• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Teh (Camellia sinensis L.) 1. Deskripsi

Tanaman teh merupakan tanaman semak dengan tinggi 1-2 m, mempunyai batang tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warna hijau, dan permukaan mengkilap. Tanaman ini mempunyai bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning (Arisandi dan Andriani, 2006).

2. Kandungan kimia teh hijau

Daun teh mempunyai komposisi yang kompleks. Daun teh mengandung 30-40% polifenol yang sebagian besar merupakan katekin. Di dalam teh terdapat beberapa jenis katekin, yaitu epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigallokatekin (EGC), epigalokatekin galat (EGCG), gallokatekin, dan katekin. Senyawa epigalokatekin galat merupakan kandungan terbesar di dalam teh hijau (Syah, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Manfaat teh hijau

Beberapa manfaat teh antara lain sebagai antikanker, antimikroba, antidiabetes, antioksidan, dan menghambat kerusakan DNA yang diinduksi oleh radiasi UV (Syah, 2006; Svobodova et al., 2003). EGCG merupakan komponen

aktif teh hijau yang antara lain bermanfaat sebagai antihipertensi, antioksidan, antikarsinogenesis, antikanker, dan melindungi kulit dari sinar UV (Syah, 2006).

B. Polifenol Teh

Teh dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh hitam, dan teh hitam. Teh hijau dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidase melalui pemanasan atau penguapan. Teh hitam dibuat melalui proses oksidasi dengan katalis polifenol oksidase, sedangkan teh oolong diproses melalui pemanasan dalam waktu singkat setelah penggulungan (Syah, 2006).

Polifenol teh yang terdapat pada teh hitam dan teh hijau dikenal sebagai epikatekin atau derivat epikatekin. Epikatekin yang terdapat pada teh hijau, antara lain epikatekin (EC), epikatekin-3-galat, epigalokatekin (EGC), dan epigalokatekin 3 galat (EGCG) (Svobodova et al., 2003). Teh juga mengandung

Gambar 1. Struktur epikatekin, epikatekin-3-galat, epigalokatekin, epigalokatekin-3-galat, dan kuersetin ( Svobodova et al., 2003 )

Aktivitas antioksidan teh hijau diketahui berhubungan dengan kandungan polifenolnya. Polifenol teh secara luas digunakan sebagai antioksidan alami guna mencegah oksidasi minyak makan atau pudarnya warna kemerahan pada makanan (Syah, 2006). Polifenol sangat peka terhadap larutan netral atau basa (Robinson, 1991).

.

C. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih. Pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat dalam simplisia terdapat dalam kadar yang tinggi sehingga memudahkan untuk pengaturan dosis. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anief, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Proses penyarian dipisahkan menjadi : pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Secara umum, penyarian dilakukan secara infundasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi uap (Anonim, 1986).

Maserasi merupakan cara ekstraksi zat aktif menggunakan cairan pengekstraksi dengan penggojogan atau pengadukan pada suhu ruangan. Maserasi kinetik merupakan metode maserasi yang dilakukan pada suhu ruangan dan mengalami pengadukan secara konstan. Maserasi merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam proses ekstraksi. Metode ini mempunyai keuntungan yaitu sampel yang dibutuhkan kecil serta dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti teknik dan produksi batch (List dan Schmidt, 1989).

E. Formulasi 1. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim, 1995 ). Krim dapat bertipe air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A). Tipe A/M tidak larut air dan tidak dapat dicuci dengan air, sedangkan tipe M/A dapat bercampur dengan air, dapat dicuci dengan air, dan tidak berminyak (Allen, 1999).

Formula tradisional untuk vanishing cream didasarkan pada jumlah asam

stearat yang besar sebagai fase minyak yang dapat melunak pada suhu tubuh dan mengkristal pada bentuk yang sesuai sehingga tidak terlihat dalam penggunaan dan membentuk film yang tidak berminyak. Hal ini merupakan salah satu daya tarik pada kenampakan produk. Emulgator yang berperan dalam proses tersebut adalah sabun yang terbentuk secara “in situ“ dengan menambahkan basa yang

cukup untuk bereaksi dengan asam stearat (Wilkinson dan Moore, 1982).

2. Emulgator sabun

Sabun dapat digunakan sebagai emulgator yang sangat efektif menghasilkan sediaan untuk penggunaan luar. Emulsi yang dihasilkan mempunyai nilai pH relatif tinggi dan peka terhadap asam dan elektrolit. Emulgator sabun terbentuk dari reaksi antara alkali, air kapur, atau amina dengan asam lemak bebas pada fase minyak (Anonim, 1987).

3. Asam stearat

Asam stearat merupakan asam lemak yang terdiri dari campuran asam stearat (C18H36O2) dan asam palmitat (C16H32O2), dengan kandungan asam stearat tidak kurang dari 40% dan jumlah kedua asam tersebut tidak kurang dari 90%. Asam stearat mempunyai bilangan penyabunan 200-220 dan titik leleh > 540 C. Dalam formulasi sediaan topikal, asam stearat berfungsi sebagai emulsifying agent

dan solubilizing agent (Allen, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Virgin Coconut Oil ( VCO )

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang diproses dari buah

kelapa tanpa mengalami pemanasan. VCO mempunyai kenampakan bening serta mengandung banyak asam laurat. VCO mengandung asam lemak rantai menengah ( Medium Chain Fatty Acid/ MCFA) (Timoti, 2005).

Manfaat VCO untuk kesehatan manusia antara lain, mengurangi/ menurunkan resiko kanker dan penyakit degeneratif, mencegah infeksi virus, dan membantu mengontrol diabetes. Dalam bidang kosmetik, VCO biasa digunakan dalam krim perawatan wajah (Surtiningsih, 2006).

F. Sunscreen

Sunscreen merupakan bahan kimia yang menyerap atau memantulkan

radiasi sehingga melemahkan energi ultraviolet sebelum terpenetrasi ke kulit (Stanfield, 2003). Menurut Food and Drug Administration (1999), bahan aktif

sunscreen adalah bahan yang menyerap, memantulkan, atau menghamburkan

radiasi pada daerah UV dengan λ 290-400 nm.

G. Sun Protection Factor ( SPF )

SPF merupakan tingkat perlindungan produk sunscreen terhadap sinar

matahari yang dapat menyebabkan eritema (Stanfield, 2003). SPF merupakan perbandingan Minimal Erythema Dose (MED) pada kulit manusia yang

Secara in vitro, SPF dapat dihitung berdasarkan persamaan SPF = 10A.

SPF menurut persamaan tersebut didapat dari nilai absorbansi pada panjang gelombang tunggal, biasanya merupakan puncak absorbansi. Nilai SPF yang dihasilkan umumnya tinggi, bahkan lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Hal ini disebabkan persamaan tersebut berlaku bila radiasi yang digunakan merupakan sinar monokromatis, padahal sinar UV matahari merupakan radiasi polikromatis. Hal ini dapat diatasi dengan memasukkan nilai area di bawah kurva dari grafik rentang panjang gelombang λn-λ1 sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

1 n Area SPF Log λ − λ = ………...(1) λ1 = 290 nm

λn = panjang gelombang di atas 290 nm yang mempunyai absorbansi 0,05 (Petro, 1981) Berdasarkan nilai SPF, sunscreen dapat dikelompokkan menjadi produk proteksi minimal, sedang, ekstra, maksimal, dan ultra.

Tabel I. Kategori nilai SPF SPF Kategori 2 - < 12 Proteksi minimal 12 - < 30 Proteksi sedang 30 + Proteksi tinggi (Anonim, 1999) H. Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet merupakan anggota teknik spektroskopik yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat dengan instrumen spektrofotometer. Analisis selalu melibatkan pembacaan serapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

radiasi elektronik oleh molekul, atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan, yang disebut serapan (A) tanpa satuan, dan transmitan dengan satuan persen (% T). Suatu molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik jika mempunyai kromofor, yaitu gugus penyerap dalam molekul. Molekul yang mengandung kromofor disebut kromogen. Pada senyawa organik, dikenal pula gugus auksokrom, yaitu gugus yang tidak menyerap radiasi namun jika terikat pada kromofor dapat meningkatkan penyerapan oleh kromofor atau mengubah panjang gelombang penyerapan (Mulja dan Suharman, 1995).

I. Uji Sifat Fisik 1. Daya Sebar

Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan (lubricity) sediaan tersebut,

yang berhubungan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan karakteristik yang penting dari formulasi sediaan topikal dan bertanggungjawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan bahan obatnya, dan kemudahan penggunaannya (Garg, Deepika, Sanjay, dan Anil, 2002).

Untuk menilai daya sebar dari sediaan semisolid topikal, faktor-faktor yang penting dipertimbangkan meliputi karakteristik formulasi, waktu dan kecepatan shear selama pengolesan dan suhu tempat aplikasi. Kecepatan

penyebaran juga bergantung pada viskositas formulasi, kecepatan penguapan solven dan kecepatan kenaikan viskositas karena evaporasi (Garg, et al., 2002).

2. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir maka makin tinggi viskositas akan makin besar tahanannya. Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasinya dibagi menjadi dua yaitu sistem Newton dan sistem non-Newton. Tipe alir plastik, pseudoplastik, dan dilatant termasuk dalam sistem non-Newton (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993).

J. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1997). Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1997).

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:

Y = b0 + b1(A) + b2(B) + b12 (A)(B)………...(2) Keterangan

Y = respon hasil atau sifat yang diamati, misalnya waktu alir (A),(B) = level bagian A, bagian B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n =4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor), yaitu (1) A dan B masing-masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, (ab) A dan B masing- masing pada level tinggi. Dari rumus (1) dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih

kondisi yang optimum (Bolton, 1997).

Rancangan percobaan desain faktorial sebagai berikut:

Tabel II. Rancangan Percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

a + - -

b - + -

ab + + +

Keterangan:

Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi (-) = level rendah

(+) = level tinggi

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1997). Konsep perhitungannya sebagai berikut:

Efek faktor I =

( ) ( )

2 1 + − +a b ab ………...(2) Efek faktor II =

( ) ( )

2 1 + − +b a ab ………...(3)

Efek faktor Interaksi =

( ) ( )

2

1 b a

ab+ − +

………...(4).

Dari metode desain faktorial, perhitungan efek ini dapat digunakan untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing- masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor (Muth, 1999).

Keuntungan metode desain faktorial antara lain : 1. Efisiensi yang tinggi

2. Dapat diperoleh informasi dari adanya interaksi yang beragam 3. Hasil percobaan dapat diaplikasikan pada rentang kondisi yang

lebar

Kerugian penggunaan metode desain faktorial : 1. Analisis statistik lebih kompleks

(Ostle, 1956)

K. Landasan Teori

Penggunaan sunscreen merupakan salah satu strategi untuk melindungi kulit dari pengaruh radiasi sinar UV. Salah satu mekanisme kerja zat aktif

sunscreen adalah menyerap radiasi sinar UV. Teh hijau mengandung polifenol

yang mempunyai kromofor dan auksokrom yang terikat kromofor sehingga dapat menyerap radiasi UV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penerimaan konsumen dipengaruhi oleh sifat fisik sediaan sehingga diperlukan sediaan yang mempunyai sifat fisik yang baik. Bentuk sediaan yang diteliti adalah krim sunscreen tipe minyak dalam air (vanishing cream). Peningkatan konsistensi krim dapat dicapai dengan penggunaan fatty alcohol atau asam lemak. Asam stearat merupakan asam lemak yang dapat mengkristal dan membentuk krim dengan kenampakan yang menarik, namun penggunaan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan konsistensi krim sangat tinggi. Selain itu, krim tipe stearat dapat mengalami pemadatan (gelation) sehingga diperlukan minyak mineral untuk membuat krim lebih plastis. VCO merupakan minyak mineral yang berfungsi sebagai emollient yang baik dalam sediaan krim. Pada suhu ruangan VCO berwujud cair.

Asam stearat dan VCO mempunyai sifat yang berbeda sehingga berpotensi mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas krim. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi komposisi asam stearat dan VCO yang menghasilkan krim sunscreen

ekstrak kering polifenol teh hijau dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik.

L. Hipotesis

Ada hubungan antara faktor (asam stearat, VCO, atau interaksinya) dengan respon sifat fisik dan stabilitas krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau. Hipotesis disusun berdasarkan penggunaan Yate’s treatment dalam analisis hasil.

18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait