Pelitian tindakan kelas mengenai menulis paragraf naratif telah banyak dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut masih menarik untuk dijadikan penelitian lebih lanjut lagi, baik penelitian yang bersifat melengkapi maupun yang bersifat baru. Keterampilan menulis hendaknya dikuasai setiap orang karena bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan. Beberapa bahan penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian adalah sebagai berikut.
Navy Tri Indah Sari (2011) Peningkatan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Robin Terhadap Prestasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMA Negeri 1 Malang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hasil menulis paragraf naratif pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hutbaya, (2014) Peningkatan Kemampuan Menulis Naratif dengan menggunakan Strategi Brainstorming siswa kelas X5 SMA Negeri Watangsoppeng. Hasil Penelitian ini menemukan: (1) Proses menulis paragraf naratif mengalami peningkatan yang dtunjukkan pada keaktifan siswa dalam semua langkah pembelajaran. (2) Meningkatkan hasil menulis paragraf naratif dengan melihat perubahan nilai rata-rata
yang diperoleh siswa pada siklus pertama mencapai skor rata-rata kelompok 71,31 % dan pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 82,24 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Strategi Brainstorming terbukti signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis paragraph siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Watansoppeng.
Isroyati (2016), Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif dengan Penggunaan Metode Field Trip pada siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok. Pembelajaran menulis narasi yang mengalami peningkatan. Pada siklus 1 siswa yang aktif sebesar 60% sedangkan pada siklus 2 siswa yang aktif meningkat menjadi 80 %. Penerapan metode field trip dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan siswa yang mengalami peningkatan baik dari segi teknik penulisan (tanda baca), isi gagasan yang diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Nilai ini dapat dilihat dari nilai siklus 1 terendah 55 dan tertinggi 74, dan nilai siklus 2 terendah adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat. Dalam siklus 1 hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas). Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar 40 siswa.
Ketiga penelitan tersebut membahas tentang peningkatan metode pembelajaran round robin, sehingga dapat dikatakan relevan dengan penelitan ini juga membahas tentang peningkatan keterampilan menulis
siswa. Penlitian relevan terdahulu, penelitia yang pertama menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian ini tetapi tetap bertitik pada kemampuan menulis paragraf naratif. Penelitian yang kedua dan ketida sama-sama menggunakan metode pembelajaran round robin. 2. Keterampilan Berbahasa
Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi. Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari bahasa dengan tujuan yang beraneka ragam, misalnya untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bahasa dan sebagainya.
Bahasa merupakan sarana komunikasi berupa lisan maupun tulisan yang menghubungkan antara manusia satu dengan lainnya. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengungkapkan pikirannya sehingga orang lain dapat mengetahui apa yang dipikirkan. Ada empat keterampilan berbahasa yang perlu diperhatikan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 2013:1).
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu. Seseorang dikatakan
terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya (Mulyati, 2011:1.6).
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, da‟i, wartawan, dan lain-lain. 3. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan kominukasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2018:3). Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadi komunikasi antar penulis dan pembaca dengan baik (Dalman, 2018:4).
Selanjutnya menurut Tarigan (2013:3-4), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil dalam memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Suriamiharja, dkk. (1996:12) mengungkapkan, menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat diartikan berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Akhadiah (1997:3) mengungkapkan, menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakainya. Lado (dalam Tarigan, 2013:22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Graham (2007) menyatakan bahwa menulis dengan baik bukan merupakan sebuah pilihan tetapi keharusan. Kemampuan menulis adalah tolak ukur dari kesuksesan akademis dan sebuah syarat dasar untuk keikutsertaan dalam kehidupan. Ada beberapa cara dalam menulis, yaitu:1) strategi penulisan yang melibatkan strategi penulisan siswa untuk merencanakan, memperbaiki, dan menyunting karangan,2) merangkum hasil membaca siswa secara sistematis, 3) menulis secara kelompok, dengan bekerja sama untuk merencanakan, konsep, merevisi, dan mengedit karangan mereka.
Pada hakikatnya keterampilan menulis dapat dilakukan oleh siapa saja seperti ilmuan, dosen, mahasiswa, wartawan, guru, penulis, dan bahkan oleh siswa untuk memperluas cakrawala berpikir, serta memperdalam pengetahuan umum. Keterampilan menulis sangat penting bagi siswa untuk penguasaan bahasanya. Hal yang menggembirakan siswa karena menulis dapat dipelajari dan dilatih terus-menerus.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai medium yang telah disepakati bersama untuk diungkapkan secara tertulis. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus sering
dilatih secara rutin dan berkesinambungan disertai dengan praktik yang teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai dengan baik.
a. Tujuan Menulis
Sebelum memulai kegiatan menulis, seorang penulis harus tahu apa tujuannya menulis. Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beraneka ragam, yaitu memberitahu atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengespresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan, 2013: 24-25).
Hugo (dalam Tarigan, 2013:25) menyebutkan bahwa ada tujuh tujuan penulisan yaitu, 1) assignment purpose (tujuan penugasan) penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri, 2) altruistic purpose (tujuan altruistik) penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca ingin menolong para pembaca memahami, menghargai, perasaan dan penalarannya, 3) persuasive purpose (tujuan persuasif) tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagaswan yang diutarakan, 4) informational purpose (tujuan informasional) tujuan penerangan tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca, 5) self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri) tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, 6) creative purpose (tujuan kreatif) tulisan yang
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, dan 7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengetahuan terhadap bahasa yang dipergunakan (Suriamiharja, 1997:2).
Depdiknas (2003:4) juga mengungkapkan, tujuan pembelajaran menulis standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Artinya siswa terampil menulis secara efektif dan efisien berbagai ragam tulisan dalam berbagai konteks.
Berdasarkan uraian tujuan menulis di atas, dapat diketahui menulis mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi menulis dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya. Selain itu, tujuan menulis juga untuk mengekspresikan diri dan sekaligus untuk memperoleh masukan dari pembaca.
Menurut Sujanto (1998:68) tujuan penulisan adalah mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, dan memberi hiburan. Akan tetapi, dalam kenyatannya
adakalanya maksud dan tujuan saling bercampur, dalam arti mempunyai tujuan ganda. Tulisan persuasif tentu saja mengandung informasi-infomasi, tulisan yang informatif pun mempunyai unsur-unsur persuasif, demikian juga yang bersifat hiburan dapat juga diwarnai dengan maksud mempengaruhi pembaca.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan menulis adalah untuk mengekspresikan gagasan, ide, pemikiran-pemikiran ataupun perasaan ke dalam suatu tulisan. Tulisan tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh penulis.
b. Manfaat Menulis
Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Didik Komaidi (2007:12) ada enam manfaat menulis yaitu, 1) menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar, 2) menulis mendorong kita untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, 3) dengan aktifitas menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita secara runtut, sistematis, dan logis, 4) dengan menulis secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres kita. Segala unek-unek dan rasa senang atau sedih bisa diungkapkan melalui tulisan di mana dalam tulisan orang bisa bebas menulis tanpa diganggu atau diketahui oleh orang lain, 5) kita akan mendapatkan kepuasan batin jika tulisan kita dimuat dalam media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit,
selain itu juga memperoleh penghargaan yang membantu kita secara ekonomi, 6) jika tulisan kita dibaca orang banyak (mungkin puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan) membuat sang penulis semakin populer dan dikenal oleh publik pembaca.
Tarigan (2013:22) mengemukakan pendapatnya mengenai manfaat menulis dalam dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain, 1) memudahkan pelajar dalam berpikir, 2) menolong kita berpikir kritis, 3) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau apersepsi kita, 4) memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, 5) menyusun urutan bagi pengalaman.
Menurut Morsey (dalam Tarigan 2013:4) menulis dipergunakan untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis yang dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas dan mudah dipahami. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan. Namun, penulis mampu menyerap, mencari, meyakinkan pembaca, melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan dengan topik yang ditulis.
Manfaat menulis menurut Bernad Percy (dalam Gie, 1995:21) ada enam yaitu, 1) suatu sarana untuk pengungkapan diri, 2) sarana untuk pemahaman, 3) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri, 4) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan seseorang, 5) sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, 6) sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari menulis adalah untuk mengekspresikan diri melalui tulisan yang merupakan hasil dari buah pemikiran, sehingga orang lain dapat memahami bahkan bisa juga dapat membuat orang lain yang membaca tulisan menjadi senang.
4. Menulis Paragraf Naratif a. Pengertian Paragraf Naratif
Secara sederhana, paragraf ini dapat diartikan sebagai rangkaian kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat banyak cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi paragraf yang mudah difahami. Cara dalam merangkai kalimat disebut dengan pola pengembangan paragraf atau juga sering disebut dengan teknik pengembangan paragraf. Terdapat beberapa pola pengembangan paragraf, antara lain pola deduktif, induktif, sebab akibat, deskriptif, proses, contoh, pertentangan, perbandingan, serta juga kronologis.
Pengertian paragraf naratif merupakan jenis karangan yang mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi dengan berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf naratif ini merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu kejadian yang dirangkai didalam kesatuan waktu.
Biasanya dalam kejadian atau juga dalam peristiwa tersebut, tokohnya itu mengalami kejadian penting. Sesuatu yang dialami tokoh atau juga konflik antar tokoh akan menjadi bagian yang menarik di dalam sebuah naratif.
Pada paragraf naratif, kalimat satu serta juga kalimat yang lain mempunyai hubungan yang berurutan. Dalam paragraf naratif, tiap-tiap peristiwa yang dituangkan didalam bentuk kalimat memiliki sifat kronologis. Untuk dapat menghubungkan kalimat-kalimat pada paragraf itu, digunakan juga penghubung (konjungsi).
Pengertian paragraf-Paragraf juga sering juga di sebut alinea. Kata „paragraf‟ berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua buah kata, yakni para yang berarti „di samping‟ dan graphein yang berarti „menulis‟. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya terdiri atas satu ide pokok dan penulisannya di mulai dengan garis baru/alinea (Alwi, dkk., 2005: 828). Selanjutnya, Kridalaksana (1993: 154) mengemukakan bahwa paragraf adalah (1) Satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang
mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan. Paragraf merupakan inti renungan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, kalimat topik, kalimat penjelas, sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan untuk membentuk sebuah gagasan.
Pada mulanya, paragraf disimbolkan dengan tanda, yang terdiri pada suatu teks. Sekarang tanda yang digunakan untuk menunjukkan awal paragraf bukan tanda seperti di atas lagi, ia merupakan suatu pikiran yang biasanya terdiri atas sekelompok kalimat yang saling berhubungan (Walaupun ada kalanya tidak lebih dari satu kalimat) pada karangan tertulis (Ambo Enre, 1985: 162).
Penulisan paragraf yang terencana baik selalu bersifat logis-sistematis. Paragraf yang tersusun baik merupakan alat bantu, baik bagi pengarang maupun bagi pembaca. Seperangkat kalimat akan memungkinkan pengarang mengembangkan jalan pikiran secara sistematis pula. Fungsi paragraf ialah memungkinkan pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca, kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan menelusuri serta memahami jalan pikiran pengarang, fungsi paragraf
yang lain adalah mengarahkan pembaca dalam mengikuti dan memahami alur berpikir pengarang (Keraf, 2001: 22).
Selanjutnya, Keraf (2001: 22) mengatakan bahwa paragraf yang baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian yang integral dari ide pokok yang terdapat dalam keseluruhan karangan. Ide pokok paragraf tidak hanya merupakan bagian dari ide pokok keseluruhan, melainkan juga mempunyai relevansi dan menunjang ide pokok tersebut. Melalui fragmen-fragmen ide pokok yang tersirat dalam tiap paragraf, maka akhirnya pembaca sampai kepada pemahaman total isi karangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi sebagai alat penyampai fragmen pikiran dan penanda pikiran baru mulai berlangsung.
Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf sering juga digunakan sebagai pengantar, transisi, atau peralihan dari suatu bab ke bab lain. Bahkan, tidak jarang paragraf digunakan sebagai penutup. Di sini paragraf berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan konklusi. Dengan demikian, sampailah kita kepada suatu kesimpulan bahwa paragraf berfungsi sebagai: 1) penampung fragmen atau pikiran ide pokok; 2) alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang; 3) alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis; 4) pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang; 5) alat untuk menyampaikan fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca; 6) sebagai penanda bahwa
pikiran baru dimulai; 7) dalam rangka keseluruhan karangan paragraf dapat berfungsi sebagai pengantar, tradisi, dan penutup (konklusi).
Naratif sebagai wacana yang berisi pemberitaan satu atau serangkaian peristiwa (juga perbuatan) berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya sesuatu. Peristiwa atau perbuatan yang diungkapkan dalam naratif ada yang benar-benar dan ada pula yang hanya berdasarkan imaji penulis.
Untuk memahami konsep istilah naratif secara utuh dipaparkan beberapa pengertian naratif. Ambo Enre (2008: 156) memberikan batasan naratif sebagai wacana pengisahan yang berhubungan dengan penyajian beberapa peristiwa dalam suatu karangan yang utuh. Pokok masalahnya ialah tindakan/perbuatan dalam hubungannya dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita.
Gorys Keraf (2004: 12) mendefinisikan naratif sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.
Wahid (2010: 46) memberikan batasan wacana naratif sebagai perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang terjadi tidak lain daripada tindak tanduk yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu.
Naratif adalah berkisah dengan menjalin beberapa rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. naratif adalah karangan yang bersifat subjektif, isinya bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun karangan bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi namun materi cerita dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang.
Naratif hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa naratif akan sulit dibedakan dari deskripsi karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi sebab itu meski ada unsur lain yang harus diperhitungkan yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian naratif itu mencakup dua unsur dasar yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi tidak lain dari pada pihak tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka naratif mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.
Melalui naratif, seorang penulis memberitahu orang lain sebuah cerita sebab naratif sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, masalah, mencoba untuk memecahkan dan memberikan solusi dari masalah itu. Contoh bentuk ini adalah cerita pendek (cerpen), novel, cerita bersambung (cerber), termasuk tulisan atau skenario yang dijadikan bahan pembuatan film.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian naratif adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Dengan demikian, naratif adalah bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Adapun di bawah ini unsur-unsur dalam mengarang antara lain: a. Isi Karangan
Rentetan kalimat yang berkaitan dengan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain untuk membentuk kesatuan.
b. Organisasi Karangan
Paragraf yang harus tersusun rapi dan alur karangan mudah diikuti.
c. Penggunaan Bahasa
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah dibakukan atau dianggap baku dan pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
d. Pilihan Kata
Pilihan kata yang tepat dan selaras atau untuk mengungkapkan gagasan yang diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Pemakaian bahasa sudah sepatutnya menggunakan kosakata yang dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan
menghasilkan tulisan yang enak dibaca. Sebaliknya, jika penggunaan kosakata tidak tepat tulisan tidak mustahil akan membingungkan pembaca.
e. Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur-unsur dari bahasa lain. Baik dari bahasa daerah, maupun bahasa asing, seperti sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas tiga golongan besar.
Pertama, unsur yang sudah lama terserap kedalam bahasa Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya. Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia. Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan bahasa asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
Pemakaian tanda baca antara lain : (1) tanda titik yang dipakai