• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendirian dan Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Negara

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN USAHA

B. Pendirian dan Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Negara

Pendirian, pengawasan, serta pembubaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 baik itu yang berbentuk Perum maupun Persero. Dalam PP ini yang dimaksud dengan pendirian

adalah pembentukan Persero atau Perum yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dalam pasal 4 disebutkan bahwa pendiran BUMN meliputi:

a. pembentukan Perum atau Persero baru;

b. perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN;

c. perubahan bentuk badan hukum BUMN; atau

d. pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum

Dalam pasal 5 disebutkan bahwa pendirian BUMN ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah dan di dalamnya,sekurang-kurangnya memuat:

a. Penetapan pendirian BUMN;

b. Maksud dan tujuan pendirian BUMN; dan

c. Penetapan besarnya penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam rangka pendirian BUMN.

Pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi pemerintah menjadi BUMN, maka dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimuat ketentuan bahwa seluruh atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan

Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan BUMN mempunyai tempat kedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar. Pendirian BUMN dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara penyertaan modal dalam dalam rangka pendirian BUMN.

BUMN yang berbentuk Perum, pendiriannya diatur dalam PP Nomor 13 Tahun 1998. Dalam pasal 7 PP tersebut disebutkan Perum adalah badan usaha milik Negara yang didirikan dengan peraturan pemerintah. PP tentang pendirian Perum sekaligus menetapkan keputusan untuk melakukan penyertaan modal Negara ke dalam Perum. Dengan ketentuan ini Perum memperoleh status badan hukum setelah PP pendirian Perum berlaku. PP tersebut sekurang-kurangnya memuat penetapan pendirian Perum, penetapan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan untuk penyertaan ke dalam modal Perum, anggaran dasar Perum, penunjukan Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah dan pendelegasian wewenang Menteri Keuangan kepada Menteri BUMN dalam pelaksanaan pembinaan sehari-hari Perum.24

Dalam penjelasan pasal 8 tersebut menyatakan bahwa pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan modal dalam Perum dapat berupa uang tunai atau bentuk lain dan disebutkan jumlah atau nilai nominalnya. Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan modal suatu Perum dapat dilakukan untuk pendirian suatu Perum, penambahan kapasitas suatu Perum, dan restrukturisasi permodalan Perum. Seperti telah disebutkan bahwa pendirian Perum dilakukan

24

dengan Peraturan Pemerintah. Dalam PP tersebut dicantumkan juga anggaran dasar Perum. Menurut ketentuan Pasal 10, anggaran dasar Perum memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan Perum;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perum; c. Jangka waktu berdirinya Perum;

d. Susunan dan jumlah anggota Direksi dan jumlah anggota Dewan Komisaris/Pengawas;

e. Penetapan tata cara penyelenggaraan rapat Direksi,rapat Dewan Komisaris/Pengawas,rapat Direksi dan/atau Dewan Komisaris dengan Menteri Keuangan dan Menteri;

Untuk penulisan nama Perum didahului dengan perkataan “Perusahaan Umum” atau dapat disingkat “Perum” dicantumkan sebelum nama perusahaan.

BUMN yang berbentuk Persero diatur dalam PP Nomor 12 Tahun 1998 jo PP Nomor 45 Tahun 2001 juga dalam hal-hal tertentu berlaku pula UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PT termasuk dalam hal pendirian suatu Persero berlakulah UU PT. Setiap penyertaan modal Negara ke dalam modal saham perseroan terbatas ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yang memuat maksud penyertaan dan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut. Penetapan dengan PP dilakukan karena modal dalam Perseroan Terbatas adalah kekayaan Negara. Jadi, PP tersebut bukan mengesahkan berdirinya perseroan terbatas, melainkan mengesahkan penyertaan modal Negara

dalam perseroan terbatas. Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan penyertaan Negara dalam modal perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung Negara ke dalam modal perseroan terbatas.

Terhadap Persero, seperti yang telah disebutkan diatas maka, berlakulah prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007. Ini berarti dalam hal pendirian Persero, Menteri Keuangan bertindak mewakili Negara, atau dapat memberi kuasa kepada Menteri lain yang sesuai dengan sektor usaha Persero untuk menghadap notaris sebagai pendiri mewakili Negara.Namun, sebelum menghadap notaris, rancangan anggaran dasar Persero yang akan dituangkan dalam akta pendirian harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari Menteri Keuangan.

Jadi, apabila Negara menyertakan modal dalam pendirian Persero, maka tindakan tersebut dapat diurutkan sebagai berikut:

a. Penyertaan modal dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah;

b. Menteri Keuangan menyetujui anggaran dasar;

c. Menteri Keungan/Menteri lain yang diberi kuasa membawa rancangan anggaran dasar Persero menghadap notaris untuk dibuatkan akta pendiriannya;

d. Dan seterusnya berlaku prosedur menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

Menteri Keuangan menyelenggarakan penatausahaan setiap penyertaan modal Negara berikut perubahannya ke dalam modal saham perseroan terbatas dan penyertaan-penyertaan-penyertaan yang dilakukan oleh Persero. Pelaksanaan sehari-hari kegiatan penatausahaan tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Penatausahaan dalam hal ini adalah pencatatan dalam rangka pengadministrasian untuk mengetahui posisi keuangan Negara dalam BUMN.

Dalam pendiriannya penulisan nama Persero dilakukan sebagai berikut:

a. Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara lengkap, maka didahului dengan perkataan ”Perusahaan Perseroan (Persero)” dan diikuti dengan nama perusahaan;

b. Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara singkat, maka kata”(Persero)” dicantumkan setelah singkatan ”PT” dan nama perusahaan:

Dengan demikian, bahwa BUMN didirikan dengan tujuan untuk melayani masyarakat guna untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Disamping itu juga dengan pertimbangan bahwa persaingan dunia usaha yang semakin tajam, sehingga perlu diambil langkah meningkatkan efisiensi, daya saing perusahaan (persero) maka, pengaturan BUMN juga diperlukan secara serius agar mempunyai landasan hukum yang pasti. Oleh pembuat UU pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan Pengganti UU Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk usaha Negara jo UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.

Persero didirikan oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat baik di pasar dalam negeri maupun internasional dan memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum didirikan oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang/jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Dengan demikian, BUMN adalah badan usaha yang didirikan secara khusus oleh pemerintah untuk menjalankan misi tertentu demi kepentingan masyarakat.

Kemudian, dengan keluarnya UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN disebutkan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaam Negara pada khususnya;

2. Mengejar keuntungan;

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat;

Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.

Dokumen terkait