• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : UPAYA PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

D. Sanksi Administratif Terhadap Penyalahgunaan Izin

Sanksi hukum juga dapat dikenakan untuk mereka yang menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau korporasi serta menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan namun menimbulkan kerugian negara. “Dilihat dari situ saja para penegak hukum seharusnya sudah bisa menjerat pelaku kejahatan kehutanan sebagai pelaku korupsi. Masalahnya, mau atau tidak mereka bergerak”.130

Pengawasan (yang dilakukan oleh birokrasi/pemerintah/Pemda) merupakan jantung dari penegakan hukum administrasi. Sedangkan perizinan, baku mutu

128

diakses tanggal 27 Oktober 2014

129

Op.Cit, Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002, Pasal 63 ayat 2

130

limbah/emisi atau baku mutu lingkungan dan kewajiban-kewajiban yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan merupakan perangkat administrasi yang digunakan sebagai tolok ukur pelaksanaan pengawasan pemerintah. Salah satu tugas dan kewenangan Pemerintah dan Pemda (provinsi, kota/kabupaten) adalah: (1) melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ketaatan penangung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang- undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; (2) menerbitkan izin lingkungan; dan (3) melakukan penegakan hukum lingkungan hidup. Peraturan Daerah melakukan pengawasan (langsung) terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang izin pengelolaan hutan diterbitkan oleh pemerintah daerah (diistilahkan "Step in").

Peraturan Daerah juga dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab usaha/kegiatan jika dinas kehutanan secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Namun demikian berdasarkan Undang-Undang Perlindungan dan Pengelohan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Daerah kota/kabupaten (Peraturan Pemerintah Pembagian Urusan Daerah), pemerintah daerah tetap merupakan tulang punggung penegakan hukum administrasi.

Dengan demikian peranannya dalam melaksanakan penegakan hukum administrasi bersifat utama dan oleh karenanya sangat strategis. Pengenaan paksaan pemerintah dapat dilakukan tanpa didahului sanksi administrasi teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan: (1)ancaman yang sangat serius bagi

manusia dan lingkungan hidup; (2) dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; (3)kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.

Jenis sanksi paksaan pemerintah ini merupakan sanksi yang berpotensi menakutkan dan oleh karenanya sangat dihindari oleh pemrakarsa kegiatan/penanggung jawab usaha karena dengan pengenaan sanksi ini maka berarti satu langkah kepada sanksi administratif yang lebih berat yaitu sanksi pembekuan atau pencabutan izin lingkungan. Penjatuhan sanksi administratif dalam bentuk pembekuan dan pencabutan izin apabila penangung jawab usaha tidak melaksanakan paksaan pemerintah. Paksaan pemerintah daerah juga merupakan sanksi administrasi yang sangat berat dikarenakan adanya sanksi pidana penjara bagi penangung jawab usaha/dan atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah. Mengingat potensi penegakan hukum administrasi sebagai sarana pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan, dan mendorong penaatan sangatlah besar.131

Jenis-jenis sanksi administratif bagi pemegang izin pemanfaatan hutan berupa: 1. Penghentian sementara pelayanan administrasi

2. Penghentian sementara kegiatan di lapangan 3. Denda administratif

4. Pengurangan jatah produksi 5. Pencabutan izin132

Pemegang izin pemanfaatan hutan adalah perorangan atau koperasi atau Badan Usaha Milik Swasta atau Badan Usaha Milik Negara yang diberi izin oleh

131

132

https://nenytriana.wordpress.com, html, Neny Triana, Sanksi Administrasi Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, diakses tanggal 6 Maret 2015

pejabat yang berwenang yang terdiri dari Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK). Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggaran administratif adalah perbuatan yang diancam dengan sanksi administratif terhadap pemegang izin pemanfaatan hutan di luar.133

Adapun macam dari sanksi dalam hukum administrasi adalah:

a. Bestuurdwang (paksaan pemerintah) : kewenangan untuk atas biaya pelanggar menyingkirkan, mencegah, melakukan atau mengembalikan pada keadaan semula apa yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Penarikan kembali keputusan

Keputusan akan ditarik kembali oleh Pemerintah, apabila :

1) Yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasanpembatasan, syarat-syarat, atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan menggunakan data yang tidak benar atau tidak lengkap.

c . Pengenaan denda adminisatratif

Sanksi yang berupa kewajiban membayar sejumlah uang dikarenakan melanggar ketentuan yang ada sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

d. Pengenaan uang paksa

Sanksi ini dapat untuk mengganti sanksi bestuurdwang apabila secara praktis bestuurdwang sulit dijalankan. Disamping sanksi-sanksi administrasi sebagaimana tersebut di atas, pelanggaran aturan perizinan juga dapat diberikan sanksi pidana, yang dapat diterapkan secara komulatif bersama-sama dengan sanksi administrasi. Tugas pemerintah daerah dapat dikelompokkan menjadi dua

133

macam yaitu tugas mengatur dan memberikan pelayanan kepada umum. Tugas mengatur meliputi pembuatan-pembuatan peraturan yang harus dipatuhi masyarakat, sedangkan tugas memberi pelayanan kepada umum meliputu tugas- tugas pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana finansial dan personal dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya. Sistem perizinan muncul karena tugas mengatur dari pemerintah, karena perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturan yang harus dipatuhi masyarakat yang berisikan larangan dan perintah daerah. Dengan demikian izin ini akan digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya, guna mencapai tujuan yang konkrit.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.21 tahun 2002 bahwa :

a. merusak, memindahkan dan menghilangkan tanda batas serta merusak sarana dan prasarana perlindungan hutan lainnya;

b. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah;

c. merambah kawasan hutan;

d. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:

- 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;

- 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; - 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;

- 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; - 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;

- 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.

e. membakar hutan;

f. menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang;

g. menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah;

h. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

i. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterarigan sahnya hasil hutan;

j. menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang;

k. membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang;

l. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;

m. membuang benda-benda yang dapat rnenyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan;

n. menangkap, mengambil dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.134

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hutan yang pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu pertama hutan lindung, kedua hutan produksi dan ketiga hutan konservasi, di dalam pengelolaanya membutuhkan beberapa izin sesuai dengan jenis usaha pemanfaatannya. Jenis- jenis izin tersebut antara lain :

a. Izin pemanfaatan kawasan hutan

Jenis-jenis usaha dalam pemanfaatan kawasan hutan ini terdiri dari budidaya jamur, budidaya tanaman obat (herbal), budidaya tanaman hias, budidaya persatuaan alam, budidaya tanaman pangan, budidaya perlebahan, budidaya hijauan pakan ternak, budidaya payau, budidaya penangkaran satwa dan tumbuhan, budidaya rotan dan budidaya lainnya yang tidak merusak ekosistem sumber daya alam hutan.

b. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan terhadap hutan lindung dan hutan produksi.

134

Jenis-jenis usahanya terdiri dari; usaha pemanfaatan air, usaha wisata alam/rekreasi, usaha olah raga tantangan, perdagangan karbon, usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.

c. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu pada hutan produksi. Jenis-jenis usaha hasil hutan kayu meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, permanen, pengelolaan dan pemasaran hasil hutan, sementara jenis-jenis usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah pemanfaatan rotan, sagu, nipah, bambu meliputi kegiatan penebangan, permudaan, pemeliharaan, pengamanan, pengelolaan dan pemasaran hasil, pemanfaatan getah, kulit kayu, daun, buah atau biji meliputi kegiatan permanen, pemeliharaan, pengelolaan dan pemasaran hasil.

d. Izin pemungutan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi dan hutan lindung.

Jenis-jenis usaha dalam pemungutan hasil hutan kayu meliputi pengambilan hasil hutan kayu meliputi pengambilan hasil hutan kayu untuk memenuhi kebutuhan individu dan atau fasilitas umum penduduk sekitar hutan pada kawasan hutan produksi alam. Sementara jenis-jenis usaha pemungutan hasil hutan bukan kayu dapat dilakukan pada kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung antara lain; mengambil madu, mengambil rotan, mengambil buah dan aneka hasil hutan lain dan perburuan satwa liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara tradisional.

2. Dalam peraturan daerah Propinsi Sumatera Utara No.21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan hutan di propinsi Sumatera Utara tiada ada diatur tentang

pemanfaatan hutan konservasi. Padahal pada hutan konservasi dapat dimanfaatkan atau dilakukan pula kegiatan sebagai berikut:

a. Pada kawasan suaka alam dan pelestarian alam, pengelolaannya diarahkan untuk terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu lingkungan hidup.

b. Pada suaka alam dan pelestarian alam, pengelolaannya disesuaikan dengan fungsi kawasan, sebagai wilayah perlindungan system penyangga kehidupan, sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya, untuk pemanfaatan secara lestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, untuk pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan eksistemnya.

c. Pada kawasan suaka alam dan pelestarian alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan, a) penelitian dan pengembangan, b) ilmu pengetahuan, c) pendidikan, pelatihan, penerangan, penyuluhan dan, d) kegiatan penunjang budidaya dan budaya.

d. Pada kawasan pelestarian alam dapat pula dilakukan kegiatan wisata alam/rekreasi.

Jadi adapun izin pengelolaa hutan yang diatur didalam Peraturan daerah No.21 tahun 2002 tersebut adalah:

a. Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dapat diberikan kepada perorangan dan koperasi.

b. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan dapat diberikan kepada perorangan, koperasi, badan usaha milik swasta Indonesia, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah.

c. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu dapat diberikan kepada perorangan, koperasi, badan usaha milik swasta Indonesia, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah.

d. Izin pemungutan hasil hutan non kayu pada hutan lindung diberikan kepada perorangan dan koperasi.

Kemudian adapun pengaturan izin pengelolaan hutan yang diatur oleh Peraturan daerah No.21 tahun 2002 di dalam pemanfaatan hutan sebagaimana diuraikan diatas adalah izin usaha yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas atas nama Gubernur, dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan berkewajiban membuat rencana karya disahkan oleh Dinas atas nama Gubernur dan menjaga memelihara serta melestarikan tempat usahanya.

b. Dalam pelaksanaan kegiatannya setiap pemegang izin usaha wajib mengikutsertakan masyarakat disekitar hutan.

c. Izin akan diberikan apabila telah memenuhi aspek kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat.

3. Upaya penegakan hukum administrasi negara terkait maraknya masalah penebangan hutan (illegak loging) baik oleh phak yang tidak maupun oleh pemegang izin usaha pengelolaan diluar dari batas atau syarat yang telah disyaratkan didalam izin yang dimilikinya adalah;

a. Untuk perorangan atau badan yang tidak memiliki izin uaha pengelolaan hutan dilakukan penghentian kegiatan dilapangan dan penghukuman baik administrasi atau pidana atau dilakukan secara bersama-sama administrasi sekaligus hukuman pidana.

b. Untuk perorangan atau badan yang memiliki izin pengelolaan hutan yang melakukan penebangan hutan secara liar dapat dikenakan sanksi berupa penghentian sementara pelayanan administrasi, penghentian sementara kegiatan dilapangan, denda administrasi, pengurangan jatah produksi dan pencabutan izin atau apabila penebangan hutan tersebut merupakan pelanggaran aturan izin pengelolaan hutan juga dapat diberikan sanksi pidana, yang dapat diterapkan secara kumulatif bersama-sama dengan sanksi administrasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang merupakan hasil penelitian dalam skripsi ini dibawah ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Mengingat keberadaan hutan sangat penting dalam kehidupan dan pelestarian

lingkungan maka kepada pemerintah khususnya Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara agar dapat lebih mensosialisasikan Peraturan daerah No.21 tahun 2002 tentang pengelolaan hutan di Propinsi Sumatera Utara. Hal ini ditujukan terutama kepada pengusaha-pengusaha yang berminat untuk bergerak dibidang pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan karena sekalipun pada saat ini izin untuk HPH (Hak Penebangan Hutan) sudah moratorium oleh pemerintah, ternyata sesuai dengan Peraturan daerah No.21 tahun 2002 tersebut masih banyak usaha yang dapat dilakukan terhadap hutan yang sekaligus berfungsi ganda yaitu disatu sisi mendatangkan keuntungan daru sudut bisnis dan yang sisi lainnya sekaligus menjadi hutan dapat dilestarikan.

2. Dikarenakan penelitian dalam skripsi ini adalah melalui studi literature

diperpustakaan, maka disarankan agar ada penelitian berikutnya kelapangan untuk mengetahui secara langsung teknis pengurusan izin pengelolaan hutan tersebut. Hal

ini sangat dibutuhkan mengingat banyaknya jenis izin yang dapat dimohonkan seperti diuraikan pada point 2 kesimpulan skripsi ini. Bahkan didalam Peraturan daerah No.21 tahun 2002 ini selain dari izin-izin yang telah diuraikan diatas, masih ada dibutuhkan izin usaha industry atau izin perbuatan industry primer bila hasil hutan kayu diolah menjadi bahan baku industri.

3. Disarankan kepada semua aparatur Negara khususnya Depertemen kehutanan dan

lebih utama lagi kepada Polhut (Polisi Kehutanan) dan masyarakat luas agar dapat setiap saat dapat mengawasi pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Hal ini diperlukan karena hutan banyak sekali manfaatnya bagi kehidupan dan lingkungan bukan hanya terhadap bangsa dan Negara Indonesia saja, karena kita termasuk paru-paru dunia, sementara disisi lain illegal loging atau penebangan liar hutan Indonesia tetap terjadi dimana-mana khususnya di Propinsi Sumatera Utara. Untuk itu aparatur Negara khususnya yang telah disebutkan diatas agar dapat bahu-membahu dengan warganya agar penebangan hutan secara liar tersebut tidak lagi terjadi atau setidak-tidaknya dapat diminimalisir.

Pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia saat ini merupakan sebuah cerita yang beragam. Di sepanjang jutaan hektar, masyarakat setempat menanami hutan dengan buah-buahan, damar, kopi dan kakao dan sering ditanam bersama dengan pohon kayu-kayuan yang membentuk wilayah yang disebut wanatani (agroforest). Wilayah wanatani ini menyediakan jasa lingkungan yang sama seperti hutan alam, dengan pengecualian pada perbedaan keanekaragaman hayati yang lebih rendah. Banyak masyarakat setempat yang melindungi hutan alam, dan kadang bekerjasama dengan petugas Dinas Kehutanan pemerintah daerah setempat.

Namun, secara keseluruhan keadaan hutan alam Indonesia dapat dikategorikan sebagai salah satu krisis yang dihadapi bangsa ini. Laju deforestasi per tahun yang mencapai satu juta hektar tetap bertahan sepanjang sepuluh tahun terakhir serta kemampuan terpasang industri pengolahan kayu terus berkembang melampaui tingkat pemanfaatan lestari per tahun. Pengelolaan sumber kehutanan modern berdasarkan sifat renewable dan potensi serba guna bagi kesejahteraan rakyat sepanjang masa.

Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintahan menggunakan ijin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin juga suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.17

Izin (dalam arti sempit) adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undag-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk.18

17

Op.Cit, Philipus Mandiri Hadjon, hal 2

18

Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.19

Izin juga dapat dilihat dari arti yang sempit yang tujuannya adalah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya.20

Jadi, yang pokok pada izin adalah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.21

Membicarakan pengertian izin pada dasarnya mencakur suatu pengertian yang sangat kompteks yaitu berupa hal yang membolehkan seseorang atau badan hukum melakukan sesuatu hal yang rnenurut peraturan perundang-undangan harus memiliki izin. terlebih dahulu, maka akan dapat diketahui dasar hukum dari izinnya tersebut.

Menurut Prajudi Admosudirjo, mengatakan bahwa "izin (verguning) adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh undang- undang".22

Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi : "Dilarang tanpa izin memasuki areal/lokasi ini". Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan rincian daripada syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut, disertai dengan

19

Op.Cit, Philipus Mandiri Hadjon, hal 3

20

Ibid

21

Ibid

22

penetapan prosedur atau petunjuk pelaksanaan kepada pejabat pejabat administrasi negara yang bersangkutan.

Menurut Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa :

"Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga mernperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning)".23

Kata perizinan kita peroleh atau kita dengar dan sepintas lalu kata perizinan mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi. Lalu apa sebenarnya perizinan tersebut. Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang biasanya hams dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan.

Setelah kita memahami arti daripada perizinan maka timbul suatu pertanyaan apa yang dimaksud dengan hukum perizinan ? Hukum perizinan adalah : ketentuan yang berkaitan dengan pemberian izin atau bentuk lain yang berkaitan dengan itu yang d.ikeluarkan oleh pemerintah sehingga dengan pemberian izin tersebut

23

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 80.

melahirkan hak bagi pemegang izin baik terhadap seseorang, badan usaha, organisasi, LSM dan sebagainya untuk beraktivitas.

Hukum perizinan merupakan hukum publik yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah di pusat maupun di daerah sebagai aparatur penyelenggaraan negara mengingat hukum perizinan ini berkaitan dengan pemerintah maka mekanisme media dapat dikatakan bahwa hokum perizinan termasuk disiplin ilmu Hukum Administrasi Negara atau hukum 'Tata Pemerintahan seperti yang kita ketahui pemerintah adalah : sebagai pembinaan dan pengendalian dari masyarakat dan salah satu fungsi pemerintah di bidang pembinaan dan pengendalian izin adalah pemberian izin kepada masyaralat dan organisasi tertentu yang merupakan mekanisme pengendalian administratif yang harus dilakukan di dalam praktek pemerintahan.

Hutan sebagai salah satu bagian dari lingkungan hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat penting bagi umat manusia. Hal ini didasarkan pada banyaknya manfaat yang diambil dari hutan. Misalnya hutan sebagai penyangga paru-paru dunia. Menurut Black Law Dictionary, hutan (forest) adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan tempat hidup segala binatang.24

Hutan adalah suatu lapangan pohon-pohon secara keseluruhan yang merupakan persekutuan hidup alam hayati besertaalam lingkungannya, dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Hutan merupakan harta kekayaan yang tidak ternilai, oleh karena itu hasil dari hutan perlu dijaga, dipertahankan dan di lindungi agar hutan dapat berfungsi dengan baik. Istilah hutan merupakan terjemahan

24

Suriansyah Murhaini, Hukum Kehutanan (Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan di Bidang Kehutanan), Penerbit Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2012, hal. 9

dari kata bos (Belanda) dan forrest(Inggris).Forrest merupakan dataran tanah yang

Dokumen terkait