• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran judul di atas, maka penulis berusaha menjabarkan istilah-istilah yang penting sehingga lebih jelas dan mudah dalam pemahaman. Adapun istilah- istilah yang perlu penjelasan adalah sebagai berikut:

1. Konsep

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006 : 611) konsep adalah rancangan atau buram (surat dsb), ide atau

17

pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa kongkret, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang di gunakan oleh akal untuk memahami hal lain.

Jadi konsep di sini adalah suatu ide atau pengertian tentang Akhlak dari pemikiran Al-Ghozali. Dan penulis juga membahas tentang bagaimana akhlak guru terhadap murid menurut Al-Ghozali.

2. Akhlak

Kata “akhlak” (Arab:akhlaq) merujuk kepada sumber ajaran islam yang mengakui kebenaran wahyu (revelation). Perangkat nilai-nilai yang di kembangkan dalam akhlak untuk keselarasan komunikasi horizontal dalam lingkungannya (makhluq) dan vertikal (khaliq). Secara sederhana akhlak mengatur hubungan yang santun dan baik antara manusia dengan sesama (makhluq) dan Tuhan (khaliq) (Maemun, 2012: VII)

Akhlak adalah suatu bentuk yang tertanam kokoh di dalam jiwa yang kemudian melahirkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara bebas, mencakup perbuatan baik maupun buruk, terpuji maupun tercela. Secara alamiah ia bisa menerima pengaruh dari pendidikan yang baik maupun buruk. Jika ia dididik untuk mengutamakan keutamaan dan kebenaran, cinta hal-hal yang makruf, cinta kebaikan, dilatih

18

untuk cinta keindahan dan membenci keburukan sehingga akhirnya menjadi sebuah tabiat yang melahirkan perbuatan baik dengan begitu mudah tanpa di buat-buat (Jabir, 2014: 268).

Jadi akhlak di sini adalah berbagai perbuatan baik yang lahir dari seseorang yang dilakukan tanpa dibuat-buat olehnya, dan diharapkan guru akan bisa memperhatikan serta melaksanakan akhlak yang akan dijelaskan pada konsep Imam Ghozali. Akhlak guru pula merupakan adab dan tingkah laku guru dalam semua aspek mengikut garis panduan syariat Islam. 3. Guru

Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa inggris, di jumpai kata

teacher yang berarti pengajar (Nata, 2001: 41).

Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.

Sementara masyarakat memandang guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushala, atau tempat lain.

Semua pihak sependapat bila guru memegang peranan amat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan (Asmani, 2015: 20).

19 4. Murid

Kata murid berasal dari bahasa arab ‘arada, yuridu

iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer), dan menjadi salah satu sifat Allah SWT. Yang berarti Maha Menghendaki. Pengertian seperti ini dapat di mengerti karena seorang murid adalah orang yang menghendaki agar mendapat ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan di akhirat dengan jalan belajar yang sungguh- sungguh. Istilah murid ini digunakan dalam ilmu tasawuf sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasawuf kepada seorang guru yang dinamai syaikh (Nata, 2001: 49).

5. Perspektif

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006 : 881) perspektif di definisikan sebagai cara melukiskan sesuatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya). Bisa di artikan pula sebagai sudut pandang atau pandangan.

Jadi, yang penulis maksud perspektif dalam penelitian ini adalah pandangan atau pemikiran Imam Al-Ghozali khususnya tentang akhlak yang seharusnya di miliki guru terhadap murid.

20 6. Imam Al-Ghozali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al-Ghozali. Versi lain menyebutkan bahwa nama lengkap beliau dengan gelarnya Syaikh al-Ajal al-Imam al-Zahid, al-Said al-muwafaq Hujjatul Islam.

Zainuddin Syaraf mengatakan bahwa nama lengkap al- Ghozali adalah al-Ummah Abi Muhammad bin Muhammad al- Ghozali al-Tusi.

Dalam Tahdzib Ihya Ulum ad-Din, nama lengkap al- Ghozali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad (bukan Muhammad) al-Ghozali. Para ulama ahli sejarah menyebutkan bahwa :

al-Ghozali lahir pada tahun 450 H. di Thus, dan meninggal dunia pada tahun 505 di kota yang sama. Sumber lain menyebutkan bahwa ia lahir di kota Ghazalah, sebuah kota kecil dekat Thus di Khurasan, yang ketika itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia islam (Nata, 2001: 55). 7. KitabIhya’ Ulumuddin

Ihya’ Ulumuddin (Ihya) atau Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama adalah adikarya imam al-Ghozali. Abu al- Ghafar Farsi, yang hidup sezaman dengan imam al-Ghozali, mengatakan bahwa buku atau kitab seperti ihkya’ belum

21

pernah ditulis sebelumnya. Imam Nudi berkata, “[Mutu] Ihya’ mendekati al-Qur’an.” Syaikh Abu Muhammad berkata, “jika semua cahaya ilmu didunia ini lenyap, mereka dapat dinyalakan kembali oleh Ihya’. Syaikh Abdullah Idris, seorang ulama- wali terkemuka pada zamannya, menyimpan memori kuat atas setiap bagian dari Ihya’.

Pada suatu hari, seorang wali masyhur bernama Quthub Syaji memegang kitab Ihya’ seraya berkata, “Tahukah kalian kitab apa yang ada di tanganku ini ?” Kemudian ia memperlihatkan bekas-bekas cambukan di punggungnya. ‘Semalam, Imam al-Ghozali membawaku menghadap Rasulullah Saw dan mencambuki punggungku karena mencoba menolak kitab ini. Inilah bekas-bekas cambukan pada punggung saya.” (Ghazali, 2014: 16)

Ihya’ Ulumuddin merupakan karya magnum opusnya Al- Ghozali yang menjadi rujukan umat muslim seluruh dunia hingga sekarang.

Hassan (1991) menekankan mengenai kepentingan Kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din sebagai rujukan para guru seperti katanya, “Konsep pendidikan guru sepatutnya diambil dari tradisi dan pencapaian dari intelektual kita yang lalu. Karya-karya monumental seperti Ihya’ ‘Ulum al-Din seharusnya menjadi buku teks bagi setiap bakal guru” (hlm. 98). Beliau juga

22

menyarankan bakal-bakal guru agar menjadikan Kitab Ihya’ ‘Ulum al-Ddin, Kitab Ta’alim al-Muta’allim Tariq al-

Ta’allum (belajar cara belajar) karangan al-Zarnuji (65-132H) dan karya al-Qabisi sebagai rujukan (Hassan 1991). Jelas di sini bahwa Kitab Ihya’ Ulum al-Din patut dijadikan rujukan oleh guru-guru (http://ejournal.ukm.my, 2016: 32).