• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

D. Tata Cara Penelitian

1. Penetapan kadar air serbuk teh hijau

Penetapan kadar air serbuk teh hijau dilakukan dengan metode Karl Fischer. Serbuk teh hijau ditimbang 1 g, ditambah 10 mL metanol, lalu didiamkan selama 1 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan pre-titrasi pada alat dan uji kebocoran alat, hingga didapat angka drift 10-50. Standarisasi dilakukan dengan cara menimbang spuit berisi akuades, kemudian sebanyak 1-2 tetes akuades dimasukkan ke dalam beaker titrator. Bobot akhir akuades dan spuit injeksi ditimbang. Selisih penimbangan merupakan bobot akuades yang diteteskan. Data bobot akuades yang diteteskan kemudian dimasukkan ke dalam alat dan dilakukan titrasi. Alat akan menghitung kesetaraan volume titran dengan bobot akuades. Sebanyak 1 mL metanol (p.a) dimasukkan ke dalam beaker titrator kemudian dilakukan titrasi. Hitung kadar air dalam blanko metanol. Sampel sebanyak 1 mL dimasukkan beaker titrator, dititrasi, kemudian dihitung kadar airnya dengan rumus: Kadar air = 100% ) mg ( ditimbang yang bobot (mg) metanol blanko air bobot ) mg ( x ×

x = angka yang muncul pada alat

2. Ekstraksi polifenol teh hijau

Sebanyak 100 g serbuk teh dengan derajat halus 12/20 dimaserasi menggunakan pelarut metanol 500 mL dengan bantuan shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 48 jam. Ekstrak metanol yang diperoleh dipekatkan dengan

vacuum rotary evaporator sampai volume 100 mL. Selanjutnya ditambahkan 100 mL kloroform dan 100 mL air. Lapisan atas (fase polar) dipisahkan, kemudian dan diekstraksi dengan etil asetat 2 x 150 mL. Fase atas (etil asetat) dikumpulkan kemudian diuapkan hingga kering (Nagayama et al., 2002).

2. Penetapan kadar polifenol dalam ekstrak kering polifenol teh hijau a. Larutan stok kuersetin 1 mg/mL

Sebanyak 0,05 g kuersetin standar dilarutkan dengan aseton 75 % dalam labu ukur 50 mL kemudian diencerkan hingga tanda.

b. Penetapan operating time

Diambil sebanyak 4 mL larutan stok dan encerkan dengan aseton 75 % dalam labu 10 mL hingga tanda. Sebanyak 0,5 mL larutan tersebut diambil dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na2CO3

kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex kemudian absorbansi diukur pada panjang gelombang 726 nm selama 120 menit.

c. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum

Diambil sebanyak 4 mL larutan stok dan encerkan dengan aseton 75 % dalam labu 10 mL hingga tanda. Sebanyak 0,5 mL larutan tersebut diambil dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na2CO3

kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian diinkubasi selama operating time kemudian disentrifuse dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 600-800 nm.

d. Penetapan kurva baku

Sebanyak 0,05 g kuersetin standar dilarutkan dengan aseton 75 % sampai volume 50,0 mL. Buat seri konsentrasi kuersetin 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 mg/mL menggunakan aseton 75%. Sebanyak 0,5 mL larutan tersebut diambil dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na2CO3

kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian diinkubasi selama operating time kemudian disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

e. Penetapan kadar polifenol dalam ekstrak kering polifenol teh hijau

Sebanyak 500 mg ekstrak kering polifenol teh hijau dimasukkan dalam labu ukur 25 mL kemudian dilarutkan dengan aseton 75 % dan diencerkan hingga tanda. Sebanyak 1 mL larutan tersebut diambil kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan dengan akuades hingga tanda. Ambil 0,5 mL larutan tersebut dan masukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na2CO3 kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian diinkubasi selama operating time kemudian disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum. Replikasi dilakukan

sebanyak 6 kali. Kadar polifenol dalam sampel dihitung menggunakan persamaan kurva baku sehingga diperoleh konsentrasi polifenol terhitung ekuivalen terhadap kuersetin.

3. Penentuan nilai SPF secara in vitro a. Larutan stok polifenol teh hijau 30 mg %

Serbuk ekstrak kering polifenol teh hijau ditimbang setara dengan 15 mg polifenol teh hijau kemudian dilarutkan dengan etanol 90 % dalam labu ukur 50 mL kemudian diencerkan hingga tanda.

b. Penentuan spektra UV ekstrak kering polifenol teh hijau

Diambil larutan stok polifenol teh hijau sebanyak 2 mL dan dimasukkan dalam labu ukur 10 mL, encerkan dengan etanol 90 % hingga tanda. Spektra UV larutan diperoleh dengan scanning absorbansi larutan pada panjang gelombang 250-400 nm.

b. Penentuan nilai SPF

Diambil larutan stok polifenol teh hijau sebanyak 2, 4, dan 6 mL dan encerkan dengan etanol 90 % dalam labu ukur 10 mL sehingga diperoleh larutan polifenol teh hijau dengan konsentrasi 6; 12; dan 18 mg %. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk tiap konsentrasi.

Absorbansi (A) masing-masing konsentrasi diukur tiap 5 nm pada rentang panjang gelombang 290 nm hingga panjang gelombang tertentu di atas 290 nm yang mempunyai nilai serapan 0,050. Dibuat kurva antara nilai absorbansi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terhadap panjang gelombang. Luas daerah di bawah kurva (AUC) antara dua panjang gelombang yang berurutan dihitung dengan rumus :

[ AUC ] = [ ( )] 2 ) ( a p p Ap a p A + λ −λ −

Ap = absorbansi pada panjang gelombang yang lebih tinggi di antara dua panjang gelombang yang berurutan

A(p-a) = absorbansi pada panjang gelombang yang lebih rendah di antara dua panjang gelombang yang berurutan

p

λ = panjang gelombang yang lebih tinggi di antara dua panjang gelombang berurutan

) (pa

λ = panjang gelombang yang lebih rendah di antara dua panjang gelombang berurutan

Seluruh luas daerah di bawah kurva absorbansi dapat dihitung dengan menjumlahkan semua harga AUC. Harga Sun Protection Factor (SPF) dapat dihitung dengan rumus :

Log SPF = 1 n AUC λ − λ ………...(3) n

λ = panjang gelombang terbesar di antara panjang gelombang 290 nm hingga di atas 290 nm yang mempunyai nilai absorbansi 0,050

1

λ = panjang gelombang terkecil ( 290 nm )

4. Optimasi formula krim sunscreen a. Formula Krim Sunscreen

Formula yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada formula standar

sunscreen basis krim (Young, 1972) :

Antiviray 8,0 Stearic acid 1,7 Isopropyl myristate 6,0 Abracol PGS 3,5 Triethanolamine 0,8 Distilled water 80,0

Preservative one microspatula-full

Perfume one drop

Pada penelitian ini dilakukan modifikasi formula sehingga diperoleh formula sebagai berikut :

Polifenol teh hijau 16,07 mg (terhitung ekuivalen terhadap kuersetin) Asam stearat 1,7 g VCO 6,0 g Setil alkohol 3,5 g Trietanolamin 0,8 g Akuades 60,0 mL Asam sitrat 0,5 g Metil paraben 0,25 g Perfume q.s

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Pembuatan krim sunscreen ekstrak polifenol teh hijau

Tabel III. Percobaan Desain Faktorial Formula Komposisi

1 a b ab Polifenol teh hijau (mg)* 15,26 16,34 16,80 17,91

Asam stearat (g) 1 6 1 6 VCO (g) 3 3 10 10 Setil alkohol (g) 3,5 3,5 3,5 3,5 Trietanolamin (g) 0,8 0,8 0,8 0,8 Akuades (mL) 60 60 60 60 Metil paraben (g) 0,25 0,25 0,25 0,25 Asam sitrat (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 Perfume q.s. q.s. q.s. q.s.

*Konsentrasi polifenol yang digunakan = 0,022 % b/b terhitung ekuivalen terhadap kuersetin

Asam stearat dan setil alkohol dilelehkan secara terpisah di atas waterbath, kemudian dicampur dalam keadaan panas. Tambahkan VCO, trietanolamin, dan metil paraben ke dalam campuran tersebut kemudian diaduk hingga merata. Masukkan 2/3 bagian akuades ke dalam campuran tersebut dan dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan 300 rpm selama 15 menit. Asam sitrat yang telah dilarutkan dalam 1/6 bagian akuades ditambahkan ke dalam campuran sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan mixer kecepatan 300 rpm selama 30 menit. Ekstrak kering polifenol teh hijau dilarutkan dalam sisa akuades yang tersedia kemudian dimasukkan ke dalam campuran tersebut sambil terus diaduk dengan mixer dengan kecepatan 300 rpm. pH sediaan diuji dengan indikator universal.

5. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen a. Uji daya sebar

Uji daya sebar sediaan krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau dilakukan 48 jam setelah pembuatan dengan cara : krim ditimbang seberat 1 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya (Garg et al., 2002). Replikasi dilakukan sebanyak 6 kali.

b. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion-Japan seri VT 04 dengan cara : krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable

viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk

viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu (1) 48 jam setelah krim dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan. Replikasi dilakukan sebanyak 6 kali (Melani, Purwanti, dan Soeratri, 2005).

c. Uji Stabilitas

Stabilitas sediaan krim ditunjukkan dengan nilai pergeseran viskositas yang dihitung dengan rumus :

| jam 48 viskositas bulan 1 viskositas jam 48 viskositas | viskositas pergeseran % = − x 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Pengujian tipe krim sunscreen

Sebanyak 0,5 g krim sunscreen dimasukkan beaker glass dan diencerkan dengan 2 mL akuades. Campuran diaduk kemudian ditambah 2 tetes metilen blue. Warna campuran diamati. Bagian yang berwarna biru menunjukkan fase air sedangkan bagian yang tidak berwarna merupakan fase minyak.

7. Subjective assessment

Subjective assessment dilakukan dengan membuat kuesioner untuk

memperoleh data tentang tingkat penerimaan konsumen terhadap formula krim

sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau. Kuesioner disebarkan kepada 30

responden. Hasil subjective assessment diinterpretasikan sebagai tingkat penerimaan konsumen terhadap krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau.

Dokumen terkait