• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Landasan Teoritis

1.7.1 Teori Negara Hukum

Salah satu langkah utama yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di masa-masa awal era reformasi untuk mengimplementasikan

semangat reformasi, adalah memunculkan kembali terminologi “Negara Hukum”

dalam UUD 1945. Sebagai lembaga tertinggi negara pada masa itu, MPR melakukan langkah tersebut dengan menjadikan hukum menjadi rujukan tertinggi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.12

Indonesia adalah negara hukum yang dimana setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus berdasarkan atas hukum. Dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “ Negara

12

Tim Indonesian Legal Rountable, 2013, Indeks Persepsi Negara Hukum (Rule Of Law Perception Index) Indonesia 2012, Gajah Hidup, Jakarta Selatan, h. 1.

Indonesia adalah Negara Hukum”. Negara hukum harus memenuhi dua

persyaratan yaitu supremacy before the law artinya hukum diberikan kedudukan tertinggi. Syarat kedua adalah equality before the law artinya semua orang pejabat pemerintahan maupun masyarakat biasa sama statusnya atau kedudukannya di mata hukum.13

Negara hukum adalah salah satu gagasan yang sangat penting dimasa sekarang. Hal tersebut merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari gagasan mengenai moralitas politik modern serta tidak terpisahkan dari ide mengenai Hak Asasi Manusia, demokrasi, dan prinsip-prinsip ekonomi pasar bebas.14

Negara Indonesia merupakan negara hukum yang didasarkan atas Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa dan peraturan perundang- undangan yang berlaku bukan hanya berdasarkan atas kekuasaan semata sifat negara hukum tersebut dapat dilihat dari alat-alat kelengkapan pemerintah yang bertindak menurut hukum yang didasarkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Teori negara hukum menggambarkan bahwa negara Indonesia beserta masyarakatnya harus mematuhi hukum yang berlaku baik hukum yang diciptakan oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun hukum yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga diharapkan dapat terciptanya suatu keadaan yang tertib hukum dan menciptakan rasa aman bagi masyarakat yang dimana negara Indonesia pemerintahannya harus berdasarkan

13

C.S.T. Kansil, 2000, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, h. 88.

14

hukum, adanya independensi kekuasaan hakim, penghormatan, pengakuan serta perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia, akses terhadap keadilan dan peraturan yang terbuka dan jelas.

1.7.2 Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum ditinjau dari sudut subyek dan sudut obyek penegakan hukum. Sudut subyek penegakan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.

Penegakan hukum merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada undang-undang saja.

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut

berlaku atau di terapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang di dasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan tolok ukur daripada efektivitas penegakan hukum.15 Faktor hukumnya sendiri dimaksudkan bahwa dalam arti materiil adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat untuk daerah yang sah. Sedangkan Penegak hukum sendiri diartikan sebagai para aktor hukum yang melaksanakan pengayoman, pengawasan serta penindakan dari berjalannya hukum yang diterapkan dalam masyarakat. Penegak hukum dalam mejalankan fungsinya memerlukan alat-alat yang digunakan sebagai penunjang dari pelaksanaannya disebut sarana atau fasilitas. Serta masyarakat sendiri merupakan lingkungan dimana aturan-aturan tersebut di terapkan dan aturan-aturan tersebut berdampak pada lingkungan tersebut. Yang terakhir adalah kebudayaan merupakan segala seni yang ada di dalam kehidupan masyarakat dan mempunyai pengaruh besar terhadap aktifitas kelangsungan hidup sehari-hari masyarakat tersebut.

15

Soerjono Soekanto, 2004, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 8.

1.7.3 Izin dan Perizinan

Izin pada dasarnya adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan berlaku dalam suatu keadaaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundang-undangan.16 Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Spelt dan ten Berge, dalam izin dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian pemerintah mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang bersangkutan.17

Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan masyarakat dengan negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin. Prinsip izin terkait dalam hukum publik oleh karena berkaitan dengan perundang-undangan pengecualiannya apabila ada apek perdata yang berupa persetujuan seperti halnya dalam pemberian izin khusus. Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan perundang-undangan. Menurut WF. Prins izin hanmpir sama pengertiannya dengan dispensasi, hanya saja perbedaannya pada izin termuat uraian yang limitatif tentang alasan penolakannya, sedangkan dispensasi memuat uraian yang limitatif tantang hal-hal yang untuk itu diberikan dispensasi.18 Oleh karena itu izin tersebut secara tidak langsung digunakan oleh pemerintah untuk pengaturan demi

16

Ibid, h. 7.

17

N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge, 1993, Pengantar Hukum Perizinan, (disunting oleh Philipus M Hadjon), Yuridika, Surabaya, h. 2.

18

keselarasannya dalam kehidupan bernegara. Sesuainya perizinan terhadap pembangunan hotel dapat menyebabkan terlindungnya hak asasi manusia dan terlindungnya lingkungan dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab dengan alasan ingin menguntungkan diri sendiri.

1.8 Metode Penelitian

Dokumen terkait