• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung Pelaksanaan Keterampilan Menjahit a.Alat Praktek yang cukup mendukung a.Alat Praktek yang cukup mendukung

ANALISIS TENTANG HASIL PENELITIAN DI KOPERASI WANITA WIRA USAHA BINA SEJAHTERA

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit di Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera

1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Keterampilan Menjahit a.Alat Praktek yang cukup mendukung a.Alat Praktek yang cukup mendukung

Alat praktek atau unit mesin di Koperasi Wanita Wira Usaha Bina sejahtera ini cukup banyak sehingga memungkinkan para peserta bisa mengikuti pelatihan keterampilan dengan baik. Hampir setiap peserta menggunakan satu mesin dalam sekali praktek pelatihan keterampilan. Dan inilah faktor pendukung yang sangat menunjang guna terlaksananya kegiatan praktek keterampilan menjahit, sesuai dengan hasil wawancara Ibu Ida: “Disini mesin untuk jaitnya sudah banyak satu orang satu msesin jait”79

. b. Metode yang berfariasi

Para peserta tidak akan merasa jenuh dengan materi yang diberikan. Dalam pelatihan keterampilan menjahit peserta mendapatkan berbagai macam model kerajinan. Hal ini sangat memotifasi peserta agar lebihgiat lagi, sekaligus menjadi acuan untuk membangun imajinasi siswa terhadap hal-hal baru yang mungkin belum mereka dapatkan.

79

c. Bersertifikat

Pelaksanaan program keterampilan menjahit ini bersertifikat non formal, namun diakhir pelatihan peserta diberikan kelulusan yang bisa dipergunakan, misalnya bial peserta ingin melamar pekerjaan. Diharapkan peserta mampu menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari keterampilan menjahit. Dan dari sertifikat ini memudahkan peserta pelatihan keterampilan menjahit dalam mencari pekerjaan misalnya perusahaan Garment. Di Indonesia terdapat begitu banyak pabrik Garment yang merupakan perusahaan yang banyak menarik buruh wanita untuk dipekerjakan.upah yang ditawarkan pun setara dengan UMR Nasional, dan inilah faktor pendukung dari luar (Eksternal) untuk keterampilan menjahit. 2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Keterampilan Menjahit

a. Tidak adanya montir mesin

Ketika mesin rusak maka kegiatan pemberian keterampilan akan terhambat. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi para peserta, karena mereka tidak bisa menggunakan mesin apalagi jika mesin rusak lebih dari satu semakin menambah buruk keadaan. Maka keberadaan montir ini sangat diperlukan ketika mesin rusak, supaya kegiatan belajar menjahit tetap berjalan.

b. Kerjasama dengan pihak lain

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Rita Koperasi ini tidak bekerja sama dengan pihak lain: “Koperasi ini mah jalan sendiri ngga da

kerjasama dengan orang sendiri ja”80

Koperasi ini tidak bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan keterampilan menjahit, seandainya Koperasi ini bekerjasama dengan Investor asing untuk membuka usaha, pasti akan menjadikan lapangan pekerjaan bagi peserta keterampilan menjahit. Setidaknya peserta bisa magang diperusahaan tersebut dan akan menjadi pertimbangan perusahaan ketika peserta di anggap layak untuk dipekejakan.

c. Tidak adanya Tempat untuk Pelatihan Keterampilan Menjahit

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera ini berada di naungan Masjid Baiiturrahim Bulaktimur-Depok, Masjid ini hanya perantara karena pelatihan keterampilan menjahit ini berdiri dari komunitas Ibu-ibu pengajian yang diketuai oleh Ibu Marnih, beliau adalah ketua pengajian sekaligus ketua Koperasi tersebut. Tempat pelatihan dilaksanakan dirumah Ibu Marnih, hal inilah yang menjadi penghambat karena belum adanya tempat khusus atau aula dalam pelaksanaan pelatihan menjahit.

d. Kurang Motivasi dari Keluarga

Ada beberapa peserta yang mengikuti pelatihan keterampilan menjahit diperintahkan pulang baik dari anak maupun suaminya. Mungkin keluarga atau suaminya tidak paham dengan tujuan pemberian keterampilan

80

menjahit ini. Hal tersebutlah yang menjadi penghambat para peserta dalam pelatihan keterampilan menjahit.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab terdahulu, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Program yang dilakukan di Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera dalam pemberian pelatihan keterampilan menjahit adalah upaya pemberdayaan perempuan dalam mengembangkan potensi sehingga dapat meningkatkan perekonomian keluarga dan diharapkan dari hasil pelatihan keterampilan menjahit ini bisa menjadi modal untuk mereka agar dapat membuka usaha sendiri sehingga para perempuan bisa memberdayakan diri sendiri juga dapat membantu perekonomian keluarganya. Dalam pelatihan keterampilan menjahit ini bukan hanya pengetahuan tentang menjahit saja yang mereka dapatkan, akan tetapi juga dapat mempererat ukhuah Islamiyah dari segi silaturahmi. Instruktur pelatihan keterampilan menjahit ini pun sangat berpengalaman bahkan sudah mempunyai usaha konveksi sendiri dan juga toko pakaian dia membantu para peserta pelatihan menjahit dalam memberikan pengetahuannya tentang keterampilan menjahit. Peserta pelatihan keterampilan menjahit ini memang tidak terlalu banyak yaitu hanya 10 orang saja, karena pelatihan keterampilan menjahit ini hanya di komunitas Ibu-ibu pengajian saja dan juga beberapa ibu-ibu diluar pengajian yang mengikuti program pelatihan keterampilan menjahit

ini. Pelatihan dilaksanakan selama 3 bulan, tiap minggunya hanya 2 hari dalam satu minggu yaitu hari senin dan kamis. Pelatihan ini dilaksanakan hanya 2jam mulai dari jam 09.00-11.00WIB.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan program keterampilan menjahit terbagi dalam dua komponen, ada yang berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Diantaranya adalah:

a. Faktor pendukung pelaksanaan keterampilan menjahit alat praktek yang cukup mendukung seperti alat praktek atau unit mesin sehingga memungkinkan para peserta bisa mengikuti pelatihan keterampilan dengan baik, metode yang berfariasi dengan begitu para peserta tidak akan merasa jenuh dengan materi yang diberikan dan bersertifikat non formal, namun diakhir pelatihan peserta diberikan kelulusan yang bisa dipergunakan, misalnya bila peserta ingin melamar pekerjaan.

b. Faktor penghambat pelaksanaan keterampilan menjahit seperti tidak adanya montir mesin sehingga jika mesin mengalami kerusakan maka harus mencari tempat servis mesin sendiri, tidak adanya kerjasama dengan pihak lain dan tidak adanya tempat untuk pelatihan keterampilan menjahit serta kurang motivasi dari keluarga beberapa peserta yang mengikuti pelatihan keterampilan menjahit Ketika mesin rusak maka kegiatan pemberian keterampilan akan terhambat.

B. Saran

Dari hasil analisa yang penulis lakukan mengenai upaya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera melalui program keterampilan menjahit, ada beberapa saran-saran dari penulis diantaranya:

1. Program Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera harus lebih melebarkan sayapnya ke daerah lain yang sama-sama membutuhkan bantuan-bantuan dalam rangka pengembangan ekonomi.

2. Keluarga atau masyarakat hendaknya memberikan motivasi dan dukungan kepada program keterampilan ini karena program keterampilan menjahit ini mampu mengembangkan ekonomi mereka.

3. Hendaknya Pemerintahan Dewan Kelurahan maupun Pemerintahan Desa baik tingkat RW,RT dapat membantu memfasilitasi tempat untuk pelatihan keterampilan menjahit.

4. Dalam merancang materi pelatihan keterampilan hendaknya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera melakukan analisis gender terlebih dahulu agar bisa memahami permasalahan sebenarnya yang dialami perempuan, memahami kebutuhan perempuan, dan tindakan yang tepat dan

perlu dilakukan dalam membantu perempuan menghadapi

permasalahannya. Misalnya saja, dengan melibatkan perempuan (dalam hal ini perempuan/ ibu-ibu peserta pelatihan) pada saat penyusunan program, sehingga kopwan bisa lebih memahami kebutuhan pelatihan apa yang dibutuhkan perempuan. Kemudian dalam masalah jadwal pelatihan, hendaknya kopwan juga mempertimbangkan aspek peran perempuan

sebagai ibu rumah tangga. Misalnya pelatihan diberikan pada hari-hari libur, atau pada waktu ibu-ibu telah selesai melakukan perannnya mengurus rumah, suami, dan anak. Hal ini penting agar program tersebut dapat berkembang efektif dan berkelanjutan.

5. Kegiatan pelatihan keterampilan harus lebih disosialisasikan karena sesungguhnya program ini menarik dan strategis untuk bisa meningkatkan kapasitas dan kemandirian perempuan dalam ekonomi.

Dokumen terkait