• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Kepemimpinan Berdasarkan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan

3.2.3 Penegakkan hukum (rule of law)

62

Wawancara dengan Brando Simanjuntak Sekretaris DPD IPK Kota Medan. 63

WawancaradenganWaginto anggotaDPRD Kota Medan.

Supremasi Hukum (Rule of Law), dalam pemberian pelayanan publik dan pelaksanaan pembangunan seringkali terjadi pelanggaran hukum, seperti yang paling populer saat ini yaitu terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dalam bentuk KKN, serta pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Dalam hal ini, siapa saja yang melanggarnya harus diproses dan ditindak secara hukum atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya pemberdayaan lembaga-lembaga penegak hukum, penuntasan kasus KKN dan pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan kesadaran hukum, serta pengembangan budaya hukum. Tidak diterapkannya prinsip supremasi hukum akan menimbulkan ketidakpastian dalam penyelenggaraan pemerintahan.Oleh karena itu peran dari walikota sangat penting dalam menegakkan hukum yang adil didalam menjalankan pemerintahan di Kota Medan, misalnya dalam hal pembangunan Kota Medan.Dalam hal menciptakan hukum yang adil dalam menjalankan pemerintahan Kota Medan, baik secara pembangunan, sosial, politik, maupun pelayanannya terhadap masyarakat.

Dalam penjelasan ini didapat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap berbagai pihak yang mengetahui pasti kepemimpinan Walikota Medan Dzulmi Eldin yaitu, seperti yang dijelaskan oleh anggota DPRD Kota Medan Andi Lumbangaol, yang mengatakan bahwa:

“...Banyak hak-hak dasar belum dilaksanakan dan diakomodir secara baik. Terjadinya banjir, tidak menciptakan suasana yang nyaman, banyak papan reklame yang tanpa IMB, tanpa ijin, dan tanpa aturan yang jelas.”64

64

Begitu juga dengan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yakni Brando Simanjuntak, yang mengatakan bahwa Walikota Medan Dzulmi Eldin masyarakat Kota Medan belum mendapatkan Hak Haknya di setiap Kecamatan dan Kelurahan. Berikut adalah penuturan beliau:

“Saya rasa belum merata. Terutama hak masyarakat yaitu perbaikan jalan rusak, banjir harus diperbaiki. Beliau harus peduli dengan semua yang adil disetiap kecamatan dan kelurahan. Saya belum melihat pemerataan itu ada.”65

Adanya transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan kebijakan dapat menjadi poin penting bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi

3.2.4Transparansi (transparency)

Pemerintahan yang terbuka (transparency), adalah tujuan dari seluruh warga Kota Medan, dimana supaya pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah dapat dikontrol oleh masyarakat Kota Medan, dan dapat diketahui oleh seluruh warga masyarakat sejauh mana kinerja oleh aparatur pemerintahan Dzulmi Eldin.Demokrasi adalah salah satu faktor yang mendukung adanya keterbukaan (transparency) terhadap pemerintahan yang dijalankan oleh suatu negara, agar tercipta kesejahteraan, dan tujuan bersama antara warga masyarakat dan pemerintahan Kota Medan.Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), juga merupakan salah satu konsep-konsep untuk menunjang agar terciptanya pemerintahan yang baik di Kota Medan.

65

sehingga dapat melakukan check and balance terhadap jalannya pemerintahan. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait, seperti berbagai peraturan dan perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah dengan biaya minimal. Penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada berbagai komponen masyarakat untuk turut mengambil keputusan. Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa informasi ini bukan sekedar tersedia, tapi juga relevan dan bias dipahami publik.

“...Tidak transparansi. Masyarakat secara umum tidak ada mengetahui, kita juga tidak mengetahui berapa pengeluaran APBD kita....”66

Dari hasil wawancara yang dilakukan jawaban mengenai transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin menyatakan bahwa pemerintahan yang tidak transparan. Menurut penuturan Waginto bahwa pemerintahan Dzulmi Eldin Tidak pernah sama pengeluaran dengan pemasukan. Sekarang pemerintah tidak pernah memberikan kepada siapapun termasuk dewan mengenai berapa titik kontrak-kontrak parkir yang berada di wilayah Kota Medan. Menurut Waginto hal itu berarti ketidak beranian Dzulmi Eldin menjelaskan itu, artinya Dzulmi Eldin tidak transparan. Dipertegas oleh anggota DPRD Kota Medan lainnya, yaitu Asmui Lubis mengungkapkan bahwa pemilihan kepala SKPD dan Kepala Dinas dilakukan secara tertutup, kemudian Masalah-masalah proyek-proyek yang ada di Kota Medan, pertanggung jawabannya kurang maksimal yang diterima oleh DPRD Kota Medan.67

66

Wawancara dengan Brando Simanjuntak Sekretaris DPDIPK KotaMedan.

67

3.2.5 Responsif (responsiveness)

Dari penyataan anggota legislatif yaitu waginto menegaskan bahwa kurangnya

Responsifitas yang dilakukan oleh pemerintahan Dzulmi Eldin dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Kota Medan. Kemudian juga dipertegas juga oleh Brando Simanjuntak bahwa dikoran-koran banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang belum bisa teratasi. Banyak keluhan-keluhan-keluhan-keluhan dari masyarakat dilihat beliau di koran, jalan ini berlobang-lobang. Tolong Pak diperbaiki, macet, banjir belum bisa teratasi.

“...Artinya kan belum direspon dengan cepat. Tapi saya yakin, beliau juga punya keterbatasan. Tapi kalau kita bicara birokrasi pemerintahan, beliau kan punya banyak staff. Seharusnya bisa difungsikannya dan diawasi. Kalau beliau bisa fungsikan semuanya itu...”68

Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi masyarakat saat ini telah berkembang dengan sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan sebuah indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat Penyebabnya ialah pelayanan buruk yang diberikan kepada masyarakat umum. Pelayanan buruk tersebut dikarenakan adanya peraturan yang berlebihan, minimnya transparansi, serta tingkah laku para birokrat yang tidak mendukung untuk menciptakan hukum dan peraturan yang dapat dipatuhi oleh sebagian besar anggota masyarakat. Oleh karena itu tujuan

3.2.6 Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)

68

dari tata kelola pemerintahan yang baik sebagai tujuan pertama adalah mewujudkan pendidikan politik kepada masyarakat (demokrasi) sementara tujuan kedua adalah menciptakan sistem pelayanan yang efesien dan efektif, akuntabilitas, tapi yang menjadi persoalan sekarang adalah tata kelola pemerintahan yang baik lebih fokus kepada pelayan publik, artinya ketika seseorang berbicra tata kelola pemerintahan yang baik maka yang terbayang di depan matanya adalah pelayanan yang efektif dan efesien.

Agar dapat meningkatkan kinerjanya, tata kepemerintahan membutuhkan dukungan struktur yang tepat.Oleh karena itu, pemerintahan baik pusat maupun daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai dukungan struktur yang ada, melakukan perubahan struktural sesuai dengan tuntutan perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan serta menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat. Disamping itu, pemerintahan yang ada juga harus selalu berupaya mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien. Dalam hal ini, harus ada upaya untuk selalu menilai tingkat keefektifan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk kesejahteraan dan keadilan pembangunan di Kota Medan. Tidak diterapkannya prinsip keefisienan dan keefektifan akan menyebabkan pemborosan keuangan dan sumber daya yang ada.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Brando Simanjuntak mengatakan bahwa pembangunan di setiap kecamatan belum merata sehingga dapat dikatakan pemerintahan Dzulmi Eldin belum mengupayakan masyarakat Kota Medan

mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan. Penjelasan Brando Simanjuntak juga ditegaskan oleh anggota DPRD Kota Medan yaitu Asmui Lubis bahwa ada kesenjangan sosial antar kecamatan di Kota Medan.

“Belum. Masih terjadi kesenjangan sosial. Contohnya antara kecamatan Medan Timur dengan Medan Utara. Di Belawan banyak orang yang susah dan pembangunan lebih banyak diarahkan ke kota-kota. Yang sudah cantik aspalnya, diaspal lagi.”69

Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Akuntabilitas didefinisikan sebagai mekanisme penggantian pejabat atau penguasa, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara sistematis, serta ada definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule of law. Sedangkan Akuntabilitas publik didefinisikan sebagai adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien. Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilainilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut.

3.2.7Akuntabilitas (accountability)

69

Dalam penjelasan ini didapat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Anggota DPRD yakni Andi Lumbangaol menjelaskan bahwa realisasi pelaksanaan pembangunan berdasarkan APBD di Kota Medan sampai saat ini masih dalam tahap belum sampai 30% yang artinya realisasinya tidak seimbang dengan waktu yang berjalan. Beliau juga menjelaskan bahwa biasanya nanti di akhir tahun lalu di percepat pembangunan di Kota Medan. Anggota DPRD lainnya yaitu Asmui Lubis juga menjelaskan bahwa Pemerintahan Kota Medan mengenai akuntabilitas anggaran untuk pembangunan Kota Medan tidak efektif dan tidak efesiensi.

“...Tidak jelas, karena APBD anggaran belanja tidak transparan.”70

Dari hasil penelitian ini peneliti melihat bahwa pemerintahan Walikota MedanDzulmi Eldin sejauh ini kurang menerapkan prinsip-prinsip dari tata kelola pemerintahan yang baik itu, terlihat dari jalannya pemerintahan Kota Medan kurang serius menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Walikota Medan Dzulmi Eldin banyak menerima keluhan-keluhan dari masyarakat seperti perbaikan jalan, banjir, dan macet yang belum bisa teratasi yang dalam hal ini responsif pemerintahannya kurang. Mengenai transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin Masyarakat Kota Medan secara umum tidak ada mengetahui berapa pemasukan pengeluaran APBD Kota Medan.Keterlibatan masyarakat Kota Medan dalam pembuatan keputusan yang dilakukan Dzulmi Eldin adalah nilai positif bagi tata kelola pemerintahan Kota Medan.

70

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan

Walikota Medan Dzulmi Eldin dalam menjalankan kepemimpinanya di Balaikota paling menonjol menurut narasumber yaitu menerapkan gaya kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat (Missionary). Perilaku atau gaya kepemimpinan yang ditunjukan oleh Dzulmi Eldin mempunyai ciri-ciri pemimpin berkepribadian ramah dan murah senyum. Dzulmi Eldin selalu berusaha secara aktif mencegah pertentangan, menghindari perdebatan, dan konflik-konflik dengan orang lain. Tipe kepemimpinan yang cocok untuk Dzulmi Eldin adalah tipe kepemimpinan kharismatik yang dalam halini diterapkan Walikota Dzulmi Eldin dalam menentukan keputusan dan kedisiplinan tata tertib sedangkan tipe kepemimpinan bebas (Lassies Faire) jika Walikota lebih sering beraktivitas di luar kantor.

Berikut ini adalah gaya kepemimpinan Dzulmi Eldin hasil penelitian dilihat dari aspek tata kelola pemerintahan yang baik.

1. Partisipasi

Keterlibatan stakeholder, bagaimana kepemimpinan Dzulmi Eldin dalam mengambil keputusan sangat tergantung dengan situasi dan kondisi. Pembongkaran pemukiman sekitaran rel kereta api, penertiban pedagang yang berjualan di trotoar (jalan Seram, Sambu) yang direlokasi ke Pasar

Induk. Dilakukan langkah antisipasi terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi. Semua stakeholderdilibatkan, seperti melibatkan masyarakat meskipun tidak secara langsung.Melibatkan organisasi kepemudaan, masyarakat-masyarakat disetiap kecamatan, kelurahan dan juga mengajak dialog.

2. Rule of Law

Dalam penjelasan ini didapat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap berbagai pihak yang mengetahui pasti kepemimpinan Walikota Medan Dzulmi Eldin yaituBanyak hak-hak dasar belum dilaksanakan dan diakomodir secara baik. Terjadinya banjir, tidak menciptakan suasana yang nyaman, banyak papan reklame yang tanpa IMB, tanpa ijin, dan tanpa aturan yang jelas.

3. Transparansi

Tidak adanya Transparansi atau keterbukaan yang dilakukan oleh Walikota Medan Dzulmi Eldin, seperti membahas anggaran yang dilakukan secara tidak terbuka dan semua orang tidak mengetahui anggaran, Masyarakat secara umum tidak ada mengetahui berapa pemasukan dan pengeluaran APBD. Pemerintahan Dzulmi Eldin tidak pernah memberikan kepada siapapun termasuk anggota dewan mengenai berapa titik kontrak-kontrak parkir yang berada di wilayah Kota Medan Hal ini adalah kondisi yang sangat kontras dengan yang terjadi selama ini hampir di seluruh birokrasi, pemilihan kepala SKPD dan Kepala Dinas dilakukan secara tertutup, kemudian

Masalah-masalah proyek-proyek yang ada di Kota Medan, pertanggung jawabannya kurang maksimal yang diterima oleh DPRD Kota Medan.

4. Responsiveness

Pemerintahan Walikota Medan Dzulmi Eldin dan Seluruh jajaran dibawah Dzulmi Eldin kurang merespon cepat keluhan-keluhan dari masyarakat lebih banyak diam, dan tidak peduli akan keluhah-keluhan dari masyarakat Kota Medan.

5. Consensus orientation

Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur.Seperti bantuan BPJS bagi masyarakat Kota Medan yang tidak mampu, kemudian para musibah kebakaran, dalam hal ini penanggulangan yang bersifat sementara cepat ditanggapi.Jika dicermati Dzulmi Eldin lebih fokus kepada aspek sementara untuk menaikan kredibilitasnya bagi kaum yang tertimpa musibah.

6. Equity

Setiap masyarakat Kota Medanbelum mendapatkan Hak yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan pembangunan di Kota Medan kesenjangan sosial antar Kecamatan di Kota Medan. Contohnya antara kecamatan Medan Timur dengan Medan Utara dan juga Di daerah Belawan banyak orang yang susah dan pembangunan lebih banyak diarahkan ke daerah Medan Kota yang dibuktikan dengan aspal jalan yang sudah bagus, diaspal kembali.

Pemerintahan Walikota Medan Dzulmi Eldin mengenai akuntabilitas anggaran untuk pembangunan Kota Medan tidak efektif dan tidak efesiensi.

8. Accountability

Efektivitas target anggaran belanja terhadap realisasinya Banyak yang tidak dipenuhi dan Kurang efisiensi.Realisasi pelaksanaan pembangunan berdasarkan APBD di Kota Medan sampai saat ini masih dalam tahap belum sampai 30% yang artinya realisasinya tidak seimbang dengan waktu yang berjalan. Beliau juga menjelaskan bahwa biasanya nanti di akhir tahun lalu di percepat pembangunan di Kota Medan.

9. Strategic vision

Visi Walikota Medan Dzulmi Eldin yaitu Medan berhias, kota indah yang tertata rapi dan manusiawi, dengan kepemimpinan dan pemerintah yang bersih melayani.Misi Walikota Medan Dzulmi Eldin yaitu (1) Mewujudkan Medan sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; (2) Menjadikan Medan sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah dan lain-lain; (3) Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota dan ketersediaan pelayanan kesehatan yang gratis sampai rawat inap dan pendidikan yang berkualitas secara gratis selama 12 tahun untuk warga Medan; (4) Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota; dan (5) Membangun pemerintahan yang bersih dan trasparan serta berorientasi pada pelayanan publik.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan Dzulmi Eldin sebagai kepala pemerintahan di Kota Medan untuk semakin memahami dan melaksanakan prinsip prinsip tata kelola pemerintahan yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerah sehingga dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di Kota Medan. Ketika penerapan prinsip prinsip tata kelola pemerintahan dapat dimaksimalkan dengan baik, penulis percaya bahwa kemakmuran masyarakat Kota Medan yang selama ini diidam-idamkan dapat tercapai.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan Kota Medan yang sesuai prinsip – prinsip good governance, Dzulmi Eldin merupakan figure dan cermin pemerintahan Kota Medan. Oleh karena itu, Dzulmi Eldin harus menerapkan prinsip prinsip tata kelola pemerintahan yang baik di Kota Medan, sehingga partisipasi masyarakat yang diharapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah semakin ideal karena secara langsung masyarakat memiliki sosok yang dijadikan sebagai panutan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.

BAB II

Dokumen terkait