SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh: HAMKA 105 338 068 15
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
vi
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : HAMKA
NIM : 10533806815
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif dengan Metode Round Robin pada Siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng
Dengan ini Menyatakan bahwa:
Skripsi yang diajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2021 Yang membuat peryataan
HAMKA 10533 806815
vi
Ubahlah hidupmu maka engkau akan mengubah dunia.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (Q.S Ar Rad :11).
Kupersembahkan karya ini buat: Kedua orang tuaku Ayahanda Kaharuddin dan Ibunda Tayu, saudara dan sahabatku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
Hamka. 2020 “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Dengan Metode Round Robin Pada Siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Sukri Syamsuri sebagai pembibmbing I dan Tasrif Akib sebagai pembimbing II.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemapuan menulis paragraf naratif menggunakan metode Round Robin pada kelas VII.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng sebanyak 35 orang. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode observasi dan tes tertulis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis siswa Metode Round Robin meningkat. Hasil tes pada siklus I mencapai nilai rata-rata sebesar 62,7 mencapai kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai sebesar 79,7 mencapai kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Hasil yang dicapai pada siklus II melebihi target ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu dengan nilai KKM 75. Dengan kata lain ada peningkatan kemampuan menulis pada siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng.
viii
Puji syukur kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif dengan Metode Round Robin di Kelas VII SMP PGRI Barembeng” dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menulis karya ilmiah seperti skripsi penelitian merupakan pengalaman pertama bagi penulis oleh karena itu banyak kesulitan dan hambatan yang dilalui oleh penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat kehendak Allah Swt. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, dan Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd,. Pembimbing I dan II, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi hingga selesai. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan seluruh staf jurusan serta para Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah membekali penulis segala pengetahuan dan keterampilan selama
ix
berkuliah sampai penyusunan skripsi ini. Kepada Kedua orang tua, bapak H. Kaharuddin dan ibu Hj. Tayu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan dukungan kepada penulis. Kepada saudara laki-laki yang tercinta kakak Wahyudin yang senantiasa mendukung penulis dalam hal materi maupun motivasi. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat atas dorongan semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan dalam perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini, dan seluruh teman-teman angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sahabat seperjuangan Ichsan Aridani, Ananda Muqhny Rusli, Nirmawati Amiruddin, Mardiana, Fikria Arifah Zahrani, Rahmi yang selalu mau memberikan motivasi semangat serta dukungan
Terima kasih kepada saudara-saudara yang selalu membantu dan kepada seluruh keluarga dan teman-teman tanpa terkecuali serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu per satu karena keterbatasan tempat, namun tidak mengurangi rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala jasa-jasa dan sumbangsi pemikiran yang telah diberikan selama ini.
x
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi. Harapan penulis semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun penulis selaku pembuat skripsi, penulis berharap masalah yang diangkat didalam skripsi ini tidak hanya di selesaikan dengan satu pendapat, semoga dari pihak lain juga dapat mengembangkan.
Penulis
Hamka 10533806815
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KARTU KONTROL I ... ii
KARTU KONTROL II ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Relevan ... 9
2. Keterampilan Berbahasa ... 11
3. Hakikat Menulis ... 12
4. Menulis Paragraf Naratif ... 19
5.Metode Pembelajaran Round Robin ... 27
B. Kerangka pikir... 33
xii
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 35
C. Variabel Penelitian ... 36
D. Prosedur Penelitian ... 36
E. Instrumen Penelitian ... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik Analisis Data... 43
H. Kriteria Keberhasilan ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
1. Paparan Data Siklus I ... 46
a. Hasil Tes Siklus I ... 46
b. Observasi ... 55
c. Refleksi Siklus I ... 58
2. Hasil Penelitian Kelas dengan Metode Pembelajaran Round Robin pada Siklus II ... 60
a. Hasil Tes Siklus II... 61
b. Hasil Observasi Perilaku siswa Siklus II ... 69
c. Refleksi siklus II ... 71
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 84
xiii
DAFTAR PUSTAKA ... 86 RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 Aspek Penskoran Kemampuan Menulis
Pengelaman Pribadi ... 40
2. Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi ... 41
3. Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi ... 45
4. Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus I ... 48
5. Tabel 4.2 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (ide) Siklus I ... 49
6. Tabel 4.3 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus I ... 50
7. Tabel 4.4 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H) Siklus I ... 51
8. Tabel 4.5 Hasil Tes Aspek Kebahasaan Siklus I ... 52
9. Tabel 4.6 Hasil Tes Aspek Karapian Tulisan Skilus I ... 53
10.Tabel 4.7 Hasil Observasi Siklus I ... 57
11.Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus II ... 61
12. Tabel 4.9 Hasil Tes Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus II ... 63
xv
14. Tabel 4.11 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W+1H)
Siklus II ... 65
15. Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Kebahasan Silus II ... 65
16. Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ... 66
17. Tabel 4.15 Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif Siklus I dan II ... 68
xvi
DAFTAR BAGAN
1.Bagan 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
Siklus I ... 54 2.Bagan 4.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
Siklus II ... 67 3.Bagan 4.3 Peningkatan Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 2 : Dokumentasi
Lampiran 3 : Daftar Hadir Siswa Siklus I Lampiran 4 : Daftar Hadir Siswa Siklus II
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengiriman pesan (guru), komponen penerimaan pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima siswa dengan optimal, dengan kata lain tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan (Sanjaya, 2008: 162).
Belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Setiap orang pasti berkomunikasi karena kehidupan manusia tidak luput dari apa yang disebut interaksi. Manusia saling berhubungan antar sesama dalam hal apapun. Oleh karena itu, manusia membutuhkan penghubung dalam berinteraksi untuk mempermudah komunikasi, yaitu bahasa. Kita berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, oleh sebab itu mata pelajaran bahasa Indonesia selalu diajarkan pada jenjang sekolah tingkat apapun, bahkan semenjak di Sekolah Dasar. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari bahasa Indonesia menurut
BSNP (2006:317) yaitu, “Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan”. Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa salah satu tujuan adanya bahasa adalah mempermudah interaksi.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya mengajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diajarkan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa.
Tarigan (2013:1) mengemukakan bahwa, keterampilan berbahasa (language art, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencangkup empat segi, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa tidak akan dimilki seseorang secara otomatis, melainkan perlunya latihan dan praktik secara teratur serta adanya potensi yang mendukung. Potensi tersebut dapat dicapai dengan sering berlatih dengan sungguh-sungguh.
Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat. Keterampilan berbahasa merupakan awal pengenalan bahasa Indonesia kepada murid karena menjadi dasar pembelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan memahami keterampilan berbahasa ini harus dikuasai terlebih dahulu oleh
murid sebelum mereka memahami keterampilan menulis. Menulis adalah berkomunikasi melalui bahasa tulis yang harus diorganisasikan secara baik agar dapat dipahami oleh orang lain. Tanpa adanya pelatihan dan pembinaan secara sistematis, maka keterampilan ini akan sulit untuk dikuasai. Menurut Chaniago, dkk. (2015), kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan menulis dapat disebabkan oleh kesempatan latihan yang kurang baik, benar, dan sungguh-sungguh.
Menulis merupakan kemampuan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Melalui pembelajaran menulis inilah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman. Pengungkapan pikiran dapat dilakukan secara tertulis dalam bentuk karangan, dialog, laporan, ringkasan, dan puisi bebas. Dalam pembelajaran menulis atau mengarang guru dituntut kerja keras untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa dipaksa untuk membuat sebuah tulisan atau karangan.
Keterampilan menulis dalam kehidupan modern ini sangat dibutuhkan. Keterampilan menulis harus dipelajari secara serius dan perlu pelatihan yang efektif. Dalam pembelajaran siswa hendaklah diarahkan pada pengembangan potensi diri sendiri. metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga harus mengacu pada minat dan harapan siswa. Dengan demikian, siswa dapat tertarik dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki banyak metode pembelajaran yang tersedia. Namun masih banyak guru bahasa Indonesia yang masih
kesulitan dalam memvariasikan metode pembelajaran bahasa Indonesia. Dari hasil observasi awal yang dilakukan penulis pada tanggal 05 bulan.Desember 2019 di SMP PGRI Barembeng pada kelas VII, dari 35 orang siswa hanya 9 orang yang mampu menuliskan paragraf naratif dengan tepat, sedangkan 26 orang siswa belum bisa menulis paragraf naratif dengan tepat. Hal tersebut disebabkan guru belum menempatkan siswa sebagai subjek belajar, melainkan masih dipandang sebagai objek belajar, komunikasi berjalan searah, keterlibatan siswa terkesan dibatasi pada penerimaan informasi dan konsep yang diberikan guru sehingga menghambat perkembangan kreasi dan interaksi yang justru harus diakui keberadaannya dan ditumbuh kembangkan, untuk itu perlu dilakukan pencarian metode pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih menarik dan inovatif dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sangat penting dilakukan karena pada prinsipnya yang belajar adalah siswa bukan guru. Dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan menulis dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik minat siswa dalam belajar.
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan pemikiran pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan kepada siswa
berikutnya, melakukan hal yang sama. Masing-masing siswa memberikan kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di dalam kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara.
Pengertian paragraf naratif merupakan jenis karangan yang mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi dengan berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf naratif ini merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu kejadian yang dirangkai didalam kesatuan waktu.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP PGRI Barembeng, ternyata hasil menulis paragraf naratif kelas VII kurang maksimal atau tidak mencapai KKM. Dalam hal ini ini guru mencari model atau metode yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam meningkatkan minat dan semangat siswa terutama dalam menulis. Dalam hal ini guru harus mencari metode yang dapat membangkitkan minat dan semangat belajar siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng Tahun Ajaran 2019/2020. Hal tersebut dibuktikan dengan 27 dari 35 siswa nilainya belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata kelasnya masih sangat rendah, sedangkan KKM kelas VII SMP PGRI BarembengTahun ajaran 2019/2020 adalah 75. Beberapa permasalahan yang ditemukan tersebut kiranya dicarikan suatu alternatif masalah, dengan dilakukan suatu penelitian sehingga mendapatkan tindakan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, penyebab utama rendahnya kemampuan menulis paragraf naratif siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng
adalah kurangnya pemahaman siswa dalam merangkai kalimat-kalmat paragraf naratif yang mudah dipahami.
Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode pembelajaran yang akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu metode pembelajaran menulis cerita atau mengarang. Salah satu metode pembelajaran menulis cerita yang dapat diterapkan yaitu metode pembelajaran Round Robin yang peneliti angkat dari teori Muslim Ibrahim. metode pembelajaran Round Robin menulis paragraf naratif diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan kemampuan menulis paragraf naratif dengan Metode Round Robin pada siswa di kelas VII SMP PGRI Barembeng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut;
Bagaimanakah meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin di kelas VII SMP PGRI Barembeng?
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif pada siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng dengan Menggunakan Metode Round Robin. D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis
Bagi akademisi dan guru akan menjadi bahan informasi untuk mengadakan perbaikan dalam pembelajaran peningkatan menulis paragraph naratif. Selain itu, dapat pula memberikan masukan pada guru mengenai penggunaan metode pembelajaran Round Robin pada pembelajaran menulis paragraf naratif kelas VII.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi siswa, pemerintah, pembaca, dan juga bagi peneliti. Bagi siswa, pembelajaran menulis paragraf naratif menjadi lebih menyenangkan dan bermakna, mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis, membiasakan diri siswa untuk menulis pengalaman pribadi, dan meningkatkan keterampilan dan minat siswa dalam menulis paragraf naratif.
a. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan mengenai pencapaian visi misi pendidikan nasional. Selain itu, dengan penelitian ini dapat menghasilkan solusi dalam
memecahkan masalah pendidikan dan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
b. Bagi pembaca, akan menjadi bahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu penggunaan metode pembelajaran Round Robin pada keterampilan menulis. Selain itu, dapat pula dijadikan sebagai masukan untuk memperkaya pengetahuan tentang metode pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menulis.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan pelengkap terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pribadi dengan penggunaan teknik, media, dan metode pembelajaran yang lebih bervariasi. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitan Relevan
Pelitian tindakan kelas mengenai menulis paragraf naratif telah banyak dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut masih menarik untuk dijadikan penelitian lebih lanjut lagi, baik penelitian yang bersifat melengkapi maupun yang bersifat baru. Keterampilan menulis hendaknya dikuasai setiap orang karena bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan. Beberapa bahan penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian adalah sebagai berikut.
Navy Tri Indah Sari (2011) Peningkatan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Robin Terhadap Prestasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMA Negeri 1 Malang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hasil menulis paragraf naratif pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hutbaya, (2014) Peningkatan Kemampuan Menulis Naratif dengan menggunakan Strategi Brainstorming siswa kelas X5 SMA Negeri Watangsoppeng. Hasil Penelitian ini menemukan: (1) Proses menulis paragraf naratif mengalami peningkatan yang dtunjukkan pada keaktifan siswa dalam semua langkah pembelajaran. (2) Meningkatkan hasil menulis paragraf naratif dengan melihat perubahan nilai rata-rata
yang diperoleh siswa pada siklus pertama mencapai skor rata-rata kelompok 71,31 % dan pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 82,24 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Strategi Brainstorming terbukti signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis paragraph siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Watansoppeng.
Isroyati (2016), Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif dengan Penggunaan Metode Field Trip pada siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok. Pembelajaran menulis narasi yang mengalami peningkatan. Pada siklus 1 siswa yang aktif sebesar 60% sedangkan pada siklus 2 siswa yang aktif meningkat menjadi 80 %. Penerapan metode field trip dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan siswa yang mengalami peningkatan baik dari segi teknik penulisan (tanda baca), isi gagasan yang diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Nilai ini dapat dilihat dari nilai siklus 1 terendah 55 dan tertinggi 74, dan nilai siklus 2 terendah adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat. Dalam siklus 1 hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas). Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar 40 siswa.
Ketiga penelitan tersebut membahas tentang peningkatan metode pembelajaran round robin, sehingga dapat dikatakan relevan dengan penelitan ini juga membahas tentang peningkatan keterampilan menulis
siswa. Penlitian relevan terdahulu, penelitia yang pertama menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian ini tetapi tetap bertitik pada kemampuan menulis paragraf naratif. Penelitian yang kedua dan ketida sama-sama menggunakan metode pembelajaran round robin. 2. Keterampilan Berbahasa
Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi. Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari bahasa dengan tujuan yang beraneka ragam, misalnya untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bahasa dan sebagainya.
Bahasa merupakan sarana komunikasi berupa lisan maupun tulisan yang menghubungkan antara manusia satu dengan lainnya. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengungkapkan pikirannya sehingga orang lain dapat mengetahui apa yang dipikirkan. Ada empat keterampilan berbahasa yang perlu diperhatikan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 2013:1).
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu. Seseorang dikatakan
terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya (Mulyati, 2011:1.6).
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, da‟i, wartawan, dan lain-lain. 3. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan kominukasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2018:3). Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadi komunikasi antar penulis dan pembaca dengan baik (Dalman, 2018:4).
Selanjutnya menurut Tarigan (2013:3-4), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil dalam memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Suriamiharja, dkk. (1996:12) mengungkapkan, menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat diartikan berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Akhadiah (1997:3) mengungkapkan, menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakainya. Lado (dalam Tarigan, 2013:22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Graham (2007) menyatakan bahwa menulis dengan baik bukan merupakan sebuah pilihan tetapi keharusan. Kemampuan menulis adalah tolak ukur dari kesuksesan akademis dan sebuah syarat dasar untuk keikutsertaan dalam kehidupan. Ada beberapa cara dalam menulis, yaitu:1) strategi penulisan yang melibatkan strategi penulisan siswa untuk merencanakan, memperbaiki, dan menyunting karangan,2) merangkum hasil membaca siswa secara sistematis, 3) menulis secara kelompok, dengan bekerja sama untuk merencanakan, konsep, merevisi, dan mengedit karangan mereka.
Pada hakikatnya keterampilan menulis dapat dilakukan oleh siapa saja seperti ilmuan, dosen, mahasiswa, wartawan, guru, penulis, dan bahkan oleh siswa untuk memperluas cakrawala berpikir, serta memperdalam pengetahuan umum. Keterampilan menulis sangat penting bagi siswa untuk penguasaan bahasanya. Hal yang menggembirakan siswa karena menulis dapat dipelajari dan dilatih terus-menerus.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai medium yang telah disepakati bersama untuk diungkapkan secara tertulis. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus sering
dilatih secara rutin dan berkesinambungan disertai dengan praktik yang teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai dengan baik.
a. Tujuan Menulis
Sebelum memulai kegiatan menulis, seorang penulis harus tahu apa tujuannya menulis. Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beraneka ragam, yaitu memberitahu atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengespresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan, 2013: 24-25).
Hugo (dalam Tarigan, 2013:25) menyebutkan bahwa ada tujuh tujuan penulisan yaitu, 1) assignment purpose (tujuan penugasan) penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri, 2) altruistic purpose (tujuan altruistik) penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca ingin menolong para pembaca memahami, menghargai, perasaan dan penalarannya, 3) persuasive purpose (tujuan persuasif) tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagaswan yang diutarakan, 4) informational purpose (tujuan informasional) tujuan penerangan tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca, 5) self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri) tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, 6) creative purpose (tujuan kreatif) tulisan yang
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, dan 7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengetahuan terhadap bahasa yang dipergunakan (Suriamiharja, 1997:2).
Depdiknas (2003:4) juga mengungkapkan, tujuan pembelajaran menulis standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Artinya siswa terampil menulis secara efektif dan efisien berbagai ragam tulisan dalam berbagai konteks.
Berdasarkan uraian tujuan menulis di atas, dapat diketahui menulis mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi menulis dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya. Selain itu, tujuan menulis juga untuk mengekspresikan diri dan sekaligus untuk memperoleh masukan dari pembaca.
Menurut Sujanto (1998:68) tujuan penulisan adalah mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, dan memberi hiburan. Akan tetapi, dalam kenyatannya
adakalanya maksud dan tujuan saling bercampur, dalam arti mempunyai tujuan ganda. Tulisan persuasif tentu saja mengandung informasi-infomasi, tulisan yang informatif pun mempunyai unsur-unsur persuasif, demikian juga yang bersifat hiburan dapat juga diwarnai dengan maksud mempengaruhi pembaca.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan menulis adalah untuk mengekspresikan gagasan, ide, pemikiran-pemikiran ataupun perasaan ke dalam suatu tulisan. Tulisan tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh penulis.
b. Manfaat Menulis
Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Didik Komaidi (2007:12) ada enam manfaat menulis yaitu, 1) menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar, 2) menulis mendorong kita untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, 3) dengan aktifitas menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita secara runtut, sistematis, dan logis, 4) dengan menulis secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres kita. Segala unek-unek dan rasa senang atau sedih bisa diungkapkan melalui tulisan di mana dalam tulisan orang bisa bebas menulis tanpa diganggu atau diketahui oleh orang lain, 5) kita akan mendapatkan kepuasan batin jika tulisan kita dimuat dalam media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit,
selain itu juga memperoleh penghargaan yang membantu kita secara ekonomi, 6) jika tulisan kita dibaca orang banyak (mungkin puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan) membuat sang penulis semakin populer dan dikenal oleh publik pembaca.
Tarigan (2013:22) mengemukakan pendapatnya mengenai manfaat menulis dalam dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain, 1) memudahkan pelajar dalam berpikir, 2) menolong kita berpikir kritis, 3) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau apersepsi kita, 4) memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, 5) menyusun urutan bagi pengalaman.
Menurut Morsey (dalam Tarigan 2013:4) menulis dipergunakan untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis yang dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas dan mudah dipahami. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan. Namun, penulis mampu menyerap, mencari, meyakinkan pembaca, melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan dengan topik yang ditulis.
Manfaat menulis menurut Bernad Percy (dalam Gie, 1995:21) ada enam yaitu, 1) suatu sarana untuk pengungkapan diri, 2) sarana untuk pemahaman, 3) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri, 4) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan seseorang, 5) sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, 6) sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari menulis adalah untuk mengekspresikan diri melalui tulisan yang merupakan hasil dari buah pemikiran, sehingga orang lain dapat memahami bahkan bisa juga dapat membuat orang lain yang membaca tulisan menjadi senang.
4. Menulis Paragraf Naratif a. Pengertian Paragraf Naratif
Secara sederhana, paragraf ini dapat diartikan sebagai rangkaian kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat banyak cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi paragraf yang mudah difahami. Cara dalam merangkai kalimat disebut dengan pola pengembangan paragraf atau juga sering disebut dengan teknik pengembangan paragraf. Terdapat beberapa pola pengembangan paragraf, antara lain pola deduktif, induktif, sebab akibat, deskriptif, proses, contoh, pertentangan, perbandingan, serta juga kronologis.
Pengertian paragraf naratif merupakan jenis karangan yang mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi dengan berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf naratif ini merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu kejadian yang dirangkai didalam kesatuan waktu.
Biasanya dalam kejadian atau juga dalam peristiwa tersebut, tokohnya itu mengalami kejadian penting. Sesuatu yang dialami tokoh atau juga konflik antar tokoh akan menjadi bagian yang menarik di dalam sebuah naratif.
Pada paragraf naratif, kalimat satu serta juga kalimat yang lain mempunyai hubungan yang berurutan. Dalam paragraf naratif, tiap-tiap peristiwa yang dituangkan didalam bentuk kalimat memiliki sifat kronologis. Untuk dapat menghubungkan kalimat-kalimat pada paragraf itu, digunakan juga penghubung (konjungsi).
Pengertian paragraf-Paragraf juga sering juga di sebut alinea. Kata „paragraf‟ berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua buah kata, yakni para yang berarti „di samping‟ dan graphein yang berarti „menulis‟. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya terdiri atas satu ide pokok dan penulisannya di mulai dengan garis baru/alinea (Alwi, dkk., 2005: 828). Selanjutnya, Kridalaksana (1993: 154) mengemukakan bahwa paragraf adalah (1) Satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang
mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan. Paragraf merupakan inti renungan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, kalimat topik, kalimat penjelas, sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan untuk membentuk sebuah gagasan.
Pada mulanya, paragraf disimbolkan dengan tanda, yang terdiri pada suatu teks. Sekarang tanda yang digunakan untuk menunjukkan awal paragraf bukan tanda seperti di atas lagi, ia merupakan suatu pikiran yang biasanya terdiri atas sekelompok kalimat yang saling berhubungan (Walaupun ada kalanya tidak lebih dari satu kalimat) pada karangan tertulis (Ambo Enre, 1985: 162).
Penulisan paragraf yang terencana baik selalu bersifat logis-sistematis. Paragraf yang tersusun baik merupakan alat bantu, baik bagi pengarang maupun bagi pembaca. Seperangkat kalimat akan memungkinkan pengarang mengembangkan jalan pikiran secara sistematis pula. Fungsi paragraf ialah memungkinkan pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca, kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan menelusuri serta memahami jalan pikiran pengarang, fungsi paragraf
yang lain adalah mengarahkan pembaca dalam mengikuti dan memahami alur berpikir pengarang (Keraf, 2001: 22).
Selanjutnya, Keraf (2001: 22) mengatakan bahwa paragraf yang baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian yang integral dari ide pokok yang terdapat dalam keseluruhan karangan. Ide pokok paragraf tidak hanya merupakan bagian dari ide pokok keseluruhan, melainkan juga mempunyai relevansi dan menunjang ide pokok tersebut. Melalui fragmen-fragmen ide pokok yang tersirat dalam tiap paragraf, maka akhirnya pembaca sampai kepada pemahaman total isi karangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi sebagai alat penyampai fragmen pikiran dan penanda pikiran baru mulai berlangsung.
Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf sering juga digunakan sebagai pengantar, transisi, atau peralihan dari suatu bab ke bab lain. Bahkan, tidak jarang paragraf digunakan sebagai penutup. Di sini paragraf berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan konklusi. Dengan demikian, sampailah kita kepada suatu kesimpulan bahwa paragraf berfungsi sebagai: 1) penampung fragmen atau pikiran ide pokok; 2) alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang; 3) alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis; 4) pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang; 5) alat untuk menyampaikan fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca; 6) sebagai penanda bahwa
pikiran baru dimulai; 7) dalam rangka keseluruhan karangan paragraf dapat berfungsi sebagai pengantar, tradisi, dan penutup (konklusi).
Naratif sebagai wacana yang berisi pemberitaan satu atau serangkaian peristiwa (juga perbuatan) berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya sesuatu. Peristiwa atau perbuatan yang diungkapkan dalam naratif ada yang benar-benar dan ada pula yang hanya berdasarkan imaji penulis.
Untuk memahami konsep istilah naratif secara utuh dipaparkan beberapa pengertian naratif. Ambo Enre (2008: 156) memberikan batasan naratif sebagai wacana pengisahan yang berhubungan dengan penyajian beberapa peristiwa dalam suatu karangan yang utuh. Pokok masalahnya ialah tindakan/perbuatan dalam hubungannya dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita.
Gorys Keraf (2004: 12) mendefinisikan naratif sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.
Wahid (2010: 46) memberikan batasan wacana naratif sebagai perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang terjadi tidak lain daripada tindak tanduk yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu.
Naratif adalah berkisah dengan menjalin beberapa rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. naratif adalah karangan yang bersifat subjektif, isinya bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun karangan bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi namun materi cerita dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang.
Naratif hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa naratif akan sulit dibedakan dari deskripsi karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi sebab itu meski ada unsur lain yang harus diperhitungkan yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian naratif itu mencakup dua unsur dasar yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi tidak lain dari pada pihak tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka naratif mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.
Melalui naratif, seorang penulis memberitahu orang lain sebuah cerita sebab naratif sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, masalah, mencoba untuk memecahkan dan memberikan solusi dari masalah itu. Contoh bentuk ini adalah cerita pendek (cerpen), novel, cerita bersambung (cerber), termasuk tulisan atau skenario yang dijadikan bahan pembuatan film.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian naratif adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Dengan demikian, naratif adalah bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Adapun di bawah ini unsur-unsur dalam mengarang antara lain: a. Isi Karangan
Rentetan kalimat yang berkaitan dengan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain untuk membentuk kesatuan.
b. Organisasi Karangan
Paragraf yang harus tersusun rapi dan alur karangan mudah diikuti.
c. Penggunaan Bahasa
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah dibakukan atau dianggap baku dan pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
d. Pilihan Kata
Pilihan kata yang tepat dan selaras atau untuk mengungkapkan gagasan yang diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Pemakaian bahasa sudah sepatutnya menggunakan kosakata yang dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan
menghasilkan tulisan yang enak dibaca. Sebaliknya, jika penggunaan kosakata tidak tepat tulisan tidak mustahil akan membingungkan pembaca.
e. Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur-unsur dari bahasa lain. Baik dari bahasa daerah, maupun bahasa asing, seperti sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas tiga golongan besar.
Pertama, unsur yang sudah lama terserap kedalam bahasa Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya. Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia. Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan bahasa asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
Pemakaian tanda baca antara lain : (1) tanda titik yang dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan; (2) tanda koma yang dipakai di anatara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan; (3) tanda petik yang mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
5. Metode Pembelajaran Round Robin
a. Pengertian Metode Pembelajaran Round Robin
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan pemikiran pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan kepada siswa berikutnya, melakukan hal yang sama. Masing-masing siswa memberikan kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di dalam kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara.
Metode belajar ini jelas berbeda dengan metode belajar yang dilakukan secara individu, metode belajar kooperatif dapat mengasah komunikasi antar siswa dan saling memiliki tanggung jawab atas pelajaran yang didapat dan tanggung jawab untuk mengajari rekan- rekan yang lain dalam kelompok. Sesuai dengan teori pendekatan konstruktivis sosial yang menekankan bahwa individu akan belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman serta menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksi secara bersama (Barison & Dorval dalam Santrock, 2011). Sedangkan
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia diperlukan ide-ide yang beragam.
Kagan (2004: 1) menunjukkan bahwa Round Robin adalah mitra lisan dari Round table: siswa secara bergiliran menyatakan jawaban atau ide, tanpa mencatatnya. Round robin dapat digunakan dengan anak-anak yang terlalu muda untuk menulis atau ketika berpartisipasi daripada produk tujuan
b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Round Robin
Muslimin Ibrahim menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe Round Robin adalah suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagaimana menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Round Robin adalah sebagai berikut :
1) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dengan jumlah tiap kelompok 4 – 5 orang siswa.
2) Guru memberikan pengantar pelajaran.
3) Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan suatu pertanyaan yang mempunyai banyak jawaban.
4) Kemudian guru meminta tiap kelompok untuk mengajukan pemikiran pikiran.
5) Apabila salah satu kelompok mulai memberikan pemikiran, guru meminta kelompok kedua untuk mengemukakan pendapat tentang pemikiran yang diberikan kelompok pertama tadi.
6) Setelah semua kelompok mendapatkan giliran memberikan pemikiran dan pendapat, guru memberikan penjelasan.
7) Guru memberikan pengargaan kepada tiap kelompok.
Kagan (1994: 2) menyatakan, mengikuti Round Robin dan Round table, siswa lebih cenderung mencari partisipasi dari semua anggota, bahkan dalam situasi di mana partisipasi penuh tidak terstruktur. Round Robin dan Round table sangat efektif dalam menciptakan identitas tim yang positif dan kemauan untuk bekerja dalam tim. Mereka dapat digunakan untuk mengatasi resistensi awal untuk bekerja di temas yang sering ditemukan di ruang kelas terdegradasi, terutama di tingkat pendampingan. Satu hal yang harus dipahami oleh seorang guru,
Menerapkan Round Robin dalam penerapan struktur, siswa yang ditempatkan dalam tim harus heterogen, kemampuan yang berbeda dalam sebuah tim akan membantu meningkatkan pencapaian beberapa siswa lainnya.
Untuk manfaat Round Robin yang lebih banyak, semua tim akan dibantu untuk memahami tentang tujuan, teknik, dan pola yang digunakan dalam proses pembelajaran, anggota heterogen memiliki pengaruh besar, bagi siswa yang memiliki area kognitif yang baik akan membantu orang miskin lainnya dengan memberikan lebih banyak penjelasan, membantu meningkatkan kognitif buruk lainnya akan berpengaruh pada aktifnya mereka dalam tim. Dan hasil dari tindakan
tersebut, setiap anggota dapat mengembangkan ide-ide dan dapat bekerja sama.
Dengan demikian dalam, Round Robin sebagai metode berbagi di antara rekan satu tim akan memberikan poin lebih positif seperti meningkatkan menulis siswa, melatih siswa untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, memberikan motivasi kepada siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang sukses dan juga meningkatkan kepercayaan diri siswa.
c. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Round Robin
Lebih lanjut Muslimin Ibrahim menjelaskan ada beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Round Robin, yaitu :
1) Pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan berbagi bersama teman kelompok.
2) Mengembangkan interaksi antar siswa yang dapat menumbuhkan kekompakkan, sehingga dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
3) Hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. 4) Dapat menjadikan siswa berbicara tanpa henti. 5) Dapat mengendalikan perilaku dalam kelompok.7
Selain keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Round Robin juga memiliki kelemahan, yaitu :
1) Belajar kelompok memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
2) Jalannya diskusi kelompok dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang “menonjol”.
3) Sering terjadi dalam diskusi kelompok siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya.
B. Kerangka Pikir
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek dalam penelitian ini yaitu menulis. Kegiatan dalam menulis meliputi mengekspresikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan ataupun karangan yang dapat dipahami oleh orang lain. Kegiatan membuat karangan dapat dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan pengarang. Oleh karena itu, kegiatan menulis karangan merupakan kegiatan yang tidak mudah, tetapi sangat penting untuk diajarkan kepada siswa. Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk menulis pengalaman pribadi secara bertahap. Menulis pengalaman pribadi ini diawali dengan mengungkapkan ide atau gagasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis pengalaman pribadi yaitu kesesuaian dan kejelasan isi cerita, kelengkapan unsur cerita (5W+1H), penggunaan diksi, penggunaan ejaan dan tanda baca, keefektifan kalimat, keterpaduan makna gramatikal antar kalimat dan antar paragraf, dan kerapian tulisan.
Umumnya siswa SMP mengalami kesulitan dalam menemukan ide yang tepat untuk menulis pengalaman pribadi dan mengorganisasikannya. Selain itu,
belum adanya penggunaan metode yang bervariasi terhadap pembelajaran menulis paragraf naratif di sekolah. Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan metode pembelajaran menulis paragraf naratif dalam pembelajaran menulis paragraf naratif menggunakana penelitian tindakan kelas melalui dua siklus yang akan diketahui setelah dilakukan penelitia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini :
Bagan Kerangka Pikir
Menyimak Berbicara Membaca Menulis
Paragraf Naratif Keterampilan Berbahasa Pengembangan Gagasan Kelengkapan Unsur cerita (5W + 1H) Kesesuaian dan
Kejelasan Isi Cerita Aspek
Kebahasaan Kerapian Tulisan Penerapan Metode Pembelajaran Round Robin
Siklus I dan Siklus II
Analisis
Hasil
Siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, hipotesis dalam tindakan ini adalah jika guru menggunakan metode pembelajaran Round Robin dalam pembelajaran menulis paragraf naratif, maka keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII SMP PGRI BAREMBENG dapat meningkat.
35 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Mc Niff (dalam Arikunto, dkk. 2008:16) menyatakan bahwa penelitian tindakan dalam pendidikan merupakan sebuah metode kualitatif yang mendorong para praktisi (pengajar/guru) menjadi lebih reflektif dalam praktik mengajar, dengan tujuan lebih meningkatkan/memperbaiki sistem mengajarnya. Penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus, yaitu proses siklus I dan diklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa pada awal tindakan penelitian. Siklus ini sekaligus dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa setelah melakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar yang didasarkan pada siklus I.
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP PGRI Barembeng. 2. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih tiga bulan, dengan pelaksanaan pada bulan maret hingga mei 2020.
3. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng dengan jumlah siswa 30 orang siswa.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu menulis paragraf naratif, sedangkan variabel bebasnya yaitu metode pembelajaran Round Robin. 1. Kemampuan menulis paragraf naratif
Kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat banyak cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi paragraf yang mudah difaham
2. Metode Pembelajaran Round Robin
Round Robin adalah suatu tipe pembelajaran dimana para siswa
bergiliran memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki beberapa alternatif jawaban.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi empat pertemuan dalam setiap siklus. Pertemuan pertama adalah fokus pada tenses (past tense dan present continuous tense), pertemuan kedua fokus pada paragraf naratif. Guru juga membagi kelas menjadi 4-5 anggota kelompok, setiap anggota kelompok harus memiliki kompetensi kognitif yang heterogen dan
melakukan penulisan Round Robin. Pertemuan ketiga, mengatur ulang anggota kelompok dan kemudian siswa menyusun esai menggunakan Metode Round Robin, dan yang terakhir adalah evaluasi. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan adalah 70 menit.
1. Siklus 1 a. Perencanaan
1) Menganalisa kurikulum bahasa indonesia untuk SMP VII. 2) Mengklasifikasikan bahan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan.
3) Membuat skenario pembelajaran. Dan memutuskan untuk menggunakan Metode Round Robin dalam mengajar menulis. 4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran. 5) Membuat alat evaluasi untuk mengevaluasi kemampuan siswa. b. Pelaksanaan
1) Memotivasi siswa untuk meningkatkan minat mereka dalam proses pembelajaran.
2) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata bahasa (past tense dan present tense).
3) Siswa diminta untuk menulis kalimat dalam bentuk lampau dan bentuk kontinu saat ini.
4) Guru memberikan penjelasan kepada kelas tentang teks dan contoh naratif.
6) Guru membagi kelas beberapa kelompok. Setiap kelompok harus terdiri sekitar 4-5 siswa dan anggota kelompok harus memiliki kompetensi kognitif heterogen.
7) Guru menyerahkan beberapa topik melalui lotere ke setiap kelompok.
8) Grup diminta untuk menulis paragraf pendek (jumlah kalimat harus sama dengan jumlah grup).
2. Siklus 2
a. Perencanaan
1) Belajar tentang kurikulum Bahasa indonesia untuk SMP VII 2) Mengklasifikasikan latihan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan
3) Membuat skenario pembelajaran dan masih menerapkan Metode Round Robin sebagai alat dalam mengajar menulis.
4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran. 5) Membuat alat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa. b. Pelaksaan
1) Ulasan guru tentang pelajaran yang telah dilakukan (tata bahasa berfokus pada masa lalu yang sederhana dan esai naratif yang kontinu saat ini)
2) Kelompok siswa diminta untuk menulis esai naratif dengan tema yang berbeda.
c. Evaluasi
1) Guru mengevaluasi langkah-langkah tindakan dengan menggunakan lembar observasi.
d. Merefleksikan.
Ada tiga sumber data yang berlaku dalam penelitian ini. Mereka: 1) Data diperoleh dari kemajuan penulisan siswa untuk setiap siklus. 2) Data diperoleh dari lembar observasi. Ini adalah tentang situasi belajar dan mengajar sepanjang perawatan (tindakan, observasi dan refleksi).
3) Data diperoleh dari komposisi akhir siswa untuk setiap siklus. E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen tes dan non tes. Isntrumen tes meliputi aspek-aspek dan kriteria penilaian dalam menulis pengalaman pribadi. Sedangkan instrumen nontes meliputi observasi.
Tabel 3.1 Aspek Penskoran Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Aspek Penilaian Skala Nilai Bobot Skor
1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide) 4 20
2. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
4 20
3. Kelengkapan unsur cerita - (5W + 1H) 6 30 4. Aspek kebahasaan - Pengembangan paragraf - Penyusunan kalimat 4 20
efektif - Ketepatan diksi - EYD 5. Kerapian tulisan 2 10 Jumlah 20 100 (Sumber: Dewi, 2011:52)
Penetapan bobot dalam penilaian skor yang ditentukan oleh peneliti antara aspek satu dengan aspek yang lainnya tidak sama. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan penelitian berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu menulis paragraf naratif dengan bahasa yang baik dan benar. Peneliti penetapkan bobot pada aspek pengembangan gagasan (ide) 5, aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita 5, aspek kelengkapan unsur 5, aspek kebahasaan 5, dan aspek kerapian tulisan 5.
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi No. Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor
1. Pengembangan gagasan a. Padat informasi, penalaran logis, dan tuntas.
b. Padat informasi, penalaran logis, dan kurang tuntas. c. Informasi cukup, penalaran
logis, dan kurang tuntas. d. Informasi kurang, penalaran
kurang logis, dan kurang tuntas,
e. Informasi tidak jelas, penalaran tidak logis, dan tidak tuntas. 5 4 3 2 1
2. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
a. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita sangat sesuai.
b. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita sesuai.
5 4 3
c. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita cukup sesuai.
d. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita kurang sesuai.
e. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita tidak sesuai.
2
1
3. a. Kelengkapan unsur cerita
(5W+1H)
b. Unsur kelengkapan menulis paragraph naratif berkurang 1.
c. Unsur kelengkapan menulis pengalaman pribadi berkurang 2.
d. Unsur kelengkapan menulis pengalaman pribadi berkurang 3.
e. Unsur kelengkapan menulis cerita berkurang 4. 5 4 3 2 1 4. Aspek kebahasaan (pengembangan paragraf, penggunaan ejaan dan tanda baca, pilihan kata, kalimat efektif, dan EYD)
a. Aspek kebahasaan yang
digunakan sangat
sempurrna, sangat sesuai, dan tidak ada kesalahan. b. Aspek kebahasaan yang
digunakan sempurna, sesuai, dan tidak ada kesalahan. c. Aspek kebahasaan yang
digunakan sempurna, sesuai, dan sedikit kesalahan. d. Aspek kebahasaan yang
digunakan kurang sempurna, kurang sesuai, dan sedikit kesalahan.
e. Aspek kebahasaan yang digunakan tidak sempurna, tidak sesuai, dan banyak kesalahan. 5 4 3 2 1
5. Kerapian tulisan a. Tulisan terbaca jelas dan tidak ada coretan.
b. Tulisan terbaca dan sedikit coretan.
c. Tulisan terbaca dan terdapat coretan.
d. Tulisan tidak terbaca dan 5
4 3 Lanjutan Tabel 3.2
tidak ada coretan.
e. Tulisan tidak terbaca dan banyak coretan. 2 1 Rumus: x 100 Keterangan:
Hal pertama yang dilakukan dalam menghitung nilai yaitu mengalikan skor tiap aspek dengan bobot tiap aspek. Kemudian untuk mendapatkan nilai akhirnya, dengan cara menjumlahkan hasil perkalian dari setiap aspek tersebut dan dibagi skor maksimal yaitu 100, kemudian dikalikan seratus untuk mendapatkan nilai yang bulat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010:308).
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang (Sumber: Khanifa, 2011:56)
terpenting adalah proses-proses mengamati dan ingatan (Sutrisno Hadi dalam Sugiyono, 2010:203).
Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati kegiatan (tindakan) yang dilakukan siswa dengan mengacu pada pedoman observasi. Peneliti mengobservasi siswa dengan mencatat perilaku-perilaku siswa akibat tindakan-tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tes
Tes dalam penelitian ini dilaksanakan yaitu dengan tes kinerja/perbuatan. Hasil nilai tes ini diperoleh dengan mengamati siswa selama proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Penilaian keterampilan menulis pengalaman pribadi dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek pengamatan. Aspek pengamatan tersebut yaitu, 1) pengembangan gagasan (ide), 2) kesesuaian isi dan kejelasan cerita, 3) kelengkapan unsur cerita (5W+1H), 4) aspek kebahasaan, dan 5) kerapian tulisan.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sanjaya (2010:106), analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai tujuan penelitian. Analisis data penelitian tindakan kelas ini berupa deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Analisis data kualitatif diperoleh dari data observasi. Hasil analisis data secara kualitatif ini digunakan untuk melihat perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II, serta melihat efektivitas penggunaan model pembelajaran menulis imajinatif untuk meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya dicari rata-rata (mean) nilai dari keseluruhan siswa. Untuk menghitung rata-rata (mean) siswa dapat digunakan rumus perhitungan dari Sugiyono (dalam Rahman, 2016:92):
1. Merekap skor yang diperoleh siswa
2. Menghitung skor komulatif dari tiap-tiap aspek 3. Menghitung skor rata-rata
Rata-rata ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ∑
x 100 Keterangan:
X : Skor yang diperoleh ∑x : Jumlah
n : Banyak data/ jumlah data
Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan, yaitu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai peningkatan kompetensi siswa dalam menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Nilai Kategori
1. 85-100 Sangat baik
3. 51-74 Cukup baik
4. 0-50 Kurang baik
Sumber: Buku Panduan Magang 3 FKIP Unismuh (2018:32)
Nilai yang dicapai siswa nantinya akan dikategorikan menjadi empat, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang mencapai nila antara 85-100 dikategorikan berhasil dengan sangat baik. Siswa yang mencapai nilai antara 75-84 dikategorikan berhasil dengan baik. Siswa yang mencapai nilai antara 51-74 dikategorikan berhasil cukup baik. Sedangkan siswa yang mencapai nilai di bawah 50 dikategorikan kurang baik.
H. Kriteria Keberhasilan
Siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75 dengan rentang antara 1-100. Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya siswa yang mencapai KKM ≥ 85% dari keseluruhan jumlah siswa