• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : UPAYA PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

C. Penegakan hukum administrasi negara kaitannya dengan

budidaya seluas 1.967.720 hektar.121

Secara nasional kebijakan pembangunan bidang kehutanan telah dituangkan dalam lima kebijakan prioritas bidang kehutanan sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No.SK 456/Menhut-VII/2004 tanggal 29 November 2004 yaitu pemberantasan pencurian kayu di hutan Negara dan perdagangan kayu illegal, revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan, pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan serta pemantapan kawasan hutan.

Khusus sektor kehutanan kebijakan itu katanya harus dipercepat untuk meningkatkan kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, potensi sumber daya hutan sangat menjanjikan kemakmuran tapi kontradiktif dengan kondisi masyarat. Hal ini dapat diatasi dengan membangun hutan tanaman baru dengan pola 60 persen hutan tanaman rakyat dan 40 persen Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman. Mendukung kebijakan pembangunan kehutanan nasional itu dengan sasaran antara lain, terselesaikannya tata batas kawasan hutan baik luar maupun batas fungsi berkurangnya jumlah konflik pemanfaatan lahan kawasan hutan, menurunnya perambahan dan kebakaran hutan, bertambahnya luas hutan rakyat dan hutan tanaman unggulan untuk kesejahteraan, serta terselenggaranya desentralisasi yang mendorong pengelolaan hutan yang efisien dan lestari.122

C. Penegakan hukum administrasi negara kaitannya dengan Pengelolaan Hutan

121

diakses tanggal 6 Maret 2015

122

http://bolmerhutasoit.wordpress.com/2011/02/27/keadaan-hutan-sumatera-utara/ diakses tanggal 27 Oktober 2014

Untuk mengatasi penebangan hutan dan sekaligus juga perambahan hutan, kiranya pemerintah perlu melakukan restrukturisasi atas kelembagaan ini sebagaimana yang diamanatkan dalam program ketiga Departemen Kehutanan yaitu: restrukturisasi kelembagaan sektor kehutanan, dengan cara antara lain perlu dibentuk unit-unit pengelolaan hutan untuk setiap unit kawasan hutan di bawah satuan kerja yang telah ada dengan fasilitas yang memadai. Perlu mendudukkan fungsi Dinas Kehutanan di provinsi Sumatera Utara sebagai regulator di samping fungsinya sebagai koordinator lembaga/instansi kehutanan yang ada di provinsi/ kabupaten/kota; sehingga jelas tugas/fungsinya sebagai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas umum pemerintahan (melaksanakan kebijakan publik). Selain itu, perlu mengembalikan fungsi Perhutani ke dalam fungsi BUMN murni yang diberi tugas mencari/ mendapatkan keuntungan finansial bagi perusahaan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan kehutanan dalam arti luas.123

Mewujudkan supremasi hukum melalui upaya penegakan hukum serta konsisten akan memberikan landasan kuat bagi terselenggaranya pembangunan, baik dibidang ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan. Namun dalam kenyataan untuk mewujudkan supremasi hukum tersebut masih memerlukan proses dan waktu agar supremasi hukum dapat benar-benar memberikan implikasi yang menyeluruh terhadap perbaikan pembangunan nasional.

Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah daerah secara konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangkan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalan penegakan

123

diakses tanggal 27 Oktober 2014

hukum lingkungan. Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata pamungkas. Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan telah menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut, namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat yang menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam bentuk musyawarah / perdamaian / negoisasi / mediasi, namun upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup.

Pada dasarnya setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan perubahan yang bersifat positif ataupun negatif. Untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup, maka perlu diusahakan peningkatan dampak positif dan mengurangi dampak negatif. Kewenangan pemerintah untuk mengatur merupakan suatu hal yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Dari sisi Hukum Administrasi Negara, kewenangan ini di sebut dengan kewenagan atribusi, yaitu kewenangan yang melekat pada badan-badan pemerintah yang diperoleh dari Udang-Undang. Dengan demikian, badan-badan pemerintah yang berwenang memiliki legitimasi (kewenangan bertindak dalam pengertian politik) untuk menjalankan kewenangan hukumnya. Karena masalah legitimasi adalah persoalan kewenangan yaitu kewenangan menerapkan sanksi seperti pengawasan dan pemberian sanksi yang merupakan suatu tugas pemerintah seperti yang diamanatkan oleh undang-undang.

dalam penegakan hukum lingkungan, diantaranya Bestuursdwang. Bestuursdwang (paksaan pemerintahan) diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari pengusaha guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin pembayaran, subsidi). Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu perlu didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini tidak termasuk apabila keputusan tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan menurut sifanya dapat diakhiri atau ditarik kembali (izin, subsidi berkala).124

Pengelolaan hutan semakin sering terjadi, tak hal kegiatan seperti itu menimbulkan dampak yang besar. Pengelolaan hutan tanpa pemikiran logis dapat mengakibatkan rusaknya keseimbangan ekosistem lingkungan. Hewan-hewan yang ada di hutan Sumatera Utara sekarang semakin berkurang mengikuti kawasan hutan yang semakin menyempit. Tak hal terkadang hewan-hewan yang ada di hutan keluar dan masuk kepemungkiman warga untuk mencari makan karena hutan sebagai tempat mencari makan mereka telah dirusak warga. Dan yang tak kalah penting lagi adalah fungsi hutan sebagai penyedia oksigen dan penyerap carbodioksida, pencegah erosi, mengatasi penggenaan, dan penjaga air tanah. Hutan memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita, baik langsung maupun tidak langsung. Diantaranya produksi hasil hutan, mengatur iklim mikro dan eko wisata. Oleh sebab itu, kerusakan hutan akan dapat menimbulkan terjadinya bencana alam dan kerugian yang besar bagi masyarakat, seperti banjir, tanah longsor dan pemanasan global.

124

diakses tanggal 27 Oktober 2014

Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan manusia terhadap hutan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. perencanaan pengamanan hutan;

b. penyusunan organisasi pengamanan hutan; c. penyediaan sarana dan prasarana;

d. pengamanan secara preventif dan atau represif;

e. sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan; f. meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan; g. melakukan pengawasan dan pengendalian125

Bila dipikirkan apabila hutan semakin dirusak tentu akan berakibat pada berkurangnya fungsi hutan. Ujung-ujungnya akan berdampak pada berkurangnya udara bersih karena hutan tidak bisa menyuplai oksigen sebagai mana biasanya dan karbondioksida yang bebas bertebaran di udara; tanah yang longsor atau erosi karena akar pohon tidak menyangga tanah lagi; Terganggunya sistem hidro-orologis akibat kerusakan hutan. Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan untuk menjaga tata air. Air

hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik ole

atau runoff begitu besar dapat mengakibatkan banjir; atau pun yang lagi sering dibicarakan adalah pemanasan global yang mengakibatkan suhu udara yang semakin panas.

Sebagian besar dari daerah Sumatera Utara menerima dampak dari perambahan liar, kerusakan dan penebangan hutan baik itu di sekitar kawasan hutan. Meski dampaknya tidak bisa dirasakan oleh semua orang tetapi jika kita runungkan dapat kita rasakan. Udara yang semakin panas merupakan tanda-tanda dari dampak

125

tersebut. Selain itu kota Bangko yang tak lagi memiliki lahan terbuka hijau yang banyak guna menjaga kebersihan air dan tanah menyebabkan tanah menjadi kering dan tandus yang akan menambah kotor udara. Jika dibiarkan bisa menjadi banjir besar.

Penegakan hukum yang dilakukan pemerintah daerah Propinsi Sumatera Utara yaitu Pengawasan pengawasan preventif dan pengawasan represif.126 Pengawasan preventif dilakukan antara lain pembinaan kesadaran hukum aparatur dan masyarakat, peningkatan profesionalisme aparatur pelaksana dan peningkatan peran dan fungsi pelaporan, sedangkan Pengawasan represif meliputi tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga masyarakat yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah dan peraturan pelaksanaannya penyerahan penanganan pelanggaran Peraturan Daerah kepada Lembaga Peradilan dan pengenaan sanksi administratif dan hukuman disiplin kepada para pegawai yang melanggar Peraturan Daerah.127

Pengelolaan hutan disebabkan oleh adanya perambahan besar-besar. Selain itu disebabkan deforestasi atau banyaknya hutan dialih fungsikan, menjadi baik menjadi perkebunan seperti kebun karet dan sawit. Selain itu ditambah lagi dengan banyaknya kegiatan penebangan hutan yang akhir-akhir ini terjadi. Jutaan pohon di hutan di digunduli menjadi kayu glondongan yang dikiring ke berbagai wilayah. Selain itu juga disebabkan oleh banyaknya kebakaran hutan yang terjadi baik yang disebabkan oleh ulah manusia maupun karena musim kering yang terjadi di akhir-akhir ini.

Untuk mengatasi banyaknya pengelolaan hutan yang sering terjadi di Sumatera Utara diperlukan pengolaan kawasan hutan yang baik seperti larangan menebang pohon di kawasan hutan dan pemanajemenan pengelolaan hutan seperti system

126

Ibid, Pasal 55 ayat 2

127

tembang pilih langsung tanam. Menurut peraturan Perda “kawasan hutan perlu dikelola, dan ditata di wilayah pengelolaan hutan dengan mempertimbangkan fungsi pokok dan peruntukannya. Ini sebagai syarat terciptanya pengelolaan hutan yang lestari, berkelanjutan, berkeadilan, dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta meningkatkan pendapatan daerah”. Selain itu diperlukannya upaya kita bersama dalam menjaga dan mengawasi pengelolaan hutan.128

Bentuk sanksi administrasi dapat berupa : 1. Denda.

2. Penghentian sementara usaha/kegiatan. 3. Pencabutan izin129

D. Sanksi Administratif Terhadap Penyalahgunaan Izin Pengelolaan Hutan

Dokumen terkait