• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendorong Manajemen Perubahan Pendidikan Tinggi Islam Belum Mampu Menghantarkan Perguruan Tinggi Menjadi World Class University

F. Uji Keterpercayaan Data (trusthworthiness)

1. Faktor Pendorong Manajemen Perubahan Pendidikan Tinggi Islam Belum Mampu Menghantarkan Perguruan Tinggi Menjadi World Class University

a. Faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Secara Global

Di antara beberapa faktor pendorong terjadinya perubaahan secara global yaitu; pertama, 1) Globalisasi dan Revolusi Industri; 2) Perubahan Pasar (Market Change); 3) Kompetisi Global (Global Competition); 4) Kebijakan (Policy); dan 5) Pesan Normatif Agama.

Untuk memahami normasi beragama sebagai bagian faktor pendorong perubahan, perlu peneliti dudukkan terlebih dahulu perubahan dalam penilaian Islam.

Dalam Islam konsep perubahan atau transformasi sosial (taghyîr ijtimâ’î atau al-taghyîr, social change) diidentifikasi telah diisyaratkan secara eksplisit dan diformulasikan dengan gamblang dalam Al-Qur‟an berdasarkan firman Allah S.W.T.

dalam Q.S. Al-Ra'd (13): 11 berikut88:

85 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 330.

86 Djam’an Satori dan AAn Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.

170.

87 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung : Alfabeta, 2015), hal. 439.

88 Rahendra Maya, Perspektif Qur’an Tentang Perubahan Sosial: Analisis Penafsiran Term Al-Taghyîr, Al-Ibtilâ‘, Al-Tamhîsh, Dan Al-Tamkîn, al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Vol. 3, No. 1, 2018, hal. 48.

xxxvi

…..



















































Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS al-Ra'd: 11)

Perubahan dapat dipahami berasal dari kata dasar “rubah” yang artinya hal keadaan berubah; peralihan; pertukaran sosial perubahan dan berbagai lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial masyarakat termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, pola, perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.89 Untuk menunjukkan makna perubahan, Al-Quran menggunakan term ghayyara-yughayyiru taghyyiran yang bermakna merubah mengganti, dan menukar.90 Ibnu Faris mengartikan kata ini dengan dua makna yakni pertama, shalāhun (perbaikan), Islhāh (reformasi), manfaat (kegunaan); kedua, adalah perbedaan antara dua hal (ikhtilāf ala syayaini).91

Berdasarkan argumentasi analisis tersebut, dapat dipahami keniscayaan terjadinya perubahan sosial atau transformasi sosial (al-taghyîr) dalam kehidupan (sunnah Allah alkauniyyah), antara lain melalui tigaproses atau pola transformasinya yang meliputi proses pengujian dan seleksi ibtilâ‘), pemilahan dan pemilihan (al-tamhîsh), serta proses peneguhan dan penganugerahan kejayaan (al-tamkîn).92 Ketiganya memiliki peran berproses sebagai bagian dari tahapan perubahan agar tercapainya tujuan perubahan yang diiinginkan yaitu; menghasilkan perubahan yang berkualitas.

Munculnya motivasi individu atau kelompok terhadap pentingnya perubahan karena Islam sebagai agama terakhir memiliki relevansi sepanjang zaman dan setiap tempat yang mengalami perubahan. Agaknya, dapat dipahami jika ajaran Islam mampu ditempatkan dalam berbagai kondisi sesuai dengan perkembangan sosial dan masa. Selain itu, motivasi perubahan sudah menjadi doktrin keberagamaan kita (Islam) agar jangan berhenti dalam satu pencapaian karena masih banyak capaian lain yang meski kita gapai.

Penafsiran terhadap ajaran-ajaran dasar dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam al-Quran dimaksudkan agar umat Islam bisa menata kehidupannya di tengah-tengah perubahan yang sedang dan akan terjadi. Sebab, jika ajaran Islam tidak bisa ditafsirkan dan dikembangkan, sementara di sisi lain perubahan dan perkembangan dalam masyarakat terus terjadi, maka akan terjadi kesenjangan antara ajaran Islam dan kondisi modernitas dan globalisasi. Dengan kata lain, motivasi perubahan dalam semua aspek kehidupan dapat muncul akibat pemahaman dan penghayatan

89 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. II (Cet. IX; Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 1094.

90 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Lengkap (Cet. XIV: Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 1101.

91 Ahmad ibn Fāris ibn Zakariyā, Mu‘jam al-Maqāyis fī al-Lugah, Juz IV, (Cet.I; Beirut: Dār al-Fikr, 1994), hal. 403..

92 Rahendra Maya, Perspektif Qur’an Tentang Perubahan Sosial: Analisis Penafsiran Term Al-Taghyîr, Al-Ibtilâ‘, Al-Tamhîsh, Dan Al-Tamkîn, al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Vol. 3, No. 1, 2018, hal. 50.

xxxvii nilai Al-Qur'an dan Sunnah yang baik serta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri dengan hukum-hukum sejarah. Konsekuensi logis normatif agama itulah, peneliti tertarik mengikutsertakan fungsi nilai normasi beragama menjadi bagian yang terbuka dapat mempengaruhi terjadinya perubahan baik dalam sektor individu maupun kelompok.

Dari pemaparan di atas, maka faktor yang mempengaruhi perubahan (change forced) secara umum dalam penelitian ini dapat peneliti rangkum sebagaimana gambar berikut:

Gambar 9: Faktor Pendorong Perubahan Secara Global b. Faktor Pendorong UIN Sultan Syarif Kasim Riau Melakukan Perubahan

Secara ringkas faktor-faktor pendorong perubahan UIN Suska Riau baik yang muncul dari sisi internal maupun eksternal bisa peneliti rangkum sebagai berikut;

Pertama faktor pendorong internal muncul dari beberapa hal yaitu; a) Penurunan Popularitas Kelembagaan IAIN; b) Kesadaran Berubah; c) Pertumbuhan Organisasi;

d) Membangun Identitas Baru & Pemimpin Baru; dan e) Leadership Decision. Kedua, faktor eksternal dapat muncul dari beberapa faktor yaitu; a) Mengikuti Trend Perubahan; b) Keharusan melakukan perubahan; c) Perubahan Pasar (Market Changes); d) Kompetisi Global; dan e) Wider Mandate.

Dari pemaparan data yang telah peneliti tampilkan di atas, tampak jelas bahwa orientasi faktor pendorong terjadinya perubahan tidak dipengaruhi adanya keinginan secara khusus untuk menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam yang berorintasi pada WCU. World Class University pada UIN Suska Riau baru muncul beberapa tahun setelah perubahan lembaga ini berjalan secara dinamis dengan melihat peluang dan tantangan masa depan. Manajemen perubahan tidak disiapkan dalam rangka mencapai satu tujuan sementara WCU, justru manajemen perubahan dalam proses ini dipersiapkan dalam mengantisipasi sumber utama arus perubahan yaitu kompetisi global. Sehingga ketidaktercapaian manajemen perubahan dalam menjadikan WCU PTKIN di Indonesia bukan sebuah kegagalan, akan tetapi WCU hanya sebagai perantara band dalam pengembangan kelembagaan yang lebih baik lagi.

c. Faktor Pendorong UIN Sunan Gunung Djati Bandung Melakukan Perubahan Secara ringkas faktor-faktor pendorong perubahan UIN SGD Bandung baik yang muncul dari dorongan internal maupun eksternal bisa peneliti ringkas sebagai berikut: Pertama faktor internal terdiri dari; a) Penurunan Popularitas IAIN/STAIN ; b) Citra Negatif Historis "IAIN"; dan c) Dikotomi Ilmu. Sementara yang kedua, yaitu faktor eksternal terdiri dari; a) Globalisasi dan Modernisasi; b) Islamisasi Sains; dan c) Wider Mandate.

Dari pemaparan faktor pendorong perubahan UIN SGD Bandung di atas, tidak ada satu faktor sekalipun yang menunjukkan secara khusus orientasi perubahan karena World Class University (WCU). Itu artinya sebetulnya manajemen perubahan yang tampil dalam proses perubahan lembaga UIN SGD Bandung dalam rangka melakukan pengembangan dan perbaikan kelembagaan berbagai faktor yang lebih

GLOBALIZATION & R. 4.0 POLICY

MARCET CHANGE GLOBAL COMPETITION

RELIGION NORMATIF

Driving Forced of

Change

xxxviii substansial dan lebih luas serta bukan hanya satu tujuan sementara. Sehingga ketidakberhasilan dalam mencapai WCU di UIN SGD Bandung bukan menjadi ketidakberhasilan dalam mencapai WCU. Justru orintasi perubahan lembaga ini memiliki visi yang lebih luas yaitu; beradaptasi pada sumber perubahan utama membangun lembaga pendidikan Islam yang lebih kompetitif.

Gambaran singkat matrik faktor pendorong perubahan UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah sebagai berikut:

Tabel 5: Faktor perubahan UIN Suska Riau dan UIN SGD Bandung MATRIK FAKTOR PERUBAHAN UIN RIAU DAN UIN BANDUNG

UIN RIAU UIN BANDUNG

Internal Eksternal Internal Eksternal

Penurunan popularitas kelembagaan IAIN

Mengikuti tren perubahan

Penuruan popularitas IAIN/STAIN

Globalisasi &

modernisasi Kesadaran untuk

berubah (awareness to

change)

Keharusan (necessity) melakaukan

perubahan

Citra negatif histori

"IAIN"

Islamisasi sains

Pertumbuhan organisasi

Perubahn pasar (market change)

Dikotomi ilmu Wider mandate

Membangun identitas baru &

kehadiran pimpinan baru

Kompetisi global (global competition)

Keputusan pimpinan

Wider mandate

Pesan normatif Al-Qur'an

Dari semua faktor pendorong yang telah peneliti paparkan baik dari UIN Suska Riau maupun UIN SGD Bandung hakikatnya memiliki peranan penting dalam proses perubahan kedua lembaga tersebut. Besarannya pengaruh baik dari faktor pendorong internal maupun eksternal tentu tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Secara umum, berbagai faktor yang telah peneliti tampilkan memberikan kontribusi dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung sesuai dengan situasi dan isu pada saat kedua lembaga tersebut akan melakukan konversi.

Namun demikian, ada satu faktor dorongan yang lahir dari etika beragama seseorang yang dapat mempengaruhi terjadinya proses perubahan. Dalam penelitian ini, peneliti sebut sebagai pesan normatif agama (religion normation).

Pesan normatif agama dalam proses perubahan kedua lembaga pendidikan Islam baik UIN Suska Riau maupun UIN SGD Bandung ikut berperan penting dalam meletakkan landasan teologis perlunya perubahan. Hal tersebut nampak dari konsep STATUTA kedua lembaga tersebut yang memasukkan sumber ayat-ayat Al-Qur'an dalam merumuskan baik visi maupun misi dalam orientasi pengembangan kelembagaan Islam. Selain ayat dalam Al-Qur'an yang telah peneliti cantumkan di atas tadi, yaitu al-Ra'd ayat 11 bagaimana peran penting perubahan dalam kehidupan manuasia, landasan teologis formal yang ikut serta menginspirasi kebutuhan perubahan UIN Suska Riau yaitu dalam QS. Fushilat ayat 53. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:

xxxix









































Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fushilat: 53)

Sementara itu, UIN SGD Bandung menjadikan QS. al-Imran ayat 190-191 sebagai landasan teologis kelembagaannya. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:





































































Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka (QS. Ali-Imran: 190-191)

Ayat di atas menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan bagaimana proses perubahan terinspirasi dari nilai-nilai normatif keagamaan Islam dan sekaligus mendorong perlunya perubahan dalam kelembagaan pendidikan Islam. Dalam konteks ini, jelas pemahamaan keagamaan yang baik dari seseorang akan membawa setiap langkah kehidupan berpijak pada sumber utama ajatran Islam.

Jelas, keyakinan bahwa Al-Qur'an memiliki relevansi sepanjang masa yang mesti diijtihadi menjadi bagian penting bagi tokoh perubahan Lembaga Pendidikan Tinggi Islam khususnya di UIN Suska Riau dan UIN SGD Bandung menghantarkan perubahan yang tidak kering dari nilai-nilai agama. Akhirnya, nilai-nilai normatif agama (religion normation) inilah yang membedakan dengan faktor dorongan perubahan lain dari Barat (Sekuler) yang tidak banyak dijadikan pijakan utama dalam menghadapi perubahan.

Dari hasil penjabaran analisis faktor pendorong perubahan UIN Suska Riau dan UIN SGD Bandung dapat disimpulkan bahwa faktor yang menjadikan manajemen perubahan pendidikan tinggi Islam belum mampu menghasilkan World Class University adalah: 1) Secara reputasi dan perangkingan UIN Suska Riau dan UIN Bandung masih memiliki reputasi yang rendah secara global, meskipun dalam aspek tertentu (PTKI) keduanya memiliki keunggulan; 2) Baik UIN Riau dan UIN Bandung belum memiliki pengembangan WCU secara jelas dan terukur; 3) Orientasi dorongan menjadi WCU masih dalam tatanan self declaration dan belum didukung oleh kelayakan pencapaian WCU; 4) WCU adalah media (washilah) pengembangan kelembagaan pendidikan Islam, dan bukan tujuan utama (ghoyyah); dan 5) Tidak ada satu dorongan sekalipun yang mengkhususkan terjadinya proses perubahan

xl karena kebutuhan World Class University. Dorongan perubahan lebih diakibatkan faktor dorongan sumber utama perubahan yang mengharuskan lembaga pendidikan Tinggi Islam harus mampu melakukan perubahan dalam upaya bertahan (survive) dalam dinamika perubahan yang terus terjadi.

2. Manajemen Perubahan UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan UIN Sunan Gunung