• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN PRANIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN PRANIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Oleh:

NENG YUNITA YULIA NIM: 11160110000104

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(2)

Marhamah Saleh, Hj. Lc, MA

NIP. 19720313 200801 2010

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN PRANIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT

KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Menjadi Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Neng Yunita Yulia

NIM. 11160110000104

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)

Marhamah Saleh. Hj. Lc,

Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan” disusun oleh Neng Yunita

Yulia NIM.11160110000104, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,08 Februari 2021 Yang Mengesahkan

MA.

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Neng Yunita Yulia

NIM : 11160110000104

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Jl. Sukadamai RT 04 RW 04 Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Implementasi Kurikulum Pendidikan

Pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan

dosen :

Nama Pembimbing I : Marhamah Saleh, Hj. Lc, MA

NIP : 19720313 200801 2 010

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 08 Februari 2021 Yang Menyatakan

Neng Yunita Yulia

(6)

i

Pranikah Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk implementasi mengetahui kurikulum pendidikan pranikah yang di gunakan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan mendeskripsikan proses pembelajaran pendidikan pranikah, serta menguraikan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan pranikah.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang hanya memfokuskan pada satu fenomena yang ingin diteliti. Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah reduksi data, menyajikan data, lalu menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah penyuluh Kantor Urusan Agama.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ/II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pranikah dan juga Modul Bimbingan Pranikah yang disusun oleh Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, dalam hal ini terdapat materi pembekalan terhadap keluarga dan berbagai penyelesaian permasalahan di keluarga, adapun strategi yang sering digunakan dalam metode pembelajaran pra nikah ini adalah sungai kehidupan, ceramah, dan presentasi, serta evaluasi dilakukan dengan ujian tulis yaitu pre test dan post test sesuai modul fasilitator. Sementara proses pembelajaran dalam pendidikan pranikah dipersiapkan dengan diberikan modul khusus untuk calon pengantin dengan judul Fondasi Keluarga Sakinah yang diberikan oleh Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI dengan jam pelajaran selama 16 jam perminggu. Adapun kendala dalam pendidikan pranikah yang terdapat pada faktor internal yaitu sarana prasarana, sedangkan faktor eksternal dalam pendidikan pranikah adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengikuti pendidikan pranikah.

(7)

ii

Curriculum In the Office of Religious Affairs, in Ciputat District, South Tangerang City. Research Of Islamic Education Major, Tarbiyah and Teacher Training Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study is aims to decide implementation the curriculum education premarital used by the Office of Religious Affairs, in Ciputat District, South Tangerang City, and to describe the learning process for pre-marital education, with inhibiting factors in the implementation of pre-marital education.

The method used is descriptive qualitative, this research uses a case study approach, that only focuses on one phenomenon to be investigated. Data collection and techniques by making observations, interviews, and documentation. The analysis used is data reduction, presenting data, and then drawing conclusions with descriptive. In this study, the respondents were instructors from the Office of Religious Affairs.

This study concludes that the curriculum used in the Office of Religious Affairs in Ciputat District, South Tangerang City is based on the Regulation of the Director General of Islamic Community Guidance No. DJ / II / 542 of 2013 concerning Guidelines for the Implementation of Prenuptial Courses and also the Prenuptial Guidance Module prepared by the Directorate of Bina KUA and Family Sakinah, Directorate General of Islamic Community Guidance, Ministry of Religion of the Republic of Indonesia, in which there are material of provisioning and various problems in the family. the strategies that are often used by the river of life, lectures and presentations, with evaluations by pre test and post test with the facilitator module. The learning process in pre-marital education is prepared by giving a special module for brides by the title “Fondasi Keluarga Sakinah” is given by the Directorate of Bina KUA and Sakinah Families of the Directorate General of Islamic Community Guidance (Dirjen Bimas Islam) at the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia by sixteen hours lesson everyweek. But in education of premarital the obstacles Internal factors are found in infrastructure, while external factors in premarital education are the lack of public awareness for following the premarital education.

(8)

iii

disembah disetiap waktu, memohon perlindungan kepada-Nya dari kejelekan diri dan mal kita, yang atas izin-Nya niat-niat baik kita dapat terlaksana. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Aamiin

Alhamdulillah, dengan izin dan pertolongan Allah penulis dapat

menyelesaikan proposal ini. Kemudian dalam proses penyusunan proposal penulis juga tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan baik materil maupun spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc. MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Drs. H. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Drs. H. Rusdi Jamil, M.Ag, selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc.MA. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing.

6. Bapak Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Selaku dosen Pembimbing Akademik kelas C angkatan 2016.

7. Muhammad Agus Sofian, S.Hum, MA. Sebagai pendamping hidup yang tak pernah bosan memberikan suportnya.

(9)

iv

yang telah diberikan, sehingga penulis dapat mengelesaikan satu amanah yang diberikan.

9. Adik kandung saya Rikza Yadiyansyah, yang selalu memberikan semangat, canda, dan tawa setiap paginya selama proses proposal berjalan.

10. Keluarga PAI 2016, dan PAI C (Apa Che) angkatan 2016 yang telah bersama berjuang untuk terus kompak serta menjadi teman di awal perjalanan penulis di jalan yang penuh perjuangan ini.

11. Segenap Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu dalam hal administrasi selama penulis menimba ilmu di Prodi Pendidikan Agama Islam.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya.

Jazakumullah khairan, semoga Allah senantiasa mencurahkan kebaikan-Nya

untuk kita dan semoga Allah juga senantiasa memberikan nikmat iman, nikmat islam, kasih sayang serta petunjuk-Nya kepada kita. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang membaca laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 14

1. Pembatasan Masalah ... 14

2. Perumusan Masalah ... 14

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 15

1. Tujuan Penelitian ... 15

2. Kegunaan Penelitian... 15

BAB II KAJIAN TEORI ... 17

A. Implementasi Kuikulum Pendidikan Pranikah ... 17

1. Pengertian Implementasi Kurikulum Pendidikan Pranikah ... 17

2. Tujuan Kurikulum Pranikah ... 18

3. Materi dan Metode Kurikulum Pranikah ... 19

B. Pendidikan Pranikah ... 19

1. Pengertian Pendidikan Pranikah ... 19

2. Tujuan Pendidikan Pranikah ... 20

3. Materi Pendidikan Pranikah ... 21

4. Metode dan Strategi Pendidikan Pranikah ... 22

5. Narasumber Pendidikan Pranikah ... 22

6. Sarana-Prasarana Pendidikan Pranikah ... 23

7. Biaya Pendidikan Pranikah ... 23

8. Sertifikasi ... 23

(11)

vi

2. Tujuan Pernikahan ... 28

3. Hukum Pernikahan ... 29

4. Rukun dan Syarat Sah Pernikahan ... 32

E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Latar Penelitian ... 39

C. Metode Penelitian ... 39

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 40

E. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 44

F. Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Profil Kantor Urusan Agama Ciputat Kota Tangerang Selatan ... 48

1. Gedung Kantor Urusan Agama Kota Tangerang Selatan ... 48

2. Tugas Kantor Urusan Agama Kota Tangerang Selatan. ... 48

3. Visi & Misi Kantor Urusan Agama Ciputat Kota Tangerang Selatan ... 49

4. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Ciputat Kota Tangerang Selatan ... 50

B. Pembahasan ... 51

1. Implementasi kurikulum pendidikan pranikah di Kantor Urusan Agama Ciputat Kota Tangerang Selatan ... 51

2. Proses Pembelajaran dalam pendidikan pranikah di Kantor Urusan Agama Ciputat Kota Tangerang Selatan ... 56

3. Faktor Penghambat dalam Pendidikan Pranikah di Kantor Urusan Agama Ciputat Kota Tangerang Selatan ... 59

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan... 64

B. Implikasi ... 65

C. Saran ... 65

(12)
(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum sebagai sistem sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan menjadi hal yang sangat urgen dan mutlak ada dalam sebuah program pendidikan. Kurikulum tidak cukup hanya dengan memuat kompetensi-kompetensi anak didik saja, melainkan kurikulum juga harus bisa sinergi dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Inilah pentingnya kurikulum integratif sebagai sebuah sistem pembelajaran yang besifat terpadu baik itu antar muatan-muatannya maupun dengan realitas kebutuhan hidup manusia. Di satu sisi, sebuah sistem akan bisa berhasil guna apabila sistem tersebut terencana, tersusun dan teraplikasikan dengan baik dan benar.1

Oleh karena itu, Seiring dengan perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu seseorang pendidik harus memahami dan mengimplementasikan kurikulum dengan baik. 2

Pemerintah mengeluarkan sejumlah peraturan mengenal bimbingan pra-pernikahan yang tertuang dalam program pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah sejak tahun 1999 dan tercantum dalam keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.3 Tahun 1999 tentang Pembinaan Keluarga Sakinah. Lalu disusul Surat Edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D/PW.00/928, tertanggal 9 Maret 1999, perihal Pelaksanaan Pembinaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah kepada Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Seluruh Indonesia, setelah surat keputusan dan surat edaran terbit maka pendidikan pranikah ini memulai program kurikulum pada tahun 2009 mendatang dengan menerbitkan peraturan yang memuat kurikulum pendidikan pranikah.

1

Ahmad Mukhlasin dan Rakhmat Wibowo, Desain Penembangan Kurikulum Integratif Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran, Jurnal Tawadhu, Vol. 2, No. 1, 2018. h. 365-366.

2

Ismail Suardi Wekke dan Ridha Windi Astuti, Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah: Implementasi di Wilayah Minoritas Muslim, Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 02, No. 1, 2017. h. 34

(14)

Peraturan yang keluar pada tahun 1999 inilah yang menjadi pijakan untuk melaksanakan kursus calon pengantin sebelum melakukan pernikahan. Kursus calon pengantin yang dimaksud ialah penataran, pembimbingan tentang seluk-beluk kehidupan rumah tangga bagi calon pengantin yang dilaksanakan oleh pihak Kementerian Agama khususnya Kantor Urusan Agama.3

Kurikulum pendidikan pranikah ini dahulu disebut juga dengan sebutan kursus pranikah yang memulai program kursus calon pengantin pada tahun 2009 yang tertuang dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DI.II/491 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin. Kemudian disempurnakan dengan lahirnya kursus pranikah tahun 2013 yang teruang Peratuan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam DJ. II/542 tahun 2013, tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.4

Padandasarnya, kedua program ini memiliki tujuan yang sama, hanya saja teknis pelaksanaan nya yang sedikit berbeda. Persamaan ini dapat dilihat dari pengertian akan program bimbingan ini sendiri seperti pada Peraturan Dirjen Bimas Islam tahun 2009 disebutkan bahwa yang di maksud dengan kursus calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam waktu singkat kepada calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga/keluarga. Sedangkan pada Peraturan Dirjen Bimas Islam tahun 2013 menyebutkan bahwa kursus pra nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.5

3 Yoga Aditama, Pandangan Pengantin Terhadap Buku Bimbingan Pra Nikah Dalam

Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawadah Warahmah (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Siantar Sitalasari), Skripsi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan , 2019. h. 23

4

Khairuddin Nasution dan Syamruddin, Nasution, “Peraturan dan Program Membangun Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum”., Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum. Vol. 51, No. 1, Juni 2017. h. 7-9

5

Zakyyah Iskandar, Peran Kursus Pranikah Dalam Mempersiapkn Pasangan Suami-Istri Menuju Keluarga Sakinah, Jurnal Al-Ahwal, Vol. 10, No. 1, 2017 . h. 89

(15)

Untuk menunjang program Kursus Perkawinan ini dan sekaligus program BP4 diterbitkan sejumlah buku Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah yang ditrbitkan pada tahun 2011, buku Saku bagi Calon Pengantin, Peran Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi yang diterbitkan tahun 2013, buku Pegangan bagi Petugas Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) tentang Kursus Pranikah untuk Calon Pengantin yang di terbitkan pada tahun 2014 dan buku Saku untuk Calon Pengantin yang diterbitkan pada tahun 2014.6

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. 379 tahun 2018, pemerintah menerbitkan kembali sebuah buku yang diberikan kepada calon pengantin yang mengikuti bimbingan pra pernikahan dengan judul buku Fondasi Keluarga Sakinah: Bacaan Mandiri Calon Pengantin yang diterbitkan oleh Kementerian Agama. Program Bimbingan Perkawinan pranikah bagi calon pengantin adalah wujud nyata kesungguhan Kementerian Agama dalam memastikan pembangunan bangsa melalui keharmonisan perkawinan yang ideal, mencakup penyediaan sumber daya dan aggarannya.7

Perubahan kurikulum merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu pancasila dan UUD 1945.8

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.9

Dan menjadi suatu proses terus menerus yang menghantarkan manusia ke arah kedewasaan, yaitu dalam arti kemempuan untuk memperoleh

6

Khairuddin Nasution dan Syamruddin, Nasution, Loc Cit., 9

7

Yoga Aditama, Loc Cit. h.12

8

Ida Mawaddah, Tren Kurikulum Dalam Pendidikan Sekolah Di Indonesia, Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, Vol. 3, No. 3, 2019. h. 293.

9

Ahmad Miramba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Maarif, 1989), h. 19.

(16)

pengetahuan, pengembangan kemampuan/keterampilan, mengubah sikap serta kemempuan mengarahkan diri sendiri, baik di bidang pengetahuan, keterampilan, serta dalam memakai proses pendewasaan itu sendiri dan kemempuan menilai.10

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan program strategis jangka panjang yang pada penyelenggaraannya harus mampu menjawab kebutuhan serta tantangan secara nasional.11

Oleh karena itu, seperti yang termuat dalam Undang-Undang Pendidikan Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”12

Pendidikan menjadi sangat penting di jaman modern seperti sekarang ini, seperti yang kita ketahui bahwa semakin terkikis rasa pernghormatan dan moral pada generasi milenial terhadap teman sebayanya, orang tua, dan orang lain. Pentingnya pendidikan atau menuntut ilmu wajib hukumnya bagi muslim laki-laki mau pun perempuan. Sebagaimana Hadis tentang menuntut ilmu yang diriwayatkan Ibnu Majah:

10

Dedi Lazwardi, Manajemen Kurikulum Sebagai Pengembangan Tujuan Pendidikan, Jurnal: Kependidikan Islam, Vol. 07, No. 1, 2017. h. 100.

11

Fuja Siti Fujiawati, Pemahaman Konsep Kurikulum dan Pembelajaran Dengan Peta Konsep Bagi Mahasiswa Pendidikan PAI, Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol. 1, No. 1, 2016. h.17.

12

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal I Tentang Sistem Pendidikan Nasional

(17)

يِس ِنْب ِدَّمَحُم ْنَع ٍريِظْنِش ُنْب ُريِثَك اَنَ ثَّدَح َناَمْيَلُس ُنْب ُصْفَح اَنَ ثَّدَح ٍراَّمَع ُنْب ُماَشِه اَنَ ثَّدَح

َنيِر

َلاَق لاَق ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع

ِّلُك ىَلَع ٌةَضيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر

َبَهَّذلاَو َؤُلْؤُّللاَو َرَهْوَجْلا ِريِزاَنَخْلا ِدِّلَقُمَك ِهِلْهَأ ِرْيَغ َدْنِع ِمْلِعْلا ُعِضاَوَو ٍمِلْسُم

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."13

Salah satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah tercermin dari prestasi belajar yang dicapai atau nilai yang diperoleh pada setiap mata pelajaran yang disajikan pada lembaga pendidikan dalam bentuk nilai. Hambatan yang kemungkinan dapat timbul yaitu yang sering disebut faktor-faktor yang mempengaruhi, dapat berupa faktor internal (dari dalam diri siswa) maupun faktor eksternal (dari luar diri siswa), di antaranya: fasilitas belajar, partisipasi orang tua, kebiasaan belajar, aktivitas belajar, motivasi berprestasi, sikap terhadap sekolah serta kemampuan dasar lainnya.14

Sistem pendidikan Indonesia masih dalam taraf pembangunan dan melakukan inovasi menuju perbaikan mutu pendidikan, berbagai macam upaya digalakkan mulai dari sistem, struktur, hingga perbaikan kurikulum. Namun perubahan dan pengembangan yang dilakukan para pakar pendidikan tersebut belum menyentuh permasalahan pada masalah pemerataan

13

Hadis Riwayat Ibnu Majah No. 220

14

Anita Sumevia Dewi, Pengaruh Kurikulum, Lingkungan Pendidikan, Dan Sarana Prasarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pagu Kabupaten Kediri, Jurnal Aplikasi Administrai, Vol. 20, No. 2, 2017. h.82

(18)

pendidikan. Yang menjadi permasalan ini terletak pada pemerataan pendidikan.15

Pemerataan pendidikan merupakan solusi untuk mencapai mutu pendidikan, sehingga berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang berkompeten, berkarakter, berdaya saing dan unggul. Sehingga berkontribusi pada pembangunan nasional, bermanfaat pada lingkungan sekitar, mendorong tegaknya masyarakat Indonesia yang demokratis dan modern berdasar pada nilai-nilai Pancasila.16 Dengan begitu pendidikan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kehidupan namun kesadaran masyarakat akan pendidikan masih kurang terutama di pedesaan yang berpikir konvensional seperti memilih menikah dari pada berpedidikan dengan alasan berpendidikan tinggi hanya menghabiskan finansial yang besar.

Dalam Nyoman Riana Dewi menurut Atwater dalam buku Vembry menyatakan bahwa Perkawinan merupakan salah satu kejadian penting yang akan dihadapi oleh setiap manusia dalam perjalanan hidup. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hurlock dalam buku Vermbry menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh individu usia dewasa awal pada akhirnya akan melakukan perkawinan. Hasil penelitian tersebut tidak mengherankan karena melakukan perkawinan dan belajar hidup bersama pasangan dalam ikatan perkawinan merupakan tugas perkembangan dewasa muda. Perkawinan yang dianggap sah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 yaitu, apabila sepasang pria dan wanita telah melangsungkan suatu pernikahan, seperti yang telah dinyatakan dalam bab I, pasal 1 bahwa “Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selain itu di dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974, pasal 7

15

Muh. Zakaria, Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Standar Pendidikan Nasional, Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 12, No. 1, 2018. h. 23.

16

Agil Nanggala, Analisis Wacana Pembaharuan Kebijakan Zona Materi Pendidikan Dan Kebudayaan Nadiem Makarim Sebagai Solusi Pemerataan Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, Vol. 8, No. 2, 2020. h. 47.

(19)

mensyaratkan bahwa pernikahan dapat dilakukan jika seseorang telah berusia 21 tahun dan telah memiliki kematangan psikologis. Pernikahan adalah suatu kewajiban bagi setiap individu seperti yang sudah ditetapkan dalam setiap ajaran agama. Dalam setiap ajaran agama pernikahan memiliki makna yang suci atau sakral, yang pada dasarnya bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia.17

Dalam Islam telah dijelaskan bahwa pernikahan merupakan sunnatullah pada hamba-Nya, dan berlaku pada semua makhlukNya, baik manusia, hewan ataupun tumbuh-tumbuhan. Dengan perkawinan itu khususnya bagi manusia (laki-laki dan perempuan) Allah SWT menghendaki agar mereka membina bahtera kehidupan rumah tangganya. Allah SWT berfirman dalam Q.S ad-Dzariyat ayat 49:

ِنْيَجْوَز اَنْقَلَخ ٍءْىَش ِّلُك نِمَو

َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mau berfikir”.18

Allah SWT juga berfirman dalam QS. Yasin ayat 36:

َنوُمَلْعَ ي َل اَّمِمَو ْمِهِسُفنَأ ْنِمَو ُضْرَْلْٱ ُتِبنُت اَّمِم اَهَّلُك َجََٰوْزَْلْٱ َقَلَخ ىِذَّلٱ َنََٰحْبُس

“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.19

Allah SWT juga berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 21:

ًةَّدَوَّم مُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِّل اًجََٰوْزَأ ْمُكِسُفنَأ ْنِّم مُكَل َقَلَخ ْنَأ ٓۦ ِهِت ََٰياَء ْنِمَو

نوُرَّكَفَ تَ ي ٍمْوَقِّل ٍتََٰي َل َكِلََٰذ ىِف َّنِإ ًةَمْحَرَو

17

Nyoman Riana Dewi dan Hilda Sudhana, Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Pasutri Dengan Keharmonisan Dalam Pernikahan, Jurnal Psikologi Udayana, Vol. 1, No. 1, 20113. h. 23.

18

KEMENAG RI, Al-Qur’an dan Terjema, (Bandung: Cv Mikhraj Khazanah Ilmu, 2013).

19

(20)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”20

Sayid Sabiq mendefinisikan nikah sebagai akad yang menjadikan halalnya menggapai kenikmatan bagi masing-masing suami istri atas dasar ketentuan yang disyari’atkan Allah SWT.21

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Perkawinan tidak hanya menyatukan seorang pria dan wanita dalam sebuah rumah/keluarga, tetapi juga perkawinan selalu membawa konsekuensi hukum baik bagi suami istri maupun terhadap anak.22

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), perkawinan diartikan sebagai akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah dan merupakan ibadah bagi yang melaksanakannya. Sedangkan pengertian yang lebih komplit terdapat dalam Undang-Undang No.1 Pasal 1 tahun 1974 yang berbunyi: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

Pernikahan adalah suatu tahapan penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu, diperlukan kesiapan yang matang sebelum melaksanakan pernikahan. Dewasa ini, sering terjadi pernikahan dini yang dianggap kurang baik bagi masyarakat. Pernikahan dini dianggap sebagai pernikahan yang dilakukan terlalu awal dan tanpa persiapan yang matang baik dari segi fisik, mental, ekonomi, dan lainnya. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan secara tidak sehat. Pernikahan yang sehat dimaksudkan pernikahan

20

ibid

21

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009). h. 7

22

Etty Rochaeti, Analisis Yuridis Tentang Harta Bersama (Gono Gini) Dalam Perkawinan Menurut Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif, Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28, No. 01, 2013. h. 651

(21)

yang dilakukan pada usia minimal 25 tahun untuk laki-laki dan 20 tahun untuk wanita. Hal tersebut dipertimbangkan atas dasar pentingnya kematangan sistem reproduksi dalam sebuah pernikahan.23

Dalam hal ini di bentuklah kurikulum baru sebagai solusi dari permasalahan tersebut dengan adanya penyusunan kurikulum pendidikan pranikah ini Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU) mendapatkan apresiasi yang baik dari Kementerian Agama Indonesia sebagai upaya penekanan angka perceraian di Indonesia karena banyak pasangan muda yang memasuki jenjang pernikahan tanpa bekal pengetahuan tentang konsep keluarga, mulai dari relasi hubungan suami istri, orang tua dan anak, dan lainnya. Akibatnya kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian di Indonesia terus meningkat.24

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama, telah mengeluarkan peraturan mengenai pelaksanaan kursus pranikah yang dapat diikuti pasangan catin yang beragama Islam sebelum melaksanakan pernikahan. Sejak 2009 hingga 2015 ini telah diterbitkan 3 peraturan mengenai pelaksanaan kursus pranikah yang dapat diikuti oleh masyarakat, tidak saja pasangan catin, namun juga remaja yang sudah memasuki usia nikah. Peraturan ini dikeluarkan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. Peraturan terakhir yang dikeluarkan adalah Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.

Tujuan dikeluarkannya peraturan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.25 Secara garis

23

Tri Indah Septiasa, dkk, Hubungan Pegetahuan, Tingkat Pendidikan, Sumber

Informasi, dan Pola Asuh Dengan Pernikahan Dini Pada Wanita, Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, Vol. 4, No.2, 2019. h. 73.

24

Noor Hidayat Kurniawan, Menag Apresiasi LKKNU Susun Kurikulum Pendidikan Pra Nikah, 2018, (https://bimasislam.kemenag.go.id). diakses tanggal 3 juni 2020 jam 10.30.

25

M. Agus Noorbani, Pelayanan Kursus Pra-Nikah Di KUA Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi, Jurnal Penamas,Vol. 28, No. 2, 2015. h. 278-279

(22)

besar, Muharam memaparkan bahwa ada dua penyebab utama ketidak harmonisan antara lain adalah kekurangan nafkah lahir dan batin. Nafkah lahir ialah kewajiban pasangan untuk saling menghidupi, contohnya berkontribusi dalam pengelolaan ekonomi rumah tangga. Adapun nafkah batin adalah cara pasangan suami-istri memperlakukan satu sama lain baik dalam memenuhi kebutuhan biologis maupun sikap dalam keseharian. Dan untuk mengatasi hal ini, pasangan suami-istri harus mendapatkan pembekalan dan pemahaman terkait hak dan kewajiban dalam rumah tangga dan sebagainya baik dari pemahaman agama maupun perundang-undangan.26

Dalam perkembangannya, kasus perceraian di Tanah Air pada saat sekarang ternyata lebih banyak suami yang diceraikan istri (melalui putusan hakim) atau lebih banyak cerai gugat daripada cerai talak. Menurut Nasaruddin Umar, hal itu merupakan dampak globalisasi arus informasi melalui media massa salah satunya tayangan infotainment yang menampilkan figur artis terutama artis perempuan dengan bangga mengungkap kasus perceraiannya. Fenomena ini dikuatkan oleh data statistik angka perceraian selama beberapa tahun terakhir di lingkungan peradilan agama di tanah air.27

Oleh karena itu, pendidikan pranikah menjadi sangat penting dan vital sebagai bekal bagi kedua calon pasangan untuk memahami secara subtansial tentang seluk beluk kehidupan keluarga dan rumah tangga.28 Pada dasarnya pendidikan pranikah merupakan upaya yang dilakukan pemerintah yang dalam hal ini BP4 untuk memebekali calon pengantin dalam menyongsong mahligai rumah tangga agara dalam praktek rumah tangga nanti keduanya ataupun pasangan suami istri memiliki dan mampu menerapkan bekal psikis dan keterampilan dalam menghadapi setiap problematika keluarga. Pendidikan calon pengantin sangat berperan penting untuk meningkatkan bekal calon pengantin salah satunya adalah pengetahuan tentang kesehatan pranikah.

26

Zakyyah Iskandar, Peran Kursus Pra Nikah Dalam Mempersiapkan Pasangan Suami-Istri Menuju Keluarga Sakinah, Jurnal Al-Ahwal, Vol. 10, No. 1, 2017. h. 86.

27

Ulin Na’mah, Pentingnya Peran Suscatin (Kursus Pengantin) Dalam Membendung Laju Perceraian, Yudisia, Vol. 7, No. 1, 2016. h. 147.

28

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah

(23)

Dengan pemahaman yang cukup mengenai kesehatan pranikah calon pengatin dapat menjalani pernikahan yang sehat dan aman, maka dari itu calon pengantin perlu dibekali pengetahuan yang cukup tentang kesehatan pranikah dan hak-hak pranikah sehingga calon pengantin siap menjadi seorang ibu dan seorang ayah.29

Dalam setiap kehidupan membutuhkan adanya pendidikan begitu juga dengan pernikahan agar mampu membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Untuk itu maka setiap pasangan harus di berikan pembekalan yang cukup sebelum membina rumah tangga, dengan itu setiap pasangan yang akan menikah harus mengikuti pendidikan agar pasangan ini mampu membentuk keluarga yang harmonis dan terarah.

Hal ini menjadi sangat penting berawal dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional). Seperti yang kita ketahui bahwa Persentase perkawinan muda di

Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu peringkat 37 di dunia dan tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Penelitian yang dilakukan BKKBN menunjukkan usia kawin pertama perempuan di perkotaan sekitar 16-19 tahun, sedangkan di perdesaan sekitar 13-18 tahun. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan masyarakat susah memperoleh pekerjaan layak sehingga orang tua lebih memilih untuk menikahkan anaknya daripada menambah beban hidup keluarga.

Budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat seperti anggapan negatif terhadap perawan tua jika tidak menikah melebihi usia 17 tahun atau kebiasaan masyarakat yang menikah di usia sekitar 14-16 tahun menjadi faktor yang mendorong tingginya jumlah perkawinan muda. Orang tua berharap mendapat bantuan dari anak setelah menikah karena rendahnya ekonomi keluarga. Faktor yang mempengaruhi median usia kawin pertama

29

Dewi Susanti, DKK, “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Begalung Padang Tahun 2017”, Jurnal Sehat Mandiri, Vol. 13, No. 2, 2018

(24)

perempuan diantaranya adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota).30

Pendidikan pranikah ini sangat dipentingkan dan seperti menjadi sebuah keperluan untuk berumah tangga dalam menghadapi berbagai kondisi yang dapat menyumbang terhadap kesulitan dalam penyesuai perkawinan adalah persiapan yang kurang untuk menghadapi perkawinan, baik penyesuaian seksual, keterampilan domestik, mengasuh anak, dan manajemen keuangan.31

Dengan memberikan Kursus calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan, dalam waktu singkat kepada calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga/ keluarga, dan kesehatan Pranikah.Hal ini merujuk pada Peraturan Dirjen Bimas Islam No.DJ.II/491 Tahun 2009 sebagai dasar hukumnya. Jadi, pada dasarnya kursus calon pengantin yang selanjutnya akan di singkat menjadi suscatin merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini BP4 untuk membekali calon pengantin dalam menyongsong mahligai rumah tangga agar dalam praktek rumah tangga nanti keduanya atau pasangan suami isteri memiliki dan mampu menerapkan bekal psikis dan ketrampilan dalam menghadapi setiap problematika keluarga. Dengan demikian, cita-cita terbentuknya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah akan lebih mudah tercapai dan sekaligus terwujud pula masyarakat yang harmonis, serta terhindar dari konflik dan perceraian.32

Dalam pendidikan pranikah ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta saja akan tetapi pendidikan pranikah ini sebagai bekal untuk para calon pengantin yang akan mengarungi bahtera rumah tangga sehingga mereka mengetahui apa yang akan mereka hadapi

30

Mariyatul Qibtiyah, Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan, Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1, 2014. h. 50-51

31

Elizabeth Bergner Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1994)

32

Dewi Susanti, dkk, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Bengalung Padang Tahun 2017, Jurnal Sehat Mandiri, Vol. 13, No. 2, 2018. h. 20.

(25)

dalam kehidupan berumah tangga sehingga dengan pendidikan ini mereka diharapkan mampu untuk menghadapi berbagai masalah dan konflik yang akan terjadi dalam berkeluarga. Kurikulum pendidikan pranikah ini dirancang oleh pemerintah dengan sangat baik, kepercayaan pemerintah akan lembaga yang menyediakan pendidikan pranikah yaitu Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang telah terdapat di setiap kecamatan dan bertemapt di Kantor Urusan Agama. Disusunnya kurikulum ini sebagai pedoman untuk para penyuluh memberikan pendidikan kepada para peserta dan dengan terlaksananya pendidikan pranikah dengan proses yang dilakukan selama 2 hari dengan waktu pelajaran selama 16 jam, pemerintah mengharapkan dapat mampu menekan angka perceraian dan kematian ibu yang semakin meningkat di setiaptaunya. Namun pendidikan pranikah ini akan terlaksana dengan baik jika sarana prasarana cukup memadai dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pranikah yang harus mereka dilaksanakan sebelum pernikahan maka tujuan dari pada pendidikan pranikah itu akan tercapai.

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan merupakan suatu lembaga yang menyediakan pendidikan pranikah dengan memakai kurikulum yang telah Kementerian Agama rumuskan dan para penyuluh memberikan pembekalan seperti yang terdapat didalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ/II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pranikah dan juga Modul Bimbingan Pranikah. Pendidikan pranikah ini dilaksanakan di ruangan pendidikan yang berada di dalam KUA yang bersebelahan dengan tempat para pegawai. Walaupun terlihat biasa dalam pelaksanaan pendidikan pranikah akan tetapi dibalik semua itu terdapat permasalahan yang terjadi.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakannya penelitian yang lebih mendalam untuk memberikan dan mewujudkan solusi yang di gagas oleh pemerintah untuk menekan angka perceraian, pernikahan dini, dan kematian ibu. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

(26)

KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka terdapat beberapa masalah yang dapat di identifikasikan diantaranya adalah:

1. Pentingnya pendidikan pranikah sebagai bekal menuju rumah tangga yang sesuai syariat Islam.

2. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui dan memahami tujuan dari pendidikan pranikah.

3. Banyaknya pasangan calon pengantin yang tidak berminat mengikuti pendidikan pranikah.

4. Penyusunan materi dalam kurikulum dan silabus yang masih terbilang belum rapih.

5. Pendidikan pranikah sebagai upaya pemerintah untuk menekan tingginya angka perceraian setiap tahunnya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini dibatasi pada implementasi Kurikulum Pendidikan Pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Ciputat Kota Tangerang Selatan. Dengan fokus penelitian untuk mendeskripsikan kurikulum yang digunakan, proses pembelajaran, dan kendala dalam pendidikan pranikah di KUA Ciputat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identififkasi masalah dan pembatasan masalah penulis merumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan pranikah di kantor

Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan?

b. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan pranikah yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan ?

c. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan pranikah yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan ?

(27)

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan ini untuk:

a. Mengetahui implementasi kurikulum pendidikan pranikah yang di gunakan oleh kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan untuk pendidikan pranikah.

b. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran pendidikan pranikah yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.

c. Untuk menguraikan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan pranikah yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Penulis

Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI), dan secara akademis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dan menambah wawasan tetang pembelajaran yang terdapat pada Implementasi Kurikulum Pendidikan Pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Ciputat Kota Tangerang Selatan.

b. Bagi Lembaga

Secara praktis penelitian ini dapan menjadi bahan untuk memberikan masukan terhadap Pendidikan Pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Ciputat Kota Tangerang Selatan.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan solusi terhadap problematika di tengah masyarakat dan mengedukasi masyarakat untuk mengetahui kehidupan rumah tangga dengan cara yang baik dan benar.

(28)

d. Bagi Peneliti Lain

Dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta dapat dijadikan rujukan untuk melakukan penelitian yangsama.

(29)

17

A. Implementasi Kurikulum Pendidikan Pranikah

1. Pengertian Implementasi Kurikulum Pendidikan Pranikah

Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, sehingga akan memiliki nilai.1 Sedangkan kurikulum adalah alat yang digunakan untuk menggapai tujuan pendidikan dan sebagai acuan di dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum menunjukkan falsafah atau pandangan hidup suatu bangsa. Kearah mana serta bagaimana bentuk kehidupan itu nantinya akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut.2 Kurikulum merupakan salah satu aspek krusial dalam menentukan keberhasilan pendidikan suatu negara.3

Kurikulum adalah perangkat yang sangat penting dalam dunia pendidikan, kurikulum menjadi suatu wadah yang menaungi pendidikan dan dapat menentukan mutu dan keberhasilan suatu negara itu dapat dilihat dari pendidikan negara tersebut. Kurikulum menjadi suatu rencana sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan sebagai biasanya bersifat ide, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk.4

Sebagai dasar penyelenggaraan kursus pra nikah maka diterbitkan Peraturan Dirjen Masyarakat Islam tentang Kursus Pra Nikah ini. Dalam rangka tertib administrasi dan implementasinya, bagi lembaga/badan/ organisasi keagamaan Islam yang akan menjadi penyelenggara kursus

1

Zulhijrah, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Tadrib Vol. 1 No. 1, 2015, h. 10

2 Lismina, Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (JawaTimur:

Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), h. 1.

3 Hari Setiadi, “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013”, Jurnal Penelitian dan

Evaluasi Pendidikan, Vol. 20, No. 2, 2016, h. 168.

(30)

pranikah harus sudah mendapatkan akreditasi dari Kementerian Agama. dan untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kursus pra nikah dijabarkan melalui pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah ini.

Penyelenggaraan Kursus pra nikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini berbeda dengan kursus calon pengantin yang telah dilaksanakan pada waktu yang lalu, kursus calon pengantin biasanya dilakukan oleh KUA/BP4 kecamatan pada waktu tertentu yaitu memanfaatkan 10 hari setelah mendaftar di KUA kecamatan sedangkan Kursus pra nikah lingkup dan waktunya lebih luas dengan memberi peluang kepada seluruh remaja atau pemuda usia nikah untuk melakukan kursus tanpa dibatasi oleh waktu 10 hari setelah pendaftaran di KUA kecamatan sehingga para peserta kursus mempunyai kesempatan yang luas untuk dapat mengikuti kursus pra nikah kapan pun mereka bisa melakukan sampai saatnya mendaftar di KUA kecamatan.5

2. Tujuan Kurikulum Pranikah

Tujuan kurikulum pendidikan pranikah terbagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuaan khusus. Adapun tujuan umu dalam kurikulum pendidikan pranikah adalah untuk mewujudkan Keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah melalui pemberian bekal pengetahuan, peningkatan pemahaman dan ketrampilan tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.

Adapun tujuan khusus dalam kurikulum pendidikanpranikah ini adalah :

a. Untuk menyamakan persepsi badan/lembaga penyelenggara tentang substansi dan mekanisme penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin;

b. Terwujudnya pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin;6

5 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor

DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang pedoman penyelenggaraan Kursus Pra Nikah

(31)

3. Materi dan Metode Kurikulum Pranikah

Dengan latar belakang tersebut, kursus pra nikah dimaksudkan untuk pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam waktu singkat tentang kehidupan rumah tangga. Materi kursus pra nikah terdiri dari kelompok dasar, kelompok inti dan kelompok penunjang. Materi ini dapat diberikan dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, study kasus (simulasi) dan penugasan yang pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan.7

B. Pendidikan Pranikah

1. Pengertian Pendidikan Pranikah

Pendidikan pranikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga.8 Pasangan yang melakukan pendidikan pranikah adalah laki-laki muslim dan perempuan muslimah yang akan menjalani kehidupan rumah tangga dalam suatu ikatan pernikahan.9 Pendidikan pranikah yang dilakukan di Kantor Urusan Agama pada penerapannya sama seperti kursus calon pengantin (suscatin).

Menurut Syubandono, bimbingan pranikah adalah suatu proses pelayanan sosial berupa suatu bimbingan penasehatan, pertolongan yang diberikan kepada calon suami isteri sebelum melaksanakan pernikahan agar mereka memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan kekeluargaan.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa penasehatan perkawinan merupakan suatu proses, ini berarti bimbingan pranikah (penasehatan perkawinan) merupakan kegiatan yang bertahap, yaitu tahap awal atau permulaan, tahap berlangsung dan tahap berakhirnya

7 Ibid.

8 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor

DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang pedoman penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.

9Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor

(32)

suatu kegiatan penasehatan perkawinan. Dalam menghadapi masalah, bagaimana cara individu mencari solusinya masing-masing individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memecahkan dengan cepat, tetapi ada juga yang lambat, dan ada juga individu yang tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Maka ia membutuhkan bantuan orang lain untuk ikut memikirkan dan memecahkan masalah tersebut.

Kursus Pra Nikah merupakan proses pendidikan yang memiliki cakupan sangat luas dan memiliki makna yang sangat strategis dalam rangka pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itulah akhir-akhir ini marak tumbuh badan/lembaga dari Ormas Islam dan LSM yang menyelenggarakan kursus pra nikah, tentunya hal ini sangat menggembirakan karena badan/lembaga/organisasi penyelenggara tersebut ikut membantu pemerintah dalam menyiapkan pasangan keluarga dan sekaligus ikut menghantarkan pasangan keluarga tersebut kepada kehidupan keluarga yang diidamkan yaitu keluarga sakinah

Mawaddah warahmah.10

2. Tujuan Pendidikan Pranikah

Tujuan bimbingan / pendidikan perkawinan yaitu sebagai berikut: 1) Membantu individu untuk memecahkan permasalahan yang akan timbul dan mengatasi problem-problem yang berkaitan dengan pernikahan, antara lain yaitu: (a) Memahami hakikat pernikahan dalam Islam; (b) Tujuan pernikahan pernikahan menurut Islam; (c) Memahami persyaratan-persyaratan dalam Islam; (d) Kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan dalam Islam. 2) Membantu individu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pernikahan, antara lain sebagai berikut: (a) Membantu individu (konseli) memahami permasalahan yang sedang dihadapi; (b) Membantu individu (konseli) memahami kondisi dirinya dan keluarga serta lingkungan masyarakat; (c) Membantu individu dalam menetapkan pilihan upaya penyelesaian atau

(33)

pemecahan masalah yang sedang dihadapi sesuai dengan ajaran agama Islam. 3) Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan agar tetap baik, antara lain sebagai berikut: (a) Memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehidupan dalam berumah tangga yang awalnya telah memiliki permasalahan atau problem dan telah teratasi agar tidak timbul lagi menjadi permasalahan. (b) Mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan agar menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah.11

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa tujuan dari Kursus Pranikah adalah memberikan pemahaman, keterampilan, dan penumbuhan kesadaran tentang seputar permasalahan pernikahan dan permasalahan kehidupan rumah tangga dan keluarga bagi para calon pasangan suami istri.12

3. Materi Pendidikan Pranikah

Topik utama bimbingan ini terdiri dari 6 materi pokok, yaitu (1) merencanakan perkawinan menuju keluarga sakinah, (2) mengelola dinamika perkawinan dan keluarga, (3) memenuhi kebutuhan keluarga, (4) menjaga kesehatan reproduksi keluarga, (5) menyiapkan generasi yang berkualitas, dan (6) mengelola konflik dan membangun ketahanan keluarga. Enam materi pokok ini dilengkapi dengan dua materi penunjang yaitu perkenalan, harapan-kekhawatiran, kontrak belajar, di awal proses dan refleksi dan evaluasi di akhir proses.

Tiga materi pertama bimbingan, yaitu (1) merencanakan perkawinan menuju keluarga sakinah, (2) mengelola dinamika perkawinan dan keluarga, dan (3) memenuhi kebutuhan keluarga diampu oleh Tim Bimbingan dari KUA dan atau Kankemenag. Adapun tiga materi lainnya dapat diampu oleh narasumber mitra; materi Menjaga

11 Fithri Laela Sundani, “Layanan Bimbingan Pra Nikah Dalam Membentuk Kesiapan

Mental Calon Pengantin”, Jurnal Bimbingan, Peenyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, Vol. 6, No 2, 2018, h. 170.

12 Afrizal, “Implementasi Kursus Pra Nikah Dalam Mengurangi Angka Perceraian Di

(34)

Kesehatan reproduksi dapat diampu oleh narasumber dari Kementerian/ Dinas Kesehatan setempat, materi menyiapkan generasi yang berkualitas diampu oleh narasumber dari Kementerian/ Dinas Pendidikan setempat, dan materi mengelola konflik dan membangun ketahanan keluarga diampu oleh narasumber dari Kementerian/ Dinas/ Bagian/ Unit Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau kementerian/ lembaga terkait lainnya.13

4. Metode dan Strategi Pendidikan Pranikah

Metode yang digunakan dalam pendidikan pranikahyang tercantum dalam modul fasilitator adalah angin bertiup, curah pendapat, diskusi kelompok, presentasi, sungai kehidupan, ceramah dan tanya jawab, game, tugas kelompok, tugas pasangan, role-play (bermain peran), asupan narasumber, refleksi diri, menyusun rencana pemenuhan kebutuhan keluarga, diskusi pasangan, bermain bola, studi kasus, brain

storming, menggambar, mengisi kuesioner, mengisi angket.14

5. Narasumber Pendidikan Pranikah

Narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian yang dimaksud pada ayat (1). Adapun narasumber/ pengajar tersebut terdiri atas:

a. Konsultan Keluarga b. Tokoh Agama c. Psikolog d. Profesional dibidangnya 15 13

Alissa Qotrunnada Munawaroh, Dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI. bekerjasama dengan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2017).

14 Ibid.

15 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013

(35)

6. Sarana-Prasarana Pendidikan Pranikah

Sarana penyelenggara pendidikan pranikah meliputi sarana belajar mengajar: silabus, modul, dan bahan ajar lainnya yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Silabus dan modul disiapkan oleh kementerian agama untuk dijadikan acuan oleh penyelenggara kursus pranikah.16

7. Biaya Pendidikan Pranikah

Pembiayaan pendidikan pranikah sesuai ketentuan pasal 5 dapat bersumber dari dana APBN, dan APBD. Dana pemerintah berupa APBN atau APBD bisa diberikan kepada penyelenggara dalam bentuk bantuan, bantuan kepada badan/lembaga penyelenggara dapat dibenarkan sepanjang untuk peningkatan kesejahteraan dan pembinaan umat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, pemerintah dapat membantu badan/lembaga swasta dari dana APBN/APBD. Selain dari sumber dana tersebut dapat pula dari dana iuran peserta atau bantuan dari masya rakat yang halal dan tidak mengikat serta mem punyai komitmen kuat untuk mem bantu berpartisipasi dalam pembinaan keluarga.17

8. Sertifikasi

Sertifikat adalah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten yang telah diakreditasi oleh Kementerian Agama bahwa yang bersangkutan telah mengikuti kegiatan pendidikan pra nikah. Sertifikat disiapkan oleh organisasi lembaga, atau badan yang penyelenggaraan pendidikan pra nikah (pasal 6 ayat 1, 2, dan 3) Sertifikat tersebut diberikan kepada peserta kursus sebagai tanda kelulusan atau sebagai bukti yang bersangkutan telah mengikuti kursus pra nikah.

Calon pengantin yang telah mengikuti pendidikan pra nikah diberikan sertifikat sebagai tanda bukti kelulusan. Sertifikat tersebut akan menjadi syarat kelengkapan pencatatan perkawinan yaitu pada saat mendaftar di KUA Kecamatan, sekalipun dokumen sertifikat ini sifatnya

16 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor

DJ.II/542 Tahun 2013, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.

17 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013

(36)

tidak wajib tetapi sangat dianjurkan memilikinya, karena dengan memiliki sertifikat berarti pasangan pengantin sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang kerumahtanggaan dan berupaya mempersiapkan diri secara matang untuk mengarungi kehidupan baru rumah tangga yaitu dengan membekali dirinya pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk kerumahtanggaan, sehingga apapun goncangan yang mereka hadapi nantinya akan diantisipasi secara baik karena sudah dibekali rambu-rambunya.

Sertifikat dimaksud dikeluarkan oleh penyelenggara setelah peserta kursus dinyatakan lulus secara meyakinkan mengikuti kursus. Sertifikat yang dimaksud merupakan syarat pelengkap pencatatan perkawinan pada saat pendaftaran nikah di KUA Kecamatan. Bentuk sertifikat (model, warna, dan ukuran) diserahkan kepada Badan/Lembaga penyelenggara dengan berkewajiban mencantumkan nomor akreditasi badan/ kelembagaan yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama.18

Dengan adanya ketentuan ini, maka penyelenggaraan pendidikan pranikah dapat dilaksanakan oleh lembaga/badan di luar instansi pemerintah, dalam hal ini adalah KUA kecamatan, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh badan/lembaga swasta yang telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama berfungsi sebagai regulator, pembina dan pengawas. Penyelenggaraan kursus pranikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini dan memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk ikut serta mengurangi angka perceraian dan kekerasan dalam keluarga.19

C. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pendidikan

Dalam pelaksanaan pendidikan pranikah sudah pasti dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses agar membawa peserta didik sadar

18 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor

DJ.II/542 Tahun 2013, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.

19 Muhammad Luthfi Hakim, “Kursus Pra-Nikah: Konsep Implementasinya (Studi

Komparatif Antara BP4 KUA Kecamatan Pontianak Timur Dengan GKKB Jemaat Pontianak)”, Jurnal Al-„Adalah, Vol. XIII, No. 2, 2016, h. 144.

(37)

untuk terbentuknya kepribadian muslim. Dengan demikian pendidikan ada dua istilah yaitu pendidikan dalam arti sempit dan juga dalam artian luas. Dalam arti sempit pendidikan merupakan suatu proses untuk membawa peserta didik kepada arah dewasa. Sedangkan arti luas yaitu pendidikan yang diberikan sampai dapat mencapai tujuan hidupnya, sampai terbentuknya kepribadian yang muslim.20

Faktor penghambat dalam pendidikan adalah pengaruh pendidikan terhadap perkembangan jiwa seseorang. Pada umumnya pengaruh lingkungan sekitar (fisik maupun sosial) bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan terhadap individu. Lingkungan hanya memberikan kesempatan-kesempatan atau peluang seorang individu. Pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran, mempunyai tujuan, target,dan sasaran tertentu serta diberikan secara sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada.21

Adapun faktor yang menjadi hambatan dalam pendidikan pranikah di Kantor Urusan Agama yang dimana faktor-faktor tersebut saling berkesinambungan antara yang satu dengan yang lainnya, terdapat dua faktor penghambat dalam pendidikan pranikah yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal pendidikan tersebut meliputi Unsur-unsur sebagai berikut :

a. Unsur SDM berupa jumlah dan mutu guru, pelatih, instruktur dan semua orang yang berfungsi sebagai fasilitator pendidikan

b. Unsur mutu dan peran serta stake holders pendidikan (peserta didik, siswa, orang tua, peran serta masyarakat)

c. Unsur pendanaan/pembiayaan pendidikan yang memungkinkan semua program pendidikan di lembaga pendidikan/ sekolah dapat berlangsung.

20 Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1989), h 31.

21 Hengky Widhiandono, Pengaruh Faktor Internal, Faktor Eskternal, dan faktor

Pendidikan Terhadap Intensi Kewirausahaan Alumni Mahasiswa, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis & Call For Paper FEB UMSIDA 2016, h. 167-168

(38)

d. Unsur prasarana dan sarana (tanah, bangunan gedung, perpustakaan sekolah, laboratotium, pusat sumber belajar)

e. Unsur teknologi yang diterapkan dan deprogram serta dimiliki oleh lembaga pendidikan seperti: sarana computer, media pembelajaran, orientasi guru terhadap penerapan teknologi.

f. Unsur kurikulum/program pendidikan berikut seluruh agenda dan program pendidikan dan pembelajaran yang diberlakukan di lembaga pendidikan

g. Unsur lingkungan lembaga pendidikan baik lingkungan alam (gunung, bukit, lembah, pantai, pedalaman, hutan, persawahan, pertambakan, dsb)

h. Unsur reputasi dan prestasi lembaga pendidikan yang memicu dan mendorong semangat belajar para siswa dan masyarakat sekitarnya. i. Unsur waktu belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan rancangan

kurikulum dan agenda/program pembelajaran.

Faktor eksternal pendidikan juga sangat menentukan pencapaian mutu pendidikan yang meliputi faktor-faktor sebagi berikut:

a. Manfaat bagi stake holders pendidikan (peserta didik, orang tua, masyarakat, dunia usaha, pengguna lulusan pendidikan).

b. Manfaat bagi dunia kerja dan pasar kerja dalam memenuhi SDM yang siap pakai, kompeten, dan bermutu.

c. Manfaat bagi lembaga pendidikan sebagai bukti pencapaian reputasi yang positif selaku lembaga penghasil SDM yang bermutu.

d. Manfaat bagi daerah/wilayah dengan tersedianya SDM yang lebih terdidik.22

D. Pernikahan Dalam Islam 1. Pengertian Pernikahan

Nikah menurut Bahasa adalah berkumpul atau menyatukan. Diartikan juga sebagai akad atau hubungan badan. Disebut akad karena

22 Marus Suti, Strategi Peningkatan Mutu Di Daerah Otonomi Pendidikan, Jurnal

(39)

merupakan penyebab terjadinya kesepakatan. Sedangkan menurut istilah nikah adalah perikatan pihak perempuan dengan pihak laki-laki untuk melakukan kehidupan suami istri, hidup berumah tangga, melanjutkan ketururnan sesuai dengan ketentuan agama.23

Menurut undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.24

Agar pernikahan itu langgeng serta diwarnai oleh sakinah, agama menekankan sekian banyak hal, Faktor-faktor yang diperlukan dalam membentuk keluarga sakinah menurut M. Quraish shihab antara lain: a. Kesetaraan

Kesetaraan ini mencakup banyak aspek, seperti kesetaraan dalam kemanusiaan. Tidak ada perbedaan dari segi asal kejadian antara lelaki dan perempuan. Sekian kali kitab suci al-Qur‟an menegaskan bahwa

ba‟dhukum min ba‟dh (sebagian kamu dari sebagian yang lain). Ini

adalah satu istilah yang digunakan untuk menunjukan kesetaraan atau kebersamaan dan kemitraan sekaligus menunjukan bahwa lelaki sendiri atau suami sendiri, belumlah sempurna ia baru sebagian demikian juga perempuan, sebelum menyatu dengan pasangannya juga baru sebagian. Mereka baru sempurna bila menyatu dan bekerja sama. b. Musyawarah

Jika islam bertujuan membangun masyarakat yang kuat dan rekat, disini keluarga memiliki peran besar dalam mewujudkan tujuan ini karena secara teknis keluarga membentuk dan mengembangkan hubungan sosial baru melalui garis nasab pernikahan. Manusia hidup dalam masyarakat ia akan terikat kepada norma-norma yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini maka perkawinan merupakan

23 Sudarto, Buku Masailu Fiqhiyah Al-Haditsah, (Yogyakarta, Cv Budi Utama), h. 27.

(40)

suatu hal yang erat kaitannya dengan hal- hal tersebut diatas dengan perkawinan, hubungan suami istri diharapkan akan dapat dipenuhi secara optimal.

c. Kesadaran Akan Kebutuhan pasangan

Di tengah kelapangan iklim keluarga, masing-masing pasangan suami istri bisa menemukan rasa kasih, cinta, sayang dan simpati yang tidak akan bisa mereka cicipi di tempat lain. Ketenangan jiwa dan kasih sayang yang dirasakan manusia terhadap pasangannya merupakan salah satu tuntutan psikologis yang tidak pernah lepas dari setiap diri manusia dan tidak ditemukan selain dalam institusi pernikahan. Ini merupakan jenis ketenangan yang berbeda dengan ketenangan lain. Ketenangan ini adalah ketenangan ruh pasangannya, sehingga seolah-olah ruh keduanya menyatu dan hati mereka pun berpadu menjadi satu ruh dan satu hati.25

2. Tujuan Pernikahan

Perkawinan/ pernikahan adalah tujuan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi.26 Perkawinan tidak semata-mata dimaksudkan untuk menunaikan hasrat biologis. Oleh karena itu, Allah SWT. Menyediakan tempat yang legal untuk keterselenggaraannya penyaluran tersebut yang sesuai dengan derajat kemanusiaan.27 Adapun yang dimaksud dengan tujuan perkawinan, yaitu:

a. Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri harus saling membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materi.

25 Sudarto, loc cit., h, 48-49.

26 Tihami dan Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Pt

RajaGrafindo Persada, 2009), h. 15.

27 Mahmudin Bunyamin dan Agus Hermanto, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Cv

Gambar

Tabel 3.2  Kisi-Kisi Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

Memberi informasi pada masyarakat dan pasangan yang sudah menikah mengenai faktor dukungan sosial khususnya dukungan dari keluarga yang mempengaruhi keberhasilan penyesuaian dalam

[r]

Dari kajian yang dilakukan terhadap hasil analisis data melalui kuesioner, wawancara, observasi dan kajian oleh pakar pendidikan anak usia dini (Tabel 6), diperoleh gambaran

Dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, perubahan kondisi lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal secara

Mahasiswa memiliki ketrampilan belajar sehingga dapat menjelaskan konsep- konsep matriks dan operasinya serta penerapannya. Mahasiswa dapat memodelkan masalah-masalah nyata ke

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembaran pengamatan. Pengamatan yang dilakukan berupa interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa,. siswa dengan guru dan

Pelaku usaha harus mengikuti prosedur sertifikasi halal setiap proses sertifikasi dijalankan tim auditor dengan melakukan fungsi pengawasan diantaranya:

Sasaran dari Landasan Teori dan Program Showroom dan Workshop Mobil Bukit Semarang Baru Kota Semarang ini adalah tersusunnya Landasan Teori dan Program proyek yang memuat