rumah tangga dan keluarga bagi para calon pasangan suami istri.12
3. Materi Pendidikan Pranikah
Topik utama bimbingan ini terdiri dari 6 materi pokok, yaitu (1) merencanakan perkawinan menuju keluarga sakinah, (2) mengelola dinamika perkawinan dan keluarga, (3) memenuhi kebutuhan keluarga, (4) menjaga kesehatan reproduksi keluarga, (5) menyiapkan generasi yang berkualitas, dan (6) mengelola konflik dan membangun ketahanan keluarga. Enam materi pokok ini dilengkapi dengan dua materi penunjang yaitu perkenalan, harapan-kekhawatiran, kontrak belajar, di awal proses dan refleksi dan evaluasi di akhir proses.
Tiga materi pertama bimbingan, yaitu (1) merencanakan perkawinan menuju keluarga sakinah, (2) mengelola dinamika perkawinan dan keluarga, dan (3) memenuhi kebutuhan keluarga diampu oleh Tim Bimbingan dari KUA dan atau Kankemenag. Adapun tiga materi lainnya dapat diampu oleh narasumber mitra; materi Menjaga
11 Fithri Laela Sundani, “Layanan Bimbingan Pra Nikah Dalam Membentuk Kesiapan
Mental Calon Pengantin”, Jurnal Bimbingan, Peenyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, Vol. 6, No 2, 2018, h. 170.
12 Afrizal, “Implementasi Kursus Pra Nikah Dalam Mengurangi Angka Perceraian Di
Kesehatan reproduksi dapat diampu oleh narasumber dari Kementerian/ Dinas Kesehatan setempat, materi menyiapkan generasi yang berkualitas diampu oleh narasumber dari Kementerian/ Dinas Pendidikan setempat, dan materi mengelola konflik dan membangun ketahanan keluarga diampu oleh narasumber dari Kementerian/ Dinas/ Bagian/ Unit Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau kementerian/ lembaga terkait lainnya.13
4. Metode dan Strategi Pendidikan Pranikah
Metode yang digunakan dalam pendidikan pranikahyang tercantum dalam modul fasilitator adalah angin bertiup, curah pendapat, diskusi kelompok, presentasi, sungai kehidupan, ceramah dan tanya jawab, game, tugas kelompok, tugas pasangan, role-play (bermain peran), asupan narasumber, refleksi diri, menyusun rencana pemenuhan kebutuhan keluarga, diskusi pasangan, bermain bola, studi kasus, brain
storming, menggambar, mengisi kuesioner, mengisi angket.14
5. Narasumber Pendidikan Pranikah
Narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian yang dimaksud pada ayat (1). Adapun narasumber/ pengajar tersebut terdiri atas:
a. Konsultan Keluarga b. Tokoh Agama c. Psikolog d. Profesional dibidangnya 15 13
Alissa Qotrunnada Munawaroh, Dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI. bekerjasama dengan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2017).
14 Ibid.
15 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013
6. Sarana-Prasarana Pendidikan Pranikah
Sarana penyelenggara pendidikan pranikah meliputi sarana belajar mengajar: silabus, modul, dan bahan ajar lainnya yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Silabus dan modul disiapkan oleh kementerian agama untuk dijadikan acuan oleh penyelenggara kursus pranikah.16
7. Biaya Pendidikan Pranikah
Pembiayaan pendidikan pranikah sesuai ketentuan pasal 5 dapat bersumber dari dana APBN, dan APBD. Dana pemerintah berupa APBN atau APBD bisa diberikan kepada penyelenggara dalam bentuk bantuan, bantuan kepada badan/lembaga penyelenggara dapat dibenarkan sepanjang untuk peningkatan kesejahteraan dan pembinaan umat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, pemerintah dapat membantu badan/lembaga swasta dari dana APBN/APBD. Selain dari sumber dana tersebut dapat pula dari dana iuran peserta atau bantuan dari masya rakat yang halal dan tidak mengikat serta mem punyai komitmen kuat untuk mem bantu berpartisipasi dalam pembinaan keluarga.17
8. Sertifikasi
Sertifikat adalah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten yang telah diakreditasi oleh Kementerian Agama bahwa yang bersangkutan telah mengikuti kegiatan pendidikan pra nikah. Sertifikat disiapkan oleh organisasi lembaga, atau badan yang penyelenggaraan pendidikan pra nikah (pasal 6 ayat 1, 2, dan 3) Sertifikat tersebut diberikan kepada peserta kursus sebagai tanda kelulusan atau sebagai bukti yang bersangkutan telah mengikuti kursus pra nikah.
Calon pengantin yang telah mengikuti pendidikan pra nikah diberikan sertifikat sebagai tanda bukti kelulusan. Sertifikat tersebut akan menjadi syarat kelengkapan pencatatan perkawinan yaitu pada saat mendaftar di KUA Kecamatan, sekalipun dokumen sertifikat ini sifatnya
16 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor
DJ.II/542 Tahun 2013, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
17 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013
tidak wajib tetapi sangat dianjurkan memilikinya, karena dengan memiliki sertifikat berarti pasangan pengantin sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang kerumahtanggaan dan berupaya mempersiapkan diri secara matang untuk mengarungi kehidupan baru rumah tangga yaitu dengan membekali dirinya pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk kerumahtanggaan, sehingga apapun goncangan yang mereka hadapi nantinya akan diantisipasi secara baik karena sudah dibekali rambu-rambunya.
Sertifikat dimaksud dikeluarkan oleh penyelenggara setelah peserta kursus dinyatakan lulus secara meyakinkan mengikuti kursus. Sertifikat yang dimaksud merupakan syarat pelengkap pencatatan perkawinan pada saat pendaftaran nikah di KUA Kecamatan. Bentuk sertifikat (model, warna, dan ukuran) diserahkan kepada Badan/Lembaga penyelenggara dengan berkewajiban mencantumkan nomor akreditasi badan/ kelembagaan yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama.18
Dengan adanya ketentuan ini, maka penyelenggaraan pendidikan pranikah dapat dilaksanakan oleh lembaga/badan di luar instansi pemerintah, dalam hal ini adalah KUA kecamatan, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh badan/lembaga swasta yang telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama berfungsi sebagai regulator, pembina dan pengawas. Penyelenggaraan kursus pranikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini dan memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk ikut serta mengurangi angka perceraian dan kekerasan dalam keluarga.19