PENELAHAN PUSTAKA A. Metode Antropometri
Antropometri adalah studi tentang pengukuran tubuh manusia antara lain
tulang, otot, dan jaringan adiposa (lemak). Kata “antropometri” berasal dari kata Yunani “anthropo” yang berarti “manusia” dan kata Yunani “metron” yang berarti “ukuran” (NHANES, 2011). Pengukuran antropometri yang biasanya digunakan
indeks massa tubuh (body mass index), lingkar pinggang (waist circumference), rasio pinggang panggul (waist to hip ratio), rasio lingkar pinggang terhadap tinggi (waist to stature ratio) yang disarankan untuk mendefinisikan obesitas (Nyamdorj, 2010).
Indeks massa tubuh (BMI) dapat menggambarkan akumulasi sel lemak
keseluruhan (overall adiposity), sedangkan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul menggambarkan akumulasi sel lemak pada area sentral (central adiposity) (Huxley, Mendis, Zheleznyakov, Reddy, and Chan, 2010). Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul adalah metode untuk mengukur
lemak abdominal, hal ini penting karena peningkatan lemak abdominal berisiko tinggi untuk penyakit kardiovaskular (Odenigbo, et al., 2011). Berikut ini penjelasan metode pengukuran antropometri tubuh:
1. Lingkar pinggang
Menurut WHO (2008), lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang
panggul merupakan pengukuran antropometeri yang penting sebagai prediktor
obesitas abdominal yang merupakan akumulasi lemak pada daerah sentral atau
abdominal yang berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortilitas, salah satunya penyakit kardiovaskular.
Lokasi pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara
tulang rusuk terbawah dan iliac crest menggunakan pita pengukur. Pita pengukur yang digunakan tidak boleh dilingkarkan terlalu kencang hingga menekan kulit
subyek dan pengukuran dilakukan paralel dengan lantai (WHO, 2008).
Pengukuran dilakukan pada keadaan ekspirasi sedangkan subyek berdiri tegak,
dengan kaki rapat dan lengan menggantung bebas di sisi (Candido, Alosta,
Oliveira, Freitas and Caelho 2012).
Tabel I. Kriteria Lingkar Pinggang Berdasarkan Etnis (International Diabetes Federation, 2006)
Etnis Jenis Kelamin Lingkar Pinggang (cm)
Eropa Pria >94
Wanita >80
Asia Pria >90
Wanita >80
2. Rasio lingkar pinggang panggul
Rasio lingkar pinggang panggul digunakan untuk menilai distribusi
lemak dan khususnya sebagai indikator akumulasi lemak abdominal (Senlier and
Yabanci, 2007). Rasio lingkar pinggang panggul merupakan indikator penting dari obesitas abdominal yang dapat memicu penyakit kardiovaskular. Rasio lingkar pinggang panggul (waist to hip ratio) dihitung dengan menggunakan rumus lingkar pinggang (cm) dibagi lingkar panggul (cm) (Kaur and Barna, 2010).
Pengukuran lingkar pinggang adalah pada titik tengah antara tulang rusuk
terbawah dan iliac crest (WHO, 2008) dan lingkar panggul pada titik di atas
greather trochanters dengan bantuan pita pengukur (Sandhu, Koley, and Sandhu, 2008). Obesitas abdominal didefinisikan dengan rasio lingkar pinggang panggul
≥0,90 pada pria dan ≥0,85 pada wanita (WHO, 2008).
B. Kolesterol Total dan HDL
Kolesterol adalah zat lemak yang dibuat oleh tubuh digunakan dalam
produksi asam empedu, hormon steroid, vitamin E, dan membran sel (Al Ajlan,
2011). Kolesterol tidak larut dalam air sehingga harus diangkut dalam lipoprotein.
Ada berbagai jenis lipoprotein, tetapi dua jenis lipoprotein yang paling banyak
yaitu low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). Fungsi utama dari LDL adalah untuk mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan yang
memasukkan ke dalam membran sel. HDL membawa kolesterol yang telah
dibuang oleh sel kembali ke hati untuk katabolisme atau ekskresi (Colpo, 2005).
Tabel II. Kriteria Kadar Kolesterol Total Menurut National Cholesterol Education Program (2005)
Kadar kolesterol Total Kategori
< 200 mg/dL Diinginkan
200-239 mg/dL Batas tinggi
≥ 240 mg/dL Tinggi
Kolesterol total darah terdiri dari beberapa fraksi. Sekitar 60% Low Density Lipoprotein (LDL) yang merupakan penjahat utama penyebab penyakit kardiovaskular, 30% berasal dari High Density Lipoprotein (HDL), yang protektif terhadap penyakit kardiovaskular dan sisanya berasal dari Very Low Density
Lipoprotein. Kadar kolesterol dalam tubuh berasal dari dua sumber, asupan makanan dan biosintesis. Mayoritas kolesterol digunakan oleh orang dewasa yang
sehat yang disintesis dalam hati, yang menghasilkan 70% dari kebutuhan total
kolesterol harian dan 30% lainnya berasal dari asupan makanan (Capewell and
Ford, 2011).
Tabel III. Kriteria Kadar HDL Menurut American Heart Association (2012)
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan prediktor penyakit kardiovaskular, peningkatan kadar HDL memiliki efek pelindung pembuluh
darah. Pada studi Framingham, tingkat HDL berkorelasi terbalik dengan risiko
penyakit kardiovaskular. HDL memainkan peran penting dalam transportasi
kolesterol balik (reverse cholesterol transport) yang terlibat dalam penghilangan kelebihan kolesterol dari sel perifer dan pengiriman ke hati untuk katabolisme.
Komponen utama dari HDL adalah apolipoprotein (apo)A-1 yang disintesis di hati
(70%) dan usus (30%) (Cho, 2009). Penelitian menunjukkan bahwa untuk setiap
kenaikan 1 mg/dL HDL risiko untuk mengalami penyakit kardiovaskular
menurun sebesar 2% menjadi 3% (Toth, 2005). Penyakit kardiovaskular berkaitan
dengan penurunan kadar HDL dan peningkatan rasio kolesterol total/HDL (Real,
et al., 2001).
Jenis Kelamin Kadar HDL Kategori
Wanita <50mg/dL Faktor utama risiko penyakit
jantung
>60 mg/dL Perlindungan terhadap penyakit jantung
Pria <40 mg/dL Faktor utama risiko penyakit
jantung
>60 mg/dL Perlindungan terhadap penyakit jantung
Tabel IV. Kriteria Rasio Kolesterol Total/HDL (American Heart Association, 2009).
Risiko Penyakit Jantung Wanita Pria
Paling rendah <2,9 <3,8
Rendah 3,0-3,6 3,9-4,7
Rata-rata 3,7-4,6 4,8-5,9
Sedang 4,7-5,6 6,0-6,9
Tinggi ≥5,7 ≥ 7,0
Rasio kolesterol total/HDL didapatkan dengan cara membagi kolesterol
total dengan HDL. Semakin rendah nilai rasio kolesterol total/HDL, semakin baik
bagi kesehatan tubuh (Lee and Simon, 2009). Penelitian oleh Ridker, Rifai, Cook, Bradwin, and Buring (2005) menyatakan bahwa rasio kolesterol total/HDL sebagai prediktor penyakit kardiovaskular di masa depan yang lebih baik daripada
fraksi kolesterol.
C.Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah
simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh.
Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai
macam penyakit degeneratif. Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibedakan
menjadi dua jenis, yakni obesitas sentral dan obesitas umum (WHO, 2000).
Obesitas sentral menggambarkan akumulasi lemak yang berpusat pada daerah
perut (abdominal), indikator antropometri untuk menggambarkan lemak sentral dapat digunakan lingkar pinggang dan rasio lingkar panggul dan BMI yang dapat
mengukur akumulasi lemak secara keseluruhan (obesitas umum) tetapi tidak dapat
membedakan letak akumulasi lemak (Mellati, et al., 2009). Terjadinya penyakit kardiovaskular secara epidemiologi berhubungan dengan kadar lemak tubuh dan
distribusinya. Lemak tubuh yang tersimpan berupa jaringan lemak dalam
abdomen mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya penyakit
kardiovaskular dibanding dengan di bagian tubuh lain (Lubis and Oyong, 2006). Menurut National Institute of Health (2008), obesitas terjadi ketika seseorang mengkonsumsi kalori yang lebih dari makanan daripada yang
digunakan. Tubuh memerlukan kalori untuk mempertahankan hidup dan
beraktivitas, tetapi untuk mempertahankan berat badan perlu menyeimbangkan
energi yang kita makan dengan energi yang kita gunakan. Ketika seseorang
makan dengan kelebihan kalori daripada yang digunakan, keseimbangan energi
berujung ke obesitas. Ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori
yang keluar berbeda dari satu orang dengan yang lain. Faktor genetik, lingkungan,
dan lainnya mempunyai peran terhadap obesitas. Yesdelita (2008) menyatakan
kelebihan kalori akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Lemak dalam tubuh disimpan dalam jaringan adiposa. Setelah lemak
dicerna, diserap melalui intestinum, diangkut dan diedarkan dalam bentuk
lipoprotein ke jaringan-jaringan tubuh melalui sistem sirkulasi untuk digunakan
sebagai sumber energi. Sisa lemak kemudian disimpan di dalam jaringan adiposa
D.Mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Kampus III Universitas Sanata Dharma terletak di Paingan,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Mahasiswa dan mahasiswi Kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terdiri dari empat fakultas yaitu Fakultas
Farmasi, Fakultas Teknik, Fakultas Psikologi dan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 3.628 orang.
E.Landasan Teori
Antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengevaluasi
status kesehatan, risiko penyakit, status nutrisi dan perubahan komposisi tubuh
Metode antropometri banyak digunakan karena sederhana, aman dan non-invasif
yang dapat mengidentifikasi obesitas. Obesitas secara umum dinyatakan dengan
akumulasi lemak dalam jumlah yang besar. Obesitas merupakan masalah
kesehatan bagi anak maupun dewasa karena komplikasi obesitas itu sendiri
terhadap pertumbuhan tulang, penyakit endokrin, dan penyakit kardiovaskular.
Obesitas umumnya merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
penyakit kardiovakular. Risiko penyakit kardiovaskular lebih berhubungan
dengan akumulasi lemak pada daerah abdominal atau juga sering disebut obesitas sentral (abdominal). Metode antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur obesitas abdominal pada tubuh antara lain lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang panggul berkorelasi dengan lemak yang terkumpul
Kriteria lingkar pinggang bagi populasi Asia Selatan menurut IDF (2006) adalah
80 cm untuk wanita dan 90 cm untuk pria. Obesitas abdominal didefinisikan oleh WHO (2008) dengan rasio lingkar pinggang panggul ≥0,90 pada pria dan ≥0,85
pada wanita (WHO, 2008).
Penyakit kardiovaskular berkaitan dengan penurunan kadar HDL dan
peningkatan rasio kolesterol total/HDL. Semakin rendah nilai rasio kolesterol
total/HDL, semakin baik bagi kesehatan tubuh. Penelitian Kusuma pada tahun
2011 menunjukkan adanya korelasi positif bermakna berkekuatan sedang dengan
rasio kolesterol total/HDL (r=0,564; p=0,000) dan rasio lingkar pinggang panggul
memiliki korelasi positif bermakna berkekuatan lemah dengan rasio kolesterol
total/HDL (r=0,317; p=0,008) yang dilakukan pada pria 30-50 tahun. Senlier and
Yabanci (2007) dalam penelitiannya pada 172 pria dan 183 wanita dengan usia
19-23 tahun di Turki, rasio lingkar pinggang panggul terdapat korelasi bermakna
dengan rasio kolesterol total/HDL pada pria dan wanita (p<0,01; r=0,47).
Penelitian Palacios, et al. (2011), antara rasio lingkar pinggang panggul dengan rasio kolesterol total/HDL memiliki korelasi yang bermakna baik pada
wanita dan pria (p<0,001; r=0,26) pada 563 wanita dan 295 pria dengan usia
21-79 tahun. Hasil penelitian Mellati, et al. (2009) terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang terhadap rasio kolesterol total/HDL pada pria (r=0,26;
p<0,0001) dan wanita (r=0,19; p<0,0001) serta korelasi rasio lingkar pinggang
dan rasio kolesterol total/HDL pada pria (r=0,19; p<0,0001) dan wanita (r=0,14;
p<0,0001) di Iran dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 2.768 orang yang
F.Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang
bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap
rasio kadar kolesterol total/HDL pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III
20