ANAL IS IS STRA TEG I PENG ELO LAA N DANA ZAK AT DA LAM K EGIATA N WIR AUSAHA U NTUK M ENINGK ATK AN
K ESEJAHT ERAA N M USTAHIK
(STUDI K ASUS PA DA LA ZISM U K OTA M AK ASSAR)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh GelarSarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Masnita BT Sabang NIM : 105251106216
PROGR AM STUDI HUK UM EK ONOM I SYARIAH FAK ULT AS AGAM A ISLAM
UNIV ERS IT AS M U HAM M ADIYAH M AK ASSAR 1441 H/ 2020 M
ii
ANAL IS IS STRA TEG I PENG ELO LAA N DANA ZAK AT DA LAM K EGIATA N WIR AUSAHA U NTUK M ENINGK ATK AN
K ESEJAHT ERAA N M USTAHIK
(STUDI K ASUS PA DA LA ZISM U K OTA M AK ASSAR)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Masnita BT Sabang NIM : 105251106216
PROGR AM STUDI HUK UM EK ONOM I SYARIAH FAK ULT AS AGAM A ISLAM
UNIV ERS IT AS M U HAM M ADIYAH M AK ASSAR 1441 H/ 2020 M
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Masnita BT Sabang
NIM : 105251106216
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : B
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi ini. 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka
bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 06 Dzulkaidah 1441 H 27 Juni 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Masnita BT Sabang NIM 105251106216
vii
ABSTRAK
Masnita BT Sabang. 105251106216. Analisis Strategi Pengelolaan Dana Zakat
dalam Kegiatan Wirausaha untuk Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik (Studi Kasus pada LAZISMU Kota Makassar). Dibimbing oleh H. Muchlis
Mappangaja dan Siti Walida Mustamin.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang dilakukan diJalan G. Lompobattang No.201, Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan dana zakat LAZISMU Kota Makassar dalam mengelola dana zakat kegiatan wirausaha (usaha produktif) untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik LAZISMU Kota Makassar. Dalam penelitian ini terdiri
dari tiga variabel, yaitu X1pengelolaan dana zakat dan X2kegiatan wirausaha
mustahik sebagai variabel independen dan Y kesejahteraan sebagai variabel dependen.
Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 63 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner atau angket. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut kemudian diolah melalui metode Partial Least square (PLS) yaitu metode berbasis regresi linear.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel pengelolaan dana zakat
memiliki pengaruh karena nilai thitung=2.437 > nilai ttabel=1.99962terhadap variabel
kegiatan wirausaha mustahik, dan variabel kegiatan wirausaha mustahikmemiliki
pengaruh positif dengan nilai thitung=15.07832>nilai ttabel=1.99962 terhadap variabel
kesejahteraan. Sama halnya dengan hubungan antara variabel pengelolaan dana
zakat memiliki pengaruh dengan nilai thitung=3.293175> nilai ttabel =1.99962variabel
kesejahteraan.
Kata Kunci: Pengelolaan Dana Zakat, Kegiatan Wirausaha Mustahik, Kesejahteraan
viii
ABSTRACT
Masnita BT Sabang. 105251106216. Analysis of Zakat Fund Management
Strategies in Entrepreneurial Activities to Improve Mustahik Welfare (Case Study at LAZISMU Makassar City). Supervised by H. Muchlis Mappangaja and Siti
Walida Mustamin.
This type of research is a quantitative study, which was conducted in Jalan G. Lompobattang No.201, Makassar City. This study aims to find out how the LAZISMU Makassar zakat fund management strategy is in managing zakat funds entrepreneurial activities (productive business) to improve the welfare of LAZISMU Makassar‟s mustahik. In this study consisted of three variables, namely X1 zakat fund management and X2 mustahik entrepreneurship activities as an independent variable and Y welfare as the dependent variable.
The total sample in this study amounted to 75 people. Data collection was carried out by distributing questionnaires or questionnaires. Furthermore, the data obtained are then processed through the Partial Least Square (PLS) method, which is a linear regression based method.
The results of this study prove that the variable management of zakat funds has an effect because tcount = 2,437> ttable = 1,99962 on the variable of mustahik entrepreneurial activity, and the variable of mustahik entrepreneurial activity has a positive influence with tcount = 15,07832> ttable = 1,99962 on welfare variable. Similarly, the relationship between zakat fund management variables has an influence with the value of t count = 3.293175> value of table = 1.99962 welfare variable.
Keywords: Management of Zakat Funds, Mustahik Entrepreneurship Activities, Welfare
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kita senantiasa teriring dalam setiap hela nafas atas kehadirat dan junjungan Allah SWT. Bingkisan salam dan shalawat tercurah kepada kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada punca tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil,
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti haturkan kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, MM, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam. 3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP, selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi
Syariahdan selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan demi perbaikan skripsi in dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah, dan para dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Siti Walida Mustamin, S.Pd., M.Pd.I, selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan demi perbaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta Bapak Sabang dan Ibu Mahpiah,yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberikan dorongan moril maupun materil selama saya menempuh pendidikan.
6. Sahabat saya Haenuri dan Vatma yang selalu mendokan, membantu dan memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Teman dan sahabat saya dikelas HES 016 B yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
Penulis senantiasa mengharapkam krtikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persolan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, 06 Dzulkaidah 1441 H
27 Juni 2020 M
Masnita BT Sabang
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEBIMBING ... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATAPENGANTAR ... ix
DAFTARISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
BABII TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori ... 7
a. Pengertian Zakat ... 7
b. Landasan Hukum Zakat ... 10
c. Tujuan Zakat ... 12
xii
e. Wirausaha ... 19
f. Kesejahteraan ... 23
D. Hipotesis ... 28
BABIII METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 29
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30
C. Variabel Penelitian ... 30
D. Definisi Operasional Variabel ... 31
E. Populasi dan Sampel ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 33
G. Teknik Pengumpulan Data ... 33
H. Teknik Analisis Data ... 35
BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar ... 37
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 47
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 26
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 27
Gambar 4.1 Struktur Organisasi LAZISMU Kota Makassar ... 43
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skala Likert ... 42
Tabel 4.1 Pengelolaan Dana Zakat ...47
Tabel 4.2 Kegiatan Wirausaha Mustahik ...48
Tabel 4.3 Kesejahteraan ...49
Tabel 4.4 Overview ...52
Tabel 4.5 Redundancy ...52
Tabel 4.6Chronbachs Alpha ...52
Tabel 4.7 Latent Variabel Corelations ... 52
Tabel 4.8 R Square ...53
Tabel 4.9 AVE ... 53
Tabel 4.10 Communality ...53
Tabel 4.11 Total Effects ...53
Tabel 4.12 Composite Reability ...54
Tabel 4.13 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) ...54
Tabel 4.14 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) ...55
Tabel 4.15 Overview ...57
Tabel 4.16 Cross Loadings ...58
Tabel 4. 17 Latent Variabel Corelations ...59
Tabel 4.18 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) ...59
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan dan ketidak merataan, terutama dalam masalah sosial ekonomi. Banyak orang-orang kaya yang semakin kaya dan tidak sedikit pula orang-orang-orang-orang miskin yang semakin terpuruk dengan kemiskinannya. Dan apabila kita berbicara tentang ekonomi Islam maka tidak akan lepas dari masalah zakat. Secara demografis, bangsa Indonesia khususnya masyarakat muslim Indonesia, sebenarnya memiliki potensi strategis yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan yaitu konsumsi zakat, infak dan sedekah (ZIS). Karena secara demografis masyarakat Indonesia adalah beragama Islam. Berdasarkan mayoritas penduduk Indonesia, secara ideal bisa terlibat dalam mekanisme pengelolaan zakat. Apabila hal itu bisa terlaksana dalam aktivitas sehari-hari umat Islam maka secara hipotetik, zakat berpotensi mempengaruhi aktivitas ekonomi nasional. Zakat tidak bermaksud untuk memiskinkan orang kaya, juga tidak melecehkan jerih payah orang kaya, hal itu disebabkan zakat diambil dari sebagian kecil hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib dizakatinya. Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan hanya dapat disalurkan kepada kelompok tertentu.
2
Secara subtantif, zakat secara bahasa berarti suci, berkembang, berkah,
tumbuh, bersih dan baik.1 Di dalam (UU No. 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat) Pasal 1 ayat 2, pengertian dari zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Orang yang berhak menerima zakat disebut mustahik.
Dalam al-Qur‟an sering kali muncul kata zakat digabung dengan kata
shalat. Hal ini menegaskan ada kaitan antara ibadah shalat dengan zakat.2 Hal
ini menegaskan ada kaitan antara ibadah shalat dengan zakat.3Zakat
merupakan pengambilan harta dari orang muslim, sebagaimana dikatakan dalam Qs. At-Taubah (9) ayat 103 yang berbunyi:
Terjemahannya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo‟alah untuk mereka. Sesungguhnya do‟a kamu itu ketenteraman bagi jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.4
Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan tentang wujud tobat dan ketaatan diantaranya dengan menunaikan zakat. Diperintahkan kepada Nabi Muhammad, Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan jiwa
1
Abdul Aziz Dahlan..(et al.) “ Zakat ” Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve 1996), h.1985.
2
Yusuf al-Qardlawy. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. (Jakarta : Gema Insani Pers, 1998), h.105.
3
Muhammad Daud Ali.Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Cetakan I; Jakarta: UI Pers, 1998), h.90.
4
3
mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta, menyucikan hati dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menumbuhkan ketenteraman jiwa bagi mereka yang sudah lama gelisah dan cemas akibat dosa-dosa yang mereka kerjakan. Sampaikan kepada mereka bahwa Allah Maha Mendengar permohonan ampun dari hamba-Nya, Maha Mengetahui tulus atau tidaknya tobat mereka. Hanya sebagian kecil potensi dana zakat yang berhasil dikumpulkan dan didistribusikan kepada yang berhak. Tetapi bila dilihat pengelolaan dana zakat hanya berlaku sporadik atau kurang
terorganisir (Arif Mufraini, 2006: 123).5
Pengumpulan zakat seharusnya merupakan sesuatu yang terprogram dan terencana, termasuk ditentukan jadwalnya dengan jelas, dan tetap berlandaskan untuk beribadah kepada Allah Swt dengan ikhlas. Dalam pengelolaan zakat perlu diperhatikan bahwa pembayaran zakat hendaknya mengetahui kemana harta zakatnya itu disalurkan dan dimanfaatkan. Lembaga amil zakat harus mempunyai dokumen dan data atau pembukuan yang rinci mengenai jumlah uang zakat yang diterima, orang yang membayarnya, kemana
digunakan, dan semacamnya (A. Qodri Azizi, 2004: 144-145).6
Adapun sifat dari pendayagunaan zakat ada 2, yaitu bersifat konsumtif danbersifat produktif. Zakat yang bersifat konsumtif adalah zakat yang diberikanhanya satu kali. Sesuai denganpenjelasan Undang-undang, mustahik delapan ashnaf ialah fakir, miskin, amil,muallaf, riqab, gharimin, fi sabilillah,
5
Arif Mufraini. Akuntansi Dan Manajemen Zakat; Mengomunikasikan Kesadaran Dan
Membangun Jaringan (JJakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h.123.
6
A. Qodri Azizi. Membangun Fondasi Ekonomi Umat (Cet I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 144-145.
4
dan ibnu sabil. Sedangkan zakat yang bersifatproduktif adalah zakat yang lebih diprioritaskan kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.Zakat produktif dapat diberikan apabila kebutuhan mustahik delapan ashnafsudah
terpenuhi dan terdapat kelebihan.7 Zakat akan menjadi bagian penting dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi jika pendistribusian dana zakat dilakukan dengan secara tepat. Maka sudah selayaknya zakat diletakkan dalam sebuah kerangka mekanisme investasi sosial dan ekonomi yang harus dapat menjadikan seseorang yang semula mustahik menjadi seorang muzakki.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang zakat dan peraturan pendukungnya, sesungguhnya telah menegaskan fungsi zakat sebagai instrumen pemberdayaan dan pengelolaan ekonomi atau untuk usaha produktif. Dalam bab V tentang pendayagunaan zakat Pasal 16 ayat 2 dijelaskan:”Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala
prioritas kebutuhan mustahik dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif”.8
Strategi pengelolaan dana zakat yang baik akan menciptakan kepercayaan pada masyarakat sehingga masyarakat akan terdorong menyalurkan dananya pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) dari pada
menyalurkannya langsung pada mustahik zakat.9 Karena itu, peran
lembaga-lembaga amil zakat seperti LAZISMU menjadi fasilitator sangat penting dalam pengelolaan dana zakat untuk kegiatan wirausaha sebagai instrumen yang dapat mempengaruhi pemerataan sosial ekonomi dan meningkatkan
7
Didin Hafhifuddin..(et al.).Problematika Zakat Kontemporer :Arikulasi Proses Sosial
Politik Bangsa, (Cet. I; Jakarta : Forum Zakat, 2003), h.95.
8
Institut Manajemen Zakat, Modul Pelatihan dan Manajemen Zakat, (Jakarta : IMZ, 2002), h. 90.
9
5
kesejahetraan mustahik.
Berdasarkan pada pemikiran dan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang“ANALISIS STRATEGI
PENGELOLAAN DANA ZAKAT DALAM KEGIATAN WIRAUSAHA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK STUDI KASUS PADA LAZISMU KOTA MAKASSAR”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut yang telah dikemukakan diatas, makarumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah vaiabel pengelolaam dana zakat memiki pengaruh terhadap variabel kegiatan wirausaha mustahik?
2. Apakah variabel kegiatan wirusaha mustahik memiliki pengaruh terhadap variabelkesejahteraan?
3. Apakah variabelpengelolaan dana zakat memiliki penagaruh terhadap variabelkesejahteraan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Guna mengetahui variabel pengelolaan dana zakat memiliki pengaruh terhadap variabel kegiatan mustahik.
2. Guna mengetahui variabel kegiatan wirausaha mustahik memiki pengaruh terhadap variabel kesejahteraan.
3. Guna mengetahui variabel pengelolaan dana zakat memiki pengaruh terhadap variabel kesejahteraan.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan juga
memberikan manfaat pembelajaran dalam bentuk teori. 2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Penelitian ini menjadi media bagi penulis untuk menambah
pengalaman dibidang penelitian dan menambah pemahaman mengenai judul yang menjadi fokus penelitian.
b. Penulis Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
7 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Zakat a. Pengertian Zakat
Secara Istilah,zakat berasal dari bahasa Arab (zakah atau zakat), yang mengandung arti harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Dari segi bahasa, zakat berarti bersih, suci, subur, berkat, dan berkembang. Menurut syariat Islam, zakat merupakan
rukun ketiga dari rukun Islam.10
Menurut Wahbah Al- Zuhayli (1989), zakat adalah pertumbuhan, pertambahan, dan pembersihan. Sedangkan menurut Yusuf Al-Qardhawi (2007: 35) menjelaskan bahwa zakat ialah sejumlah harta tertentu yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya dan
diwajibkan oleh Allah.11
Zakat merupakan keawajiban untuk mengeluarkan sebagiannya harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut berlaku untuk seluruh umat muslim yang sudah balig atau belum, berakal atau gila. Di saat mereka sudah memiliki sejumlah harta yang sudah masuk dalam batas nisabnya, maka wajib dikeluarkan harta dalam jumlahtertentu pula
10
Dr. H. Aden Rosadi. Zakat dan Wakaf. (Cet 1: Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2019), h.9.
11
Didiek Ahmad Supardi. Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Islam dalam
8
untuk diberikan kepada para mustahik yang terdiri dari delapan kelompok. Sebagai salah satu dari rukun Islam yang ke lima, zakat adalah pondasi Islam yang agung. Kewajibannya pun langsung disampaikan melalui Al-Quran, As-Sunnah dengan dilengkapi keterangannya berdasarkan Ijma‟ ulama. Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-Bayyinah: 5 yang berbunyi:
Terjemahnya :“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus”.12
Karena adanya perpecahan di kalangan mereka, maka pada ayat ini dengan nada mencerca Allah menegaskan bahwa mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah-Nya. Perintah yang ditujukan kepada mereka adalah untuk kebaikan dunia dan agama mereka, dan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka juga diperintahkan untuk mengikhlaskan diri lahir dan batin dalam beribadah kepada Allah dan membersihkan amal perbuatan dari syirik sebagaimana agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim yang menjauhkan dirinya dari kekufuran kaumnyakepada agama tauhid dengan mengikhlaskan ibadah kepada Allah. Ikhlas adalah salah satu dari dua syarat diterimanya amal, dan itu merupakan pekerjaan
12
9
hati. Sedang yang kedua adalah mengikuti sunah Rasulullah. Allah berfirman: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim yang lurus." (an-Nahl/16: 123) Firman-Nya yang lain: Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus dan muslim. (Ali 'Imran/3: 67) Mendirikan salat dalam ayat ini maksudnya adalah mengerjakannya terus-menerus setiap waktu dengan memusatkan jiwa kepada kebesaran Allah, untuk membiasakan diri tunduk kepada-Nya. Sedangkan yang dimaksud dengan mengeluarkan zakat yaitu membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang telah ditentukan oleh Al-Qur'anul Karim. Keterangan ayat di atas tentang keikhlasan beribadah, menjauhkan diri dari syirik, mendirikan salat, dan mengeluarkan zakat, adalah maksud dari agama yang lurus yang tersebut dalam kitab-kitab suci lainnya.
Mutlaknya kewajiban untuk membayar zakat, Rasulullah SAW sempat mengutus salah seorang sahabatnya Muadz bin Jabbal ke negeri Yaman, dan beliau berpesan, “Jelaskanlah kepada mereka (orang-orang Yaman) bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan zakat yang dipungut dari orang-orang kaya di antara mereka untuk
diberikan kepada orang-orang fakir dari mereka”. (HR. Muslim).13
Pemberian zakat juga bukan semata-mata dilakukan secara individual dari muzakki diserahkan langsung kepada mustahik akan tetapi dilakukan oleh sebuah lembaga yang khusus menangani zakat yang khususmemenuhi
13
Drs.Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Rukun Islam (Jakarta : Al- Kautsar Prima, 2008), h. 4-6.
10
syarat tertentu yang disebut dengan amil zakat. Amil zakat inilah yang memiliki tugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melakukan pengambilan barang sertamendistribusikannya secara tepat dan benar.
Oleh karena itu, Lembaga Amil Zakat, infaq dan Sedekah (LAZISMU) harus dikelola dengan amanah dan jujur, transparan dan professional. Harta yang terkumpul dari pengumpulan zakat disalurkan langsung untuk kepentingan mustahiq. Dalam kondisi masyarakat yang rawan atau tercancam kemiskinan, peran lembaga zakat tentu diharapkan harus lebih aktif menggulirkan program-program yang responsif terhadap kebutuhan para mustahiq. Alokasi penyaluran dana zakat, infaq dan sedekah untuk bantuan bersifat karitas dalam situasi sekarang ini perlu diperbesar dan diperluas sasarannya dalam rangka proteksi penduduk miskin.
Kesimpulannya adalah bahwa zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim. Sedangkan hikmah dari kewajiban melaksanaknnya adalah penyucian harta bagi pemiliknya dan
saling memberikan pertolongan antara sesame muslim.14
b. Landasan Hukum Zakat
Zakat itu hukumnya wajib bagi orang yang telah memenuhi syarat syaratnya, dan merupakan salah satu rukun Islam yang kelima. Adapun dasar hukumnya itu terdapat dalam Al-qur‟an dan Al-hadits. Diantara dasar-dasar itu adalah sebagai berikut :
1) Al-qur‟an
14
Kementerian Agama RI. Membangun Peradaban Zakat (Jakarta: KA RI, 2012), h. 30-31.
11
Dalam al-qur‟an terdapat 32 buah kata zakat. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan yang sangat penting. Dari 32 buah kata zakat yang terdapat di dalam Alqur‟an, 29 diantaranya bergandengan dengan kata shalat, di antaranya yaitu firman Allah dalam surat Al-baqarah (2) ayat 43 yaitu:
Terjemahnya :
“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”15
Pada ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah yang ditujukan kepada Bani Israil, ialah: 1. Agar mereka melaksanakan salat setiap waktu dengan cara yang sebaik-baiknya, melengkapi segala syarat dan rukunnya, serta menjaga waktu-waktunya yang telah ditentukan. 2. Agar mereka menunaikan zakat, karena zakat merupakan salah satu pernyataan syukur kepada Allah atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya dan menumbuhkan hubungan yang erat antar sesama manusia karena zakat itu dapat saling membantu dalam masyarakat, di mana orang-orang yang miskin memerlukan bantuan dari yang kaya dan sebaliknya. 3. Agar mereka rukuk bersama orang-orang yang rukuk. Maksudnya ialah kita telah mengetahui bahwa salat menurut agama Islam terdiri dari bermacam-macam gerakan jasmaniyah, seperti rukuk, sujud, iktidal, dan sebagainya. Tetapi pada akhir ayat ini salat tersebut hanya diungkapkan dengan kata-kata “rukuk”. Hal ini dimaksudkan agar mereka
15
12
menunaikan salat dengan benar seperti yang diajarkan Rasulullah Saw. Dengan mengerjakan shalat dan zakat merupakan manifestasi rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya dan juga merupakan suatu cerminan hubungan antara manusia. Maka perintah salat dan zakat di dalam ayat tersebut telah menjadi kewajiban mutlak.
2) Al-hadits
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda :
َنهلَصَّ َِْيَلَع ُ هاللَّ ىهلَص ِ هاللَّ ُلُْصَر َلاَق َلاَق اَوٌَُِْع ُ هاللَّ َيِضَر َزَوُع ِيْبا ْيَع
ِ هاللَّ ُلُْصَر اًدهوَحُه هىَأَّ ُ هاللَّ هلَِإ َََلِإ َلَ ْىَأ ِةَداََِش ٍشْوَخ ىَلَع ُم َلَْصِ ْلْا َيٌُِب
َىاَضَهَر ِمَْْصَّ ِّجَحْلاَّ ِةاَكهزلا ِءاَتيِإَّ ِة َلَهصلا ِماَقِإَّ
Artinya :
“Dari Ibnu Umar r.a berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Islam itu dibina terhadap lima pilar (dasar); Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya; mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Baitullah (bagi yang mampu).”(HR. Bukhari dan
Muslim).16
c. Tujuan Zakat
Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, yaitu
hablum minallah dan hablum minannas. Syariat zakat dalam Islam
menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah-masalah
kemasyarakatan, terutama nasib orang yang lemah.17 Tujuan tersebut, antara
lain:
16
Dr. H. Aden Rosadi. Zakat dan Wakaf (Cet 1; Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2019), h.69
17
13
1) Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.
2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharim,
ibnu sabil ,dan mustahik lainnya.
3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam serta manusia pada umumnya.
4) Menghilangkan sifat kikir pemilik harta kekayaan. 5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial)
6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.
7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama yang mempunyai harta.
8) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada pada dirinya.
9) Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.18
Tujuan disyariatkan zakat, di antaranya adalah agar harta tidak hanya
beredar dikalangan orang-orang kaya.19 Hal ini sebagaimana disebutkan Allah
dalam Qs. Al-Hasyr (59):7:
...
یۡنُ یٌِۡه ِءآاَيٌِ یۡ َ یۡلَا َيیۡيَب ً َل یُّۡد َى یُْۡ َي َلَ یۡ َ
..
Terjemahnya :
18
Sofyan Hasan. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf(Surabaya: Al-Ikhlas,1995), h.26-27.
19
14
“…agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…”20
Ayat ini menjelaskan sebagian pengikut Syafi'i berpendapat bahwa bagian Rasulullah itu diserahkan kepada badan-badan yang mengusahakan kemaslahatan kaum Muslimin dan untuk menegakkan agama Islam. Ibnus-sabil yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang terlantar dalam perjalanan untuk tujuan baik, karena kehabisan ongkos dan orang-orang yang terlantar tidak mempunyai tempat tinggal. Kemudian diterangkan bahwa Allah menetapkan pembagian yang demikian bertujuan agar harta itu tidak jatuh ke bawah kekuasaan orang-orang kaya dan dibagi-bagi oleh mereka, sehingga harta itu hanya berputar di kalangan mereka saja seperti yang biasa dilakukan pada zaman Arab Jahiliah.
Tujuan zakat bukanlah sekedar untuk mengumpulkan harta dan memenuhi kas saja, dan bukan pula sekedar menolong yang lemah dan mempunyai kebutuhan serta menolong mereka dari kejatuhan saja, akan tetapi yang utama adalah agar manusia lebih tinggi nilainya daripada harta, sehinga ia menjadi
tuannya harta bukan menjadi budaj harta.21
d. Mustahik
Orang-orang yang berhak menerima zakat disebut dengan mustahiq zakat. Kata asal mustahiq yaitu haqqo yahiqqu hiqqon wa hiqqotan yang artinya kebenaran, hak, dan kemestian. Mustahiq juga berarti berhak atau yang menuntut hak. Dan orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka
20
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahan.
21
Yusuf Qhardawi, Fikhu Zakat, diterjemahkan oleh Salman Harun dkk. Dengan judul
15
mereka yang telah ditentukan oleh Allah dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 60 yang berbunyi :
Terjemahnya:“Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir, Orang-orang miskin, pengurus zakat (amil), orang-orang yang dibujuk hatinya (muallaf), untuk memerdekakan budak yang telah dijanjikan merdeka, orang-orang yang berhutang di jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) sebagai sesuatu ketetapan dan yang diwajibkan Allah”.22
Ayat ini menjelaskan secara terperinci siapa sesungguhnya yang berhak menerima zakat itu. Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, yaitu orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga kebutuhan primernya tidak terpenuhi, orang miskin, yakni orang yang memiliki penghasilan namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, baik kedua kelompok itu meminta-minta maupun tidak, amil zakat, orang-orang yang ditugaskan untuk mengelola dana zakat, yang dilunakkan hatinya atau orang yang baru masuk Islam, untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berutang demi memenuhi kebutuhan primernya yang jumlahnya melebihi penghasilannya, untuk orang yang aktivitasnya berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan dengan perjalanan
22
16
yang mubah dan kehabisan bekal. Zakat itu sebagai kewajiban dari Allah bagi setiap muslim yang mampu. Allah Maha Mengetahui apa saja yang terkait dengan kemaslahatan hambahamba-Nya, Mahabijaksana atas segala aturan dan kebijakan-Nya.
Pada masa Rasulullah Saw mereka yang serakah tidak dapat menahan air liurnya ketika melihat harta sedekah. Mereka berharap mendapat percikan harta dari Rasulullah. Setelah tidak diperhatikan oleh Rasulullah, mereka mulai
menggunjing dan menyerang kedudukan beliau sebagai nabi.23
Berdasarkan ayat tersebut, yang di sebut mustahiq adalah sebagai berikut berikut :
a. Fakir
Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau penghasilan sama sekali.24
b. Miskin
Miskin adalah orang-orang yang memiliki harta atau penghasilan namun sama sekali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar hidupnya.
c. Amil
Amil adalah orang yang bertugas mengurus dan membagikan zakat kepada yang berhak menerimanya, dengan syarat mengerti tentang zakat dan bisa dipercaya.
23
Elsa Kartika Sari. Pengantar Hukum Zakat dan Waqaf (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h. 37.
24
Muhamad `Ali Sayis. Tafsir Ayat Ahkam Jilid II (Beirut: Dar Kutub al-`Ilmiyah, t.t), h. 30.
17
d. Mualaf
Mualaf adalah orang yang baru memeluk agama Islam dan bantuan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.
e. Riqab
Riqab adalah membebaskan atau memerdekakan hamba sahaya dari perhambaannya sehingga ia lepas dari ikatan dengan tuannya.
f. Ghorimin
Menurut Imam Syafi‟i, ghorimin adalah orang yang berutang karena
mendamaikan dua orang yang berselisih.25 Sedangkan menurut Imam
Hambali, ghorimin adalah orang yang berutang untuk dirinya sendiri pada
pekerjaan yang mubah atau haram, tetapi dia sudah bertobat.26
g. Fii Sabiilillah
Fii sabiilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah, seperti orang yang berjihad (berperang), berdakwah, dan lain-lain.
h. Ibnu Sabil
Ibnu sabil adalah orang-orang yang berpergian jauh untuk kepentingan Ibadah (bukan maksiat) dan kehabisan bekal atau mengalami kesengsaraan dalam perjalannya.
Adapun orang yang tidak berhak menerima zakat karena beberapa alasan, antara lain :
25
Masifuk Zuhdi, Masailul Fiqiyah (Jakarta: Cv. Haji Masagung,1994), h. 262-263.
26
18
1. Keluarga Rasulullah Saw.
Mereka tidak boleh makan harta zakat sedikit pun berdasarkan pernyataan tegas dari Rasulullah Saw.
ِل ِلِ َلََّ ٍدهوَحُوِل ،ُّلِحَت َلَ اَِهًِإَّ ،ِساهٌلا ُخاَصَّْأ َيُِ اَوهًِإ ،َةَقَدهصلا ٍِِذَُ هىِإ
َنهلَصَّ َِْيَلَع ُاللَّ ىهلَص ٍدهوَحُه
Artinya :
“Zakat adalah kotoran harta manusia, tidak halal bagi Muhammad, tidak pula untuk keluarga Muhammad shallallahu „alaihiwa sallam.”
(HR. Muslim, Abu Daud, Nasa‟I, dan Ahmad).27
Hadist ini menjelaskan bahwa keluarga Rasulullah Saw. tidak boleh menerima zakat karena keluarga Nabi shallallahu „alaihi wa sallam adalah semua keturunan bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib.
2. Orang Kaya
ٍ ِضَتْ ُه يٍّ َِْ ِل َلََّ ،يٍّيٌَِ ِل اَِيِ ه َ َلََّ
Artinya :
“ Tidak ada hak zakat untuk orang kaya, maupun yang masih kuat bekerja”
(HR. Abu Daud).28
Hadist tersebut menjelaskan bahwa orang kaya itu tidak berhak menerima zakat, begitu pula untuk orang yang masih kuat bekerja.
3. Orang Kafir
27
Dr. H. Aden Rosadi. Zakat dan Wakaf (Cet; 1: Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2019), h.69
28
Dr. H. Aden Rosadi. Zakat dan Wakaf (Cet; 1: Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2019), h.70
19
Ibnul Mundzir menukil adanya ijma‟ kesepakatan ulama bahwa orang kafir
tidak boleh menerima zakat.29
4. Setiap orang yang wajib dinafkahi oleh muzakki (wajib zakat)
Zakat tidak boleh diberikan kepada orang yang wajib dinafkahi olehmuzakki(wajib zakat), seperti istri, anak, dan seterusnya ke bawah, atau
orang tua danseterusnya ke atas.30
5. Budak
Budak tidak boleh menerima zakat karena zakat yang diterima pada
akhirnya harus diserahkan kepada tuannya, terkecuali budak mukatab.31
e. Wirausaha
1. Pengertian Wirausaha
Secara bahasa, wirausaha atau entrepreneur adalah suatu istilah yang
berasal dari kata „wira‟ yaitu berani, perkasa, dan utama.32
Sedangkan „usaha‟ yaitu kegiatan atau aktifitas yang mengerahkan tenanga, pikiran atau badan
untuk mencapai sesuatu maksud.33
Menurut istilah wirausaha yaitu sebagaimana argumen oleh Taufik Baharuddin seorang konsultan manajemen dalam ruang lingkup manajemen sumberdaya manusia dan pengajar di fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
bahwa wirausaha yaitu, kemampuan untuk menciptakan,
29
Ammi Nur Baits. 7 Orang Yang tidak Boleh Menerima Zakat. 2013. Diakses pada 15 November 2019. Pukul 10.11 WITA.
30
Umrotul Khasanah. Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Umat (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h.41
31
Ahmad Sarwat. Ensiklopedia Fikih Indonesia 4 : Zakat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019), h. 442
32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1990), h.1023.
33
20
mencari,memanfaatkan peluang untuk menuju apa yang ingin dicapai sesuai
dengan yang di idealkan.34
Seiring dengan hal tersebut Bukhari Alma mengemukakan bahwa wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang
tersebut.35Makna lain dari wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang
membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan perkeonomian beasal dari para wirausaha, orang-orang yang memiliki kemampuan untu mengambil
resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.36
Jadi secara umum pengertian wirausaha atau entrepreneur adalah mereka yang selalu bekerja keras dan kreatif untuk mencari peluang bisnis, mendayagunakan peluang yang diperoleh, dan kemudian merekayasa penciptaan alternatif sebagai peluang bisnis baru dengan faktor keunggulan
(Heflin, 2004).37
Pengertian kewirausahaan adalah seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah ke upaya untuk mencari keuntungan yang lebih besar. Sedangkan pengertian penguasaha adalah orang yang berusaha mencari keuntungan dengan mengelola sendiri perusahaannya atau bersama-sama
34
www. We-entrepreneur.Com\artikel\Kewirausahaan. Doc.Diakses pada 02 Maret 2020. Pukul 13.13 WITA.
35
Bukhari Alma.Kewirausahaan. (Cet, VII; Bandung; Al-Fabate, 2004), h.21.
36
Andi Irawan. Kewirausahaan UKM Pemikiran Pengalaman. (Jawa Tmur; Graha Ilmu, 2007), h. 26-27.
37
Fajarwati, Hasnah Rimiyati, Munjiati Munawaroh. Kewirausahaan (Yogyakarta: LP3M UMY, 2016), h.6.
21
dengan orang lain.38Peter Drucker berkata bahwa wirausaha tidak mencari
resiko, mereka mencari peluang.39
Mereka yang menghargai proses adalah cenderung memiliki kesabaran, dan seorang wirausahawan sejati memiliki kesabaran dalam menjalani setiap proses menuju keberhasilan tersebut. Sehingga jika ada pendapat bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan maka kata-kata ini dipegang teguh oleh wirausahawan. Tanpa ada kegagalan sulit seseorang mengetahui dimana kelemahan yang ia miliki. Kadang kala kita perlu belajar dari kesalahan, dan manusia diajarkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dikemudian hari, karena jika ia mengulangi kesalahan yang sama dikemudian hari maka artinya ia tidak belajar dari pengalaman atau menyia-nyiakan pengalaman. Lebih jauh setiap kesalahan atau kegagalan harus dipelajari apa penyebab itu terjadi. Kesempurnaan sebuah produk pada saat produk itu diciptakan lebih baik dari produk sebelumnya. Kata-kata seperti ini menjadi kunci seorang wirausahawan.
2. Pemanfaatan Zakat Sebagai Modal Wirausaha
Untuk saat sekarang ini, potensi harta zakat ternyata makin berkembang dalam upaya pemanfaatannya. Tidak saja sebagai harta yang dikonsumsi, lalu habis seketika itu, tapi lebih kepada pengupayaan agar zakat itu dimanfaatkan untuk hal-hal yang nilainya produktif dan berkembang biak secara simultan dalam jangka panjang ke depan.
38
Nurhadi. Ekonomi SMA/MA Kelas XII (Jakarta: Bumi Aksara), h. 108-115.
39
Buchari Alma. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum (Bandung: Alfabeta, 2008), h.24.
22
Salah satu upaya pemanfaatan zakat untuk hal di atas adalah menggunakannya sebagai modal wirausaha atau menjadikan harta zakat sebagai modal berwirausaha. Wirausaha sendiri didefinisikan sebagai usaha-usaha yang mempunyai keunggulan tertentu untuk memodifikasi produk lama menjadi produk baru, dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang memanfaatkan pemberdayaan manusia dan kekayaan alam lainnya.
Umat Islam memiliki persepsi bahwa ajaran zakat tidak lebih dari sekedar ibadah ritual yang terpisah dari konteks sosial. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi yang mungkin perlu terus-menerus diperbarui dalam mengaktualisasikan potensi zakat di tengah-tengah masyarakat agar setiap masyarakat bisa merasakan secara langsung implikasinya dalam kehidupan sosial ekonomi mereka, baik sekarang dan masa yang akan datang.
Dengan dasar argumen tersebut, cukup memberi gambaran betapa potensi ekonomi zakat sangat membantu umat dalam pemberdayaan ekonomi rakyat, terjadinya keadilan pendapatan terutama modal usaha bagi wirausaha. Apalagi sebagai umat yang mayoritas di negara ini, kaum muslimin memiliki kewajiban untuk menggali potensi yang kita miliki, yang bersumber pada kekuatan ajaran Islam dan kekuatan umat itu sendiri. Salah satunya adalah zakat, infak, dan sedekah. Walaupun tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah kesejahteraan secara tuntas, akan tetapi bila ketiga ajaran Islam itu, dikelola dengan baik, amanah, dan profesional dalam pengambilan maupun pendistribusiannya, setidaknya akan dapat meminimalisasi berbagai hal yang berkaitan dengan kemiskinan.
23
Selain itu, tingkat kesulitan wirausahawan untuk memperoleh pinjaman dari bank cukup terbantu dengan adanya Lembaga Amil Zakat yang menyalurkan sebagian dana zakat yang dihimpunnya untuk modal usaha. Oleh karena itu, amat dibutuhkan satu bentuk lembaga independen yang mengurus hal ini. Dalam konteks Indonesia, tercatat beberapa lembaga, antara lain: Badan Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (BAZIS), dan Lembaga Amil Zakat,
Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU).40
f. Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki tiga arti yaitu sebagai
berikut:41
a) Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
b) Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.
c) Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.
40
Badiradi, Zen. dkk. Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Lintera Antar Nusa,2010), h.5-9.
41
Intan Indra Natalia. Skripsi: “Kajian Tingkat Kesejahteraan Petani Salak Pondok di
24
2. Indikator Kesejahteraan
Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya, iptek dan lain sebagainya. Bidang-bidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanannya. Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Untuk mendapatkan kesejahteraan itu memang tidak gampang. Tetapi bukan berarti mustahil didapatkan. Kita hanya perlu memperhatikan indikator kesejahteraan
itu. Adapun indikator tersebut diantaranya adalah :42
a) Jumlah dan pemerataan pendapatan.
Hal ini berhubungan dengan masalah ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapat tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa itu semua, mustahil manusia dapat mencapai kesejahteraan.
b) Pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau.
Pengertian mudah disini dalam arti jarak dan nilai yang harus dibayarkan oleh masyarakat. Dengan pendidikan yang murah dan mudah itu, semua orang dapat dengan mudah mengakses pendidikan setinggi-tingginya. Dengan pendidikan yang tinggi itu, kualitas sumberdaya manusianya semakin meningkat. Dengan demikian kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin terbuka.
42
Icai. Indikator Kesejahteraan. https://www.kompasiana.com/icai,(diakses pada 16 Maret 2020, pukul 13.55).
25
c) Kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata.
Kesehatan merupakan faktor untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Karena itu, faktor kesehatan ini harus ditempatkan sebagai hal yang utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. Setiap saat mereka dapat mengakses layanan kesehatan yang murah dan berkualitas. Apabila masih banyak keluhan masyarakat tentang layanan kesehatan, maka itu pertanda bahwa suatu Negara masih belum mampu mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan oleh rakyatnya.
Selain indikator kesejahteraan diatas, menurut BPS (Badan Pusat Statistik)dalam penelitian Eko Sugiharto (2007) indikator yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada 8 yaitu :43
a. Pendapatan
b. Konsumsi atau pengeluaran keluarga c. Keadaan tempat tinggal
d. Fasilitas tempat tinggal e. Kesehatan anggota keluarga
f. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
g. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan h. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
43
Eko Sugiharto. Skripsi: Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator BPS. (Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2007), h.15-18.
26 B. Kerangka Pikir Al- Quran QS. Al-Baqarah : 60 QS. Al-Bayyinah : 5 As-Sunnah
HR. Bukhari dan Muslim tentang zakat
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Studi Teoritik
1. Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa zakat ialah sejumlah harta tertentu yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya dan diwajibkan oleh Allah.
2. Dalam bab V tentang
pendayagunaan zakat Pasal 16 ayat 2 dijelaskan:”Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat
berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahik dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif”.
Studi Empirik 1. Menurut Wahbah Al-
Zuhayli, zakat adalah pertumbuhan,
pertambahan, dan pembersihan.
2. Menurut syariat Islam, zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam. Studi
Rumusan Masalah
Hipotesis
Skripsi
1. Pengembangan Ilmu 2. Manfaat karya ilmiah 3. Motifasi penelitian lanjutan 4. Kesimpulan dan rekomendasi Analisis Kuantitatif
27
C. Kerangka Konseptual
Keterangan :
= Variabel = Garis Korelasi = Indikator = Garis Indikator
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Proses (X1) Kesejahteraan (𝛾) Pengelolaan Dana Zakat(α) Kegiatan Wirausaha Mustahik (β)
Dana Zakat (X2) Pengaturan (X3)
Kebutuhan
Mencukupi (Y1)
Tingkat Pendidikan (Y2)
Pendapatan (Y3)
Modal usaha (X4) Pendampingan
Usaha (X6)
28
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran
dugaan tersebut.44 Dari permasalahan sebelumnya, penulis mengemukakan
hipotesis dari penelitian ini, yaitu :
1. Diduga, variabel pengelolaan dana zakat memiki pengaruh terhadap variabel kegiatan wirausaha mustahik.
2. Diduga, variabel kegiatan wirausaha mustahik memiki pengaruhterhadap variabel kesejahteraan.
3. Diduga, variabel pengelolaan dana zakat memiliki pengaruh terhadap variabel kesejahteraan.
44
Kountur, Roni. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Edisi Revisi 2 (Jakarta : PPM, 2007), h.89.
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan langsung di LAZISMU Kota Makassar dengan menggunakan skala Likert dengan 1 sampai 5 skor berddasarkan data-data yang diperoleh dari LAZISMU Kota Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis dan teori-teori serta hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatifkarena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan
empiris dan ekspresi matematis serta hubungan-hubungan kuantitatif.45
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu pendekatan yang ditunjukkan untuk melakukan pengkajian terhadap suatu peristiwa, orang atau konteks tertentu secara mendalam dan intensif.46
45
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 23.
46
30
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di LAZISMU Kota Makassar, Jalan G. Lompobattang No.201, Kota Makassar. Objek dalam penelitian ini adalah mustahik yang menerima bantuan pinjaman dana zakat dari LAZISMU Kota Makassar. Alasan mengapa Lembaga ini menjadi lokasi penelitian karena lembaga ini merupakan salah satu amil zakat yang bagian dari naungan Muhammadiyah serta LAZISMU Kota Makasar merupakan cabang terbesar di Kota Makassar.
Selanjutnya penelitian didasari pertimbangan bahwa Kota Makassar merupakan wilayah yang tempat berdirinya kantor cabang utama LAZISMU di Provinsi Sulawesi Selatan, disamping itu juga karakteristik mustahik dengan berbagai latar belakang sosial sehingga memungkinkan memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Kemudian waktu yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kurang lebih 2 bulan.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahan pada variabel lain. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas diantaranya Pengelolaan Dana Zakat(𝛽) dan Kesejahteraan(𝛾). Variabel ini dikatakan variabel bebas dikarenakan keberadaan variabel ini tidak bergantung pada adanya variabel lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain.
31
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi
atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kegiatan Wirausaha Mustahik(𝜗). Dinamakan variabel terikat karena kondisi atau variasinya terikat atau dipengaruhi oleh variasi variabel lain, yaitu dipengaruhi oleh variabel bebas.
D. Definisi Operasional Variabel
Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:
1) Pengelolaan dana zakat adalah suatu kegiatan perencanaan,
pengorgansasian, pelaksanaan, pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah yang diorganisasikan dalam bentuk suatu badan atau lembaga.
2) Kegiatan wirausaha mustahik adalah orang yang selalu mengupayakan berbagai hal kreatif dan inovatif dengan cara pengembangan ide dan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada, guna mendapatkan peluang untuk memperbaiki hidup.
3) Kesejaheraan adalah istilah umum yang menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
32
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suhasimi Arikunto adalah “keseluruhan objek yang
diteliti”.47
Berdasarkan pendapat tersebut populasi dalam penelitian ini adalah mustahik yang tinggal di Kota Makassar. Dalam penelitian ini, populasi yang dipilih sebanyak 75 orang yang menjadi mustahik pada LAZSIMU Kota Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik
populasi atau sampel yang merupakan bagian dari suatu populasi.48
Adapun sampel dari penelitian ini adalah sebagian mustahik pada
LAZISMU Kota Makassar sebanyak 63 Orang. Pada saat penelitian berlangsung menggunakan Rumus sloving, sebagai berikut :
Rumus Sloving : n = N (1+N e2) Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Tingkat error (5%) 47
SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 102.
48
Umar, Husain, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 2001), h. 136.
33 Diketahui : n = 75 1+(0,05)(75)2 = 75 1,1875 = 63 Responden F. Instrumen Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung objek yang diteliti, yang berupa angket. Sedangkan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu yang dapat dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data statisitik maupun dari internet. Selain itu, data juga dapat diperoleh dalam bentuk yang sudah dipublikasikan yang tersedia di lembaga seperti literatur, company profile, jurnal, dan sebagainya. Selanjutnya dalam kegiatan penelitian ini penulis menggunakan bebarapa alat yang mendukung dalam melakukan penelitian ini, yaitu: handphone dan alat tulis.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam
penelitian ini terdiri atas metode :49
1. Wawancara
Dalam wawancara peneliti akan mencatat opini dan hal lain yang
berkaitan dengan penelitian yang ada didalam lembaga dengan demikian
49
34
ada banyak informasi yang akan didapat dari hasil wawancara tersebut. Dalam melakukan penelitian ini akan dilakukan dengan Wawancara langsung (Direct Interview). Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara langsung dengan informan dari LAZISMU Kota Makassar.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara
cermat di lapangan atau lokasi penelitian yang sedang dilakukan.Observasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data-data kongkret di tempat penelitian.
3. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan
memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh para responden. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.
Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar
lebih efektif dan efesien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberikan penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skor 1-5, Jawaban responden berupa pilihan 5 (lima) alternatif yang ada yaitu :
35
Table 3.1 Skala Likert
ALTERNATIF JAWABAN JAWABAN SKOR Sangat Setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Netral (N) 3 Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya.50 Dokumentasi ini
digunakan untuk mendapatkan keterangan dan bukti.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Smart PLS 2.0. M3. Partial Least Square (PLS) adalah suatu metode yang berbasis regresi yang dikenalkam oleh Herman O.A Word untuk menciptakan dan pembagunan model dan metode untuk ilmu-ilmu sosial dengan pendekatan yang berorientasi pada prediksi.PLS memiliki asumsi data penelitian bebas distribusi (Distriburion- Free), artinya data penelitian tidak mengacuh pada salah satu distribusi tertentu (misalnya distribusi normal).PLS merupakan pengembangan metode alternatif dari
Structural Equation Modeling (SEM) yang dapat digunakan untuk mengatasi
36
permasalahan hubungan diantara variabel yang kompleksitas namun ukuran sampel datanya yang kompleks datanya kecil (30 sampai 100), mengingat SEM memiliki ukuran sampel data maksimal 100.
PLS digunakan untuk mengetahui kompleksitas hubungan suatu konstrak dan konstrak yang lain, serta hubungan suatu konstrak dan indikator-indikatornya. PLS didefinisikan oleh dua persamaan, yaitu inner model dan
outer model.Inner model menentukan spesifikasi hubungan antara konstrak
dan konstrak yang lain, sedangkan outer model menentukan spesifikasi hubungan antara konstrak dan indikator- indikatornya. Konstrak terbagi menjadi dua yaitu konstrakeksogen dan konstrak endogen.Konstrak endogen merupakan konstrak penyebab,konstrak yang tidak dipengaruhi oleh konstrak sedangkan konstrak endogen merupakan konstrak yang dijelaskan oleh konstrakeksogen. Konstrak endogen adalah efek dari konstrakeksogen.PLS dapat bekerja untuk model hubungan konstrak dan indikator-indikatornya yang bersifat reflektif dan formatif, sedangkan SEM hanya bekerja pada model hubungan yang bersifat reflektif saja.
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar
1. Latar Belakang
LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
Didirikan oleh PP. Muhammadiyah pada tanggal 17 Juli 2002, selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No. 457/21 November 2002. Dengan telah berlakunya Undang-undang Zakat nomor 23 tahun 2011, Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2014, dan Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia nomor 333 tahun 2015. LAZISMU sebagai lembaga amil zakat nasional telah dikukuhkan kembali melalui SK Mentri Agama Republik Indonesia nomor 730 tahun 2016.
LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama, fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat
38
rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah.
Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dari penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus berkembang. Dengan budaya kerja amanah, professional dan transparan, LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya
dan seiring waktu, kepercayaan publik semakin menguat.51Salah satu cabang
LAZISMU yaitu yang berada di Jalan G. Lompobattang No.201, Kota Makassar. Di mana, LAZISMU Makassar memiliki program-program yang sangat menarik seperti satu hari satu mustahiq dan kotak infaq keluarga, yang tentunya dengan adanya program-program ini bisa membantu para mustahik.
2. Perkembangan LAZISMU Kota Makassar
Di Kota Makassar Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) sebagai lembaga otonom sudah ada sejak tahun 2003, namun hanya beroperasi di kalangan terbatas khususnya di cabang Makassar dan cabang Karunrung.
39
Setelah Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang bulan Juli tahun 2005, maka struktur pimpinan mengalami perkembangan diantaranya “Majelis Wakaf” dikembangkan menjadi “Majelis Wakaf dan ZIS”, Lazismu diintegrasikan ke dalam persyarikatan dengan nama “Tim Pengelola Zakat Muhammadiyah” yang dibentuk pada bulan September 2008. Tim ini melakukan kegiatan membentuk Unit Pengumpulan Zakat disingkat menjadi “UPZ” di cabang-cabang Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah, untuk melakukan pendataan Muzakki dan Mustahik, mengumpul dan mendistribusikan ZIS tahun 1429 H-2009 M dan menyusun Pedoman Pengelolaan ZIS.
Perkembangan terakhir, dalam lokakarya Nasional Lembaga Pengelola ZIS Muhammadiyah yang berlangsung tanggal 28 Januari 2009 di Jakarta disepakati semua lembaga pengelola ZIS di lingkungan Muhammadiyah harus terintegrasi dalam satu payung hukum Lazismu dengan model "JEJARING". Karena itu Tim Pengelola Zakat Muhammadiyah Makassar menyesuaikan diri menjadi LAZISMU MAKASSAR JEJARING LAZISMU PUSAT JAKARTA.
3. Visi dan Misi52
1) Visi
Menjadi Lembaga Amil Zakat Terpercaya 2) Misi
a) Optimalisasi pengelolaan IS yang amanah, profesional dan transparan;
40
b) Optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif, inovatif dan produktif;
c) Optimalisasi pelayanan donator.
4. Tujuan
Sementara itu, Pengelolaan dana ZISKA (Zakat, Infaq, Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan) bertujuan:
a) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan dana ZISKA dalam rangka mencapai maksud dan tujuan persyarikatan;
b) Meningkatkan manfaat dana ZISKA untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan persyarikatan;
c) Meningkatkan kemampuan ekonomi umat melalui pemberdayaan
usaha-usaha produktif.53
5. Sistem Pengelolaan Zakat LAZISMU Kota Makassar
Berdasarkan hasil rapat kerja pimpinan pusat Muhammadiyah pada tahun 2015, pengelolaan zakat dalam persyarikatan Muhammadiyah mencakup
beberapa hal sebagai berikut:54
1) Sistem Gerakan.
Mengimplementasikan sistem kebijakan Muhammadiyah dalam
meningkatkan kesadaran berzakat dan berderma serta meningkatkan sistem administrasi dan pengelolaan ZIS dengan akuntabilitas dan transparansi ke publik sehingga nilai produktivitas lembaga amil zakat
53
Rencana Strategis LAZISMU Kota Makassar 2015-2020, h 26-27.
54