• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Admosudirdjo, Prajudi, Dasar-Dasar Ilmu Administrasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013

Departemen Kehutanan. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga Departemen Kehutanan Tahun 2005 – 2009. Departemen Kehutanan. Jakarta, 2005

Dimock, Marshal Edward and Gladys Ogden Dimock. Administrasi Negara. Diterjemahkan oleh Husni Thamrin Pane. Cetakan Kelima. Rineka Cipta. Jakarta, 1997

Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

Effendi, Lutfi, Pokok-pokok Hukum Administrasi, Cetakan ketiga, Penerbit Bayumedia Publishing, Yogyakarta, 2004

Hadjon, Philipus M., Pengantar Hukum Perizinan,Penerbit Yudika, Surabaya, 1993 H. S., Salim, Dasar-dasar Hukum Kehutanan. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2012 HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara, Cet ke 2, Penerbit Rajawali Pers,

Yogyakarta, 2006

J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum Administrasi Negara, diterjemahkan oleh B. Arief Sidharta,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,1999

Kusdarini, Eny, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, UNY Press,Yogyakarta, 2011

Marbun, SF & Moh Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty Yogyakarta, 2006

Murhaini, Suriansyah, Hukum Kehutanan (Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan di Bidang Kehutanan), Penerbit Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2012

(2)

Mustafa, Bachsan, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Citra Aditya, Jakarta, 1999

______________, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001

Pradana, Ristyo, Kebijakan Kehutanan: Mencari Solusi Sistem Pengelolaan Hutan Indonesia, Fakultas kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar, 2009

Pudyatmoko, Sri Y., Pengantar Hukum Pajak, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2009 Rahmadi, Takdir, Hukum Lingkungan di Indonesia, Cetakan ke-2, PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2012

Siagian, S.P., Filsafat Administrasi, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1992

Situmorang, Victor, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, Penerbit Bina Pustaka, Jakarta, 1988

Tjandra, W. Riawan , Hukum Administrasi Negara, Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2008

Tjokroamidjojo, Bintoro, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1994

Utrecht, E., Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1988

II. Peraturan Perundang-Undangan

Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2005 tentang Pedoman Versifikasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dan Atau pada Hutan Tanaman

(3)

III. Website

Masyarakat, diakses tanggal 27 Februari 2015

Oktober 2014

2014

diakses tanggal 27 Oktober 2014

https://Arief1004.wordpress.com/.html,Arief sekilas bunga rampai, perizinan-hutan untuk-rakyat, diakses tanggal 1 Maret 2014

http://bolmerhutasoit.wordpress.com/2011/02/27/keadaan-hutan-sumatera-utara/ diakses tanggal 27 Oktober 2014

Sumatera Utara”, diakses tanggal 27 Oktober 2014

diakses tanggal 28 Oktober 2014

http://dek-dilla.blogspot.com/2012/02/makalah-penebangan-hutan.html, diakses tanggal 24 Oktober 2014

24 Oktober 2014

Iko Matussuniah, “Hukum

Perizinan”, diakses tanggal 24 Oktober 2014

(4)

diakses tanggal 27 Oktober 2014

http://lovesaturdays.blogspot.com, html, Siti Rahma, Keadaan Hutan Lindung di Sumut, diakses tanggal 6 Maret 2015

https://nenytriana.wordpress.com, html, Neny Triana, Sanksi Administrasi Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, diakses tanggal 6 Maret 2015

diakses tanggal 27 Februari 2015

http:

IV. Jurnal, Makalah, Kamus

Greenomic Indonesia (ICW), Evolusi Mekanisme Perizinan Usaha Kayu Pada Hutan Alam Dan Hutan Tanaman, Desember 2004, kertas kerja 06

Haryadi Kartodiharjo, Modus Operandi, Scientific Evidence dan Legal Evidence Dalam Kasus Illegal Logging, Makalah disampaikan dalam Pelatihan Hakim Penegakan Hukum Lingkungan yang diselenggarakan oleh ICEL bekerjasama dengan Mahkamah Agung RI, Jakarta 2003

Kartikasar, Feby Ivalerina, Maret Priyanta, Dewi Tresya dan Wulan Kusumawardhani, Perizinan Terpadu untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan di Indonesia, Penerbit ICEL (Indonesian Center for Environmental Law), Jakarta, 2012

(5)

BAB III

PELAKSANAAN PENGURUSAN IZIN PENGELOLAAN HUTAN BERDASARKAN PERDA NO. 21 TAHUN 2002

A. Latar Belakang Lahirnya Perda No.21 Tahun 2002

Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Pada

suatu sisi masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, pada sisi lain penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Dalam masyarakat

penguasa melaksanakan aneka ragam tugas. Tugas-tugas ini kadangkala dibedakan dalam tugas-tugas mengatur dan tugas-tugas mengurus. Tugas-tugas mengatur penguasa, terutama menyangkut peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh para

warga. Contoh mengenai hal ini ialah keterlibatan penguasa dalam perkembangan tata ruang. Dalam rangka tugas-tugas mengatur, penguasa memerintah dan melarang, dan

ia melahirkan sistem-sistem perizinan.

Yang mana dalam Peraturan Daerah akan diberlakukan izin yang ketat untuk melakukan penebangan hutan di Provinsi Sumatera Utara. Karena berbagai usaha juga

telah dilakukan oleh pemerintah untuk kembali mensejahterakan alam yang sudah sangat rusak akibat perbuatan manusia yang kurang bertanggung jawab.

Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah Daerah provinsi Sumatera Utara menerbitkan Peraturan Daerah No.21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan di Propinsi Sumatera Utara. Kondisi yang dilahirkan dari Peraturan Daerah tersebut

adalah adanya kegiatan untuk mengelola hutan yang dimiliki Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Ketentuan dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004

(6)

sedemikian kuat dan luas sehingga diperlukan suatu peraturan perundang-undangan yang ketat untuk menghindari ketidakteraturan dalam menyusun kebijakan dalam

bidang lingkungan hidup terutama dalam masalah penanganan dan penertiban pengelolaan hutan di wilayah provinsi/kab/kota. Sehingga sudah selayaknya untuk diadakan perlindungan hutan, tetapi dalam hal ini juga diperlukan kesadaran dari

manusia itu sendiri. Apabila hanya mengandalkan program pelestarian hutan dari pemerintah tentu akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat membuat

provinsi Sumatera Utara yang sesuai dengan harapan.

Dengan kerja sama yang baik tentu akan terwujud provinsi Sumatera Utara yang lestari, karena program dari pemerintah telah dicanangkan sejak lama maka

seharusnya saat ini kita sudah bisa merasakan dampak baik dari program pelestarian hutan di Provinsi Sumatera Utara yang lestari dan sesuai dengan harapan seluruh

lapisan masyarakat. Sehingga pemerintah daerah juga sudah banyak melakukan perbaikan dalam mengeluarkan dan menetapkan peraturan untuk pelestarian hutan. Karena tugas ini bukan hanya milik pemerintah daerah, tetapi juga telah menjadi

tugas kita bersama.

Mekanisme perizinan usaha kayu dapat mempresentasikan praktek usaha

pemanfaatan hasil usaha kayu secara keseluruhan dan menyeluruh, mekanisme perizinan yang propisional, transparan, dan tanggung gugat, minimal menghasilkan pemilik izin yang tangguh propisional, tangguh serius dan berkomitmen terhadap

pengelolaan areal konsesinya, sehingga pemanfaatan hasil hutan kayu yang profesional dapat di praktekkan namun praktek perizinan yang diskriminatif sarat

(7)

Proses perijinan harus dapat persetujuan yang dikeluarkan oleh kepala dinas atas nama Gubernur, sedangkan ijin industri skala menengah dan skala besar

diberikan oleh Gubernur dengan memperhatikan saran atau pertimbangan teknis dari instansi yang bertanggung jawab di bidang kehutanan Kabupaten/Kota dan persetujuan Menteri. Kegiatan pengelolaan hutan liar bisa berbentuk eksploitasi dan

pelanggaran pemanfaatan dan hasil hutan. Izin hanya diberikan kepada anggota perorangan dan badan usaha atau koperasi yang anggotanya berasal dari masyarakat

desa setempat, yang diketahui oleh Kepala Desa dan Camat setempat guna memudahkan proses pemantauan pelaksanaan.

Pemanfaatan hutan hak telah diatur dalam Peraturan Daerah No. 21 Tahun

2002 tentang Pengelolaan Hutan di Propinsi Sumatera Utara. Pasal 22 Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002, dijelaskan bahwa pemanfaatan hutan adalah kegiatan

berupa pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan bukan kayu, secara optimal, berkeadilan untuk kesejahteraan

masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.72

Dalam kerangka ini jelas bahwa setiap izin Pasal 23 Peraturan Daerah No. 21

Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan di Propinsi Sumatera Utara adalah pelanggaran administrasi sehingga melahirkan ketidakpastian hukum.73

Pada pasal 24 Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002 disebutkan bahwa

“Ketentuan lebih lanjut mengenaiTata cara pemanfaatan hasil hutan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.”74

72

Op.Cit, Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002, Pasal 22

73

Ibid, Pasal 23

74

(8)

Maksud diselenggarakannya Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002 penatausahaan hasil hutan pada hutan hak ini adalah agar terwujud tertib peredaran

hasil hutan hak dan bertujuan untuk melindungi hak privat serta kepastian hukum dalam pemilikan/penguasaan dan pengangkutan hasil hutan yang berasal dari hutan hak. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah/lahan masyarakat yang telah

dibebani hak atas tanah diluar kawasan hutan negara, dibuktikan dengan alas titel berupa Sertifikat Hak Milik, Letter C atau Girik, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, atau

dokumen penguasaan/pemilikan lainnya yang diakui oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Pengangkutan hasil hutan hak dari lokasi tebangan atau tempat pengumpulan di sekitar tebangan ke tujuan, menggunakan surat keterangan asal usul hasil hutan

berupa Nota Angkutan, Nota Angkutan Penggunaan Sendiri, Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) dan Surat Angkutan Pengganti (SAP). Pilihan penggunaan dokumen

angkutan tersebut tergantung pada: 1.) jenis kayu yang akan diangkut; 2.) tujuan penggunaan kayu; 3.) jenis pengangkutan, apakah angkutan asal atau angkutan lanjutan.

B. Syarat dan Prosedur Pengelolaan Hutan

Demikian juga dalam hal penebangan hutan, tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Apabila akan melakukan pengelolaan hutan di Provinsi Sumatera

Utara. Pelaksanaan Pengolahan yaitu:

1. Pengelolaan dapat dilakukan apabila pengawas yang memiliki dan namanya sesuai dengan yang tercantum didalam Surat Tugas Pengawasan Penebangan

telah hadir dilokasi.

2. Pelaksana pengelolaan dilakukan oleh Pemda atau pemohon.

(9)

a. Pengelolaan dilakukan untuk kepentingan masyarakat

b. Pengelolaan dilakukan berdasarkan permohonan dari instansi internal

c. Pelaksanaan pengelolaan dilakukan oleh pemohon apabila: i. Pengelolaan dilakukan untuk kepentingan pemohon ii. Pengelolaan dilakukan oleh Instansi eksternal

Apabila akan melakukan pengelolaan hutan di provinsi Sumatera Utara harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera

Utara sebagai berikut:

1. Adapun syarat-syarat Permohonan Izin a) Foto copy KTP Pemohon.

b) Surat Permohonan ditujukan kepada Walikota melalui Kepala Dinas Kehutanan.

c) Foto lokasi hutan yang akan dikelola.

d) Keterangan jumlah pohon yang akan ditebang.

e) Surat Pernyataan bersedia mentaati semua peraturan yang berlaku diantaranya

membayar retribusi, penggantian pohon mulai diameter terendah 0 s/d 50 cm keatas dengan pembayaran retribusi terendah Rp.500.000 dan tertinggi

Rp.800.000,- sesuai besaran diameter pohon.

f) Membayar biaya izin pengelolaan hutan bagi kepentingan tujuan tertentu. Izin pengelolaan hutan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas kepada Pemohon

untuk melaksanakan pengelolaan hutan atas hutan yang dikuasai Pemerintah dengan alasan-alasan tertentu, diluar hutan-hutan yang keropos dan yang sangat

membahayakan. .

2. Prosedur Pengelolaan Hutan

(10)

a) Permohonan Pengelolaan

Permohonan disampaikan oleh pemohon secara tertulis yang dilengkapi

dengan:

1) Nama dan jenis pohon

2) Ukuran pohon (diameter dan tinggi)

3) Lokasi pohon (wilayah kota, kecamatan, kelurahan, nama jalan, peta lokasi yang menggambarkan titik pohon yang diusulkan

4) Permohonan dapat disampaikan kepada Dinas Kehutanan b) Dinas Kehutanan

Menerima permohonan pengelolaan hutan yang disampaikan oleh pemohon

maupun permohonan yang disampaikan Dinas Kehutanan, kemudian Kepala Dinas kehutanan memerintahkan Tim Pengelolaan, Pencegahan

Pemberantasan Perusakan (TP4) untuk melakukan Pembahasan Awal permohonan dimaksud.

Dan kemudian kepala seksi kehutanan kecamatan dapat menerima surat

permohonan pengelolaan dan melakukan survey ke lapangan untuk mendata hutan yang diusulkan dikelola beserta lokasinya.

Urusan pengelolaan hutan ini juga diatur dalam Peraturan Daerah No21 Tahun 2001. Pada perda itu diatur hutan yang bagaimana yang bisa ditebang dan lainnya. Kalau sesuai bicara sanksi sesuai peraturan perundang- undangan disebutkan

membayar denda Rp1 juta jika melakukan pengelolaan hutan tanpa izin.

C. Fungsi Pengelolaan Hutan Wilayah Sumatera Utara

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

(11)

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, sedangkan yang dimaksud dengan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap (Undang Undang No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Di Sumatera Utara luas kawasan tetap seluas 3.742.120 ha atau 52,20% dari seluruh luas Provinsi Sumatera

Utara yang memiliki luas 7.168.000 ha.75

Salah satu kawasan hutan di Sumatera Utara yang memiliki potensi penting

sebagai kawasan ekologis yang memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan di Sumatera Utara. Hasil hutan bukan kayu bukan semata-mata manfaat yang diberikan oleh kawasan ekosistem ini, akan tetapi kawasan ini hingga sekarang masih menjadi

sumber jasa lingkungan bagi kehidupan di sekitarnya.

Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan adalah perubahan fungsi suatu

kawasan hutan untuk keperluan non kehutanan (atau untuk keperluan pertanian/perkebunan dan transmigrasi) berdasarkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Kehutanan. Perkembangan perubahan peruntukan kawasan hutan untuk

keperluan pertanian/perkebunan dan transmigrasi di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah adanya perubahan kawasan hutan pada

tahun 2009 seluas 10.989,70 hektar di Kabupaten Asahan.

Perubahan kawasan hutan tersebut adalah berdasarkan SK Pelepasan Kawasan Hutan yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan dengan peruntukan perkebunan

kelapa sawit pada Kelompok Hutan Nantalu sebanyak 2 (dua) unit yaitu oleh PT. Inti Palm Sumatera seluas 6.215,80 hektar dan oleh PT. Citra Sawit Indah Lestari seluas

4.773,90 hektar. Sedangkan pada tahun 2011 tidak ada perubahan peruntukan

75

(12)

kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara baik untuk keperluan pertanian/perkebunan maupun untuk keperluan transmigrasi. Ijin tukar-menukar

kawasan hutan pada tahun 2011 adalah sebanyak 3 (tiga) unit dimana 1 (satu) unit di antaranya adalah tanah keluar seluas 50 hektar untuk perkantoran pemerintah Kabupaten Batubara namun tidak disertai pertukaran dengan tanah masuk. Sedangkan

2 (dua) unit lainnya terdiri dari:

a. Hutan produksi seluas 277,30 hektar ditukar dengan hutan lindung dengan luasan

yang sama untuk Perkantoran pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan.

b. Hutan produksi terbatas seluas 900 hektar ditukar dengan hutan suaka alam dengan luasan yang sama untuk perkebunan di Kabupaten Asahan.76

Selain kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan juga di Provinsi Sumatera Utara telah melakukan kegiatan reboisasi yang merupakan upaya penanaman jenis pohon

hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ini di Provinsi Sumatera Utara telah melakukan kegiatan reboisasi.

Dalam kawasan hutan seluas 31.994,55 hektar yang dilaksanakan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Selain itu juga turut berperan sertanya pihak swasta

untuk turut serta mengelola hutan secara lestari dan berkisambungan berupa pengembangan Hutan Tanaman Industri pada areal-areal yang kurang produktif (bekas perambahan, alang-alang, semak belukar, lahan kosong) yang berada dalam

kawasan hutan sehingga menjadi produktif.

Berbagai Program pemerintah pusat dalam hal ini kementrian kehutanan

dalam meningkatkan fungsi kawasanhutan agar menjadi lebih produktif dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh Provinsi Sumatera Utara, antara lain melalui Pekan

76

(13)

Penghijauan, Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon, Aksi/Gerakan Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan

Pemeliharaan Pohon, Hari Menanam Pohon Indonesia (Nopember) dan Bulan Menanam Pohon Nasional (bulan Desember), penanaman dalam rangka Gerakan Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree), penanaman 1 milyar pohon (One Billion

Indonesia Trees for The World-OBIT), Pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) serta dalam rangka mengisi Tahun Kehutanan Internasional 2011. Dalam rangka Gerakan

Penanaman Satu Milyar Pohon (OBIT) Tahun 2012, hingga akhir november masyarakat Provinsi Sumatera Utara telah menanam dan memelihara pohon sebanyak 35 juta batang pohon, dari target Provinsi Sumatera Utara sebanyak 50.000.000

batang bibit. Untuk mendukung Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2012, dengan target penanaman dan pemeliharaan 50.000.000 bibit pohon, dilaksanakan

Kampanye Indonesia Menanam, dengan menggelorakan semangat menanam dan memelihara pohon secara terus menerus sepanjang tahun.

Model pengelolaan Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan

kawasan hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, secara optimal,

berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan hutan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara adalah pemanfaatan hutan pada kawasan hutan produksi. Pemanfaatan

Hutan Produksi dilaksanakan melalui pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Kawasan, Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil

(14)

Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari : Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi

Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan antara lain getah pinus, rotan dan getah karet.77

Sebagian besar kondisi hutan di Samosir telah rusak parah karena banyaknya

kegiatan yang merusak ekosistem seperti pembalakan liar, pertambangan, dan pemanfaatan hutan menjadi industri.78

Kawasan hutan dengan fungsi sosial, ekonomi dan ekologi yang dimilikinya tidak terbatas pada batas-batas administratif semata, namun kawasan hutan dengan fungsi ekologinya hanya dapat dibatas oleh batas-batas ekologis. Sehingga kawasan

satu ekosistem hutan terkadang terpapar luas melintasi batas-batas kabupaten, bahkan provinsi.

D. Pihak-Pihak yang Berwenang Mengeluarkan Izin pengolahan hutan

Dalam hal perizinan, yang berwenang mengeluarkan izin adalah pejabat administratif, kaitannya adalah dengan tugas pemerintah dalam hal memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Pemerintahan daerah dalam mengurus

kewenangannya mengeluarkan kebijakan berbentuk Pemerintah Daerah, keputusan kepala daerah, dan peraturan lainnya. Salah satu bentuk perwujudan kewenangan

tersebut adalah perizinan. Perizinan sebagai bentuk ketetapan merupakan tindakan sepihak dari administrasi negara.79

77

diakses

tanggal 28 Oktober 2014

79

(15)

Memuat UU No.41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada

pemerintah daerah.80

Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang dernikian

harus dapat dilihat izin yang bagaimanakah yang dimohonkan oleh masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah yang berwenang

mengeluarkan izin tersebut. Misalnya izin keramaian atau izin mengeluarkan pendapat di muka umum, maka izin tersebut di dapatkan rnelalui kepolisian setempat. Dalam kajian pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan izin maka dasarnya yang perlu

dikaji adalah kedudukan aparatur pemerintah yang melakukan tugasnya di bidang administrasi negara pemberian izin kepada masyarakat.

Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi negara dapat melaksanakan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan keleluasaan. Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri kepada penguasa setempat. Hal

seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi kepada pemerintah seperti Gubernur, Bupati/Walikota untuk bertindak atas dasar hukum dan atau dasar

kebijaksanaan.

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pencegahan perusakan hutan.81

80

Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 66 ayat 1

Dalam rangka pencegahan perusakan hutan, Pemerintah membuat

kebijakan berupa ; a) koordinasi lintas sektor dalam pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan, b) pemenuhan kebutuhan sumber daya aparatur pengamanan hutan;,

c) insentif bagi para pihak yang berjasa dalam menjaga kelestarian hutan, d) peta

81

(16)

penunjukan kawasan hutan dan/atau koordinat geografis sebagai dasar yuridis batas kawasan hutan; dan e) pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pencegahan dan

pemberantasan perusakan hutan.82 Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan sumber kayu alternatif dengan mendorong pengembangan hutan tanaman yang produktif dan teknologi pengolahan.83 Upaya pencegahan perusakan hutan dilakukan melalui penghilangan kesempatan dengan meningkatkan peran serta masyarakat.84

Menurut Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara bahwa Pemanfaatan hutan khusus untuk kawasan konservasi dapat dimanfaatkan atau dilakukan pula kegiatan sebagai berikut; a) pada kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, pengelolaannya

diarahkan untuk terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan mutu lingkungan hidup, b) pada kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, pengelolaannya disesuaikan dengan fungsi kawasan ; 1) sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan, sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya, dan untuk pemanfaatan secara lestari sumberdaya aiarn hayati dan ekosistemnya. c) pada kawasan

Suaka Alam dan Pelestarian Alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan; 1) penelitian dan pengembangan, 2) ilmu pengetahuan, 3) pendidikan, pelatihan, penerangan, penyuluhan, 4) kegiatan penunjang budidaya dan budaya. d) pada kawasan Pelestarian

Alam dapat pula dilakukan kegiatan Wisata Alam/Rekreasi.85

82

Ibid, Pasal 6 ayat 2

83

Ibid, Pasal 6 ayat 3

84

Ibid, Pasal 6 ayat 4

85

(17)

Dalam rangka Pemanfaatan hutan harus memiliki izin usaha yang dikeluarKan oleh Kepala Dinas atas nama Gubernur.86

Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan berkewajiban membuat Rencana Karya dan menjaga, memelihara, serta melestarikan tempat usahanya.87 Rencana Karya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disahkan oleh Dinas atas nama Gubernur.88

Dalam pelaksanaan kegiatannya setiap pemegang izin usaha wajib mengikutsertakan masyarakat disekitar hutan.89

Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan diberikan apabila telah memenuhi aspek kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat.90 Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dapat diberikan kepada ; a) perorangan dan b) koperasi.91 Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan dapat diberikan kepada ; a) perorangan, b) koperasi, c) Badan Usaha Milik Swasta Indonesia, d) Badan Usaha Milik Negara, e) Badan Usaha Milik Daerah.92 Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu dapat diberikan kepada; a) perorangan, b) koperasi, c) Badan Usaha Milik Swasta Indonesia, d) Badan Usaha Milik Negara, e) Badan Usaha Milik Daerah.93 Izin pemungutan hasil hutan non kayu pada hutan lindung diberikan kepada; a) perorangan, b) koperasi.94

Tata cara pemanfaatan hasil hutan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.95 Industri primer hasil hutan terdiri dari; a) Industri primer hasil hutan kayu, b) Industri primer hasil hutan bukan kayu.96

86

Ibid, Pasal 22 ayat 1

Sumber bahan baku industri primer hasil hutan dapat berasal dari hutan alam, hutan tanaman, hutan hak, dan hasil dari perkebunan berupa

(18)

kayu.97 Setiap pendirian atau perluasan industri primer hasil hutan kayu wajib memiliki izin usaha industri atau izin perbuatan industri primer hasil hutan kayu.98

Di samping keleluasaan tali, kepada aparatur pemerintah selaku pelaksana fungsi dalam administrasi negara juga diberikan suatu pembatasan agar pelaksanaan

perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa yang disebut sebagai "onrechtmatig overheaddaat". Setidaknya perbuatan itu tidak boleh melawan hukum baik formil maupun materiil. Tidak boleh melampaui penyelewengan-kewenangan menurut undang-undang (kompetentie). Adapun bentuk-bentuk dari perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu dalam bentuk memberikan izin secara garis besar dapat dibagi

atas :

Evaluasi

terhadap industri primer hasil hutan kayu dilakukan paling kurang 3 (tiga) tahun sekali.

1. Perbuatan membuat peraturan 2. Perbuatan melaksanakan peraturan.

Sementara itu menurut Van Poelje sebagaimana dikutip Victor Situmorang

perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan faktor (Feitlijke handeling).

2. Berdasarkan hukum (recht handeling). a. Perbuatan hukum privat.

b. Perbuatan hukum publik, yang kemudian perbuatan ini dapat dibagi atas :

1) Perbuatan hukum publik yang sepihak

2) Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak.99

Kemudian Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif ada 2 (dua) macam tindakan/perbuatan administrasi negara/pemerintah, yakni :

97

Ibid, Pasal 25 ayat 2

98

Ibid, Pasal 25 ayat 3

99

(19)

a. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara tidak langsung menimbulkan akibat-akibat hukum.

b. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara langsung menimbulkan akibat-akibat hukum.100

Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah

seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu dibagi ke dalam 4 (empat) macam perbuatan hukum administrasi negara, yakni :

1. Penetapan (beschiking), administrative dicretion). Sebagai perbuatan sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Perbuatan hukum

tersebut hams sepihak (eenzijdig) dan harus bersifat administrasi negara. Artinya realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan undang-undang secara nyata kasual,

individual.

2. Rencana (Planning). Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi Negara yang menciptakan hubungan-hubungan hulcuin (yang mengikat) antara

penguasa dan para warga masyarakat.

3. Norma jabatan (Concrete Normgeving). Merupakan suatu perbuatan hukum

(rechtshandeling) dari penguasa administrasi negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan undangundang mempunyai isi yang konkret dan praktis serta dapat diterapkan menurut keadaan waktu dan tempat.

4. Legislasi Semu (Pseudo Weigeving). Adalah pencipataan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi negara yang berwenang sebenarnya dimaksudkan

100

(20)

sebagai garis-garis pedoman pelaksanaan policy (kebijaksanaan suatu ketentuan undang-undang) akan seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo.101

Memperhatikan batasan, ruing lingkup serta perbuatan-perbuatan dari Administrasi Negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu adalah merupakan suatu perangkat ketentuan yang mernuat sekaligus memberikan cara

bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang lazim disebut "negara" dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi terwujudnya suatu tujuan yang

dikehendaki bersama. Dalarn praktek kehidupan sehari-hari acapkali kita tnenyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa pada saat kewenangan aparatur pemerintah itu direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu "Keputusan Pemerintah".

Selanjutnya menurut Ilukum Administrasi Negara bahwa Pemerintah itu mempunyai tu.gas-tugas istimewa, yakni tugas yang dapat dirumuskan secara singkat sebagai

suatu tugas "Penyelenggaraan Kepentingan Umum".

Instansi/pemerintah yang berhak memberikan izin pengolahan hutan di Propinsi Sumatera Utara adalah Dinas kehutanan. Pemrosesan yang bersangkutan/

berkepentingan menyampaikan surat permohonan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas Kehutanan. Bentuk Izinnya berupa Surat izin Penebangan hutan, kemudian

jangka waktu penyelesaian izin yaitu 6 (enam) hari tergantung lengkapnya persyaratan. Jangka waktu berlakunya izin adalah satu surat izin berlaku 1 kali kegiatan sesuai yang dimohon.102

Jenis-jenis izin yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Kehutanan terdiri dari tiga jenis yaitu, pertama izin pemanfaatan kayu (IPK). Kedua izin pemanfaatan kayu

(IPK) pada areal penggunaan lain (APL) atau kawasan budidaya non kehutanan

101

Op.Cit,Prajudi Admosoedirjo, hal. 102

102

(21)

(KBNK), dan yang ketiga izin pemanfaatan kayu pada kawasan hutan produksi yang dikonversi, dan penggunaan kawasan hutan dengan pinjam pakai.103

Dalam hal ini dibahas mengenai Peraturan Daerah tentang Penertiban Pengelolaan

hutan, umumnya yaitu:

2. Setiap orang / badan yang akan melakukan pengelolaan hutan yang berada diluar kawasan hutan harus mendapat ijin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk;

3. Pengelolaan hutan diluar kawasan hutan wajib memperhatikan prinsip-prinsip konservasi;

4. Pengelolaan hutan tersebut diatas harus dilaksanakan secara selektif dengan diikuti usaha-usaha konservatif sesuai petunjuk teknis instansi yang berwenang; 5. Ijin dapat diberikan kepada perorangan atau badan, berlaku 1(satu) kali.104

BAB IV

UPAYA PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERKAIT MARAKNYA PENEBANGAN HUTAN LIAR

A. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

103

Salim, HS, Op.Cit, hal 68

104

(22)

Di negeri Belanda ada dua istilah mengenai hukum ini yaitu bestuurrecht dan administratief recht, dengan kata dasar ‘administratie’ dan ‘bastuur’. Terhadap dua istilah ini para sarjana Indonesia berbeda pendapat dalam menerjemahkannya. Administrase ini ada yang menerjemahkan dengan tata usaha, tata usaha pemerintahan, tata pemerintahan, Tata Usaha Negara, dan ada yang menerjemahkan

dengan administrasi saja, sedangkan bestuur diterjemahkan secara seragam dengan pemerintahan.105

Isitlah hukum administrasi berasal dari kata administratiefrecht atau bestuursrecht. Kata administratief sama maknanya dengan kata bestuur yang mempunyai arti lingkungan kekuasaan/kegiatan atau tindakan pemerintahan di luar

kegiatan/kekuasaan atau tindakan yang bersifat legislatif dan yudisiil.

106

Perbedaan penerjemahan tersebut mengakibatkan perbedaan penamaan

terhadap hukum ini, yakni seperti hukum administrasi negara, Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Tata usaha Pemerintahan, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, hukum administrasi negara Indonesia, dan Hukum

Administrasi, tanpa atribut Negara, sebagaimana yang dianut Hadjon, dengan alasan bahwa pada kata administrasi itu sudah mengandung konotasi Negara/ pemerintahan.

Sebenarnya kedua kata ini dalam penggunaannya memiliki makna sama, karena pemerintah itu sendiri merupakan terjemahan dari kata administrasi. Meski demikian pengertian yang dikemukakan diatas secara terpisah mengenai istilah administrasi

Negara dan istilah pemerintah/pemerintahan berdasarkan kamus dan yang berkembang dikalangan para sarjana.

105

Op.Cit, Ridwan, HR, hal 11

106

(23)

1. Administrasi merujuk pada pengertian yang ketiga, yakni kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan

bahwa administrasi Negara mempunyai tiga arti, yaitu; a. Sebagai salah satu fungsi pemerintah;

b. Sebagai aparatur dan aparat dari pada pemerintah;

c. Sebagai proses pemerintah yang memerlukan kerja sama tertentu.107

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo administrasi Negara adalah manajemen dan

organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah.108

Sondang P. Siagian mengartikan administrasi Negara sebagai “keseluruhan

kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari satu Negara dalam usaha mencapai tujuan Negara”.109

E. Utrecht menyebutkan bahwa administrasi Negara adalah gabungan jabatan-jabatan, aparat (alat) administrasi yang dibawah pimpinan pemerintah melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah.110 Menurut Dimock, administrasi Negara adalah aktivitas-aktivitas Negara dalam melaksanakan kekuasaan-kekuasaan politiknya, dalam arti sempit, aktivitas-aktivitas badan-badan eksekutif dan

kehakiman atau khususnya aktivitas-aktivitas badan eksekutif saja dalam melaksanakan pemerintahan.111

“Bahsan Mustafa mengartikan administrasi Negara sebagai gabungan

jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat dan diserahi tugas

107

Op.Cit, Prajudi Admosudirdjo, hal 16

108

Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1994, hal 10

109

S.P. Siagian, Filsafat Administrasi, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1992, hal 14

110

E. Utrecht., Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1988,hal 4

111

(24)

melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah dalam arti luas, yang tidak diserahkan kepada badan-badan pembuat undang-undang dan badan-badan kehakiman. Sudah

jelas dari beberapa pendapat tersebut dapatlah diketahui bahwa administrasi Negara adalah “Keseluruhan aparatur pemerintah yang melakukan berbagai aktivitas atau tugas-tugas Negara selain tugas pembuatan undang-undang dan pengadilan”112

2. Pemerintah/Pemerintahan

Pemerintah sebagai alat kelengkapan Negara dapat diartikan secara luas dan

dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas itu mencangkup semua alat kelengkapan Negara, yang pada pokoknya terdiri dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif,legislatif, dan yudisial atau alat-alat kelengkapan Negara lain yang bertindak

untuk dan atas nama Negara, sedangkan dalam pengertian sempit pemerintah adalah cabang kekuasaan eksekutif.

Pemerintah dalam arti sempit adalah organ/alat perlengkapan Negara yang diserahi tugas pemerintahan atau melaksanakan undang-undang, sedangkan dalam arti luas mencangkup semua badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan didalam

Negara baik eksekutif maupun legislatif dan yudikatif. Dalam kepustakaan disebutkan bahwa istilah pemerintahan disebutkan memiliki dua pengertian, yaitu sebagai fungsi

dan sebagai organisasi.

a. Pemerintahan sebagai fungsi adalah: melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah sebagai organ adalah kumpulan organ-organ dan organisasi

pemerintahan yang dibebani dengan pelaksanaan tugas pemerintahan.

b. Pemerintahan sebagai organisasi adalah: bila kita mempelajari ketentuan-ketentuan

susunan organisasi, termasuk didalamnya fungsi, penugasan, kewenangan,

112

(25)

kewajiban masing-masing departemen pemerintahan, badan-badan, instansi serta dinas-dinas pemerintahan.

Sebagai fungsi kita meneliti ketentuan-ketentuan yang mengatur apa dan cara tindakan aparatur pemerintahan sesuai dengan kewenangan masing-masing, fungsi pemerintah itu dapat ditentukan dengan menempatkannya dalam hubungan dengan

fungsi perundang-undangan dan peradilan.Pemerintah dapat dirumuskan secara negatif sebagai segala macam kegiatan perundang-undangn dan peradilan. Kalaupun

hukum administrasi Negara berkenaan dengan kekuasaan eksekutif, pengertian eksekutif ini tidak sama dengan apa dengan apa yang dimaksudkan dengan konsep trias politika (yang menempatkan kekuasaan eksekutif hanya melaksanakan

undang-undang).

Meskipun secara umum dianut definisi negatif tentang pemerintahan, yaitu

sebagai suatu aktivitas diluar perundangan dan peradilan, pada kenyataannya pemerintah juga melakukan tindakan hukum dalam bidang legislasi, misalnya dalam pembuatan undang-undang organik dan pembuatan berbagai peraturan pelaksanaan

lainnya, dan juga bertindak dalam bidang penyelesaian perselisihan, misalnya dalam penyelesaian hukum melalui upaya administrasi dan dalam hal penegakan hukum

administrasi atau pada penerapan sanki-sanki administrasi yang semuanya itu menjadi objek kajian hukum administrasi negara. Oleh karena itu tidak mudah untuk menentukan ruang lingkup hukum administrasi negara. Di samping itu kesukaran

menentukan ruang lingkup hukum administrasi negara ini disebabkan pula oleh beberapa faktor yaitu :

(26)

pemerintah dan masing-masing masyarakat disuatu daerah atau Negara berbeda tuntutan dan kebutuhan.

2. Pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-keputusan dan instrument yuridis bidang administrasi lainnya tidak hanya terletak pada satu tangan atau lembaga. 3. Hukum administrasi negara berkembang sejalan dengan perkembangan

tugas-tugas pemerintahan dan kemasyarakatan, yang menyebabkan pertumbuhan bidang hukum administrasi Negara tertentu berjalan secara sektoral. Karena faktor-faktor

inilah, (Hukum administrasi negara tidak dapat dikodefikasi, seperti dalam hukum perdata dan hukum pidana yang dapat dikumpulkan menjadi satu kitab undang-undang).

Prajudi Atmosudirdjo membagi Hukum administrasi negara dalam dua bagian, yaitu Hukum administrasi negara heteronom dan Hukum administrasi negara

otonom. Hukum administrasi negara heteronom yang bersumber pada Undang-Undang Dasar, Ketetapan Majelis Perwakilan Rakyat, dan Undang-Undang-Undang-Undang Dasar adalah hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara.

Hukum administrasi negara otonom adalah hukum oprasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi negara. Hukum administrasi negara itu ada Hukum

administrasi negara umum dan ada Hukum administrasi negara khusus. Hukum administrasi negara umum berkenaan dengan peraturan-peraturan umum mengenai tindakan hukum dan hubungan hukum administrasi atau peraturan-peraturan dan

prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi, dalam arti tidak terikat pada bidang-bidang tertentu. Sementara itu, Hukum administrasi negara

(27)

pertanahan, peraturan tentang kesehatan, peraturan tentang perpajakan, peraturan bidang pendidikan, peraturan pertambangan, dan sebagainya.113

Adanya perbedaan bidang hukum administrasi khusus merupakan suatu hal yang logis dan wajar mengingat masing-masing negara dihadapkan pada perbedaan sosio kultural, politik, sistem pemerintahan, kebijakan pemerintah, dan sebagainya,

Artinya, munculnya pembedaan antara hukum administrasi umum dan hukum administrasi khusus merupakan suatu yang tidak dapat dihindari dan suatu yang

alamiah. Munculnya hukum administrasi ini semakin penting artinya seiring dengan lahirnya berbagai bidang tugas-tugas pemerintahan yang baru dan sejalan dengan perkembangan dan penemuan-penemuan baru berbagai bidang kehidupan ditengah

masyarakat, yang harus diatur melalui hukum administrasi. Dalam konteks ini tampak bahwa hukum administrasi itu tumbuh dan berkembang secara dinamis.

Berdasarkan keterangan tersebut, tampak bahwa bidang hukum administrasi itu sangat luas sehingga tidak dapat ditentukan secara tegas ruang lingkupnya. Disamping itu khusus bagi Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, terdapat

pula hukum administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang berkenaan dengan administrasi daearah atau pemerintah daerah. Sehubungan dengan adanya hukum

administrasi tertulis, yang tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan, dan hukum administrasi tidak tertulis, yang lazim disebut asas-asas pemerintahan yang layak, keberadaan dan sasaran dari hukum administrasi Negara adalah

sekumpulan peraturan hukum yang mengatur tentang tugas dan kewenangan pemerintahan dalam berbagai dimensinya sehingga tercipta penyelenggaraan

pemerintahan dan kemasyarakatan yang baik dalam suatu negara hukum. Dengan

113

(28)

deamikian, keberadaan hukum administrasi negara dalam suatu negara hukum merupakan condition sine quanon.114

Batas antara hukum administrasi negara dengan hukum tata negara sebagaimana telah dijelaskan beberapa pengarang, satupun tidak ada yang sama. Akan tetapi, bila diteliti, di dalam membuat batas tersebut, sadar maupun tidak, yang telah

diambil sebagai dasar pikiran ialah bahwa tata negara mengenai hal pokok. Setelah menyebutkan bahwa hukum tata negara dan hukum administrasi negara merupakan

satu kesatuan dan hukum administrasi negara dianggap sebagai bagian atau tambahan dari hukum tata negara, yang kemudian pendapat ditinggalkan karena perkembangan sejarah menempatkan hukum administrasi negara sebagai bidang kajian hukum

sendiri, mendefinisikan hukum administrasi negara sebagai (keseluruhan norma yang berasal dari hukum tata negara yang mengatur hubungan hukum di antara aparat

negara, mengatur prosedur pembentukan keputusan yang mengikat pemerintahan, dan memuat ketentuan mengenai hubungan hukum dengan subjek hukum lain). Guna mengakhiri perbedaan pendapat mengenai perbedaan antara hukum tata negara dan

dengan hukum administrasi negara cukuplah disebutkan pendapat dari Bagir Manan, yang mengatakan bahwa secara keilmuan hukum yang mengatur tingkah laku negara

(alat perlengkapan negara) dimasukan kedalam kelompok hukum tata negara, sedangkan hukum yang mengatur pemerintahan (dalam arti administrasi negara) masuk kedalam kelompok Hukum Administrasi Negara.

115

B. Kondisi hutan di Sumatera Utara

114

Eny Kusdarini, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, UNY Press,Yogyakarta, 2011, hal 26

115

(29)

Satu penyebab perubahan iklim di Sumatera Utara (Sumut) karena sekitar 891 hektar hutan di Sumut terbakar. Dari 891 Ha itu 123 hektar merupakan kawasan hutan

lindung dan 764 hektar kawasan ladang dan kebun masyarakat. Perambahan hutan yang mencapai 694.295 Ha pada tahun 2007. Kebakaran hutan pada umumnya disebabkan faktor manusia sebanyak 99 persen, baik di sengaja ataupun karena

kelalaian. Perambahan hutan itu terdiri atas hutan lindung, seluas 207.575 Ha, kawasan konservasi sekitar 32.500 Ha, hutan bakau 54.220 Ha dan hutan produksi

400.000 Ha.

Masalah lain yang timbul banjir besar yang menenggelamkan 15 kecamatan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut) ditengarai karena hutan di Taman

Nasional Gunung Leuser yang sudah semakin gundul. Ini karena hutan sudah mengalami kegundulan di bagian hulu. Sehingga dengan curah hujan yang tinggi, di

hulu tidak tertampung lagi dimana hulu dari Sungai Wampu dan Sungai Besitang. inilah yang saat ini sudah tidak dapat lagi menampung debit air dari hulu.

Hutan di Sumut rusak berat disebabkan juga karena pembalakan liar secara

besar-besaran berkedok pembukaan jalan yang terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal. Bahkan kerusakan hutan tersebut sudah merambah kawasan

hutan lindung Swakamarga Satwa Barumun dan Register 6, 7, dan 8, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Perambahan hutan itu pada akhirnya menyebabkan bencana banjir bandang

yang terjadi di Madina, Tapsel dan Bahorok serta tanah longsor pada musim hujan dan musim kemarau dan kekeringan berkepanjangan. Sumatera Utara adalah sebuah

(30)

Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya didiami ole

pegunungan banyak terdapat Selain itu juga ada menjadi penduduk provinsi ini didominasi ole

116

Sumatera Utara merupakan provinsi yang keempat terbesar jumlah

penduduknya di Indonesia setelah

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada

tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara adalah seramai 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan

pada tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km², sedangkan kadar peningkatan pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu ta 1,20 persen per tahun.

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis denga

Sumatera Timur, pemerintah kolonia kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari et

Sumatera Utara kaya akan sumber daya alam berupa gas alam di daerah

telah dieksplorasi sejak zam117 Selain itu di

116

117

(31)

bijih dan pelebura

Sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sekitar sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga air

Sumatra terdapat terdapat banyak sekali titik-titik panas geotermal yang sangat berpotensi

dikembangkan sebagai sumber energi panas maupun uap yang selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi energi listrik.118

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° – 4° Lintang Utara dan 98° – 100°

Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km². Pesisir Timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena

persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada daerah tengah provinsi terdapat

kantong-kantong konsentrasi penduduk. Tetapi jumlah hunian penduduk paling padat

berada di daerah Timur provinsi ini. Daerah di sekita juga menjadi tempat tinggal penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini. Pesisir barat biasa dikenal sebagai daer

Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulaua Berhala di selat Sumatera (Malaka). Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai

pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di

118

(32)

Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu

terletak di tenggara kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga. Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni

Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini

3.742.120 hektar (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat

dikonversi seluas 52.760 ha.

Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan

yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas

tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.119

Perambahan hutan yang telah terjadi dan menelan banyak korban Serta menghasilkan banyak kerugian meski dibiayai melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), namun tidak memiliki pelepasan kawasan terlebih dulu. Sehingga

melanggar Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Ini masih ditambah dengan adanya konversi lahan seluas 8.000 hektare di kawasan hutan

produksi sejak tahun 2004. Pemkab memberikan izin kepada perkebunan sawit di

119

(33)

Kecamatan Siais, Angkola Selatan untuk membuka kawasan hutan, di mana 3.300 hektar tegakan kayu dirambah karena perusahaan tidak memiliki izin pemanfaatan

hasil hutan kayu (IPK).

IPK tersebut seharusnya diterbitkan oleh pemerintah dan dinas kehutanan. Kasus ini pernah bergulir di Polda Sumut tetapi hingga saat ini tidak jelas

pengusutannya, diduga melibatkan orang-orang penting di Pemkab Tapsel dan sejumlah oknum penegak hukum yang ikut terlibat. Untuk Kabupaten Madina,

kerusakan hutan terjadi akibat konversi lahan gambut di Pantai Barat, yang diambil alih oleh perusahaan perkebunan PT Madina Agrolestari seluas 6.500 hektare. Tanpa memiliki izin pemanfaatan kayu dan izin Hak Guna Usaha tetapi perusahaan sudah

ditanami sawit usia dua tahun.

Kerusakan hutan yang diduga akibat pembalakan liar itu, karena

diterbitkannya izin oleh masing-masing bupati, dalam bentuk Izin Pemanfaatan Kayu Masyarakat (IPKM). Tapi itu hanya kedok saja, karena kayu yang diambil ternyata kayu dalam hutan negara. Hasil razia polisi hutan dan aparat kepolisian, ditemukan

surat IPKM yang dipegang pengusaha berbeda dengan kayu yang dibawa. Kayu hutan seperti kayu kapur dan kayu lain yang diamankan petugas, hanya ada di dalam hutan

negara.

Struktur tanah menjadi rusak karena tidak adanya tanaman yang tumbuh untuk memperlambat laju air yang mengalir sehingga tidak mampu menahan air dan

bencana yang tidak terduga pun datang. Hal lain yang menjadi permasalahan, sebagian besar kondisi hutan di Samosir telah rusak parah karena banyaknya kegiatan

(34)

Sungai Lotung setelah menerima curah hujan tinggi. Selain itu, pihaknya juga tidak menemukan adanya potongan-potongan dalam banjir bandang tersebut yang dapat

diduga sebagai hasil praktik pembalakan liar.120

Di Sumatera Utara akan direalisasikan penanaman pohon Hutan Tanaman Masyarakat (HTM) diatas lahan seluas 30 ribu hektar. Lahan hutan yang yang

menjadi sasaran bidikan penanaman antara lain kawasan hutan Kabupaten Langkat seluas 3.085 hektar, Simalungun 11. 760 hektar, Madina 9.815, Padang Lawas seluas

6.065 hektar, Asahan 1.540 hektar, demikian dikatakan Ketua DPP Assosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI) Basyaruddin Siregar, SP di Medan. Mengambil beberapa kebijakan yakni peningkatan pengawasan yang ketat terhadap

pemanfaatan sumber daya alam serta pengelolaan lingkungan hidup, pengembangan program kali bersih (surat pernyataan kali bersih/superkasih) dan sungai sehat, langit

biru, kota hijau (adipura) dan sebagainya. Urusan lingkungan hidup bukan hanya tugas pemerintah tapi kewajiban bagi semua manusia yang membutuhkan oksigen. Untuk memperbaiki kondisi itu, maka penyelenggaraan pembangunan kehutanan di

seluruh Kabupaten/Kota Sumatera Utara tidak boleh terlepas dari kebijakan Propinsi Sumut. Kemudian kebijakan Propinsi Sumut itu juga harus bersinergi dengan

kebijakan pembangunan kehutanan secara nasional, agar visi sumber daya hutan yang lestari untuk kesejahteraan rakyat melalui mekanisme pengelolaan yang partisipatif, terpadu, transparan dan bertanggungjawab, bisa terwujud.

Berdasarkan fungsinya dari 3,7 juta hektar hutan Sumatera Utara itu fungsi hutan

120

(35)

dalam kawasan lindung seluas 1.774.400 hektar dan fungsi hutan dalam kawasan budidaya seluas 1.967.720 hektar.121

Secara nasional kebijakan pembangunan bidang kehutanan telah dituangkan dalam lima kebijakan prioritas bidang kehutanan sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No.SK 456/Menhut-VII/2004 tanggal 29 November 2004 yaitu

pemberantasan pencurian kayu di hutan Negara dan perdagangan kayu illegal, revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, rehabilitasi dan

konservasi sumber daya hutan, pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan serta pemantapan kawasan hutan.

Khusus sektor kehutanan kebijakan itu katanya harus dipercepat untuk

meningkatkan kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, potensi sumber daya hutan sangat

menjanjikan kemakmuran tapi kontradiktif dengan kondisi masyarat. Hal ini dapat diatasi dengan membangun hutan tanaman baru dengan pola 60 persen hutan tanaman rakyat dan 40 persen Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman.

Mendukung kebijakan pembangunan kehutanan nasional itu dengan sasaran antara lain, terselesaikannya tata batas kawasan hutan baik luar maupun batas fungsi

berkurangnya jumlah konflik pemanfaatan lahan kawasan hutan, menurunnya perambahan dan kebakaran hutan, bertambahnya luas hutan rakyat dan hutan tanaman unggulan untuk kesejahteraan, serta terselenggaranya desentralisasi yang mendorong

pengelolaan hutan yang efisien dan lestari.122

C. Penegakan hukum administrasi negara kaitannya dengan Pengelolaan Hutan

121

diakses tanggal 6 Maret 2015

122

(36)

Untuk mengatasi penebangan hutan dan sekaligus juga perambahan hutan, kiranya pemerintah perlu melakukan restrukturisasi atas kelembagaan ini

sebagaimana yang diamanatkan dalam program ketiga Departemen Kehutanan yaitu: restrukturisasi kelembagaan sektor kehutanan, dengan cara antara lain perlu dibentuk unit-unit pengelolaan hutan untuk setiap unit kawasan hutan di bawah satuan kerja

yang telah ada dengan fasilitas yang memadai. Perlu mendudukkan fungsi Dinas Kehutanan di provinsi Sumatera Utara sebagai regulator di samping fungsinya sebagai

koordinator lembaga/instansi kehutanan yang ada di provinsi/ kabupaten/kota; sehingga jelas tugas/fungsinya sebagai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas umum pemerintahan (melaksanakan kebijakan publik). Selain itu, perlu

mengembalikan fungsi Perhutani ke dalam fungsi BUMN murni yang diberi tugas mencari/ mendapatkan keuntungan finansial bagi perusahaan untuk mendukung

pelaksanaan program pembangunan kehutanan dalam arti luas.123

Mewujudkan supremasi hukum melalui upaya penegakan hukum serta konsisten akan memberikan landasan kuat bagi terselenggaranya pembangunan, baik dibidang

ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan. Namun dalam kenyataan untuk mewujudkan supremasi hukum tersebut masih memerlukan proses dan waktu

agar supremasi hukum dapat benar-benar memberikan implikasi yang menyeluruh terhadap perbaikan pembangunan nasional.

Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah daerah secara konsisten

sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangkan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini,

maka penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalan penegakan

123

(37)

hukum lingkungan. Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata pamungkas. Ini berarti bahwa

kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan telah menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi

administrasi tesebut, namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat

yang menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam bentuk musyawarah / perdamaian / negoisasi / mediasi, namun upaya yang dilakukan menemui jalan buntu,

dan atau litigasi melalui pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup.

Pada dasarnya setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan perubahan yang bersifat positif ataupun negatif. Untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup, maka perlu diusahakan peningkatan dampak positif dan

mengurangi dampak negatif. Kewenangan pemerintah untuk mengatur merupakan suatu hal yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Dari sisi Hukum Administrasi

Negara, kewenangan ini di sebut dengan kewenagan atribusi, yaitu kewenangan yang melekat pada badan-badan pemerintah yang diperoleh dari Udang-Undang. Dengan demikian, badan-badan pemerintah yang berwenang memiliki legitimasi (kewenangan

bertindak dalam pengertian politik) untuk menjalankan kewenangan hukumnya. Karena masalah legitimasi adalah persoalan kewenangan yaitu kewenangan

menerapkan sanksi seperti pengawasan dan pemberian sanksi yang merupakan suatu tugas pemerintah seperti yang diamanatkan oleh undang-undang.

(38)

dalam penegakan hukum lingkungan, diantaranya Bestuursdwang. Bestuursdwang (paksaan pemerintahan) diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari

pengusaha guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. Penarikan kembali keputusan

(ketetapan) yang menguntungkan (izin pembayaran, subsidi). Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu perlu didasarkan pada suatu peraturan

perundang-undangan. Hal ini tidak termasuk apabila keputusan tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan menurut sifanya dapat diakhiri atau ditarik kembali (izin, subsidi berkala).124

Pengelolaan hutan semakin sering terjadi, tak hal kegiatan seperti itu menimbulkan dampak yang besar. Pengelolaan hutan tanpa pemikiran logis dapat

mengakibatkan rusaknya keseimbangan ekosistem lingkungan. Hewan-hewan yang ada di hutan Sumatera Utara sekarang semakin berkurang mengikuti kawasan hutan yang semakin menyempit. Tak hal terkadang hewan-hewan yang ada di hutan keluar

dan masuk kepemungkiman warga untuk mencari makan karena hutan sebagai tempat mencari makan mereka telah dirusak warga. Dan yang tak kalah penting lagi adalah

fungsi hutan sebagai penyedia oksigen dan penyerap carbodioksida, pencegah erosi, mengatasi penggenaan, dan penjaga air tanah. Hutan memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita, baik langsung maupun tidak langsung.

Diantaranya produksi hasil hutan, mengatur iklim mikro dan eko wisata. Oleh sebab itu, kerusakan hutan akan dapat menimbulkan terjadinya bencana alam dan kerugian

yang besar bagi masyarakat, seperti banjir, tanah longsor dan pemanasan global.

124

(39)

Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan manusia terhadap hutan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. perencanaan pengamanan hutan;

b. penyusunan organisasi pengamanan hutan; c. penyediaan sarana dan prasarana;

d. pengamanan secara preventif dan atau represif;

e. sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan;

f. meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan; g. melakukan pengawasan dan pengendalian125

Bila dipikirkan apabila hutan semakin dirusak tentu akan berakibat pada

berkurangnya fungsi hutan. Ujung-ujungnya akan berdampak pada berkurangnya udara bersih karena hutan tidak bisa menyuplai oksigen sebagai mana biasanya dan

karbondioksida yang bebas bertebaran di udara; tanah yang longsor atau erosi karena akar pohon tidak menyangga tanah lagi; Terganggunya sistem hidro-orologis akibat kerusakan hutan. Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau

merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan untuk menjaga tata air. Air

hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik ole

atau runoff begitu besar dapat mengakibatkan banjir; atau pun yang lagi sering dibicarakan adalah pemanasan global yang mengakibatkan suhu udara yang semakin panas.

Sebagian besar dari daerah Sumatera Utara menerima dampak dari perambahan liar, kerusakan dan penebangan hutan baik itu di sekitar kawasan hutan.

Meski dampaknya tidak bisa dirasakan oleh semua orang tetapi jika kita runungkan dapat kita rasakan. Udara yang semakin panas merupakan tanda-tanda dari dampak

125

(40)

tersebut. Selain itu kota Bangko yang tak lagi memiliki lahan terbuka hijau yang banyak guna menjaga kebersihan air dan tanah menyebabkan tanah menjadi kering

dan tandus yang akan menambah kotor udara. Jika dibiarkan bisa menjadi banjir besar.

Penegakan hukum yang dilakukan pemerintah daerah Propinsi Sumatera Utara

yaitu Pengawasan pengawasan preventif dan pengawasan represif.126 Pengawasan preventif dilakukan antara lain pembinaan kesadaran hukum aparatur dan masyarakat,

peningkatan profesionalisme aparatur pelaksana dan peningkatan peran dan fungsi pelaporan, sedangkan Pengawasan represif meliputi tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga masyarakat yang melanggar ketentuan dalam Peraturan

Daerah dan peraturan pelaksanaannya penyerahan penanganan pelanggaran Peraturan Daerah kepada Lembaga Peradilan dan pengenaan sanksi administratif dan hukuman

disiplin kepada para pegawai yang melanggar Peraturan Daerah.127

Pengelolaan hutan disebabkan oleh adanya perambahan besar-besar. Selain itu disebabkan deforestasi atau banyaknya hutan dialih fungsikan, menjadi baik menjadi

perkebunan seperti kebun karet dan sawit. Selain itu ditambah lagi dengan banyaknya kegiatan penebangan hutan yang akhir-akhir ini terjadi. Jutaan pohon di hutan di

digunduli menjadi kayu glondongan yang dikiring ke berbagai wilayah. Selain itu juga disebabkan oleh banyaknya kebakaran hutan yang terjadi baik yang disebabkan oleh ulah manusia maupun karena musim kering yang terjadi di akhir-akhir ini.

Untuk mengatasi banyaknya pengelolaan hutan yang sering terjadi di Sumatera Utara diperlukan pengolaan kawasan hutan yang baik seperti larangan menebang

pohon di kawasan hutan dan pemanajemenan pengelolaan hutan seperti system

126

Ibid, Pasal 55 ayat 2

127

(41)

tembang pilih langsung tanam. Menurut peraturan Perda “kawasan hutan perlu dikelola, dan ditata di wilayah pengelolaan hutan dengan mempertimbangkan fungsi

pokok dan peruntukannya. Ini sebagai syarat terciptanya pengelolaan hutan yang lestari, berkelanjutan, berkeadilan, dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta meningkatkan pendapatan daerah”. Selain itu diperlukannya upaya kita

bersama dalam menjaga dan mengawasi pengelolaan hutan.128 Bentuk sanksi administrasi dapat berupa :

1. Denda.

2. Penghentian sementara usaha/kegiatan. 3. Pencabutan izin129

D. Sanksi Administratif Terhadap Penyalahgunaan Izin Pengelolaan Hutan berdasarkan Peraturan Daerah No. 21 tahun 2002

Sanksi hukum juga dapat dikenakan untuk mereka yang menguntungkan diri

sendiri, orang lain, atau korporasi serta menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan namun menimbulkan

kerugian negara. “Dilihat dari situ saja para penegak hukum seharusnya sudah bisa menjerat pelaku kejahatan kehutanan sebagai pelaku korupsi. Masalahnya, mau atau tidak mereka bergerak”.130

Pengawasan (yang dilakukan oleh birokrasi/pemerintah/Pemda) merupakan jantung dari penegakan hukum administrasi. Sedangkan perizinan, baku mutu

128

diakses tanggal 27 Oktober 2014

129

Op.Cit, Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002, Pasal 63 ayat 2

130

(42)

limbah/emisi atau baku mutu lingkungan dan kewajiban-kewajiban yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan merupakan perangkat administrasi yang

digunakan sebagai tolok ukur pelaksanaan pengawasan pemerintah. Salah satu tugas dan kewenangan Pemerintah dan Pemda (provinsi, kota/kabupaten) adalah: (1) melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ketaatan penangung jawab usaha

dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; (2) menerbitkan

izin lingkungan; dan (3) melakukan penegakan hukum lingkungan hidup. Peraturan Daerah melakukan pengawasan (langsung) terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang izin pengelolaan hutan diterbitkan oleh pemerintah

daerah (diistilahkan "Step in").

Peraturan Daerah juga dapat menerapkan sanksi administratif terhadap

penanggung jawab usaha/kegiatan jika dinas kehutanan secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Namun demikian berdasarkan Undang-Undang

Perlindungan dan Pengelohan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) dan Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Daerah kota/kabupaten (Peraturan Pemerintah Pembagian Urusan Daerah), pemerintah daerah

tetap merupakan tulang punggung penegakan hukum administrasi.

Dengan demikian peranannya dalam melaksanakan penegakan hukum

(43)

manusia dan lingkungan hidup; (2) dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; (3)kerugian yang lebih besar

bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.

Jenis sanksi paksaan pemerintah ini merupakan sanksi yang berpotensi

menakutkan dan oleh karenanya sangat dihindari oleh pemrakarsa kegiatan/penanggung jawab usaha karena dengan pengenaan sanksi ini maka berarti

satu langkah kepada sanksi administratif yang lebih berat yaitu sanksi pembekuan atau pencabutan izin lingkungan. Penjatuhan sanksi administratif dalam bentuk pembekuan dan pencabutan izin apabila penangung jawab usaha tidak melaksanakan

paksaan pemerintah. Paksaan pemerintah daerah juga merupakan sanksi administrasi yang sangat berat dikarenakan adanya sanksi pidana penjara bagi penangung jawab

usaha/dan atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah. Mengingat potensi penegakan hukum administrasi sebagai sarana pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan, dan mendorong penaatan sangatlah besar.131

Jenis-jenis sanksi administratif bagi pemegang izin pemanfaatan hutan berupa: 1. Penghentian sementara pelayanan administrasi

2. Penghentian sementara kegiatan di lapangan 3. Denda administratif

4. Pengurangan jatah produksi

5. Pencabutan izin132

Pemegang izin pemanfaatan hutan adalah perorangan atau koperasi atau

Badan Usaha Milik Swasta atau Badan Usaha Milik Negara yang diberi izin oleh

131

132

(44)

pejabat yang berwenang yang terdiri dari Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK). Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggaran administratif adalah perbuatan yang

diancam dengan sanksi administratif terhadap pemegang izin pemanfaatan hutan di luar.133

Adapun macam dari sanksi dalam hukum administrasi adalah:

a. Bestuurdwang (paksaan pemerintah) : kewenangan untuk atas biaya pelanggar menyingkirkan, mencegah, melakukan atau mengembalikan pada keadaan semula

apa yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Penarikan kembali keputusan

Keputusan akan ditarik kembali oleh Pemerintah, apabila :

1) Yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasanpembatasan, syarat-syarat, atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan menggunakan data yang tidak benar atau tidak lengkap.

c . Pengenaan denda adminisatratif

Sanksi yang berupa kewajiban membayar sejumlah uang dikarenakan melanggar ketentuan yang ada sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang bersangkutan. d. Pengenaan uang paksa

Sanksi ini dapat untuk mengganti sanksi bestuurdwang apabila secara

praktis bestuurdwang sulit dijalankan. Disamping sanksi-sanksi administrasi sebagaimana tersebut di atas, pelanggaran aturan perizinan juga dapat diberikan

sanksi pidana, yang dapat diterapkan secara komulatif bersama-sama dengan sanksi administrasi. Tugas pemerintah daerah dapat dikelompokkan menjadi dua

133

(45)

macam yaitu tugas mengatur dan memberikan pelayanan kepada umum. Tugas mengatur meliputi pembuatan-pembuatan peraturan yang harus dipatuhi

masyarakat, sedangkan tugas memberi pelayanan kepada umum meliputu tugas-tugas pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana finansial dan personal dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi,

kesehatan dan lain sebagainya. Sistem perizinan muncul karena tugas mengatur dari pemerintah, karena perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturan yang harus

dipatuhi masyarakat yang berisikan larangan dan perintah daerah. Dengan demikian izin ini akan digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti cara yang

dianjurkannya, guna mencapai tujuan yang konkrit.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.21 tahun 2002 bahwa :

a. merusak, memindahkan dan menghilangkan tanda batas serta merusak sarana dan prasarana perlindungan hutan lainnya;

b. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara

tidak sah;

c. merambah kawasan hutan;

d. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:

- 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;

- 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; - 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan proses Seleksi sedehana dengan Prakulaifikasi untuk paket pekerjaan konsultansi Perencanaan Pengelolaan DAS Krueng Pasee (Lelang Ulang), Pokja ULP

In this paper, a new method has been presented for the extraction of edge information by using Differential Search Optimization Algorithm.. The proposed method

Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teks hadis hukum dan penjelasannya yang terkait dengan masalah-masalah hukum3. Mahasiswa memiliki kemampuan

In the main step, spectral unmixing of the OLI images is applied to the larch forest, specifying the larch tree spectral signal based on corrected field spectrometer measurements of

Sehubungan dengan Surat Penetapan Pemenang, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) Disnakertrans Provinsi DKI Jakarta

[r]

Nama paket pekerjaan : Pengadaan Belanja Jasa Distribusi PMT Ibu Hamil Tahun 2017 Ke Puskesmas Dan Distribusi PMT Balita Tahun 2017 Ke Puskesmas Program

SISTEM INFORMASI PARIWISATA SUMATERA UTARA KHUSUS KABUPATEN KARO BERBASIS WEB.