• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Akhlak Guru Terhadap Murid Dalam Konteks Pendidikan Zaman Modern Perspektif Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.Skripsi - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Konsep Akhlak Guru Terhadap Murid Dalam Konteks Pendidikan Zaman Modern Perspektif Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.Skripsi - Test Repository"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM

KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT

PERSPEKTIF IMAM AL-

GHOZALI DALAM KITAB IHYA’

ULUMUDDIN”

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

PRYDAR SAKTI INDRAWAN

NIM: 111-14-169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM

KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT

PERSPEKTIF IMAM AL-

GHOZALI DALAM KITAB IHYA’

ULUMUDDIN”

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

PRYDAR SAKTI INDRAWAN

NIM: 111-14-169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.

Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing Lampiran : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara:

Nama : Prydar Sakti Indrawan

NIM : 11114169

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN

MODERN MENURUT PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI DALAM KITAB IHYA’ULUMUDDIN”

Dapat diajukan dalam sidang munaqosah skripsi. Demikian nota pembimbing ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 26 Juli 2018

Pembimbing

(5)

v

DEKLARASI DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Prydar Sakti Indrawan

NIM : 111 14 169

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN”

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

Salatiga, 26 Juli 2018 Yang menyatakan,

(6)

vi

PENGESAHAN SKRIPSI

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI DALAM KITAB IHYA’ULUMUDDIN”

Disusun Oleh:

PRYDAR SAKTI INDRAWAN NIM : 111 14 169

Telah diperhatikan didepan Panitia Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2018 dan dinyatakan lulus, sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana S1 Pendidikan

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag.,M. Phil :__________________ Sekertaris Penguji : Drs. A. Sulthoni, M.Pd :__________________ Penguji I : Dr. Rasimin, M.Pd :__________________ Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd.I.:__________________

Salatiga,18 September 2018 Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(7)

vii MOTTO

Kekayaan yang paling berharga adalah akal. kefakiran yang

paling besar adalah kebodohan. sesuatu yang paling keji

adalah sikap ujub, bangga diri. kemuliaan yang paling tinggi

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua hebatku bapak Supriyanto dan ibu Darsih yang selalu mendukung kegiatan, memberikan motivasai, dukungan finansial, dan doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Adikku tersayang Frida Purti Purnareksa dan Frida Giva Trireksa yang selalu menghiburku, dan menjadi penyemangat.

3. Inspirator sepesial Sarah Faradilla Alfiana yang selalu memberi motivasi dalam setiap perbincangan kami, teman curhat maupun debat, bersedia menjadi teman kesana kemari, dan bersedia repot untukku serta membantu menyelesaikan skripsi ini.

4. Teman-temanku seperjuangan Lukman Rahardian, Ardan Afiffudin, Nizar Azim Mustofa, Irvan, Shobirin, Muhammad Abdus, Farah Humaida H dan banyak lagi yang tidak dapat kusebutkan.

5. Teman-teman UIN Sunan Kalijaga (jogja) khususnya Rizka manarulhuda, baim, Dhea Putra, Obama, Juki, Fahru Riza Arma dan teman-teman kontrakan MASKARA di jogja yang bersedia memberikan tempat selama masa penyelesaian skripsi ini.

6. Teman- teman UIN Walisongo (Semarang) khususnya Hendra Setyawan, Bilad Maulana, Vicky botak, Yahdillah, Asyil Khoirul umam

(9)

ix

7. Teman-teman Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Kudus khususnya Habibi, Khirmi, Aris, Kholiq, Wibowo yang selalu rela menjadi tempat ketika penulis ingin berbagi kegilaan.

8. Kawan-kawan VESPA di Jogjakarta, kawan mengusir penat, kawan ridding, Beng setyadi, Qodri, Fikri, dan masih banyak lagi kawan yang belum satu-persatu kusebut

9. Kawan-kawan Institut Seni Jogjakarta (ISI) Khususnya kawan-kawan dari Medan, Pekanbaru, Bondowoso yang bersedia berbagi pengalaman.

10. Teman-teman UKM Teater Getar yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman.

11. Seluruh teman-temanku dimanapun kalian berada, terima kasih atas pengalaman, pengetahuan, serta motivasi yang telah kalian berikan.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan doanya.

Salatiga, 26 Juli 2018

(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba yang senantiasa mau berusaha dalam mengarungi samudra kehidupannya masing-masing. Shalawat dan salam tidak lupa senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

Alhamdulillahirabil’alamin penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa memberi arahan, bimbingan, maupun doa. Maka dari itu penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing akademik yang selalu memberi bimbingan dan motivasi dalam menjalankan studi 5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang

(11)

xi

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan ilmu, ajaran, dan pelayanan kepada penulis

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih

Wassalamu’alaikum wr. wb

Salatiga, 26 Juli 2018

(12)

xii ABSTRAK

Indrawan, Prydar Sakti (11114169). 2018. Konsep Akhlak Guru Terhadap Murid Dalam Konteks Pendidikan Zaman Modern Perspektif Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.Skripsi. Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.

Kata Kunci: Akhlak Guru, Relevansi Akhlak Guru

Tujuan skripsi ini, yaitu: (1) Mendeskripsikan Akhlak Guru Terhadap Murid Menurut Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin. (2) Mendiskripsikan relevansi konsep aklak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dengan konsep pendidikan zaman modern.

Untuk mencapai tujuan di atas penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data pustaka yaitu membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku dan karya ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini dengan mengutamakan data primer. Sumber data meliputi sumber data primer yakni kitab Ihya’Ulumuudin karya Imam Al-Ghozali, serta sumber data sekunder diantaranya buku-buku literatur, intenet, artikel, jurnal.

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR LOGO IAIN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERSYARATAN KEASLIAN TULISAN ... v

PENGESAHAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Metode Penelitian... 12

F. Penegasan Istilah ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI A. Riwayat Hidup Imam Al-Ghozali ... 24

B. Guru- Guru Imam Al-Ghozali ... 25

C. Sahabat – Sahabat Imam Al-Ghozali ... 26

(14)

xiv

E. Ihya Ulumuddin ... 32 F. Pendidikan Imam Al-Ghozali ... 33

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM AL-GHOZALI

A. Guru dan Murid ... 39 B. Akhlak Guru terhadap Murid ... 48

BAB IV ANALISIS AKHLAK GURU

A. Analisis Akhlak Guru terhadap Murid Perspektif

Imam Al-Ghozali ... 60 B. Relevansi Akhlak Guru Perspektif Imam Al-Ghozali ... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tugas Pembimbing Skripsi 2. Lembar Konsultasi

3. Nilai SKK

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah upaya sadar dan terstruktur dan sistematis sebagai upaya pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan menuntut sebuah upaya dan usaha yang terencana sesuai dengan aturan pelaksanaan yang sudah ditetapkan. Menyangkut hal tersebut pendidikan yang yang bertujuan sebagai upaya pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia hendaknya dilakukan dengan secara utuh dan menyeluruh. Hal ini bertujuan agar pendidikan tersebut dapat memberikan kontribusi lebih terhadap kemajuan kehidupan bangsa dimasa yang akan datang. Namun hal yang terpenting dalam pendidikan itu sendiri adalah hadirnya seorang guru, dimana guru adalah ujung tombak terpenting dalam kemajuan pendidikan itu sendiri.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) di jelaskan makna guru adalah

“/gu·ru/ n orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,

profesinya) mengajar;-- kencing berdiri, murid kencing berlari, pb

(17)

2

Para guru umumnya menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan meningkatkan kualitas manusia seutuhnya, yaitu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai IPTEKS dan mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Idealnya para guru di tuntut selalu tampil profesional. Dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi prinsip “Ing ngarso song tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya seorang guru bila di

depan memberikan suri tauladan (contoh), di tengah memberikan prakarsa, dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi (Rushman, 2014 : 15).

Setiap guru boleh saja memandang dirinya profesional. Pagi hari berangkat ke sekolah, sore baru pulang. Setiap hari tampil di depan kelas, tak pernah absen. Mengajar dan mengajar adalah prioritas utama. Dan metode-metode yang di gunakan sesuai menurut kurikulum yang di tentukan di sekolah, namun apakah guru tersebut tergolong guru professional?

Maka dari itu penulis mencoba memaparkan dahulu arti dari profesionalisme dalam konteks konsep dasar profesionalisme.

(18)

3

mana keahlian itu hanya di peroleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus. (Arifin, 1995:105). Jadi profesionalisme mengarah kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang di embannya.

Dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pasa siswa unruk berfikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi seorang guru profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan kaidah-kaidah guru profesional (Rushman, 2014 : 16).

(19)

4

1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi dan perasaan, dan dapat di kembangkan sesuai dengan potensinya; sementara itu pendidikan di landasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.

2. Pendidikan dilakukan secara intapersonal, yakni secara standar bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang di ikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupaka acuan para pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan. 3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka

hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan. 4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia,

yakni manusia yang mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.

5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang di kehendaki oleh pendidik agar selaras dengan nilai-nilai yang di junjung tinggi masyarakat.

(20)

5

(dimensi intrinsik) dengan misi instrumental, yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.

Pendidikan yang baik sebagaimana yang di harapkan oleh masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya selau menantang, mengharuskan adanya pendidik yang profesional. Hal ini berarti bahwa masyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah di perlukan orang tua yang baik dan di sekolah dibutuhkan guru yang profesional. Akan tetapi, dengan ketiadaan pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional,

maka hal ini menyebabkan timbulnya beracam-macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik, tegasnya guru yang profesional.

Selain itu ada beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru yang profesional meliputi:

(21)

6

2. Kompetensi Personal, adalah kemapuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Namun pada konteks pendidikan zaman modern ini seringkali masyarakat berasumsi bahwa bobroknya kualitas murid di dasarkan pada guru yang tidak mampu dalam mengemban tugasnya, bila dulu guru di anggap sebagai orang berilmu yang arif dan bijaksana, kini guru terlihat hanya sebagai fungsionaris pendidikan yang mengajar pada faktor-faktor tertentu, sehingga menjadikan para murid kesulitan mencari sosok idola dan suri tauladan.

(22)

7

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta masyarakat tidak men-generalisasi oknum guru yang melakukan kekerasan terhadap peserta didik. Apalagi tindak kekerasan itu disebar secara viral di dunia maya yang belum jelas kebenarannya."Kalau dari 3,41 juta kemudian ada satu ya jangan kemudian dibikin kesimpulan bahwa semua guru seperti itu (melakukan kekerasan)," kata Muhadjir usai Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (25/11) (Jawa Pos, 2017 : 16:05).

Pernyataan Muhajir ini disusul dengan beredarnya berita secara viral bahwa kasusu pemukulan terhadap siswa yang terjadi di Kendari yang menjadikan keprihatinan di dunia pendidikan ini. Hanya karena masalah sepele yaitu siswa tidak sengaja menjatuhkan kaki kursi yang lepas, lantas oknum guru tersebut melayangkan beberapa pukulan keras yang menyebabkan siswa tersebut pingsan.

(23)

8

depan kelas. Saat kursi hendak dipindah dengan cara dipikul, ternyata kaki kursi terlepas. Kaki kursi yang jatuh terpental ke lantai itu menyebabkan bunyi keras. Tak disangka hal itu membuat guru tersebut tersinggung. "Kamu kenapa banting kursi? Sini kamu, sini!" ujar salah seorang rekan Aldin menirukan bentakan guru itu. "Aldin dipanggil sama guru, belum sempat bicara banyak, pukulan melayang ke leher Aldin," ujar Irwan, rekan Aldin. Irwan melanjutkan, Aldin langsung jatuh dan tak sadarkan diri. Saat itu, puluhan rekannya langsung mengerumuni korban. Ikram, salah seorang keluarga korban mengatakan, saat itu Aldin langsung pingsan selama 45 menit.

(24)

9

AKP Noufaldri Widyatama membenarkan kejadian itu. Noufaldri melanjutkan, saat ini pihaknya sudah melakukan visum terhadap korban. "Sudah divisum, memang benar dia benjol. Kita sudah terima laporan saksi dan korban, besok kita periksa gurunya," ujar Noufaldri (Liputan 6, 2018 : 19:05).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, entah dari sumber literatur yang dibaca ataupun pengalaman lapangan yang ditemui, masih banyak sekali ditemukan permasalahan dalam profesisionalisasi guru tersebut, salah satunya adalah tidak adanya mengenai akhlak yang semestinya dijalankan oleh seorang guru, dan bukan mengenai soal membentuk murid, yang terkadang guru lupa akan nilai spiritual dalam diri masing-masing seperti contoh seorang guru harus melakukan terlebih dahulu apa yang dia ajarkan, dan tidak boleh berbohong dengan apa yang di sampaikannya. Ilmu dapat di serap dengan mata batin, dan amal dapat di saksikan melalui pandangan mata lahir, oleh karena itu jika perbuatan seorang guru bertentangan dengan apa yang dia anjurkan, berarti dia tidak sedang membantu memberi petunjuk dan tuntunan,

(25)

10

menyelamatkan anak-anaknya dari kesengsaraan hidup di alam dunia ini.

Mengingat tugas seorang guru itu berat maka guru mendapatkan kedudukan yang mulia dalam islam, bahkan Allah sendiri sangat menghargai orang yang berilmu (guru/ulama) dengan meninggikan derajat mereka,

Allah berfirman dalam Q.S.al-Mujadilah [58]: 11:

ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذهلاَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذهلا ُ هاللَّ ِعَفْرَي

Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Kemenag RI, 2014: 543).

Merujuk pada permasalah yang telah di paparkan peneliti di atas bahwa, guru yang di maksud oleh peneliti ini ialah guru yang mengajarkan ilmu-ilmu tentang akhirat (ukhrawi), atau ilmu-ilmu tentang dunia (duniawi) dengan tujuan keabadian negeri akhirat.

Seorang guru dinilai membinasahkan diri sendiri dan murid-muridnya jika ia mengajar hanya demi kepentingan dunia ini semata. Karena itu, seorang guru yang berorientasi pada kepentingan akhirat akan senantiasa menempuh perjalanan hidupnya di dunia untuk tujuan menggapai kebahagiaan negeri akhirat nanti.

(26)

11

pada hakikatnya para ulama’ dan putra-putra akhirat itu laksana musyafir yang sedang berpergian bersama-sama menuju Allah Swt (Al-Ghozali, 2011 : 124).

Berdasarkan permasalah yang penulis paparkan di atas, penulis mencoba untuk meneliti konsep Akhlak Guru Terhadap Murid Dalam Konteks Pendidikan Zaman Modern Menurut Perspektif Imam Al-Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.

Imam Al-Ghozali dipilih, karena beliau adalah seorang tokoh terkemuka dalam dunia islam, baik ilmuan barat maupun timur semua mengenai Al-Ghozali.

Ketenaran Al-Ghozali bukan tanpa alasan. Kehadirannya banyak memberikan khazanah bagi kehidupan manusia. Figur Al-Ghozali sebagai pengembara ilmu yang sarat pengalaman mengantarkan posisinya menjadi personifikasi di segala bidang dan di setiap zaman. Kegigihannya dalam menelusuri kebenaran dan ilmu yang bermodalkan otak brilian (cemerlang), sarat dengan ciri keutamaan sekaligus kecendekiawanannya menjadikan dirinya pantas menyandang gelar sebagai 'alim/ilmuwan sejati.

Al Ghozali juga dikenal sebagai ilmuwan yang konsekuwen, kedalaman dan keluasan ilmunya tidak membuatnya congkak dan sombong apalagi gegabah bertindak (Nur’Aini J, 2001:4).

(27)

12

guru terhadap murid dalam kitab tersebut, serta untuk mengkaji relevansinya dengan para ahli pendidikan sekarang ini, maka pengkajian kitab Ihya’ Ulumuddin, di tinjau dari segi isi dengan relevansinya dengan pendapat para ahli dewasa ini, serta hal-hal yang harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh guru dan murid penyusun lakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan penelitian yang dikemukan pada latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian secara umum yaitu :

1. Bagaimana akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dalam kitab Ihya’ ulumuddin?

2. Bagaimana relevansi konsep akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dengan konsep pendidikan zaman modern? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dalam kitab Ihya’ ulumuddin.

(28)

13 D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritik Akademik

a) Sebagai sebuah kajian keilmuan, dan pengenalan konsep Akhlak Guru terhadap Murid.

b) Menambah khasanah Keilmuan dan wawasan bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya tentang konsep Akhlak Guru terhadap Murid menurut imam Al-Ghozali dengan Konsep Pendidikan Masa Kini.

2. Secara Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis, serta bahan refleksi untuk memberikan masukan kepada guru bagaimana memberlakukan adab kepada muridnya secara islam.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

(29)

14 2. Sumber Data

Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Sedangkan data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan skunder.

a. Sumber data primer

sumber data primer adalah sumber data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu kitab Ihya’Ulumuudin karya Imam Al-Ghozali.

b. Sumber data skuder

Sumber data skunder adalah data informasi yang di peroleh dari sumber-sumber lain selain data primer, secara tidak langsung bersinggungan dengan tema penelitian yang dilakukan. Diantaranya buku-buku literatur, intenet, artikel, jurnal, dan sumber data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Seperti terjemahan kitab Ihya’ Ulumuddin. Untuk memudahkan penulis dalam menerjemahkan kitab aslinya. Dalam penulisan ini tentu tidak lepas akan adanya beberapa referensi yang berkorelasi dengan judul untuk membantu menjelaskan, menjabarkan dan memperkuat pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghozali. 3. Teknik Pengumpulan Data

(30)

15

skripsi ini dengan mengutamakan data primer. Adapun data pendukung tersebut merupakan kajian dari pemikiran Imam Al-Ghozali tentang sejarah pendidikan dan juga konsep pemikirannya tentang pendidikan khususnya mengenai adab seorang guru dan murid.

4. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan adalah analisis isi (content analysis),

dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

Metode content analysis digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk lambing yang terdokumentasi atau didokumentasikan, baik bentuk artikel, jurnal, maupun karya-karya Imam Al-Ghozali (Tobroni, 2001: 71).

(31)

16

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji isi kitab Ihya’

Ulumuddin babakhlak yang mengandung penjelasan mengenai akhlak seorang guru dan murid dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah Deskriptif, yaitu mengurai teks-teks dalam kitab Ihya’

Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru terhadap murid.

b. Langkah Interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam kitab Ihya’ Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru

terhadap murid.

c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari kitab Ihya’

Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru terhadap murid.

d. Langkah mengambil keputusan, yaitu mengambil kesimpulan dari kitab Ihya’ Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang

guru terhadap murid.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran judul di atas, maka penulis berusaha menjabarkan istilah-istilah yang penting sehingga lebih jelas dan mudah dalam pemahaman. Adapun istilah-istilah yang perlu penjelasan adalah sebagai berikut:

1. Konsep

(32)

17

pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa kongkret, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang di gunakan oleh akal untuk memahami hal lain.

Jadi konsep di sini adalah suatu ide atau pengertian tentang Akhlak dari pemikiran Al-Ghozali. Dan penulis juga membahas tentang bagaimana akhlak guru terhadap murid menurut Al-Ghozali.

2. Akhlak

Kata “akhlak” (Arab:akhlaq) merujuk kepada sumber

ajaran islam yang mengakui kebenaran wahyu (revelation). Perangkat nilai-nilai yang di kembangkan dalam akhlak untuk keselarasan komunikasi horizontal dalam lingkungannya (makhluq) dan vertikal (khaliq). Secara sederhana akhlak mengatur hubungan yang santun dan baik antara manusia dengan sesama (makhluq) dan Tuhan (khaliq) (Maemun, 2012: VII)

(33)

18

untuk cinta keindahan dan membenci keburukan sehingga akhirnya menjadi sebuah tabiat yang melahirkan perbuatan baik dengan begitu mudah tanpa di buat-buat (Jabir, 2014: 268).

Jadi akhlak di sini adalah berbagai perbuatan baik yang lahir dari seseorang yang dilakukan tanpa dibuat-buat olehnya, dan diharapkan guru akan bisa memperhatikan serta melaksanakan akhlak yang akan dijelaskan pada konsep Imam Ghozali. Akhlak guru pula merupakan adab dan tingkah laku guru dalam semua aspek mengikut garis panduan syariat Islam. 3. Guru

Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa inggris, di jumpai kata

teacher yang berarti pengajar (Nata, 2001: 41).

Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.

Sementara masyarakat memandang guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushala, atau tempat lain.

(34)

19 4. Murid

Kata murid berasal dari bahasa arab ‘arada, yuridu

iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer), dan menjadi salah satu sifat Allah SWT. Yang berarti Maha Menghendaki. Pengertian seperti ini dapat di mengerti karena seorang murid adalah orang yang menghendaki agar mendapat ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan di akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Istilah murid ini digunakan dalam ilmu tasawuf sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasawuf kepada seorang guru yang dinamai syaikh (Nata, 2001: 49).

5. Perspektif

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006 : 881) perspektif di definisikan sebagai cara melukiskan sesuatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya). Bisa di artikan pula sebagai sudut pandang atau pandangan.

(35)

20 6. Imam Al-Ghozali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al-Ghozali. Versi lain menyebutkan bahwa nama lengkap beliau dengan gelarnya Syaikh al-Ajal al-Imam al-Zahid, al-Said al-muwafaq Hujjatul Islam.

Zainuddin Syaraf mengatakan bahwa nama lengkap Ghozali adalah Ummah Abi Muhammad bin Muhammad al-Ghozali al-Tusi.

Dalam Tahdzib Ihya Ulum ad-Din, nama lengkap al-Ghozali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad (bukan Muhammad) al-Ghozali. Para ulama ahli sejarah menyebutkan bahwa :

al-Ghozali lahir pada tahun 450 H. di Thus, dan meninggal dunia pada tahun 505 di kota yang sama. Sumber lain menyebutkan bahwa ia lahir di kota Ghazalah, sebuah kota kecil dekat Thus di Khurasan, yang ketika itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia islam (Nata, 2001: 55). 7. KitabIhya’ Ulumuddin

Ihya’ Ulumuddin (Ihya) atau Menghidupkan Kembali

(36)

21

pernah ditulis sebelumnya. Imam Nudi berkata, “[Mutu] Ihya’

mendekati al-Qur’an.” Syaikh Abu Muhammad berkata, “jika semua cahaya ilmu didunia ini lenyap, mereka dapat dinyalakan kembali oleh Ihya’. Syaikh Abdullah Idris, seorang

ulama- wali terkemuka pada zamannya, menyimpan memori kuat atas setiap bagian dari Ihya’.

Pada suatu hari, seorang wali masyhur bernama Quthub Syaji memegang kitab Ihya’ seraya berkata, “Tahukah kalian kitab apa yang ada di tanganku ini ?” Kemudian ia

memperlihatkan bekas-bekas cambukan di punggungnya. ‘Semalam, Imam al-Ghozali membawaku menghadap

Rasulullah Saw dan mencambuki punggungku karena mencoba menolak kitab ini. Inilah bekas-bekas cambukan pada punggung saya.” (Ghazali, 2014: 16)

Ihya’ Ulumuddin merupakan karya magnum opusnya

Al-Ghozali yang menjadi rujukan umat muslim seluruh dunia hingga sekarang.

(37)

22

menyarankan bakal-bakal guru agar menjadikan Kitab Ihya’ ‘Ulum al-Ddin, Kitab Ta’alim al-Muta’allim Tariq al

-Ta’allum (belajar cara belajar) karangan al-Zarnuji (65-132H)

dan karya al-Qabisi sebagai rujukan (Hassan 1991). Jelas di sini bahwa Kitab Ihya’ Ulum al-Din patut dijadikan rujukan oleh guru-guru (http://ejournal.ukm.my, 2016: 32).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi yang di maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi secara garis besarnya yaitu dari bab ke bab sehingga menjadi satu-kesatuan yang padu.

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam membaca maupun memahami skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI Bab ini menjelaskan tentang riwayat hidup Imam Al-Ghozali, Guru-gurunya, Sahabat-sahabatnya, Karya-karyanya, dan deskripsi singkat tentang kitab Ihya’

Ulumuddin.

(38)

23

BAB IV ANALISISI AKHLAK GURU TERHADAP MURID PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI Bab ini menjelaskan tentang analisis akhlak guru terhadap murid perspektif Imam Al-Ghozali serta relevansi etika guru terhadap murid Imam Al-Ghozali dalam konteks kekinian.

(39)

24 BAB II

BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI

A. Riwayat Hidup Imam Al-Ghozali

Nama lengkap sang imam adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghozali, yang lebih di kenal dengan panggilan Hujjatul Islam Zainuddin al Thusi, seorang

al-Faqih (ahli fiqih) yang bermazhabkan al-Syafi’i. Orang-orang yang datang kemudian menyebut laqab (panggilan) beliau yang sesungguhnya dari Abi Hamid menjadi Al-Ghozali. Ada yang berpendapat, sebutan Ghazala dinisbatkan pada suatu wilayah yang cukup terkenal di dataran Thusi. Ada pula yang mengatakan dengan sebutan Ghazaala, menggunakan huruf zain yang di tekan dua kali, yang itu disandarkan kepada pensifatan atas diri beliau sebagai seorang yang berusaha untuk senantiasa mensucikan diri dan melembutkan sanubari. Hanya Allah Yang Mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Nama beliau akhirnya di kenal dengan panggilan yang dibuat lebih mudah atau telah disepakati, yaitu Imam al-Ghozali.

(40)

25

halaqah (pengajian) mereka, dan gemar membantu kebutuhan sesama. Setiap pekan beliau (ayah sang imam) selalu menyempatkan diri mengunjungi kediaman para ulama,dari satu ulama ke lainnya, agar bisa memetik pelajaran berharga dari sisi mereka.

Tak jarang, ayah sang imam ini menitihkan air mata pada saat mendengarkan uraian (tausiyah) yang di sampaikan oleh para ulama yang sedang ia datangi untuk menimba ilmu. Pada suatu kesempatan, karena di dorong perasaan ingin memiliki keturunan yang menguasai ilmu agama, ayah sang imam berdoa kepda Allah Swt. Dengan sungguh-sungguh, agar Dia berkenan memberinya keturunan (putra) yang memahami ilmu agama, dengan cara menggemari majelis yang di dalamnya di bacakan ilmu oleh para ulama. Do’a beliau pun diijabah

(dikabulkan) oleh Allah Swt. Dengan di anugrahi dua orang putra yang shalih. Putra pertama di beri nama Abdul Hamid, penulis dan sekaligus pemilik kitab Ihya Ulumuddin. Yang kedua, saudara laki-laki dari Imam al-Ghozali pun lahir, yang kemudian di beri nama Ahmad, dengan nama kuniyah (nama alias) Abu al-Futuh Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad ath-Thusi al-Ghozali, dengan

laqab (nama panggilan) Majduddin.

(41)

26

ini, yang kemudian di berinya judul yang sama dengan induknya, Mukhtasyar Ihya’ Ulumuddin (Ringkasan Ihya’ Ulumuddin). Pada

pembahasan pertama dari buku ringkasan dimaksud di beri sub judul yang hampir sama dengan judul induknya, yaitu al-Ihya’. Sedangkan

pada bahasan yang terakhir ditutup dengan memberi sub judul,

adz-Dzakirah fi Ulumi al-Bashirah. Ahmad al-Ghozali (saudara kandung sang Imam) meninggal dunia di wilayah Qazwain pada sekitar tahun 520 Hijriyah.

Sebelum sang ayah kembali menghadap Allah Swt. (meninggal dunia), beliau sempat berpesan kepada seorang sahabat yang kebetulan ulama (ahli) fikih dan tasawu, agar melanjutkan pengasuhan Imam al-Ghozali dan saudara kandungnya, Ahmad al-al-Ghozali. Beliau berpesan, agar kedua putra tersebut dididik secara khusus dan mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan apa yang beliau dapatkan dari sang guru (Ghazali, 2011: VIII).

B. Guru-guru Imam Al-Ghozali

(42)

27

Yang kemudian di lanjutkan dengan megadakan perjalanan setelah dewasa menuju wilayah bernama jurjan, dan belajar denan seorang guru bernama Abi Nashr al- Isma’ili. Setelah selesai beliau kembali ke Thusi. Sekembalinya dari Jurjan, dengan izin Allah Swt. al-Ghozali menetap dan mengabdikan ilmu beliau di sana untuk beberapa waktu. Setelah itu, dengan izin Allah pula Imam al-Ghozali kembali berangkat untuk menuntut ilmu ke wilayah Naisabur, guna mendalami ilmu fikih dan memperdalam bahasa Arab pada seorang guru (Ulama’) besar, yang pernah menjadi imam Haramain, bernama Abal Ma’ali al-Juwaini.

Selama menuntut ilmu disana (Nasaibur), Abal Ma’ali al

-Juwaini mendapati Imam al-Ghozali sebagai seorang murid yang sangat cerdas, memiliki potensi berkembang yang cukup pesat, dan ketajaman berfikir yang sungguh luar biasa.

Abal Ma’ali al-Juwaini merasa, bahwa Imam al-Ghozali

adalah satu-satunya murid yang bisa beliau jadikan sebagai pengisi kekosongan ulama manakala dirinya nanti di panggil oleh Allah Swt. untuk kembali kehadirat-Nya (Ghazali, 2011: X).

C. Sahabat Imam al-Ghozali

(43)

28

juga seorang ulama bernama Abu al-Muzfhar al-Khawwafi (meninggal dunia tahun 500 H., 1160 M.). Abal Ma’ali al-Juwaini

sempat mensifati ketiga sahabat tersebut dengan; al-Ghozali sebagai

Lautan yang tak bertepi, al-Kayya sebagai Singa yang terlatih, dan al-Khawwafi sebagai Api yang membara (Menyala-nyala).

Ibnu Jauzi pernah menyampaikan apa yang di sebutkan oleh Abal Ma’ali al-Juwaini untuk Imam al-Ghozali dalam buku beliau

yang berjudul al-Mankhul fi ‘Ilmi al-Ushul, “Pencarianku selama

hidup ini tak berbanding dengan buah dari kesabaran yang aku dapatkan setelah meninggal dunia nanti; karena di percaya untuk mendidik murid seperti al-Ghozali.” (Ghazali, 2011: X).

D. Karya-karya Imam al-Ghozali

Karena luasnya pengetahuan al-Ghozali, maka sangat sulit sekali untuk menentukan bidang dan spesialisasi apa yang di gelutinya. Hampir semua aspek-aspek keagamaan dikajinya. Di perguruan tinggi Nizamiyah Ghazali banyak mengajarkan tentang ilmu fikih versi al-Syafi’i sebab ia pengikut madzhab al-Syafi’iyah dalam bidang fikih.

Tetapi al-Ghozali juga mendalami bidang-bidang lain seperti Filsafat, Kalam, dan Tasawuf.

Imam Al-Ghozali yang kelak menjadi poluler dengan Hujjatul Islam, telah mewakili eksponen Mujaddid dan Mujtahid setiab abad. Sebagaimana Imam Madzahibil Arba’ah yang monumental di bidang

(44)

29

sejarah dunia Islam. Spirit Al-Ghozali memasuki seluruh pandangan Tasawuf generasi Mujaddid Sufi setelah abad-abad berikutnya. Dari seluruh karya dan biografi intelektualnya menggambar perjalanan panjang, walaupun tujuannya sangatlah dekat. Kalau boleh disebut Al-Ghozali adalah salah satu Nikmat Allah dan Karomah yang agung yang diturunkan untuk ummat Kanjeng Nabi Muhammad Saw yang tak habis-habisnya untuk disyukuri. Tentu tidak perlu lagi mengutip definisi Tasawuf menurut Al-Ghozali; karena Al-Ghozali telah menyederhanakan seluruh masa lalu dunia Sufi dalam uraian sistematis, yang representative setiap zaman. Prestasi besar Al-Ghozali antara lain:

Kitab Ihya’ Ulumuddin telah mengurai hal-hal yang global dan

pelik menjadi mudah untuk dicerna. Al-Ihya’ menertibkan dengan

struktur keilmuan yang sangat sistematis, mengumpulkan pecahan-pecahan yang berserak; menyatukan kembali dalam silabus dan keutuhan metodologi yang luar bisaa. Al-Ihya’ mebuang yang tidak perlu dan menyajikan yang bermanfaat dunia akhirat dengan lebih meyakinkan. Al-Ihya’ menyadarkan secara total bahwa adab dan akhlak menjadi esensi dari seluruh ilmu pengetahuan agama. Bukan Islamisasi Ilmu dan juga bukan menempatkan agama sebatas ilmu, dan bukan mengagamakan ilmu pengetahuan. Tetapi menempatkan agama sebagai sumber ilmu, adab ilmu, ruhnya ilmu, agar muncul Ulumun

(45)

30

filsafat pendidikan modern (Proceeding International Seminar on Imam Al-Ghazali’s Sufism, 2018: 6-7).

Oleh karena itu menetapkan al-Ghozali sebagai tokoh dalam satu segi tentu tidaklah adil. Sangat tepat sekali bila gelar Hujjatul Islam ia sandang dengan peertimbangan al-Ghozali mempunyai keahlian (kualifikasi) dimensional.

Kesemuanya itu dapat di teliti melalui karya-karyanya. Sebagai ulama besar yang kreatif dan mempunyai keahlian yang sangat luas al-Ghozali sangat gemar menulis. Aneka ragam dia tulis dengan penuh percaya diri sehingga nampak tulisan-tulisannya itu mampu mewakili masalah yang dia kemukakan. Menurut Musthafa Galab (1979 : 27) al-Ghozali telah meninggalkan tulisannya berupa buku dan karya ilmiah sebanyak 228 kitab yang terdiri dari beraneka macam ilmu pengetahuan yang terkenal pada masanya. Kitab yang di terbitkan adalah sebagai berikut :

1. Dalam bidang Tasawuf a. Adab al-Suffah

b. Al-adab fi ad-Din

c. Al-Arba’in fi Ushul al-Din

d. Al-Imlau’am asykali al-Ihya’

(46)

31

g. Bidayah Hidayah watahdzib Nufuz bil Adab

al-Syariyah

h. Jawahil al-Qur’an wa Dauruha

i. Al-Hikam fi Makhluqat Allah

j. Khulasut alTasauf

k. Al-Risalah Laduniyah

l. Al-Risalah al-Wadziyah

m. Fatihah al-Ulum

n. Qawaidu al-asyrah

o. Al-kasyfu wa al-Tabyin fi gurur al-halqi ajmain

p. Al-Mursyid al-amin ila mauidhat al-mu’minin

q. Musykilat al-Anwar

r. Mukasyafat al-qutub al-muqarrab ila al-hadhrati alami

al-ghuyub

s. Minhajul al-abidin ila al-jannah

t. Mizan al-amal 2. Dalam bidang Aqidah

a. Al-Ajwibah al-Ghazaliyah fi masail al-akhruwiyah

b. Al-Istishad fi al-I’tiqad

c. Al-Jamu al-‘Awwam ‘An ‘Ilmu al-Kalam

d. Al-Risalah al-Quddusiyah fi Qawwaidu al-‘Aqaid

e. ‘Aqidah Ahlu al-Sunnah

(47)

32

g. Fishal al-Tafriqah baina al-Islam wa Zindiqah

h. Al-Qisthas al-Mustaqim

i. Kimia al-Sa’adah

j. Al-Maqshidu al-insy fi Syahri Asma Allah al Husna

3. Dalam bidang Fiqh dan Ushl Fiqh a. Asrar al-Hajj

b. Al-Mustasyfa fi Ilmi al-Ushul

c. Al-Wajiz fi al-Furu’

4. Dalam bidang Mantiq dan Filsafat a. Tahafut al-Falasifah

b. Risalah al-Thayr

c. Mihka al-Nadhari fi al-Mantiq

d. Misykat al-Anwar

e. Ma’ary al-Qudsy fi Madarij Ma’rifat an-Nafs

f. Mi’yar al-Ilm fi al-Mantiq

g. Maqashid al-Falasifah

h. Al-Munqidz Min al-Djalal

5. Karya Manuskrip Tentang Tasawuf

a. Jami’al-Haqaiq Bitajribah al-‘Alaiq

b. Zuhd al-Fatih

(48)

33 d. Ma’arrij al-Sakilin

e. Nur al-Syam’ah fi Bayan Dluhri al-Jami’ah

Fiqh dan Ushl Fiqh

a. Al-Basith fi al-Furu’ ‘Ala Nihayah al-Muthlab

b. Ghayah Masail al-Daur

c. Al-Mankhul fi al-Ushul

d. Al-Washith al-Muhidth bi Iqthar al-Basith

Falsafat

a. Haqaid al-Ukim Li Ahli al-Fahm

b. Al-ma’rifat al-Aqliyah Wa al-Hikmah al-Ilahiyah

c. Fadhail al-Qur’an

Demikian sebagian besar karya Imam al-Ghozali yang dapat dibaca sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang mengagumkan dan masih banyak lagi kitab-kitab lain yang dapat dijadikan rujukan kegiatan ilmiyah (Bahri, 1991 : 33).

E. Ihya Ulumuddin

(49)

34

Bagi sebagian besar para cendekiawan muslim, banyak yang merjuk kepada salah satu karya fenomenal Imam al-Ghozali salah satunya adalah Ihya Ulumuddin. Yang di dalamnya terangkum banyak bab, sebagai contoh bab awal berisikan tentang keutamaan belajar dan mengajar, di dalamnya di terangkan bagaimana adab mencari ilmu, yang akan menjawab pertanyaan sudah benarkah ilmu yang kita geluti dan cari siang dan malam? Sudah benarkah cara kita menyampaikan/ mengajarkan ilmu yang kita punya? Pertanyaan semacam itu akan terjawab di dalam karya fenomenal Imam al-Ghozali dalam kitab Ihya

Ulumuddin.

F. Pendidikan Imam al-Ghozali

Pada saat ayah al-Ghozali meninggal, dipercayakanlah pendidikan kedua anak laki-lakinya, Muhammad dan Ahmad, kepada seorang kawan kepercayaannya. Dia memberikan keduannya pendidikan dasar lalu mengirimnya ke makhtab swasta. Mereka menuruti nasihat itu. Itulah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian derajat mereka. Al-Ghozali menuturkan hal itu dan berkata “Kami pernah diajari tidak karena Allah, maka aku menolak dan hanya

(50)

35

di beri anak yang shaleh dan alim. Allah mengabulkan doanya. Abu Hamid adalah orang paling cerdas di antar kawan-kawannya dan kelak menjadi pemuka ulama sejamannya. Adapun Ahmad adalah orang yang paling saleh juga. Bebatuan menjadi lunak ketika mendengar peringatan dan hadirin pun menggigil di majlis dzikirnya (Ghazali, 2003 : 14). Kedua anak itu mampu menghafal Al-Qur’an dalam waktu singkat. Setelah itu, mereka mulai belajar bahasa arab.

Mereka kemudian dimasukkan ke madrasah bebas (independent). Setelah beberapa waktu, al-Ghozali meninggalkan desa kelahiran untuk menempuh pendidikan di jurjan dan belajar di bawah bimbingan seorang ulama’ besar, Imam Abu Nasr Ismail. Al-Ghozali

senantiasa mencatat perkuliahannya, tetapi dalam suatu perjalanan, catatanya dan barang-barang lainnya dirampok orang. Memberanikan diri, dia pergi ke kepala perampok untuk meminta agar mereka mengembalikan catatan kuliah (yang) bukan barang-barang miliknya. Catatan itu di kembalikan karena permohonan yang penuh harap tersebut.

(51)

36

al-Ghozali demikian sedih sehingga meninggalkan Nisabur dan pergi ke Baghdad, ibukota kekhalifahan. Saat itu dia berumur 28 tahun.

Di Baghdad, dia diangkat menjadi Rektor Madrasah Nizhamiyah oleh Nizham al-Mulk, Wazir kepala sang penguasa Turki Malik Syah. Diangkat pada usia muda untuk jabatan begitu tinggi, kemasyhurannya sebagai ulama besar menyebar luas dan jauh.

Banyak penguasa dan kepala suku datang kepada Imam al-Ghozali untuk mendapatkan fatwa dalam perkara teologi dan soal mengurus Negara.

Perkuliahan imam al-Ghozali, ratusan ulama, pejabat kekhalifahan dan bangsawan yang berkuasa menghadiri perkuliahan imam al-Ghozali yang di sampaikan dengan penuh pemikiran, argumen dan alasan. Kebanyakan bahan perkuliahannya kemudian di catat oleh Sayyid bin Fariz dan Ibn Lubban. Keduannya mencatat kira-kira 183 bahan perkuliahannya lalu dikumpulkan dalam satu kitab bernama, Al-Majalis al-Ghazali.

Pikiran imam besar ini kemudian berpaling kepada usaha untuk meraih ketinggian spiritual. Keadaan dan alasan yang menuntun pikirannya berpaling kepada usaha tersebut ditulis dalam bukunya,

Munqiz min adh-Dhalal (Lepas dari kesesatan). Dia adalah pengikut iamam Syafi’I dalam usia mudanya, tetapi di Baghdad dia bergaul

(52)

37

Yahudi, Atheis, Penyembah api dan Penyembah berhala. Selain itu, di Baghdad terdapat pula kaum Deis, Materialis, Naturalis, dan Filosof. Mereka sering bertemu dalam adu argumentasi dan berdebat. Ini demikian berpengaruh pada pikiran imam sehingga seluruh kehidupannya berubah total dan dia mulai mencari kebenaran dengan penalaran bebas.

Gagasan lamanya surut dan dia mulai hidup dalam keraguan dan kegelisahan. Kemudian dia cenderung pada sufisme. Namun, di sini, amalan-amalan praktis lebih diisyaratkan daipada semata-mata percaya. Diilhami oleh gagasan tersebut, ia meninggalkan kedudukan terpandangnya di Baghdad, mengenakanpakaian sufi dan menyelinap meninggalkan Baghdad di suatu malam pada 488 H.

Ia pergi ke Damaskus lalu mengasingkan diri dalam sebuah kamar masjid, dan penuh kesungguhan melakukan ibadah, tafakur dan dzikir. Disini, ia menghabiskan waktu selama dua tahun dalam kesendirian dan kesunyian. Pada umur 27 tahun, ia ditahbis oleh Pir Abu ‘Ali Farnadi yang juga guru spiritual wazir Nizham al-Mulk. Setelah dua tahun, dia pergi ke Yerusalem dan berziarah ke tempat kelahiran Yesus (Nabi Isa As) H ia berziarah ke tempat suci Nabi Ibrahim As dan disana dia memancangkan tiga sumpah:

(53)

38

(54)

39 BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM AL-GHOZALI TENTANG AKHLAK GURU TERHADAP MURID

A. Guru dan Murid 1. Definisi guru

Orang yang dikaruniai ilmu yang banyak dan beramal dengannya dan juga mengajarkannya kepada orang lain di pandang lebih mulia daripada malaikat langit dan bumi. Manusia demikian dapat diibaratkan matahari yang menyinari dirinya sendiri dan memberikan sinarnya kepada benda lain. Dan akan di tinggikan derajatnya beberapa tingkat oleh Allah Swt. Hal ini di jelaskan di dalam al-Qur’an surah Mujadalah ayat 11 yang telah di alih bahasakan artinya oleh KH. Bisri Mustofa

ۖ ْمُكَل ُ هاللَّ ِحَسْفَي اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا يِف اوُحهسَفَت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذهلا اَهُّيَأ اَي

He wong-wong kang iman! Arikolo siro kabeh podho di ucapi

“tafassahu” podhoho gawe jembar siro kabeh ono ing pelungguhan

(supoyo wong-wong kang teko keri biso melu lungguh) mongko siroho kabeh podhoho gawe jembar. Allah Ta’ala bakal males paring jembar marang siro kabeh ono ing suargo. Lan arikolo siro kabeh diucapi: siroho kabeh podho ngadeg (kerono sholat utowo kebecikan liyane)

(55)

40

Maka lebih jelasnya lagi penulis akan memberikan definisi tentang guru menurut beberapa referensi, menurut pandangann tradisional, guru adalah seorang berdiri di depan kelas untuk menyapaikan ilmu pengetahuan (Roestiyah, 1982: 182). Menurut seorang ahli pendidikan “Theacher is a person who causes a person to

know or be able to do something or give a person knowledge or skill” .

(Roestiyah, 1982: 182). Menurut Balnadi Sutadipura, guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru (Sutadi, 1983: 54), menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang khusus dengan tugas mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di sebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi di sebut dosen ( fasal 27 ayat 3 nomor 2 /1989).

Berdasarkan sejumlah sumber itu dapatlah di simpulkan bahwa seorang guru bukan hanya pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya atau menurut Soepardjo Adikusumo “mengecer informasi

dan menjaja-jajakannya” (1984:4) di depan kelas.

Akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan masalah yang di hadapi (Nurdin 2002: 8).

Adapun secara etimologis (asal usul kata), istilah guru berasal dari bahasa india yang artinya ‘orang yang mengajarkan tentang

(56)

41

sebagai ‘maharesi guru’, yakni para pengajar yang bertugas untuk

menggembleng para calon biksu di bhinaya panti (tempat pendidikan bagi para biksu). Rabindranath Tagore (1861-1941) menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak bangsadi india (spiritual intelegence). Dalam bahasa arab guru di kenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dan majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan demikian,

al-mu’alim atau al-ustadz, dalam hal ini juga mempunyai pengertian

orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritual manusia. Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan keilmuan (spiritual intelegence) dan kecerdasan intelektual (intellectual

intelegence), tetapi juga menyangkut kecerdasan jasmaniah (bodily kinesthetic), seperti guru tari, guru olahraga, guru senam, dan guru musik.

(57)

42

Dalam pengertian umum, orang tidak mengalami kesulitan untuk menjelaskan siapa guru dan bagaimana sosok seorang guru. Dalam pengertian ini, makna guru selain dikaitkan dengan profesi yang terkait dengan pendidikan anak di sekolah, di lembaga pendidikan, dan mereka harus menguasai bahan ajar yang terdapat di kurikulum. Guru adalah profesi yang indah dan mulia karena merupakan pencetak generasi penerus bangsa. Dikatakan sebagai profesi karena untuk menjadi seorang guru, dibutuhkan berbagai kompetensi (Widiasworo, 2014: 21).

Ada sebuah adagium (pepatah) bahwa guru adalah orangtua kedua seorang anak di sekolah. Adagium tersebut menyiratkan tugas dan peran guru tidak hanya mengajarkan materi, teori, dan penjelasan tentag ilmu-ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara lebih luas guru berperan mendidik dan mendampingi perkembangan perkembangan anak sebagaimana orangtua dirumah (Widiasworo, 2014: 5).

Berbeda dengan Rahman (2011 :8), ada pepatah yang mengatakan, “Guru digugu dan di tiru.” Artinya, seorang guru dipercaya menjadi

(58)

43

yang lebih tidak sopan. Misalnya, gurunya hanya kencing berdiri, namun muridnya kencing sambil berlari.

Mursyid adalah sebutan untuk seorang guru pembimbing dalam dunia thariqoh, yang telah memperoleh izin dan ijazah dari guru mursyid di atasnya yang terus bersambung sampai kepada guru

Mursyid Shohibuth Thoriqoh yang musalsal dari Rasulullah Saw untuk

mentalqin dzikir/ wirid thariqoh kepada orang- orang yang datang meminta bimbingannya (murid). Dalam thariqoh Tijaniyyah sebutan untuk mursyid adalah “muqoddam”.

Oleh karena itu, jabatan ini tidak boleh di pangku oleh sembarang orang, sekalipun pengetahuannya tentang ilmu thariqoh cukup lengkap. Tetapi yang terpenting ia harus memiliki kebersihan rohani dan kehidupan batin yang tulus dan suci.

Bermacam-macam sebutan yang mulia diberikan kepada seorang guru musyid ini; seperti Nasik (orang yang sudah mengerjakan mayoritas perintah agama), Abid (orang yang ahli dan ikhlas mengerjakan segala ibadahnya), Imam (orang yang ahli memimpin tidak saja dalam segala bentuk ibadah syariat, tetapi juga masalah aqidah/keyakinan), Syaikh (orang yang menjadi sesepuh atau yang dituakan dari suatu perkumpulan), Saadah (penghulu atau orang yang dihormati dan diberi kekuasaan penuh) dan lain sebagainya.

(59)

44

Tanwirul Qulub Fi Muamalati Allamil Ghuyub menyatakan bahwa yang dinamakan Syaikh/Mursyid itu adalah orang yang sudah mencapai maqom Rijalul Kamal, seorang yang sudah sempurna suluk/lakunya dalam syari’at dan hakikat menurut Al Qur’an, sunnah

dan ijma’. Hal yang demikian itu baru terjadi sesudah sempurna

pengajarannya dari seorang mursyid yang mempunyai maqom

(kedudukan) yang lebih tinggi darinya, yang terus bersambung sampai kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang bersumber dari Allah SWT dengan melakukan ikatan-ikatan janji dan wasiat (bai’at) dan

memperoleh izin maupun ijazah untuk menyampaikan ajaran suluk dzikir itu kepada orang lain.

Seorang mursyid yang diakui keabsahanya itu sebenarnya tidak boleh dari seorang yang jahil, yang hanya ingin menduduki jabatan itu karena didorong oleh nafsu belaka. Mursyid yang arif yang memiliki sifat-sifat dan kesungguhan seperti yang tersebut di atas itulah yang diperbolehkan memimpin suatu thariqah.

Mursyid merupakan penghubung antara para muridnya dengan Allah SWT, juga merupakan pintu yang harus dilalui oleh setiap muridnya untuk menuju kepada Allah SWT.

(60)

45

mendapat izin atau ijazah dari guru mursyid di atasnya yang berhak dan mempunyai silsilah yang benar sampai kepada Rasulullah SAW.

Al-Imam Ar-Roziy menyatakan bahwa seorang syaikh yang tidak berijazah dalam pengajarannya akan lebih merusakkan daripada memperbaiki, dan dosanya sama dengan dosa seorang perampok, karena dia menceraikan murid-murid yang benar dari pemimpin-pemimpinnya yang arif (Luthfi, 2016: 14).

2. Definisi Murid

Dalam bahasa arab di kenal tiga istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan pada anak didik kita. Tiga istilah tersebut adalah

murid yang secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu; tilmidz (jamaknya) talamidz yang berarti murid, dan thalib al-alim yang menuntut ilmu, pelajar atau mahasiswa (Nata, 1997: 79).

(61)

46

kepribadiaanya untuk bekal kehidupannya di masa depan agar berbahagia dunia dan akhirat.

Kata al-thalib ini selanjutnya lebih digunakan untuk pelajar pada perguruan tinggi yang selanjutnya disebut mahasiswa. Penggunaan kata al-thalib untuk mahasiswa dapat dimengerti karena seorang mahasiswa sudah memiliki bekal pengetahuan dasar yang ia peroleh dari tingkat pendidikan dasar dan lanjutan,

terutama pengetahuan tentang membaca, menulis, dan berhitung. Dengan bekal pengetahuan dasar ini, ia diharapkan memiliki bekal untuk mencari, menggali, dan mendalami bidang keilmuwan yang diminatinya dengan cara membaca, mengamati, memilih bahan-bahan bacaan, seperti buku, surat kabar, majalah, fenomena sosial melalui berbagai peralatan dan sarana pendidikan lainnya, terutama bahan bacaan.

Bahan bacaan tersebut setelah dibaca, ditelaah dan dianalisa selanjutnya dituangkan dalam berbagai karya ilmiah seperti artikel, makalah, skripsi, tesis, disertai, laporan penelitian dan lain sebagainya.

(62)

47

menciptakan suasana kelas yang bebas, untuk mendorong mahasiswa memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Kesempatan belajar yang diciptakan dosen adalah agar merangsang para mahasiswa belajar, berpikir, melakukan penalaran yang memungkinkan para mahasiswa dan dosen tercipta hubungan sebagai mitra belajar. Minat dan pemahaman,

timbal balik antara dosen dan mahasiswa ini akan memperkaya kurikulum dan kegiatan belajar mengajar pada kelas bersangkutan (Nata, 2001: 51).

Istilah murid di dalam thariqoh adalah sebutan yang diberikan kepada seseorang yang telah memperoleh talqin dzikir dari seorang guru mursyid untuk mengamalkan wirid- wirid tertentu dari aliran thariqohnya. Atau dengan kata lain orang yang telah berbai’at kepada

seorang guru mursyid untuk mengamalkan wirid thariqoh. Dalam thariqoh Tijaniyyah sebutan untuk para murid adalah “ikhwan

(mukhtamar JATMAN: 2016).

Peserta didik merupakan subjek didik atau subjek yang menjadi fokus dalam sebuah proses pendidikan (Agustinus,2014: 9)

(63)

48 B. Akhlak Guru Terhadap Murid

Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (BNSP, 2006: 74). Arahan pendidikan nasional ini hanya mungkin terwujud jika guru memiliki akhlak mulia, sebab murid adalah cerminan dari gurunya (Gunawan, 2014: 198)

Sulit mencetak siswa yang saleh jika gurunya tidak saleh. Selain guru, untuk melahirkan siswa yang saleh perlu dukungan

pertama, komunitas sekolah yang saleh (pemimpin dan staf); kedua, budaya sekolah yang saleh, seperti disiplin, demokratis, adil, jujur, syukur, dan amanah. Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan “Seorang mukmin yang paling utama Imannya adalah yang paling

baik akhlaknya” (HR. Thabrani dari Ibnu Amr).

Didalam kitab Ihya Ulumuddin sendiri Imam Ghozali menyebutkan beberapa poin akhlak guru terhadap murid, bahwa ada empat macam kondisi manusia dalam hubungannya dengan kekayaan.

(64)

49

cukup puas dengan kekayaan yang sudah dimilikinya. Keempat, orang yang membelanjakan sebagian kekayaannya untuk orang lain, sehingga menjadi seorang yang pemurah dan dermawan.

Tentu saja, kelopok manusia yang terakhir inilah yang terbaik. Seperti itu pulalah kondisi ilmu. Ia dapat diperoleh seperti kita mendapatkan harta benda. Ada empat macam kondisi manusia dalam hubungannya dengan ilmu. Pertama, kondisi orang yang tengah mencari ilmu. Kedua, kondisi seseorang setelah memperoleh ilmu.

Ketiga, kondisi seseorang dimana ia bisa berkontemplasi dan menikmati ilmu yang telah diraihnya. Dan yang keempat, kondisi seseorang dimana ia bisa menyebarkan ilmu yang didapatnya kepada orang lain. Dan, kondisi yang terakhir inilah yang terbaik.

Perilaku terbaik dari seorang guru ialah, sebagaimana dikatakan, “siapa yang mempelajari suatu ilmu, kemudian

mengamalkannya, dan setelah itu mengajarkannya kepada orang lain, maka ia termasuk kelompok yang disebut sebagai ‘pembesar’ pada

kerajaan langit.” Orang yang dikaruniai ilmu yang banyak, lalu

beramal dengannya, dan juga mengajarkannya kepada orang lain, maka ia di pandang lebih mulia daripada malaikat langit maupun malaikat yang bertugas di bumi (Ghozali, 2011: 122).

(65)

50

dan sekaligus menerbakkan semerbak keharumannya kepada orang lain. Orang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain (guru),

namun tidak beramal dengannya adalah laksana buku cetak yang tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri, akan tetapi sungguh bermanfaat bagi pembacanya. Atau ibarat lilin yang memberikan cahaya penerangan bagi benda lain di sekitarnya, akan tetapi ia sendiri terbakar. Di

seolah-olah aku menjadi sumbu yang di sulut api. Aku menerangi sekitar, sementara aku sendiri habis terbakar

(Ghozali, 2011: 123). Sudah sepantasnya seorang guru dalam mengajarkan ilmunya mempunyai niat dan tujuan untuk melindungi para muridnya dari siksa api neraka.

(66)

51

lantaran ajaran para guru ruhanilah seorang murid mengetahui dan ingat akan kehidupan akhirat (Ghazali, 2011: 124).

Orang yang menetapkan diri dan bertekad untuk mengambil pekerjaan sebagai pengajar, ia harus menjalankan tugas dan kewajiban berikut:

SATU: Ia harus memperlihatkan kebaikan, simpati dan bahkan empati kepada para pelajarnya dan memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya aku bagi kalian ibarat seorang ayah bagi anak-anaknya”( Ghozali, 2011: 122).

Seharusnya seorang guru mempunyai niat dan tujuan melindungi para muridnya dari api neraka. Sementara orang tua menyelamatkan anak-anaknya dari api kesengsaraan di dunia ini, guru seharusnya berusaha menyelamatkan siswa-siswanya dari api neraka. Tugas guru lebih berat daripada tugas orang tua.

(67)

52

diri dan juga murid-muridnya jika ia mengajar demi kepentingan dunia ini. Karena itu, orang yang berorientasi akhirat akan senantiasa akan menempuh perjalanan hidupnya didunia ini untuk tujuan di akhirat nanti dan senantiasa bertujuan kepada Allah Swt dan tidak terikat pada dunia ini.

Bulan dan tahun dalam kehidupan ini hanyalah persinggahan-persinggahan sementara dalam perjalanan mereka. Tidak ada rasa benci dalam perjalanan menuju akhirat nanti dan dengan demikian, tidak ada pula rasa iri dan dengki di antara mereka. Mereka berpegang pada ayat berikut, Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah

bersaudara. (Qs al-Hujarat [49]: 10).

ةيناثلا ةفيظولا

:

لاف هملاسو هيلع للها تاولص عرشلا بحاصب ىدتقي نأ

لاو ءازج هب دصقي لاو ارجأ ملعلا ةدافإ ىلع بلطي

هجول ملعي لب اركش

ةنملا تناك نإو مهيلع ةنم هسفنل ىري لاو هيلإ برقتلل ابلطو ىلاعت للها

للها ىلإ برقتت نلأ مهبولق اوبذه ذإ مهل لضفلا ىري لب مهيلع ةمزلا

ةعارز كسفنل اهيف عرزتل ضرلأا كريعي يذلاك اهيف مولعلا ةعارزب ىلاعت

(68)

53

تلن ام ملعتملا لاولو ىلاعت للها دنع ملعتملا باوث نم رثكأ ميلعتلا يف

لجو زع لاق امك ،ىلاعت للها نم لاإ رجلأا بلطت لاف باوثلا اذه

:

]

ايو

ن للها ىلع لاإ يرجأ نإ لاام هيلع مكلأسأ لا موق

[ (

:دوه

92

DUA: Adab kedua seorang guru adalah mengikuti teladan dan contoh Rasulullah Saw. Dengan perkataan lain, ia tidak boleh mencari imbalan dan upah bagi pekerjaannya selain kedekatan diri kepada Allah. Allah mengajarkan kepada kita untuk berkata, Katakanlah,

“Aku tidak menginginginkan upah darimu untuk seruanku ini.” (Qs

Hud [11]: 29) (Ghozali, 2011: 124).

Harta dan kekayaan adalah pelayan tubuh kita yang menjadi tunggangan jiwa yang pada hakikatnya adalah ilmu dan yang karena ilmu, jiwa menjadi mulia. Orang yang mencari harta dengan ilmunya ibarat seorang yang mukanya kotor namun ingin badan yang dibersihkan. Dalam hal ini, tujuan menjadi hamba dan hamba menjadi tuan.

ةثلاثلا ةفيظولا

:

نم هعنمي نأب كلذو ائيش ملعتملا حصن نم عدي لا نأ

نم غارفلا لبق يفخ ملعب لغاشتلاو اهقاقحتسا لبق ةبترل يدصتلا

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian kekuatan tarik kulit ikan nila samak pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa kulit ikan nila samak dengan menggunakan enzim papain sebagai bating agent

Murid- murid nakal yang suka melanggar disiplin lebih berani dan bebas melakukan perbuatan yang melanggar peraturan dan undang-undang kerana mereka tahu guru-guru tidak

Pada eksperimen ini telah diukur data neutron adalah akibat adanya penyerapan neutron intensitas hamburan neutron sudut kecil cuplikan oleh penyetop berkas yang

Di sekolah, perilaku yang dianggap menyimpang ialah perilaku yang melanggar aturan yang telah diberikan oleh sekolah dan telah dimuat dalam tata tertib yang

Kita cukup hanya mengedit (menyesuaikan property dan event) dari objek-objek yang telah terpasang dalam form tersebut.. • Splash

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yang diperoleh dari Analisis Strategi Pengelolaan Dana Zakat dalam Kegiatan Wirausaha untuk Meningkatkan

Meskipun penelitian dilakukan pada responden dengan karakteristik yang berbeda dan tentunya responden dengan tahapan perkembangan usia yang berbeda didapatkan hasil

Di dalam Kaba Cindua Mato, diceritakan hiduplah seorang raja yang bernama Bundo Kanduang, dia diceritakan sebagai orang tua yang arif dan pemimpin yang