• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOPLING SENTRIFUGAL PADA KINCIR ANGIN DENGAN VARIASI KEKAKUAN PEGAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KOPLING SENTRIFUGAL PADA KINCIR ANGIN DENGAN VARIASI KEKAKUAN PEGAS"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KOPLING SENTRIFUGAL PADA KINCIR ANGIN

DENGAN VARIASI KEKAKUAN PEGAS

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Teknik Mesin

Jurusan Teknik Mesin

Disusun Oleh:

YOHANES BIMA RUDITYA

NIM : 065214025

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

 

FINAL ASSIGNMENT

Presented as partial fulfillment of requirement

to obtain the

Sarjana Teknik

degree

in Mechanical Engineering

By:

YOHANES BIMA RUDITYA

Student Number : 065214025

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

 

INTISARI

Pemanfaatan energi angin sebagai sebagai energi alternatif sampai saat ini

masih dalam tahap perkembangan. Pemanfaatan energi angin diaplikasikan dengan

membuat sebuah kincir angin agar dapat menghasilkan energi listrik yang optimal.

Dalam penelitian ini penulis membuat kincir angin dengan mengaplikasikan kopling

sentrifugal dalam trasmisinya. Pengaplikasian kopling sentrifugal ini berfungsi

sebagai penerus putaran ke generator. Kincir dengan sengaja berputar terlebih dahulu

setelah pada putaran tertentu kopling mulai bekerja dan meneruskan putaran poros

terputar untuk memutar generator sehingga bisa membangkitkan listrik secara lebih

optimal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

rekayasa pada kopling sentrifugal. Rekayasa dilakukan dengan cara memberikan

variasi kekakuan pegas pada sepatu kopling untuk mengetahui putaran kopling mulai

bekerja, dan kemudian kinerja model diuji pada beberapa variasi kecepatan angin

dengan beban lampu 8 Watt, 16 Watt, 24 Watt dan 32 Watt yang dibangkitkan

generator.

Hasil yang diperoleh berupa putaran kopling sentrifugal mulai bekerja

menggunakan pegas A, yaitu 227,3 rpm. Putaran kopling sentrifugal mulai bekerja

menggunakan pegas B, yaitu 294,1 rpm. Putaran kopling sentrifugal mulai bekerja

menggunakan pegas C, yaitu 301 rpm. Setelah kopling bekerja dan memutar

generator diperoleh Koefisien Daya (Cp) dan Tip Speed Ratio (TSR) terbaik yaitu

pada penggunaan pegas B sebesar 20 % dan 0,52. Pada masing-masing pegas secara

garis besar bahwa Cp semakin naik diikuti dengan TSR naik.

(8)

viii

 

Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “

Kopling

Sentrifugal Pada Kincir Angin Dengan Variasi Kekakuan Pegas”

. Tugas Akhir ini

merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai derajat Sarjana–S1 pada jurusan

Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dan

saran dari banyak orang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas

segala bantuannya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, kepada:

1.

Bapak Budi Sugiharto, S.T.,M.T. selaku dosen pembibing Tugas Akhir

yang telah banyak memberi petunjuk, pengarahan dan saran selama

pengerjaan alat dan naskah

2.

Bapak Budi Setyahandana, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan dukungan dan nasehat.

3.

Pak Intan Widanarko, Pak Martono, dan Pak Roni Windaryawan selaku

laboran, yang telah banyak membantu penulis selama pengerjaan alat

Tugas Akhir.

4.

Pak Tri Widaryanto dan seluruh karyawan sekretariat Fakultas Sains dan

(9)

ix

 

5.

Ibunda tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan biaya ke pada

penulis.

6.

Kakak tercinta Widi Risnawati atas dukungan dan mensuport kebutuhan

penulis saat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7.

Teman-teman teknik mesin angkatan 2006 semuanya terimakasih atas

dukungan, bantuan dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

8.

Teman-teman di Asrama Kota Prabumulih terimakasih atas dukungan dan

vasilitasnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.

9.

Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di sini

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Tugas Akhir ini masih banyak

kekurangan. Maka dari itu segala saran dan kritik yang diberikan kepada penulis,

akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir yang telah dibuat penulis dapat bermanfaat

bagi orang banyak, terutama bisa menjadi sumber energi alternatif pengganti sumber

energi fosil sebagai pembangkit listrik.

Yogyakarta,

25

April

2010

(10)

x

 

TITLE PAGE

………...……...…... ii

HALAMAN PENGESAHAN

………..…………. iii

HALAMAN PERSETUJUAN

……… iv

HALAMAN PERNYATAAN

………... v

HALAMAN PUBIKASI

……… vi

INTISARI

……… vii

KATA PENGANTAR

………...……. viii

DAFTAR ISI

……….….. x

DAFTAR TABEL

……….……... xiv

DAFTAR GAMBAR

………. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang………. 1

1.2

Perumusan Masalah………. 4

1.3

Pembatasan Masalah……… 4

1.4

Tujuan Penelitian………. 5

1.5

Manfaat Penelitian………... 5

1.6

Sistematika Penyajian……….…… 6

(11)

xi

 

2.2 Turbin Angin………....………. 8

2.2.1 Kincir Angin Poros Horizontal..……….. 8

2.2.2 Kincir Angin Poros Vertikal ……….. 9

2.2.3 Kelebihan Kincir Angin Sumbu Horizontal….……….... 10

2.2.4 Kekurangan Kincir Angin Sumbu Horizontal……..…………... 10

2.3 Daya Kincir Angin ………. 11

2.4 Daya Yang Dihasilkan Generator ……….. 12

2.5 Tip Speed Ratio (TSR) ……….…….. 13

2.6 Koefisien Daya (C

P

) ………... 14

2.7 Fungsi Kopling Sentrifugal Dalam Sistem Pembangkit Listrik

Tenaga Angin ………..………... 14

2.8 Variabel Yang Mempengaruhi Kerja Kopling Sentrifugal …………... 15

2.9 Rasio Putaran ………. 17

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Sarana dan Skema Alat Dalam Penelitian………... 18

3.1.1 Sarana Penelitian ………. 18

3.1.2 Skema Alat Dalam Penelitian ……….. 18

3.2 Kopling Sentrifugal ……… 19

3.3 Massa Bandul ………... 20

3.4 Pegas ………..…... 21

3.5 Perhitungan Putaran Kerja Kopling Sentrifugal Secara Teoritis…….... 22

(12)

xii

 

Gigi Secara Teoritis……… 27

3.7 Peralatan Penelitian………. 28

3.8 Cara Penelitian……….……… 31

3.8.1 Sistem Kincir yang Akan Diuji………. 31

3.9 Mengetahui Putaran Kincir dan Putaran Kerja Kopling Tanpa

Beban Lampu……….. 31

3.10 Mengetahui Putaran Kincir dan Putaran Kerja Kopling

Dengan Beban Lampu 8 Watt, 16 Watt, 24 Watt dan 32

Watt………...….…………. 32

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data……….……….... 34

4.1.1 Data Pengujian Konstanta Pegas……….. 34

4.1.2 Data Pengujian Kincir Angin Tanpa Beban………. 34

4.1.3 Data Pengujian Kincir Angin Dengan Beban 32 Watt,

24 Watt, 16 Watt dan 8 Watt…………..………. 35

4.2 Pembahasan………. 39

4.2.1 Perbandingan Rasio Pada Transmisi Belt dan Transmisi

Roda Gigi Secara Teoritis Dengan Rasio Secara Aktual……..… 39

(13)

xiii

 

4.2.3 Perbandingan Putaran Kerja Kopling Sentrifugal Secara

Teoritis Dengan Aktual……… 40

4.2.4 Putaran Kincir dan Generator diberi beban………... 42

4.2.5 Perhitungan Daya Kincir dan Daya Yang Dihasilkan

Generator Dengan Variasi Kekakuan Pegas Serta

Beban Lampu 32 Watt, 24 Watt, 16 Watt dan 8

Watt………….………. 42

4.2.6 Hasil Analisa Koefisien Daya (Cp) dan Tip Speed Ratio

(TSR)……… 48

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan……….. 53

5.2 Saran……… 55

DAFTAR PUSTAKA

………. 56

(14)

xiv

 

Tabel 4.1

Data pengujian kekakuan pegas………... 34

Tabel 4.2

Data pengujian kincir angin tanpa beban menggunakan pegas A…….... 34

Tabel 4.3

Data pengujian kincir angin tanpa beban menggunakan pegas B……… 35

Tabel 4.4

Data pengujian kincir angin tanpa beban menggunakan pegas C……… 35

Tabel 4.5

Data pengujian kincir angin dengan beban menggunakan pegas A……. 36

Tabel 4.6

Data pengujian kincir angin dengan beban menggunakan pegas B……. 37

Tabel 4.7

Data pengujian kincir angin dengan beban menggunakan pegas C……. 38

Tabel 4.8

Hasil perhitungan P

in

, P

out

, C

p

dan TSR dengan menggunakan

pegas A………... 45

Tabel 4.9

Hasil perhitungan P

in

, P

out

, C

p

dan TSR dengan menggunakan

pegas B………... 46

Tabel 4.10

Hasil perhitungan P

in

, P

out

, C

p

dan TSR dengan menggunakan

(15)

xv

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Proyeksi temperatur permukaan laut menggunakan citra infra

merah satelit……….... 8

Gambar 2.2

Grafik prestasi untuk beberapa jenis turbin angin……….. 9

Gambar 2.3

Kincir angin model American poros mendatar………... 10

Gambar 2.4

Proses terbentuknya energi kinetik pada kincir angin………. 11

Gambar 2.5

Gaya sentrifugal……….. 16

Gambar 3.1

Skema alat kopling sentrifugal pada kincir angin…….……….. 18

Gambar 3.2

Sketsa kopling hasil perancangan………... 20

Gambar 3.3

Dimensi-dimensi utama model kopling sentrifugal yang

digunakan……… 20

Gambar 3.4

Massa bandul 20 gram……….…… 21

Gambar 3.5

Pegas………... 22

Gambar 3.6

Sepatu kopling……….……… 23

Gambar 3.7a

Wind Tunnel tampak samping……… 28

Gambar 3.7b

Wind Tunnel tampak depan……… 28

Gambar 3.8 Tachometer

………. 29

Gambar 3.9

Multimeter……….. 29

Gambar 3.10

Beban lampu……… 29

Gambar 3.11

Anemometer………..…… 30

(16)

xvi

 

Gambar 4.3

Grafik hubungan C

p

dan TSR menggunakan pegas C………. 49

                                 

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kebutuhan energi merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia maka dari itu energi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik sosial ekonomi maupun lingkungan. Menurut data terbaru dari IFR Report, Economist 2008, dalam rentang tahun 2005 – 2030 diperkirakan kebutuhan minyak akan tumbuh sebesar 1,4% per tahun. Proporsi penggunaan minyak sebagai energi di dunia masih jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber energi lainnya. (Sumber:http://www.its.ac.id/berita.php?nomer= 5780)

Pada tahun 2005, minyak memegang kendali sebesar 39,2% dari total kebutuhan energi di dunia. Proporsi ini jauh di atas gas (23,0%), bahan padat (27,6%), bahkan energi terbarukan (10,2%) sekalipun. Dua dekade mendatang, lebih tepatnya pada tahun 2030, diperkirakan proporsi minyak sebagai sumber energi akan mengalami penurunan menjadi sekitar 36,5% dari total kebutuhan energi di dunia. Sedangkan proporsi gas naik menjadi 27,4%, bahan padat turun menjadi 26,8%, dan energi terbarukan justru diperkirakan turun ke angka 9,2%. Hal ini menggambarkan situasi bahwa sampai dengan tahun 2030, minyak masih menjadi primadona sumber energi.( Sumber : http://www.energi.lipi.go.id )

(18)

Indonesia memiliki potensi besar akan salah satu sumber energi terbarukan yaitu angin. Energi angin yang tersedia berlimpah, tidak habis-habis, dan tersebar luas. Penggunaan energi angin memiliki beberapa keunggulan yakni bersih dan tidak menimbulkan efek rumah kaca. Selain memiliki keunggulan angin juga memiliki kelemahan yakni sifatnya yang tidak konstan atau kecepatannya berubah-ubah.

Energi angin yang belimpah tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Mengubah energi angin menjadi listrik diperlukan media kincir angin yang kemudian diteruskan oleh generator menjadi listrik. Dari kelebihan dan kelemahan energi angin seperti tersebut sebelumnya, maka perlu merekayasa kincir angin agar mampu bekerja berdasakan kelebihan dan kelemahanya. Diharapkan kincir angin saat bekerja tidak merusak lingkungan dan juga dapat bekerja dengan kecepatan angin yang tidak konstan.

Kincir yang diteliti dalam hal ini adalah kincir angin tipe poros horizontal yang dimodifikasi dengan menggunakan kopling sentrifugal sebagai penerus putaran untuk memutar generator menjadi energi listrik. Sebelum memutar generator terlebih dahulu kincir angin perlu menghubungkan sepasang poros yang terhubung dengan generator melalui kopling sentrifugal.

(19)

 

kopling akan aktifkan dan bekerja hampir seperti transmisi variabel kontinyu. Apabila beban yang diterima poros terputar meningkat, maka putaran akan turun kemudian melepaskan kopling. (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Centrifugal _clutch).

Kopling sentrifugal ini bermanfaat agar pada kecepatan angin rendah kincir terus berputar tanpa harus memutar generator. Tujuannya adalah pada putaran rendah generator tidak bekerja, karena jika generator bekerja pada putaran rendah tidak akan menghasilkan daya listrik, melainkan panas yang dapat merusak generator. Generator yang tersedia dipasaran dengan harga relatif murah kebanyakan memiliki putaran kerja yang cukup tinggi sekitar 700 rpm untuk menghasilkan listrik. Maka dari itu dibutuhkan kopling sentrifugal untuk mengawali kerja generator. Selain itu penggunaan koling sentifugal bertujuan agar kincir angin terlebih dahulu memperoleh tenaga yang besar dari angin untuk berputar sebelum menerima beban generator. Hal ini dilakukan agar pada saat awal kincir berputar tidak terbebani dan dapat berputar dengan stabil.

(20)

putaran generator yang juga besar. Agar terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka dari poros kopling dihubungkan dengan transmisi belt menuju generator. Diharapkan nantinya transmisi belt tersebut dapat menghasilkan putaran yang tinggi dan memutar generator sehingga listrik yang dihasilkan besar. Maka dari itu dengan kecepatan angin yang tinggi, kincir angin dapat menghasilkan putaran yang besar sehingga kopling dapat bekerja dan meneruskan putaran sehingga dapat memutar generator yang kemudian menghasilkan listrik.

1.2. Perumusan Masalah

Pemasalahan yang terjadi dalam penggunaan kincir angin saat ini berhubungan dengan kecepatan angin yang selalu beubah-ubah sehingga berpengaruh pada putaran kincir . Putaran kincir angin berpengaruh pada putaran kopling mulai bekerja selain itu juga dapat mempengaruhi putaran kerja generator terhadap daya yang dihasilkan. Permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut; “Mengetahui putaran optimal kopling sentrifugal mulai bekerja dengan variasi kekakuan pegas yang direduksi dari putaran kincir melalui trasmisi

sehingga dapat memutar generator sebagai pembangkit listrik dengan kecepatan

angin yang berubah-ubah”.

1.3. Pembatasan Masalah

(21)

 

listrik. Rekayasa dilakukan dengan menyelidiki pengaruh penggunaan variasi pegas terhadap putaran yang dibutuhkan kopling sentrifugal mulai bekerja dengan kecepatan angin berubah-ubah. Selain putaran yang dibutuhkan kopling sentrifugal saat mulai bekerja, juga dapat mengetahui daya listrik yang dihasilkan generator.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

• Mengetahui pengaruh variasi kekakuan pegas pada kopling sentrifugal

terhadap putaran dan kecepatan angin yang dibutuhkan saat kopling mulai bekerja.

• Mengetahui putaran kincir dan putaran generator setelah kopling bekerja

terhadap pemberian beban.

• Mendapatkan grafik CP dan TSR untuk mengetahui unjuk kerja kincir

terhadap beban yang diberikan dan pengaruh terhadap kecepatan angin.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa manfaat. Manfaat tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

• Mendapatkan pengetahuan pengaruh variasi pegas terhadap putaran dan

(22)

• Memperoleh pengetahuan pengaruh beban terhadap putaran kincir dan

putaran generator setelah kopling bekerja.

• Mengetahui Cp dan TSR yang dihasilkan kincir sehingga dapat

mengembangkan teknologi pemanfaatan energi angin di Indonesia.

1.6. Sistematika Penyajian

Bab 1, berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II, berisikan tujuan pustaka, landasan teori yang mengulas teori tentang energi angin, kerja kincir angin, rasio putaran pada transmisi dan gaya-gaya yang bekerja pada kopling sentrifugal.

Bab III, berisikan skema alat, cara kerja alat, peralatan yang digunakan serta cara pengujian dan pengambilan data. Pengambilan data tersebut meliputi metode pengukuran beban alternator, memberikan variasi pegas pada sepatu kopling dan variasi kecepatan angin.

Bab IV, berisikan data-data, pembahasan dan perhitungan aktual yang didapatkan dari hasil pengujian unjuk kerja kopling sentrifugal pada kincir angin dengan variasi pegas pada sepatu kopling serta putaran kincir angin ditinjau dari kecepatan angin dan reaksi kopling terhadap pembebanan alternator.

(23)

7

BAB II

DASAR TEORI

2.1.

Energi Angin

Terjadinya angin karena adanya perbedaan temperatur, menyebabkan

adanya perbedaan tekanan udara. Tempat dengan tekanan yang lebih rendah akan

ditempati oleh udara inilah yang disebut dengan angin. ( sumber : Arismunandar,

W., Penggerak Mula Turbin ).

Sistem angin di bumi dikarenakan adanya perpindahan massa udara pada

atmosfer sebagai hasil dari variasi tekanan di atmosfer, dimana perubahannya

merupakan hasil dari perbedaaan pemanasan dari sinar matahari karena

perbedaaan permukaan bumi.

Angin terjadi di lapisan Atmosfer pada lapisan Troposfer. Lapisan

Troposfer ini memiliki ketebalan kurang lebih 11 km (3600 ft) dari permukaan

laut ke atas. Panas yang diterima bumi dari matahari berbeda dikarenakan letak

permukaan bumi setiap daerah berbeda.

Daerah sekitar Khatulistiwa, pada 0

garis lintang menerima pemanasan

yang berlebih dari matahari jika dibandingkan dengan bumi yang lainnya. Seperti

terlihat pada Gambar 2.1, deaerah-daerah yang menerima panas berlebih

diindikasikan dengan warna merah, jingga dan kuning. Daerah yang ditunjukan

dari warna merah, jingga dan kuning tersebut memiliki tekanan udara yang tinggi

(24)

mengalir ke daerah yang bertekanan udara rendah. Proyeksi matahari terhadap

bumi tersaji dalam bentuk gambar dan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Proyeksi temperatur permukaan laut menggunakan citra infra merah

satelit (Sumber: satelit NASA, NOAA-7, Juli 1984)

2.2.

Turbin Angin

Kincir angin memiliki berbagai bentuk dan ukuran. Berdasarkan kedudukan

poros terhadap permukaan tanah, kincir angin dikelompokkan menjadi dua jenis,

yaitu kincir angin poros mendatar (Horizontal-axis Wind Turbine) dan kincir

angin poros tegak (Vertikal-axis Wind Turbine).

2.2.1.

Kincir Angin Poros Horizontal

Turbin angin sumbu horizontal (TASH) adalah turbin dengan poros

utama horizontal. Salah satu turbin angin poros horizontal adalah American

windmill. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya,

turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin

dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin

berkecepatan tinggi. Menurut Profesor Betz, effisiensi maksimum kincir

(25)

9

2.2.2.

Turbin Angin Poros Vertikal

Turbin angin sumbu vertikal (TASV) adalah turbin dengan poros

vertikal sepanjang menara dan mempunyai generator pembangkit listrik

dibawah poros turbin jenis TASV secara umum bergerak lebih perlahan

dibanding jenis TASH, tetapi menghasilkan torsi yang lebih tinggi. Dari

beberapa penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara, kincir angin

Savonius ini belum dapat dipastikan berapa effisiensi yang tepat. Kincir

angin Savonius dapat menyerap energi angin dengan effisiensi kurang lebih

30% ( sumber : Arismunandar, W., Penggerak Mula Turbin ).

Efisinsi berbagai jenis kincir angin dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Pada penelitian ini kincir angin yang diteliti merupakan kincir angin poros

horizontal, maka efisiensi yang digunakan sebagai acuan adalah efisiensi

American Windmill untuk membandingkan efisiensi yang diperoleh dari

data.

Gambar 2.2

Grafik prestasi untuk beberapa jenis turbin angin

Salah satu contoh kincir angin model American Windmill dapat dilihat

(26)

Gambar 2.3

Kincir angin model American poros mendatar

2.2.3.

Kelebihan kincir Angin Sumbu horizontal

Kincir angin poros horizontal memiliki kelebihan diantaranya adalah

sebagai berikut:

Menara sangat tinggi sehingga memperoleh angin sangat banyak

dengan kecepatan angin tinggi.

Putaran yang dihasilkan cukup tinggi.

Dapat menerima angin pada kecepatan tinggi.

2.2.4.

Kekurangan kincir Angin Sumbu Horizontal

Selain memiliki kelebihan, kincir angin poros horizontal memiliki

kekurangan antara lain sebagai berikut:

Menara yang tinggi sulit dibawa ke lokasi, akan membutuhkan

biaya transpotasi yang cukup besar.

TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang

sangat tinggi dan mahal serta para operator yang terampil.

Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga

(27)

11

2.1.

Daya Kincir Angin

Udara yang bergerak mengandung energi. Energi yang terdapat pada angin /

udara merupakan energi kinetik. Proses terjadinya energi kinetik pada kincir angin

dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4

Proses terbentuknya energi kinetik pada kincir angin

(Sumber: Materi Kuliah Rekayasa Tenaga Angin FT-USD, 2007)

Energi kinetik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti massa jenis udara

(

ρ

), luas permukaan sudu kincir yang ditinjau dari arah tegak lurus datangnya

angin (A), kecepatan angin (v).

Secara umum energi kinetik dapat dihitung dengan persamaan 2.1:

……….. (2.1)

dengan:

= kecepatan angin (m/s)

(28)

dimana :

= . .

Dari persamaan 2.1, maka energi kinetik angin per satuan waktu dapat

dihitung dengan persamaan 2.2.

= 0,5. ( . . ) .

……….. (2.2)

Sehingga rumus energi kinetik angin per satuan waktu menjadi persamaan

2.3 berikut ini.

= 0,5. . .

………. (2.3)

dengan:

=

daya angin (Watt)

= massa jenis udara (kg/m

3

)

= luas penampang melintang arus angin yang ditangkap kincir (m

2

)

Apabila massa jenis udara adalah

ρ

= 1,2256 kg/m

3

, maka persamaan 2.3

dapat disederhanakan menjadi persamaan 2.4.

= 0,6. . (

)

………... (2.4)

Energi kinetik yang dihasilkan dari angin ini dikonversikan menjadi energi

mekanik untuk memutar kincir angin dan kemudian mengubahnya menjadi enrgi

listrik melalui generator.

2.4.

Daya Yang Dihasilkan Oleh Generator Listrik

Sebuah generator listrik berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi

energi listrik. Besarnya energi listrik yang dihasilkan oleh generator listrik, dapat

(29)

13

= . (

)

……….. (2.5)

dengan:

= teganggangan (Volt)

= Arus (Ampere)

2.5.

Tip Speed Ratio (TSR)

Kecepatan bagian terluar atau ujung sudu tidak selalu sama dengan

kecepatan angin. Perbandingan kecepatan ujung sudu dengan kecepatan angin

biasa disebut dengan

Tip Speed Ratio (TSR). Mengetahui besarnnya TSR dapat

dihitung dengan persamaan 2.6.

= ………. ( 2.6)

dimana:

=

Ω

= 2.

π

. R. n

60

Sehingga dari persamaan 2.6, untuk menghitung TSR menjadi persamaan 2.7.

= 2. . .

60. ………. …( 2.7)

dengan

=

Tip Speed Ratio

=

jari-jari kincir (m)

=

kecepatan aliran angin (m/s)

(30)

2.6.

Koefisien Daya (Efisiensi)

Koefisien daya (Coefficient of Power), digunakan untuk menggantikan

istilah efisiensi atau unjuk kerja. Koefisien daya (CP) adalah bilangan tak

berdimensi yang menunjukkan perbandingan antara daya yang tersedia dengan

daya yang dihasilkan oleh sistem kincir angin. Besarnya CP dapat dihitung dengan

persamaan 2.8.

=

, atau

=

………. ………( 2.8)

dengan:

=

koefisian daya kincir

=

daya yang dihasilkan generator listrik (Watt)

=

daya kincir angin (Watt)

Tiap jenis kincir angin memiliki harga CP yang berbeda dan selalu

berubah-ubah sesuai dengan TSR-nya. Harga CP dan TSR secara teoritis disajikan dalam

bentuk grafik yang dapat dilihat pada gambar 2.4. Harga C

P

maksimum untuk

jenis kincir American secara teoritis adalah 0,2 yang biasa disebut Bets Limit.

2.7.

Fungsi Kopling Sentrifugal Dalam Sistem Pembangkit Listrik Tenaga

Angin

Pada prinsipnya, pengaturan beban kincir ini dikendalikan secara mekanik

dengan menggunakan sensor kecepatan putaran poros

output gear box yang

(31)

15

pemutar generator sesuai dengan torsi dan putaran

input. Secara sederhana, cara

kerja pembangkit listrik ini adalah sebagai berikut:

Kecepatan angin yang ada di alam dikonversi oleh sudu kincir menjadi

gaya tangensial.

Gaya tangensial yang menyebabkan gerakan rotasi dari kincir tersebut

kemudian diteruskan dengan perantaraan transmisi puli dan sabuk ke

bagian gear box.

Input gear box yang berputar akibat kecepatan sudu kincir kemudian akan

diubah menggunakan perbandingan transmisi roda gigi untuk

mempercepat putaran poros.

Output gear box kemudian dihubungkan dengan mekanisme kopling

sentrifugal. Jika putaran poros

output gear box telah mencapai putaran

kerja kopling, maka generator akan mulai berputar dan menghasilkan

listrik.

Namun jika terjadi keadaan sebaliknya dimana torsi yang dihasilkan

kincir tidak mampu memutar generator pada putaran kerjanya, maka

kopling sentrifugal akan melepaskan putaran kincir secara otomatis.

2.8.

Variabel Yang Mempengaruhi Kerja Kopling Sentrifugal

Kopling Sentrifugal adalah kopling yang menggunakan gaya sentrifugal

untuk menghubungkan dua buah poros, yakni poros pemutar dan terputar. Pada

saat putaran meningkat, bobot massa pada sepatu kopling memberikan ayunan

(32)

Ketika pusat poros berputar cukup cepat, memperpanjang pegas menyebabkan

sepatu kopling mengait rumah kopling. Ketika poros mencapai putaran tertentu,

kopling akan aktifkan dan bekerja hampir seperti transmisi variabel kontinyu.

Apabila beban meningkatkan, maka putaran akan turun kemudian melepaskan

kopling. (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Centrifugal_clutch)

Gaya sentrifugal adalah gaya yang terjadi akibat benda bergerak

melingkar dan arahnya keluar dari titik pusatnya. Setiap benda yang bergerak

membentuk lintasan lingkaran harus tetap diberikan gaya agar benda tersebut

terus berputar. (Halliday.,Resnick, 1985:84).

Pada kopling sentrifugal, kopling berputar secara terus menerus untuk

menghasilkan gaya sentrifugal.

Gambar 2.5

Gaya sentrifugal

Besarnya gaya tersebut, dapat dihitung dengan Hukum II Newton untuk

komponen radial :

=

=

percepatan (m/s

2

)

=

(33)

17

sehingga,

=

dimana,

=

kecepatan (m/s)

= .

Maka rumus gaya sentrifugal dapat dilihat pada persamaan 2.9.

= .( . )

= . .

………. (2.9)

dengan :

F

= gaya sentrifugal (N)

m

= massa benda (kg)

ω

= kecepatan sudut (rad/s)

r

= jari-jari (m)

2.9.

Rasio Putaran

Rasio adalah perbandingan antara putaran dari roda pemutar (yang

pertama) dan angka putaran dari roda terputar (yang terakhir).

diperoleh rumus rasio:

= =

=

∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

( 2.10)

= :

(

)

= :

=

Rasio total: (untuk sistem transmisi bertahap)

(34)

18

3.1. Sarana Dan Skema Alat Dalam Penelitian

3.1.1. Sarana Penelitian

Sarana yang digunakan dalam penelitian adalah kincir angin dengan

kopling sentrifugal yang diberi variasi kekakuan pegas pada sepatu kopling

dan diuji coba pada terowongan angin serta diberi beban lampu 8 Watt, 16

Watt, 24 Watt dan 32 Watt.

3.1.2. Skema Alat Dalam Penelitian

Skema alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Skema alat kopling sentrifugal pada kincir angin

Keterangan:

1.

Sudu kincir angin

2.

Puli kincir angin penggerak roda gigi.

2 1

3

4

5

(35)

19

3.

Roda gigi

4.

Kopling sentrifugal

5.

Puli transmisi penggerak generator

6.

generator

Kopling sentrifugal merupakan suatu kopling dengan karakteristik putaran

tinggi untuk bekerja, maka digunakan suatu mekanisme transmisi untuk

mempercepat putaran output. Dipilih penggunaan kombinasi antara puli dan sabuk

serta perbandingan roda gigi, untuk mendapatkan putaran yang dibutuhkan pada

sistem kincir angin.

3.2. Kopling Sentrifugal

Secara skematik kopling sentrifugal hasil perancangan dapat dilihat pada

Gambar 3.2. Kopling ini bekerja pada putaran penggerak kopling dan meneruskan

putaran tersebut melalui komponen tergerak kopling.

Sebelum pembuatan kopling terlebih dahulu menentukan dimensi kopling,

beserta sepatu kopling. Dimensi diperlukan untuk mempermudah perhitungan dan

mempermudah pembuatan agar lebih presisi. Dimensi kopling dapat dilihat pada

Gambar 3.3.

Keterangan:

1.

Komponen penggerak kopling

2.

Komponen tergerak kopling (rumah kopling)

3.

Sepatu kopling

(36)

5.

Pegas

Gambar 3.2

Sketsa kopling hasil perancangan

Gambar 3.3

Dimensi-dimensi utama model kopling sentrifugal yang digunakan

3.3. Massa Bandul

Ukuran rumah kopling yang tidak begitu besar dan terbatasnya ruang di

bagian dalam kopling, maka massa bandul yang digunakan pada penelitian adalah

bandul yang memiliki massa 20 gram. Pada setiap sepatu kopling terpasang dua

bandul, maka massa total bandul untuk setiap sepatu kopling 40 gram. Bentuk dari

bandul dengan massa 20 gram dapat dilihat pada Gambar 3.4.

1

2

3

4

(37)

21

Gambar 3.4

Massa bandul 20 gram

Bandul yang digunakan terbuat dari bahan poros pejal baja lunak yang

dibubut. Penggunaan bahan dari baja lunak mempertimbangkan massa jenis

terbesar dan proses produksi pembentukan bahan tersebut lebih mudah

dibandingkan dengan besi tuang.

3.4. Pegas

Penelitian kopling sentrifugal ini mengaplikasikan variasi kekakuan pegas

pada sepatu kopling. Pegas yang digunakan terdiri dari tiga buah. Masing-masing

pegas dapat diketahui nilai kekakuannya dengan perhitungan sebagai berikut:

= .

Pegas A memiliki panjang awal (X

1

) = 12 mm, kemudian ditarik hingga

sepatu kopling menyentuh rumah kopling sehingga panjang pegas menjadi (X2) =

17 mm. Kemudian pegas dibebani sebuah gaya sampai pegas mulur menjadi 17

mm, lalu lihat angka yang ditunjukkan oleh timbangan massa. Ternyata

timbangan massa tersebut menunjukan F = 2.25 N. Sehingga nilai k dapat

(38)

2,25 = . ( 17

12

)

= 2.25

5

= 0,450

……….. (3.1)

Perhitungan pada pegas B dan C juga sama, maka untuk mengetahui nilai

k masing-masing pegas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Hasil perhitungan kekakuan pegas

No.

Pegas

X1

(mm)

X2

(mm)

F (N)

X

(mm)

k

1

A

12

17

2,25

5

0,450

2

B

10,1

15,50

2,55

5,40

0,472

3

C

10,1

15,35

2,60

5,25

0,495

Dimensi masing-masing pegas dapat kita lihat pada Gambar 3.5 agar lebih

jelas.

Gambar 3.5

Pegas

3.5. Perhitungan Kopling Sentrifugal Mulai Bekerja Secara Teoritis

Selain dimensi kopling, juga ditentukan putaran kopling saat mulai

bekerja. Dari perhitungan secara teoritis digunakan asumsi putaran kopling mulai

bekerja dari Persamaan 2.10 dengan melihat dimensi sepatu kopling pada Gambar

3.6.

(39)

23

Gambar 3.6

Sepatu kopling

Diketahui:

a

= 17 mm

= 51 mm

3.5.1. Putaran Kopling Sentrifugal Mulai Bekerja Menggunakan Pegas A

Putaran kopling sentrifugal mulai bekerja dengan menggunakan pegas A

dapat dihitung. Dari uji pegas diketahui F

p

(gaya pada pegas), maka untuk

mengetahui Fk (gaya pada sepatu kopling) menggunakan persamaan berikut:

= .

Dimana:

F

k

= gaya pada sepatu kopling

Fp = gaya pegas

a = jarak dari titik pusat ke pegas

L = panjang sepatu kopling dari titik pusat ke bandul

= 2,25 . 17

51

= 0,75

(40)

Maka, untuk mengetahui putaran kopling sentrifugal mulai bekerja pada

pegas A dapat dilihat pada Perhitungan 3.2.

= · ·

= ·

= 0,75

0,04

· 0,051

= 367,65

= 19,17

/

= 60 ·

2 ·

= 60 · 19,17

2 · 3,14

= 183,15

………(3.2)

3.5.2. Putaran Kopling Sentrifugal Mulai Bekerja Menggunakan Pegas B

Putaran kopling sentrifugal mulai bekerja dengan menggunakan pegas B

dapat dihitung. Dari uji pegas diketahui Fp

(gaya pada pegas), maka untuk

mengetahui F

k

(gaya pada sepatu kopling) menggunakan persamaan berikut:

= .

Dimana:

F

k

= gaya pada sepatu kopling

Fp = gaya pegas

a = jarak dari titik pusat ke pegas

(41)

25

= 2,55 . 17

51

= 0,85

Maka, untuk mengetahui putaran kopling sentrifugal mulai bekerja pada

pegas B dapat dilihat pada Perhitungan 3.3.

= · ·

= ·

= 0,85

0,04

· 0,051

= 416,66

= 20,41

/

= 60 ·

2 ·

= 60 · 20,41

2 · 3,14

= 195

………(3.3)

3.5.3. Putaran Kopling Sentrifugal Mulai Bekerja Menggunakan Pegas C

Putaran kopling sentrifugal mulai bekerja dengan menggunakan pegas C

dapat dihitung. Dari uji pegas diketahui Fp

(gaya pada pegas), maka untuk

mengetahui F

k

(gaya pada sepatu kopling) menggunakan persamaan berikut:

= .

Dimana:

(42)

Fp = gaya pegas

a = jarak dari titik pusat ke pegas

L = panjang sepatu kopling dari titik pusat ke bandul

= 2,60 . 17

51

= 0,86

Maka, untuk mengetahui putaran kopling sentrifugal mulai bekerja pada

pegas C dapat dilihat pada Perhitungan 3.4.

= · ·

= ·

= 0,86

0,04

· 0,051

= 421,56

= 20,53

/

= 60 ·

2 ·

= 60 · 20,53

2 · 3,14

= 196,14

……….(3.4)

Dari Variabel-variabel dimensi diatas, yang menetukan kerja kopling

sentrifugal adalah massa bandul (m), jari-jari bandul terhadap pusat lintasan (R)

(43)

27

3.6. Perhitungan Rasio Pada Transmisi Belt dan Transmisi Roda Gigi Secara

Teoritis

Transmisi berfungsi untuk mereduksikan putaran suatu poros ke poros

lainya. Berdasarkan fungsinya tersebut, maka harus mengetahui rasio pada setiap

transmisi. Perhitungan rasio transmisi adalah sebagai berikut:

Rumus rasio;

= =

=

= ∙ ∙ ∙……∙

1.

Perhitungan rasio pada transmisi belt pada kincir

= 29,8 7,6

= 3,92

……… (3.5)

2.

Perhitungan rasio pada transmisi roda gigi

= 44 18

= 2,44

……… (3.6)

3.

Perhitungan rasio pada transmisi belt pada motor listrik

= 7,6 1,5

= 5,06

……… (3.7)

maka Rasio (i) total;

= × ×

= 3,92 × 2,44 × 5,06

(44)

3.7. Peralatan Penelitian

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah:

1.

Wind Tunnel

Alat ini berfungsi sebagai terowongan angin dengan dimensi 1,2 m x 1,2 m

x 2,4 m. Kincir angin diletakkan didalam

wind tunnel tersebut, pengaturan

kecepatan angin dilakukan dengan memberi jarak antara lorong dengan

blower.

Wind tunnel yang dipakai dilihat dari samping ditunjukan pada

Gambar 3.7.

2.

Tachometer

Alat

ini

digunakan

untuk

mengukur

putaran

poros,

putaran

transmisi,putaran kincir dan putaran pada roda gigi. Tachometer yang

digunakan tachometer jenis digital light tachometer, yang prinsip kerjanya

dengan memancarkan sinar untuk membaca sensor yang berupa pemantul

cahaya (contoh aluminium foil) yang dipasang pada poros. Alat yang

digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.7b

Wind Tunnel tampak

depan

Gambar 3.7a

Wind Tunnel tampak

(45)

29

Gambar 3.8

Tachometer

3.

Multimeter

Alat ukur untuk mengukur kelistrikan pada beban yang diberikan. Alat ini

digunakan untuk mengukur arus dan tegangan yang dihasilkan dari putaran

generator. Alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9

Multimeter

4.

Lampu/beban

Berfungsi sebagai beban dalam percobaan dan beban lampu ini yang akan

diukur. Dalam percobaan kali ini digunakan beban lampu dengan daya 32

watt, 24 watt, 16 watt dan 8 watt. Alat yang dipakai dapat dilihat pada

Gambar 3.10.

(46)

5.

Anemometer

Berfungsi sebagai alat pengukur kecepatan angin dengan cara meletakkan

anemometer didepan kincir angin yang akan di uji. Kecepatan angin dapat

dilihat pada alat penunjuk angka pada anenometer tersebut. Alat yang

digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11

Anemometer

6.

Pemasangan Beban Generator

Rangkaian kelistrikan generator yang digunakan pada penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 3.12. Generator listrik yang digunakan adalah

generator listrik DC sehingga tegangan dan arus dapat langsung

diketahui setelah diberikan pembebanan pada lampu.

a.

Motor listrik

b.

Volt meter

c.

Ampere meter

d.

Beban lampu

Gambar 3.12

Rangkaian kelistrikan

V

A

a b

d

(47)

31

3.8.

Cara Penelitian

3.8.1. Sistem Kincir Yang Akan Diuji

(A) (B) (C)

Gambar 3.13

Sistem kincir angin yang akan diuji

Keterangan:

A.

Kincir angin yang telah terpasang di Wind Tunnel dan siap untuk diuji

B.

Bagian belakang kincir angin

C.

Sistem transmisi, kopling sentrifugal dan generator yang akan diuji

3.9.

Mengetahui Putaran Kincir dan Putaran Kerja Kopling Tanpa Beban

Lampu

Tujuan dalam pengambilan data ini adalah untuk mengetahui putaran

output kincir angin dan putaran kopling mulai bekerja tanpa beban pada kecepatan

angin tertentu. Kecepatan angin dalam terowongan angin divariasikan pada

kondisi tertentu, yaitu pada 4 m/s sampai dengan 7,5 m/s, selain itu diberikan

variasi kekakuan pegas pada sepatu kopling, kemudian dilakukan pencatatan data

(48)

didapatkan keadaan dimana kopling saat mulai bekerja hingga tidak dapat bekerja

lagi.

3.10.

Mengetahui Putaran Kincir dan Putaran Kerja Koling Dengan Beban

Lampu 8 Watt, 16 Watt, 24 Watt dan 32 Watt

Pengambilan data putaran kincir yang terbebani generator pada kecepatan

angin berubah ini bertujuan untuk mengetahui putaran koling mulai bekerja dan

tidak bekerja lagi dan juga turunnya putaran kincir angin akibat beban lampu 8

Watt, 18 Watt, 24 Watt dan 32 Watt pada kecepatan angin berubah. Pengujian

dilakukan pada tiap-tiap variasi kekakuan pegas pada sepatu kopling sentrifugal.

Penurunan putaran kincir nantinya akan berdampak pada terjadinya putaran slip

kopling dan mengakibatkan kopling berhenti bekerja.

Pada awalnya, generator dirangkai sesuai dengan sirkuit rangkaian seperti

pada Gambar 3.12 Beban lampu yang digunakan seperti terlihat pada Gambar

3.10, kecepatan angin dipertahankan konstan, dengan artian posisi

Wind Tunnel

tidak berubah. Pemberian beban dimulai dari 32 Watt kemudian beban dikurangi

secara bertahap 24 Watt, 16 Watt dan 8 Watt. Pemberian beban dengan cara

menyalakan dan mengidupkan saklar-saklar pada rangkaian lampu. Pada beban 32

Watt hidupkan 4 buah saklar lampu yang mana masing-masing lampu memiliki

daya 8 Watt. Untuk setiap penurunan beban, saklar lampu dimtikan satu persatu

sampai beban lampu menyisakan daya 8 Watt. Dari pengujian tersebut diperoleh

data hasil tegangan dan arus listrik yang diukur dengan menggunakan multimeter

(49)

33

dengan mengubah kecepatan angin pada

Wind Tunnel dengan cara memajukan

dan memundurkannya sampai didapatkan keadaan dimana kopling tidak dapat

(50)

34 

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

4.1.1.

Data pegujian konstanta pegas

Dari hasil pengujian kekakuan pegas diperoleh data yang tersaji dalam

bentuk tabel. Tabel data kekakuan pegas dapat dilihat pada Tabel 4.1 :

Tabel 4.1 Data pengujian kekakuan pegas

No. Pegas

X1

(mm)

X2

(mm)

F (N)

X

(mm)

k

1 A 12 17 2,25 5 0,450

2

B 10,1 15,50 2,55 5,40 0,472

3

C 10,1 15,35 2,60 5,25 0,495

4.1.2.

Data Pegujian Kincir Angin Tanpa Beban

Hasil pengujian kincir angin tanpa beban dengan variasi pegas disajikan

dalam bentuk tabel. Data-data tersebut dapat dilihat mulai dari Tabel 4.2 sampai

Tabel 4.4 :

Tabel 4.2 Data pengujian kincir angin tanpa beban menggunakan pegas A

No

Kecepatan

Angin

(m/s)

Putaran (rpm)

Tegangan

(V)

Kopling Kincir

Transmisi

Belt

Roda

Gigi

Generator

1

 

7 408

100.7

446.2

1027

4222 90

2

 

6,59

377,2 94.49 375.9 907.8 4167

80

3

 

5,66 370,1

73.44

285.2

714 2835 61

4

 

4,99

296,5 42.14 169.8 370.6 1657

35

5

 

4,45 227,3

28.1

103.7

247.1

1173 23

(51)

35 

 

Tabel 4.3 Data pengujian kincir angin tanpa beban menggunakan pegas B

No

Kecepatan

Angin

(m/s)

Putaran (rpm)

Tegangan

(V)

Kopling Kincir

Transmisi

Belt

Roda

Gigi

Generator

1

 

7,13 463

114,7

425,9

1022

4456 140,08

2

 

6,56 347,4

104,8

408,2

1008

4401 120

3

 

6,04 326,8

80,02

294,8

708,9

3241

96

4

 

5,43 307,3

61,23

247,4

519 2614 80,5

5

 

5,05 305,8

48,34 174

434,4

2259 55,2

6

 

4,62 294,1

32,85

163,5

404 1735 30,05

7

 

4,04

206,8

Tabel 4.4 Data pengujian kincir angin tanpa beban menggunakan pegas C

No

Kecepatan

Angin (m/s)

Putaran (rpm)

Tegangan

(V)

Kopling Kincir

Transmisi

Belt

Roda

Gigi

Generator

1

 

6,62 581,4

107,8 440

1039

4848 130

2

 

5,96 487,7

71,98

261,7

636,5

3238 85,5

3

 

5,6 479,8

54,28

218,5

524,9

2476 70

4

 

4,96 301

35,32

145,2

343,8

1599 45

5

 

4,4

261

0

4.1.3.

Data Pegujian Kincir Angin Dengan Beban 32 Watt, 24 Watt, 16 Watt

dan 8 Watt

Hasil pengujian kincir angin dengan beban 32 Watt, 24 Watt, 16 Watt dan 8

Watt disajiakan dalam bentuk tabel. Data-data tersebut dapat dilihat mulai dari

(52)

Tabel 4.5 Data pengujian kincir angin dengan beban menggunakan pegas A No Kecepatan Angin (m/s) Variasi Beban Lampu Putaran (rpm) Tegangan (V) Arus (I) Kopling Kincir Transmisi

Belt

Roda

Gigi Generator

1 7,33 

4 (32 W) 486,5 48,54 174,9 423,5 1359 10 1,1

3 (24 W) 52,7 190,7 470,5 1495 14 1

2 (16 W) 61 228,4 540,3 1974 22,5 0,9

1 ( 8 W ) 81,14 286,5 714,2 2138 42,5 0,7

2 6,59 

4 (32 W) 32,27 119,6 307,3 1075 7,4 0,9

3 (24 W) 36,58 129,7 309 1138 10 0,8

2 (16 W) 44,19 153,9 377,2 1451 17,9 0,79

1 ( 8 W ) 61,69 206 504,9 2121 35,5 0,6

3 6,03 

4 (32 W) 23,25 71,53 193,1 768,5 5 0,7

3 (24 W) 25,7 81,54 197,7 764 7,5 0,65

2 (16 W) 27,54 97,98 236,8 935,9 10,5 0,6

1 ( 8 W) 40,2 134,4 330,7 1444 22 0,5

4 5,63 

4 (32 W) 17,16 60,64 149 522,7 1,9 0,6

3 (24 W) 19,04 66,41 161,5 662,8 4,8 0,55

2 (16 W) 21,78 70,7 175,3 862,2 6 0,52

1 ( 8 W ) 29,18 104,4 275,5 1017 18,5 0,4

5 5,01 

4 (32 W)

3 (24 W)

2 (16 W)

(53)

37   

Tabel 4.6 Data pengujian kincir angin dengan beban menggunakan pegas B

No. Kecepatan Angin (m/s) Variasi Beban Lampu Putaran (rpm) Tegangan (V) Arus (I) Kopling Kincir Transmisi

Belt

Roda

Gigi Generator

1 7,05 

4 (32 W) 513,2 40,19 141,4 334,6 1541 10,25 1,10

3 (24 W) 41,46 159,2 373,7 1668 15,85 1,00

2 (16 W) 53,46 190,2 435,6 2081 23,50 0,98

1 ( 8 W ) 72 209,1 661,4 3176 40,00 0,80

2 6,46 

4 (32 W) 27,26 103,7 251,5 1099 9,00 0,85

3 (24 W) 29,88 108,1 253,9 1179 12,50 0,80

2 (16 W) 39,62 124 305,7 1458 18,00 0,75

1 ( 8 W ) 48,12 187,6 450,7 2011 28,00 0,70

3 5,92 

4 (32 W) 21,75 93,19 204,1 926,4 6,00 0,75

3 (24 W) 24,12 89,46 212 999,1 8,00 0,65

2 (16 W) 28,95 101,4 252,5 1171 12,00 0,60

1 ( 8 W ) 36,44 149,2 349 ,8 1652 20,00 0,55

4 5,59 

4 (32 W) 20,14 87,73 216,4 848 4,20 0,63

3 (24 W) 23,43 93,6 240,9 925 6,00 0,50

2 (16 W) 32,99 100,2 289,6 1049 9,00 0,45

1 ( 8 W ) 39,39 125,3 328 1250 18,00 0,31

5 4,97 

4 (32 W)                  

3 (24 W)                  

2 (16 W)                  

(54)

Tabel 4.7 Data pengujian kincir angin dengan beban menggunakan pegas C No. Kecepatan Angin (m/s) Variasi Beban Lampu Putaran (rpm) Tegangan (V) Arus (I) Kopling Kincir Transmisi

Belt

Roda

Gigi Generator

1 7,07

4 (32 W) 591,9 41,46 128,9 362,9 1565 11,65 1,04

3 (24 W) 47,11 165,1 375,7 1735 14,50 1,03

2 (16 W) 51,24 191,7 463,6 2179 23,75 1,00

1 ( 8 W ) 65,71 250,2 605,4 2880 38,00 0,85

2 6,59

4 (32 W) 34,51 125,2 300 1420 8,75 1,02

3 (24 W) 37,11 133,5 332,2 1565 10,12 1,00

2 (16 W) 44,37 159,4 383,1 1774 16,00 0,95

1 ( 8 W) 63,74 240,9 590,2 2766 28,60 0,80

3 6,15

4 (32 W) 29,11 106,5 253,3 1159 6,25 0,90

3 (24 W) 36,44 123,2 289,8 1316 7,60 0,85

2 (16 W) 45,58 140,9 340,8 1603 10,00 0,70

1 ( 8 W ) 57,2 192,6 471,8 2170 18,50 0,65

4 5,53

4 (32 W) 21,45 71,17 157,5 809,2 4,20 0,70

3 (24 W) 24,61 85,5 213,2 942,6 5,50 0,65

2 (16 W) 25,47 94,88 230 1030 8,50 0,50

1 ( 8 W ) 34,44 114,4 303,9 1466 11,75 0,45

5 4,98

4 (32 W)

3 (24 W) 196

2 (16 W) 22,45 71,84 158,48 808,24 5,85 0,36

(55)

39   

4.2. Pembahasan

4.2.1.Perbandingan Rasio Pada Transmisi Belt Dan Transmisi Roda Gigi Secara Teoritis Dengan Rasio Secara Aktual

Sebagai perbandingan, rasio teoritis akan dibandingkan dengan rasio

berdasarkan data yang diperoleh. Data yang digunakan yakni data pada Tabel

4.2. Data yang diambil contoh data pada kecepatan angin 7 m/s, dengan

putaran kincir 100,7 rpm dan putaran pada motor listrik 4222 rpm. Maka

rasio:

 

4222

100,7  

41,92 

Berdasarkan perhitungan tersebut bila dibandingkan dengan rasio

secara teoritis yaitu 48,4 dapat disimpulkan bahwa besarnya putaran awal ke

putaran akhir tidak sama, hal ini terjadi karena hilangnya sebagian putaran

trasmisi. Hilangnya sebagian putaran transmisi tersebut diakibatkan oleh

adanya slip antara belt dengan puli yang disebabkan posisi puli penggerak

dan puli tergerak tidak berada pada satu garis lurus.

4.2.2.Kopling Sentrifugal Mulai Bekerja

Dari pengujian kincir angin tanpa beban yang ditunjukan dari Tabel 4.2

sampai dengan Tabel 4.4, memperlihatkan bahwa dengan bertambah keras

(56)

dibutuhkan agar kopling bisa bekerja. Pegas A kopling mulai bekerja pada

putaran 227,3 rpm saat kecepatan angin 4,45 m/s. Pegas B kopling mulai

bekerja pada putaran 294,1 rpm saat kecepatan angin 4,62 m/s. Pegas C

kopling mulai bekerja pada putaran 301 rpm saat kecepatan angin 4,96 m/s.

Dari ketiga variasi kekakuan pegas, maka pegas yang terbaik agar kopling

bisa mulai bekerja untuk putaran rendah yakni dengan menggunakan pegas A.

4.2.3.Perbandingan Putaran Kerja Kopling Sentrifugal Secara Teoritis Dengan Aktual

Dari hasil perhitungan secara teoritis pada halaman 23 sampai dengan

halaman 26, kopling sentrifugal mulai bekerja untuk pegas A pada putaran

183,15 rpm, sedangkan secara aktual putaran yang dibutuhkan agar kopling

sentrifugal bisa bekerja adalah 227,3 rpm saat kecepatan angin 4,45 m/s.

Kopling sentrifugal mulai bekerja secara teoritis untuk pegas B pada putaran

195 rpm, sedangkan secara aktual putaran yang dibutuhkan agar kopling

sentrifugal bisa bekerja adalah 294,1 rpm saat kecepatan angin 4,62 m/s.

Kopling sentrifugal mulai bekerja secara teoritis untuk pegas C pada putaran

196,14 rpm, sedangkan secara aktual putaran yang dibutuhkan agar kopling

sentrifugal bisa bekerja adalah 301 rpm saat kecepatan angin 4,96 m/s. (untuk

putaran kopling sentifugal mulai bekerja secara aktual dapat dilihat pada

Tabel 4.2 sampai dengan Tabel 4.4 atau dapat dilihat pada sub bab 4.2.2)

Putaran kopling mulai bekerja secara teroritis dari ketiga variasi pegas

(57)

41   

aktual kopling sentrifugal mulai bekerja pada putaran yang lebih tinggi.

Putaran poros kopling membuat pengait pada sepatu kopling sulit masuk ke

lubang pengait di rumah kopling. Pada saat pengait sepatu kopling mengait di

lubang pengait terjadi dorongan terhadap rumah kopling, sehingga putaran

rumah kopling mendahului penggerak yang membuat pengait tadi kembali

terlepas. Tingginya putaran kopling mulai bekerja sacara aktual juga bisa

disebabkan ketidak presisian pembuatan kopling, selain itu masa pada batang

sepatu kopling beratnya diabaikan padahal batang sepatu kopling memiliki

massa yang berpengaruh pada gaya sentrifugal yang terjadi. Pengukuran

panjang pegas yang kurang tepat pada saat perhitungan kekakuan pegas juga

bisa membuat putaran kopling mulai bekerja secara teoritis tidak sama

dengan aktual. jika salah dalam pengukuran panjang pegas maka akan

berpengaruh terhadap gaya yang diterima pegas.

Dari pengujian ketiga pegas bahwa pegas A lebih baik jika digunakan

untuk putaran generator rendah, karena kopling dapat bekerja pada putaran

227,3 rpm. Tetapi pegas A memiliki kelemahan, jika digunakan terus

menerus akan cepat mulur / kendur. Apabila digunakan untuk putaran

generator tinggi maka lebih baik menggunakan pegas C, karena kopling dapat

bekerja pada putaran 301 rpm. Selain itu pegas C memiliki kekakuan yang

tinggi dibanding pegas lainnya, sehingga tidak mudah mulur / kendur dan

(58)

4.2.4.Putaran Kincir dan Generator Diberi Beban

Dari pengujian kincir dengan beban yang ditunjukan dari Tabel 4.5

sampai dengan Tabel 4.7, memperlihatkan bahwa semakin besar beban yang

diberikan semakin turun putaran kincir dan generator. Penurunan kecepatan

angin juga berpengaruh pada turunya putaran kincir dan generator. Pada

pegas A, putaran tertinggi kincir 81,14 rpm dan putaran generator tertinggi

2138 rpm saat kecepatan angin 7,33 m/s dengan beban 8 Watt. Sedangkan

putaran putaran kincir terendah 17,16 rpm dan putaran generator terendah

522,7 rpm saat kecepatan angin 5,63 m/s dengan beban 32 Watt. Pada pegas

B putaran tertinggi kincir 72 rpm dan putaran generator tertinggi 3176 rpm

saat kecepatan angin7,05 m/s dengan beban 8 Watt. Sedangkan putaran

putaran kincir terendah 20,14 rpm dan putaran generator terendah 848 rpm

saat kecepatan angin 5,59 m/s dengan beban 32 Watt. Pada pegas C putaran

tertinggi kincir 65,71 rpm dan putaran generator tertinggi 2880 rpm saat

kecepatan angin 7,07 m/s dengan beban 8 Watt. Sedangkan putaran kincir

terendah 21,45 rpm dan putaran generator terendah 809,2 rpm pada

kecepatan angin 5,53 m/s dengan beban 32 Watt. 

4.2.5.Perhitungan Daya Kincir dan Daya Yang Dihasilkan Generator Dengan Variasi Kekakuan Pegas Dan Beban Lampu 32, 24, 16, 8 Watt

Sebagai contoh perhitungan menggunakan Tabel 4.5, dimana data

(59)

43   

1. Mencari luas penampang

1 4

14 3,14 0,98

0,754

2. Mencari Daya yang dihasilkan kincir angin

0,6

0,6 0,754 7,33 /

178,15

3. Mencari Daya Generator Listrik

Untuk mencari daya yang dihasilkan generator listrik, maka menggunakan

persamaan berikut:

10 1,1

11

4. Mencari koefisien daya (Cp)

dengan Pout = Plistrik

178,15 11

0,06

(60)

2. . . 60 2. . .

60.

2 3,14 0,49 48,54

60 . 7,33 /

0,34

Hasil perhitungan lainya disajikan dalam bentuk tabel. Perhitungan

(61)

45   

Tabel 4.8 Hasil perhitungan Pin, Pout, Cp dan TSR dengan menggunakan pegas A

No Variasi Beban Lampu Kecepatan Angin (m/s) Putaran (rpm) Tegangan (V) Arus (I) Pin (Watt) Pout

(Watt) Cp TSR Keterangan Kincir Transmisi

Belt

Roda

Gigi Generator

1 1 (8 W)

7,33 81,14 286,5 714,2 2138 42,5 0,7 178,15 29,75 0,17 0,57 Kopling

bekerja pada putaran 486,5 rpm dengan kecepatan

angin 7,33 m/s. Sedangkan kopling berhenti bekerja pada putaran 248,3 rpm dengan kecepatan

angin 5,01 m/s dan beban 8 Watt

6,59 61,69 206 504,9 2121 35,5 0,6 129,46 21,30 0,16 0,48

6,03 40,2 134,4 330,7 1444 22 0,5 99,18 11,00 0,11 0,34

5,63 29,18 104,4 275,5 1017 18,5 0,4 80,72 7,40 0,09 0,27

2 2 (16 W)

7,33 61 228,4 540,3 1974 22,5 0,9 178,15 20,25 0,11 0,43

6,59 44,19 153,9 377,2 1451 17,9 0,79 129,46 14,14 0,11 0,34

6,03 27,54 97,98 236,8 935,9 10,5 0,6 99,18 6,30 0,06 0,23

5,63 21,78 70,7 175,3 662,2 6 0,52 80,72 3,12 0,04 0,20

3 3 (24 W)

7,33 52,7 190,7 470,5 1495 14 1 178,15 14,00 0,08 0,37

6,59 36,58 129,7 309 1138 10 0,8 129,46 8,00 0,06 0,28

6,03 25,7 81,54 197,7 764 7,5 0,65 99,18 4,88 0,05 0,22

5,63 19,04 66,41 161,5 662,8 4,8 0,55 80,72 2,64 0,03 0,17

4 4 (32 W)

7,33 48,54 174,9 423,5 1359 10 1,1 178,15 11,00 0,06 0,34

6,59 32,27 119,6 307,3 1075 7,4 0,9 129,46 6,66 0,05 0,25

6,03 23,25 71,53 193,1 768,5 5 0,7 99,18 3,50 0,04 0,20

(62)

Tabel 4.9 Hasil perhitungan Pin, Pout, Cp dan TSR dengan menggunakan pegas B No Variasi Beban Lampu Kecepatan Angin (m/s) Putaran (rpm) Tegangan (V) Arus (I) Pin (Watt) Pout

(Watt) Cp TSR Keterangan Kincir Transmisi

Belt

Roda

Gigi Generator

1 1 (8 W)

7,05 72 209,1 661,4 3176 40,00 0,80 158,50 32,00 0,20 0,52 Kopling

bekerja pada putaran 513,2 rpm dengan kecepatan angin 7,05 m/s. Sedangkan kopling berhenti bekerja pada putaran 187,6 rpm dengan kecepatan angin 4,97 m/s dan beban 8 Watt

6,46 48,12 187,6 450,7 2011 28,00 0,70 121,95 19,60 0,16 0,38

5,92 36,44 149,2 349 ,8 1652 20,00 0,55 93,85 11,00 0,12 0,32

5,59 39,39 125,3 328 1250 18,00 0,31 79,01 5,58 0,07 0,36

2 2 (16 W)

7,05 53,46 190,2 435,6 2081 23,50 0,98 158,50 23,03 0,15 0,39

6,46 39,62 124 305,7 1458 18,00 0,75 121,95 13,50 0,11 0,31

5,92 28,95 101,4 252,5 1171 12,00 0,60 93,85 7,20 0,08 0,25

5,59 32,99 100,2 289,6 1049 9,00 0,45 79,01 4,05 0,05 0,30

3 3 (24 W)

7,05 41,46 159,2 373,7 1668 15,85 1,00 158,50 15,85 0,10 0,30

6,46 29,88 108,1 253,9 1179 12,50 0,80 121,95 10,00 0,08 0,24

5,92 24,12 89,46 212 999,1 8,00 0,65 93,85 5,20 0,06 0,21

5,59 23,43 93,6 240,9 925 6,00 0,50 79,01 3,00 0,04 0,21

4 4 (32 W)

7,05 40,19 141,4 334,6 1541 10,25 1,10 158,50 11,28 0,07 0,29

6,46 27,26 103,7 251,5 1099 9,00 0,85 121,95 7,65 0,06 0,22

5,92 21,75 93,19 204,1 926,4 6,00 0,75 93,85 4,50 0,05 0,19

(63)

47   

Tabel 4.10 Hasil perhitungan Pin, Pout, Cp dan TSR dengan menggunakan pegas C

No Variasi Beban Lampu Kecepatan Angin (m/s) Putaran (rpm) Tegangan (V) Arus (I) Pin (Watt) Pout

(Watt) Cp TSR Keterangan Kincir Transmisi

Belt

Roda

Gigi Generator

1 1 (8 W)

7,07 65,71 250,2 605,4 2880 38,00 0,85 159,86 32,30 0,20 0,48 Kopling

bekerja pada putaran 591,9 rpm dengan kecepatan angin 7,07 m/s. Sedangkan kopling berhenti bekerja pada putaran 196 rpm dengan kecepatan angin 4,98 m/s dan beban 24 Watt

6,59 63,74 240,9 590,2 2766 28,60 0,80 129,46 22,88 0,18 0,50

6,15 57,2 192,6 471,8 2170 18,50 0,65 105,22 12,03 0,11 0,48

5,53 34,44 114,4 303,9 1466 11,75 0,45 76,50 5,29 0,07 0,32

4,98 28,44 96,69 212,7 1064 9,25 0,28 55,87 2,59 0,05 0,29

2 2 (16 W)

7,07 51,24 191,7 463,6 2179 23,75 1,00 159,86 23,75 0,15 0,37

6,59 44,37 159,4 383,1 1774 16,00 0,95 129,46 15,20 0,12 0,35

6,15 45,58 140,9 340,8 1603 10,00 0,70 105,22 7,00 0,07 0,38

5,53 25,47 94,88 230 1030 8,50 0,50 76,50 4,25 0,06 0,24

4,98 22,45 71,84 158,48 808,24 5,85 0,36 55,87 2,11 0,04 0,23

3 3 (24 W)

7,07 47,11 165,1 375,7 1735 14,50 1,03 159,86 14,94 0,09 0,34

6,59 37,11 133,5 332,2 1565 10,12 1,00 129,46 10,12 0,08 0,29

6,15 36,44 123,2 289,8 1316 7,60 0,85 105,22 6,46 0,06 0,30

5,53 24,61 85,5 213,2 942,6 5,50 0,65 76,50 3,58 0,05 0,23

4,98 0 0 0 0 0 0 55,87 0,00 0,00 0,00

4 4 (32 W)

7,07 41,46 128,9 362,9 1565 11,65 1,04 159,86 12,12 0,08 0,30

6,59 34,51 125,2 300 1420 8,75 1,02 129,46 8,93 0,07 0,27

6,15 29,11 106,5 253,3 1159 6,25 0,90 105,22 5,63 0,05 0,24

5,53 21,45 71,17 157,5 809,2 4,20 0,70 76,50 2,94 0,04 0,20

(64)

Dari Tabel 4.8 sampai dengan Tabel 4.10 dibuat grafik hubungan antara

Koefisien Daya (CP) dengan Tip Speed Ratio (TSR). Grafik tersebut dapat dilihat

dari Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.3.

Gambar 4.1 Grafik hubungan Cp dan TSR menggunakan pegas A

Gambar 4.2 Grafik hubungan Cp dan TSR menggunakan pegas B

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20

0,00 0,20 0,40 0,60

CP

TSR

8 W

16 W

24 W

32 W

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

CP

TSR

8 W

16 W

24 W

(65)

49   

Gambar 4.3 Grafik hubungan Cp dan TSR menggunakan pegas C

4.2.6.Hasil Analisa Koefisien Daya (Cp) dan Tip Speed Ratio (TSR)

Dari grafik Koefisien Daya (Cp) dan Tip Speed Ratio (TSR) yang

tersaji dari Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.3, maka dapat dianalisa

seperti berikut.

¾ Analisa Gambar 4.1

Dari Gambar 4.1 diperoleh hasil Cp tertinggi untuk beban 8 Watt, yakni

17 % dan TSR 0,57 pada kecepatan angin 7,33 m/s. Sedangkan Cp

terendah untuk beban 8 Watt, yakni 9 % dan TSR 0,27 pada kecepatan

angin 5,63 m/s. Selanjutnya Cp tertinggi untuk beban 16 Watt, yakni 11

% dan TSR 0,43 pada kecepatan angin 7,33 m/s. Sedangkan Cp terendah

untuk beban 16 Watt, yakni 4 % dan TSR 0,20 pada kecepatan angin

5,63 m/s. Cp tertinggi untuk beban 24 Watt, yakni 8 % dan TSR 0,37

pada kecepatan angin 7,33 m/s. Sedangkan Cp terendah untuk beban 24

Watt, yakni 3 % dan TSR 0,17 pada kecepatan angin 5,63 m/s. Cp 0,00

0,05 0,10 0,15 0,20

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

CP

TSR

8 W

16 W

24 W

(66)

tertinggi untuk beban 32 Watt, yakni 6 % dan TSR 0,34 pada kecepatan

angin 7,33 m/s. Sedangkan Cp terendah untuk beban 32 Watt, yakni 1 %

dan TSR 0,16 pada kecepatan angin 5,63 m/s.

¾ Analisa Gambar 4.2

Dari Gambar 4.2 diperoleh hasil Cp tertinggi untuk beban 8 Watt, yakni

20 % dan TSR 0,52 pada kecepatan angin 7,05 m/s. Sedangkan Cp

terendah untuk beban 8 Watt, yakni 7 % dan TSR 0,36 pada kecepatan

angin 5,59 m/s. Cp tertinggi untuk beban 16 Watt, yakni 15 % dan TSR

0,39 pada kecepatan angin 7,05 m/s. Sedangkan Cp terendah untuk beban

16 Watt, yakni 5 % dan TSR 0,30 pada kecepatan angin 5,59 m/s. Cp

tertinggi untuk beb

Gambar

Gambar 2.1 Proyeksi temperatur permukaan laut menggunakan citra infra merah
Gambar 2.2 Grafik prestasi untuk beberapa jenis turbin angin
Gambar 2.3 Kincir angin model American poros mendatar
Gambar 2.4 Proses terbentuknya energi kinetik pada kincir angin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melakukan praktik mengajar (pra PPL) terlebih dahulu guru pembimbing memberikan suatu arahan mengenai pengembangan silabus, format RPP, dan kelengkapan lain

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Cendol yang dijual Di Pasar Wilayah Surakarta.”

Sementara pengalaman beternak jauh berbeda dimana petani di dataran tinggi rata-rata mempunyai pengalaman beternak 15 tahun sementara petani di dataran rendah hanya 6 tahun, hal

Beradasarkan persepsi jawaban responden untuk collateral dengan pertanyaan debitur memiliki agunan sebagai jaminan pemberian kredit, lebih banyak yang memberikan

backpropagation dapat digunakan untuk pengenalan pola motif batik Pekalongan dengan nilai akurasi masing-masing motif batik adalah motif batik kawung buketan 88,07%,

Dari fungsi keanggotaan di atas dapat di lihat bahwa anggota dari sedikit memiliki domain [0 15], dimana x merupakan input yang akan di berikan nantinya, semakin besar

Berdasarkan data hasil penelitian pengalaman kerja guru Madrasah Aliyah sekabupaten Grobogan tahun ajaran 2013/2014 dalam kategori sedang hal ini dapat dilihat dari

Latar belakang diadakan penelitian yang berjudul “Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Komunikasi Antarbudaya” adalah masalah para Siswa Papua di SMA “X” Tomohon yang