• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum dalam Bidang Hukum Administrasi

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

2.2 Penegakan Hukum dalam Bidang Hukum Administrasi

Hukum administrasi merupakan hukum yang mengatur tentang organisasi dan kewenangan pemerintahan, penormaan pembuatan dan penggunaan istrumen hukum serta penegakannya, serta mengatur perlindungan bagi warga negara dan administrasi itu sendiri. Hukum administrasi berkaitan dengan suatu penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum, berhubungan dengan tindakan pemerintah, serta hubungan relasi antara pemerintah dengan warga negaranya. Dalam konsep hukum administrasi negara, pemerintah diberikan kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan sebagai wujud pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus daerahnya. Pemberian kewenangan legislasi kepada

pemerintah itu tidak hanya memberikan wewenang untuk membuat dan menerapkan norma-norma hukum yang berlaku baik bagi administrasi dan warga negara, tetapi juga wewenang penegakan hukum terhadap peraturan perundang-undangan tersebut ketika terjadi pelanggaran terhadap norma-norma tersebut. Penegakan hukum adalah upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum dalam rangka menciptakan keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam rangka penegakan hukum dalam hukum administrasi yang digunakan untuk mengontrol kebijakan pemerintah, menurut H.W.R. Wade

menyebutkan “the legal system of administrative justice has receive valuable supplementation from the Parliamentary comissioner for Administration, otherwise know as the ombudsman, who since 1967 has been abble to criticise, and often to remedy, injustice caused by maladministration lying beyond the reach of the law”.7

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan sistem hukum terkait keadilan administrasi telah memberikan hal yang sangat berharga oleh Komisaris Parlemen untuk Administrasi, yang dimana sejak tahun 1967 telah memberikan kritik, dan memperbaiki ketidakadilan yang disebabkan kesalahan administrasi yang mengabaikan jangkauan hukum yang berlaku.

Selain menggunakan Ombudsman sebagai suplementasi terkait sistem hukum untuk mencapai keadilan administrasi, pemerintah dalam rangka menegakan hukum administrasi negara dilakukan dengan upaya preventif dan upaya represif dalam melakukan penegakan hukum bagi pelanggaran hukum

7

administrasi. Upaya preventif merupakan upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran hukum terhadap norma-norma hukum yang telah ditetapkan pemerintah. Sedangkan upaya represif merupakan upaya penindakan yang dilakukan pemerintah maupun aparat penegak hukum dalam rangka menegakan norma-norma hukum yang berlaku. Upaya preventif dilakukan dengan cara melakukan pengawasan terhadap jalannya peraturan perundang-undangan sedangkan upaya represif dilakukan dengan cara pemberian sanksi terhadap pelaku yang melanggar hukum.

Pengawasan merupakan salah satu langkah preventif dalam penegakan hukum administrasi untuk melaksanakan kepatuhan terhadap ketentuan norma-norma hukum, sedangkah penerapan sanksi sebagai upaya penegakan hukum administrasi negara merupakan langkah penegakan hukum represif untuk memaksakan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Jika dijabarkan secara rinci, penegakan hukum administrasi terkait dengan masalah legitimasi atau persoalan kewenangan dalam menjalankan instrumen penegakannya yang meliputi :

1Monitoring (Pengawasan)

2Menggunakan wewenang yang memberi sanksi, yang meliputi : a. Paksaan pemerintahan atau tindakan paksa (Bestuur Dwang); b. Uang paksa (Publekrechtelijke Dwangsom);

c. Penutupan tempat usaha (Sluiting Van Een Inrichting);

d. Penghentian kegiatan mesin perusahaan (Buitengebruikstelling Van EenToestel) dan;

e. Pencabutan izin melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan dan uang paksa.8

8

Philipus M. Hadjon, 1991, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Pers, Yogjakarta, h. 241

Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintah dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum, sebagai suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelangaran norma-norma hukum, sebagai suatu upaya refresif. Disamping itu, yang terpenting adalah bahwa pengawasan ini di upayakan dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi rakyat.9 Selain itu dalam Hukum Administrasi Negara, penggunaan upaya dalam pengenaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan pemerintah, yang dimana kewenangan ini bersumber dari aturan Hukum Administrasi Negara. Pada umumnya, memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menetapkan norma-norma Hukum Administrasi Negara tertentu, diiringgi pula dengan memberikan kewenangan untuk menegakkan peraturan peurndang-undnagan itu melalui penerapan sanksi bagi mereka yang melanggar norma-norma Hukum Administrasi Negara tersebut.10

Ditinjau dari segi sasarannya, dalam Hukum Administrasi dikenal dua jenis sanksi, yaitu sanksi repartoir ( reparatoire sancties ) diartikan sebagai sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran norma, yang ditunjukan untuk mengembalikan pada kondisi semula atau menempatkan pada situasi yang sesuai dengan hukum ( legale situatie ). Dengan kata lain, mengembalikan pada keadaan semula sebelum terjadinya. Jenis sanksi berikutnya adalah sanksi punitif adalah

9

Ridwan HR, Op.cit, h.18

10

sanksi yang semata-mata ditunjukan untuk memberikan hukuman (straffen) pada seseorang.11

Menurut Paulus E. Lotulung, pengawasan/ kontrol dalam hukum administrasi negara dibagi menjadi beberapa jenis/model, yakni:

1) Ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang melaksanakan kontrol itu terhadap badan/organ yang di kontrol;

a) Kontrol intern, berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh badan yang secara organisatoris/struktural masih termasuk dalam lingkungan pemerintah sendiri.

b) Kontrol ekstern, berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh organ atau lembaga - lembaga yang secara organisatoris/struktural berada diluar pemerintah.

2) Ditinjau dari waktu dilaksanakannya;

a) Kontrol a-priori, adalah bilamana pengawasan itu dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan pemerintah.

b) Kontrol a-posteriori, adalah bilamana pengawasan itu baru dilaksanakan sesudah dikeluarkannya keputusan pemerintah. 3) Ditinjadi dari segi obyek yang diawasi;

a) Kontrol dari segi hukum (rechmatigheid) yaitu kontrol yang dimaksudkan untuk menilai segi-segi atau pertimbangan yang bersifat hukumnya saja.

b) Kontrol dari segii kemanfaatannya (doelmatigheid) yaitu kontrol yang dimaksudkan untuk benar tidaknya peraturan pemerintah itu dari segi atau pertimbangan kemanfaatannya.12 Sanksi administrasi dapat dirumuskan secara kumulatif, baik kumulasi internal maupun kumulasi eksternal. Dalam kumulasi internal, dua atau lebih sanksi administrasi seperti telah disebutkan di atas, diterapkan bersama-sama dalam satu undang-undang. Sedangkan, kumulasi ekternal berarti sanksi adminsitrasi diterapkan secara bersama dengan sanksi lain, seperti sanksi pidana maupun sanksi perdata.13

11 Ibid, h.316 12 Ibid, h. 296. 13

Dokumen terkait