• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.4 Validasi dan Revisi Produk

4.4.6 Penilaian Akhir

4.4.6.3 Peneliti

Peneliti menilai bahwa produk yang dikembangkan memiliki kualitas yang sangat baik, terbukti dari pendapat yang diungkapkan oleh guru kelas II dan siswa kelas II. Lalu, meski baru diuji secara terbatas produk ini bukan hanya memiliki kualitas yang sangat baik tapi juga sangat efektif untuk pembelajaran yang terbukti dari hasil peningkatan nilai posttest. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa papan perkalian berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut melalui uji coba yang lebih luas.

60

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan perkalian pada siswa kelas II semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mengandung lima ciri alat peraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, (4) auto-correction, dan (5) kontekstual.

5.1.2 Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan perkalian pada siswa kelas II semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mempunyai kualitas “sangat baik”. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor rerata validasi produk dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, guru kelas II, dan siswa kelas II SD Krekah Yogyakarta. Alat peraga berupa papan perkalian memperoleh skor rerata 4,33 dan termasuk kategori “sangat baik” ditinjau dari lima kriteria alat peraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) education, (4) auto-correction, dan (5) kontekstual. Alat peraga yang dikembangkan terbukti dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam perkalian. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan skor posttest siswa sebesar 86,44%.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Produk yang dikembangkan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

5.2.1 Produk yang dikembangkan hanya melalui satu kali tahapan uji validasi produk oleh para ahli.

5.2.2 Pada uji validasi produk oleh para ahli, belum adanya ahli Montessori.

61 5.2.3 Uji coba lapangan terhadap produk baru dilakukan dalam skala yang

terbatas.

5.2.4 Soal pretest dan posttest yang digunakan pada uji coba lapangan terbatas belum diuji validitas dan reliabilitasnya secara empiris.

5.2.5 Produk yang dikembangkan diujicobakan terhadap sekelompok siswa yang tidak lolos KKM dalam bentuk pendampingan belajar yang bukan merupakan pembelajaran remidial bagi sekelompok siswa tersebut.

5.3 Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan alat peraga Montessori adalah sebagai berikut:

5.3.1 Validasi produk oleh para ahli dilakukan lebih dari satu kali.

5.3.2 Adanya ahli Montessori dalam uji validasi terhadap alat peraga yang dikembangkan.

5.3.3 Uji coba lapangan dilakukan dalam skala yang lebih luas dengan adanya kelompok kontrol.

5.3.4 Soal pretest dan posttest diuji validitas dan reliabilitasnya secara empiris sebelum diberikan kepada siswa.

5.3.5 Produk yang dikembangkan diujicobakan terhadap sekelompok siswa yang tidak lolos KKM dalam bentuk pembelajaran remidial bagi sekelompok siswa tersebut.

62 DAFTAR REFERENSI

Amin, S. M., & Zaini M. S. (2007). Matematika SD di sekitar kita jilid 2B.

Jakarta: Erlangga.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Desminta. (2009). Psikologi perkembangan anak. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fariha, U. N. (2010). Efektivitas alat peraga model matrik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe tgt siswa kelas II SDN Sukorejo 02 Tunjungan Blora, Sains dan Teknologi, Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga.

Hainstock, E. G. (1997). The essential Montessori an introduction to the woman, the writings, the method, and the movement. New York:Penguin Books.

Heruman. (2007). Model pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD).

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kahn, D. (2003). Montessori and optimal experience research: Toward building a comprehensive education reform, The NAMTA Journal, 28(3). 1-10. dilihat

pada 27 Oktober 2012, dari

Lillard, A. & Else-Quest N. (2006). Evaluating Montessori education. SCIENCE Vol. 313.

Liliard, P. P. (1996). Montessori today. New York: Schocken Books.

Masidjo. (1995). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Montessori, M. (2002). The Montessori method. Dover Publication: New York.

Raharjo, Suparto. (2009). Ki Hajar Dewantara: Biografi Singkat 1889-1959.

Yogyakarta: Garasi.

63 Rahmawati, L. (2009). Kemampuan menghitung hasil kali pada siswa kelas III SDN 3 Cepu, Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rathunde, K. (2003). A Comparison of Montessori and trditional middle schools:

Motivation, Quality of Experience, and Sosial context.The NAMTA Journal, 28(3), 13-46. Diunduh tanggal 1 Mei 2013, dari http://www.montessori-namta.org/PDF/rathundecompare.pdf

Sugiarni, S. (2012). Peningkatan proses dan hasil belajar matematika dengan memanfaatkan media dan alat peraga materi operasi hitung campuran.

Dinamika, Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah Vol. 3 ISSN: 0854-2172:57-58. Diunduh tanggal 19 Desember 2012, dari http://i-rpp.com/index.php/dinamika/article/view/13 Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardjo. (2008). Kumpulan materi evaluasi pembelajaran.

Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius.

Tim, S. (2006). How to raise an amazing child the Montessori way. New York:DK.

Undang-Undang (UU) Pendidikan RI no. 20 Tahun 2003. Diunduh tanggal 12

Desember 2012, dari

http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf

Yusuf, S., & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan peserta didik: Mata kuliah dasar profesi (MKDP) Bagi para mahasiswa calon guru di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Jakarta: Rajawali Press.

64 LAMP

65 Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan

Lampiran 1.1 Kisi-kisi Wawancara

Tabel 3.1 Kisi-kisi topik pertanyaan wawancara terhadap kepala sekolah

No. Topik Pertanyaan

1. Identitas dan informasi yang berkaitan dengan sekolah meliputi sejarah dan perkembangannya.

2. Ketersediaan alat peraga yang ada di sekolah, meliputi:

a. Alat peraga yang ada di sekolah.

b. Pengadaan alat peraga.

c. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran.

3. Penelitian yang sudah dilaksanakan di sekolah.

Tabel 3.2 Kisi-kisi topik pertanyaan wawancara terhadap guru kelas II

No. Topik Pertanyaan

1. Ketersediaan alat peraga yang ada di kelas II, meliputi:

a. Alat peraga yang dimiliki di kelas II.

b. Pengadaan alat peraga oleh guru.

c. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran.

2. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

3. Usaha yang sudah dilakukan guru.

Tabel 3.3 Kisi-kisi topik pertanyaan wawancara terhadap siswa kelas II

No. Topik Pertanyaan

1. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran.

2. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

Lampiran 1.2 Kisi-kisi Kuesioner

Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan terhadap siswa dan guru

Indikator Nomor Item

Menunjukkan adanya penggunaaan alat peraga pembelajaran selama ini. 1, 2, 3, 4 Adanya karakteristik alat perga yang digunakan. 5, 6 Menunjukkan adanyan hubungan antara penggunaan alat peraga dengan

konsep Matematika. 7, 8, 9, 10

66 Lampiran 1.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan terhadap Guru

67

68

69

70 Lampiran 1.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan terhadap Siswa

71

72

73 Lampiran 1.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa

REKAPITULASI HASIL ANALISIS KEBUTUHAN 35 SISWA KELAS II SD KREKAH BANTUL

Waktu Pelaksanaan : 28-30 Januari 2013

No. Butir Pertanyaan Jumlah

Responden Persentase

2. Manakah yang lebih kamu suka?

a. Belajar matematika menggunakan alat peraga 29 74,29%

b. Belajar matematika tanpa menggunakan alat peraga 6 25,71%

3. Apakah kamu pernah menggunakan benda-benda yang ada di sekitarmu untuk belajar matematika?

*) Jawaban boleh lebih dari satu

5.1 Urutkan ciri-ciri alat peraga dari yang paling menarik sesuai dengan kesukaanmu! Berilah nomor 1 sampai 3 pada

74

7 Menurutmu, apakah alat peraga memudahkanmu belajar matematika?

a. Ya 35 100%

b. Tidak 0

8 Manakah yang lebih kamu suka saat belajar matematika?

a. Mengetahui kesalahanmu sendiri dari alat peraga saat belajar matematika

28 80%

b. Mengetahui kesalahanmu karena diberitahu guru atau teman ketika belajar matematika menggunakan alat peraga

7 20%

75

9 Apakah kamu dapat menggunakan alat peraga tanpa bantuan guru atau teman untuk belajar matematika?

a. Dapat 32 91,42%

b. Tidak dapat 3 8,58%

10 Manakah yang lebih kamu suka?

a. Menggunakan alat peraga secara individu untuk belajar matematika

32 91,42%

b. Menggunakan alat peraga secara berkelompok untuk belajar matematika

3 8,58%

c. Menggunakan alat peraga secara klasikal untuk belajar matematika

0

76 Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli

Lampiran 2.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Para Ahli

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Papan Perkalian oleh Para Ahli

No. Karakteristik Alat

Peraga Indikator No. Item

1. Menarik a. Menunjukkan warna yang menarik. 1

b. Menunjukkan warna yang menarik. 2 2. Bergradasi a. Memiliki rangsangan terhadap beberapa

indera.

3

b. Menunjukkan bahwa penggunaan alat.

peraga dapat digunakan pada jenjang kelas yang berbeda.

4

3. Auto-correction a. Megetahui kesalahan sendiri. 5 b. Mengoreksi kesalahan sendiri. 6

4. Auto-education a. Berlatih secara mandiri. 7

b. Memahami konsep secara mandiri. 8 5. Kontekstual a. Bahan mudah ditemukan di lingkungan

sekitar.

9

b. Alat peraga dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar.

10

77 Lampiran 2.2 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar

Pembelajaran Matematika

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Pembelajaran Matematika

Lampiran 2.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Alat Peraga

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Alat Peraga No. Pernyataan Skor

78 Lampiran 2.4 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Guru

Kelas II SD Krekah Yogyakarta

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Guru Kelas II SD Krekah Yogyakarta

No. Pernyataan Skor

Lampiran 2.5 Resume Hasil Penilaian Alat Peraga oleh Para Ahli

Tabel 4.6 Resume Hasil Penilaian Alat Peraga oleh Para Ahli

Ahli Skor Kategori

Ahli pembelajaran matematika 4,4 Sangat baik

Ahli alat peraga 4,3 Sangat baik

Guru kelas II SD Krekah 3,9 Baik

Rerata Skor 4,2

Kategori Baik

79 Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas dengan Tes

Lampiran 3.1 Kisi-kisi Pretest dan Posttest

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Perkalian

Kategori Indikator Nomor Soal

Perkalian yang Hasilnya Bilangan Dua

Angka

Perkalian dengan bilangan pengali 1 7, 16 Perkalian dengan bilangan pengali 2 4, 11 Perkalian dengan bilangan pengali 3 1, 14 Perkalian dengan bilangan pengali 4 6, 19 Perkalian dengan bilangan pengali 5 3, 12 Perkalian dengan bilangan pengali 6 2, 17 Perkalian dengan bilangan pengali 7 9, 18 Perkalian dengan bilangan pengali 8 10, 13 Perkalian dengan bilangan pengali 9 5, 20 Perkalian dengan bilangan pengali 10 8, 15

80 Lampiran 3.2 Sample Pretest

81 Lampiran 3.3 Sample Posttest

82 Lampiran 4. Kuesioner Uji Coba Lapangan Terbatas

Lampiran 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa

No. Karakteristik Alat Peraga Indikator No. Item

1. Menarik

a. Menunjukkan warna yang menarik. 1 b. Menunjukkan warna yang menarik. 2

2. Bergradasi

a. Memiliki rangsangan terhadap beberapa

indera. 3

b. Menunjukkan bahwa penggunaan alat.

peraga dapat digunakan pada jenjang kelas yang berbeda.

4

3. Auto-correction

a. Megetahui kesalahan sendiri. 5

b. Mengoreksi kesalahan sendiri. 6

4. Auto-education a. Berlatih secara mandiri. 7

b. Memahami konsep secara mandiri. 8

5. Kontekstual

a. Bahan mudah ditemukan di lingkungan

sekitar. 9

b. Alat peraga dapat diproduksi oleh

masyarakat sekitar. 10

83 Lampiran 4.2 Sample Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa

84

85 Lampiran 4.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga

oleh Siswa

Tabel 4.9 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga oleh Siswa

No. Siswa Skor Kriteria

1 Da 4,8 Sangat baik

2 Ri 4,9 Sangat baik

3 Nu 4,7 Sangat baik

4 Yu 4,6 Sangat baik

5 Am 4,6 Sangat baik

6 Re 4,6 Sangat baik

Rerata Skor 4,7

Kriteria Sangat baik

86 Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SD

87 Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SD

88 Lampiran 7. Dokumentasi

Lampiran 7.1 Desain Alat Peraga

Gambar 1. Desain papan perkalian

89

Gambar 2. Desain kancing perkalian

Gambar 3. Desain tanda panah

90

Gambar 4. Desain kotak penyimpanan alat peraga

91

Gambar 5. Desain tutup kotak penyimpanan alat peraga

92

Gambar 6. Desain kotak kartu soal

Lampiran 7.2 Papan Perkalian

93 Lampiran 7.3 Uji Coba Lapangan Terbatas

Foto 1. Siswa mengerjakan soal pretest materi perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka (Jumat, 5 April 2013)

Foto 2. Modeling penggunaan papan perkalian oleh peneliti (Senin, 8 April 2013)

94 Foto 3. Modeling penggunaan papan perkalian oleh siswa kepada temannya

(Jumat, 12 April 2013)

Foto 4. Siswa berkonsentrasi saat menggunakan papan perkalian (Senin, 16 April 2013)

95 Foto 5. Siswa berkonsentrasi saat menggunakan papan perkalian

(Jumat, 20 April 2013)

Foto 6. Siswa memberekan alat peraga setelah selesai digunakan (Sabtu, 21 April 2013)

96 Foto 7. Siswa mengerjakan soal posttest materi perkalian bilangan yang hasilnya

bilangan dua angka (Senin, 22 April 2013)

Foto 8. Peneliti membimbing siswa mengisi kuesioner kualitas alat peraga (Senin, 22 April 2013)

97 Lampiran 8. Album Alat Peraga

KONSEP PERKALIAN

MENGGUNAKAN PAPAN PERKALIAN

1. Tema Pembelajaran: Pengantar 1.1 Alat Peraga :

1.1.1 Papan perkalian

1.1.2 Kotak penyimpanan alat peraga yang berisi:

1.1.2.1 Kancing perkalian

1.1.2.2 Kartu bilangan yang terdiri dari:

 Kartu bilangan satuan berwarna hijau

 Kartu bilangan puluhan berwarna kuning

 Kartu bilangan ratusan (100) yang berwarna merah

1.1.2.3 Dua buah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan pengali dan bilangan yang dikali

1.1.2.4 Simbol kali (×) dan sama dengan (=)

98

1.2 Tujuan langsung :

Anak dapat mengetahui papan perkalian dan alat peraga lain yang akan digunakan untuk berlatih perkalian

1.3 Usia : dari usia 6/7 tahun 1.4 Syarat : Anak dapat membilang 1.5 Presentasi :

1.5.1 Direktris menyiapkan lokasi kerja.

1.5.2 Anak diajak untuk bermain mengenal konsep perkalian.

Direktris berkata, “Mari, kita bermain konsep perkalian!”

1.5.3 Anak diminta untuk membantu direktris menyiapkan alat peraga.

1.5.4 Anak diminta untuk duduk di sebelah kanan direktris.

1.5.5 Direktris meletakkan papan perkalian di depan anak.

1.5.6 Direktris mengenalkan papan perkalian kepada anak. “Ini papan perkalian”.

1.5.7 Direktris mengenalkan bagian-bagian yang ada pada papan perkalian sambil menunjuk bilangan 1 sampai 10 yang dimaksud. “Bilangan 1 sampai 10 yang bersusun dari atas ke bawah ini merupakan bilangan pengali dan bilangan 1 sampai 10 yang bersusun dari kiri ke kanan ini merupakan bilangan yang dikali”.

99

1.5.8 Anak mulai dikenalkan konsep perkalian dengan contoh soal yang dituliskan oleh direktris, 3 x 1.

1.5.9 Direktris menunjuk soal tersebut sambil berkata, “Tiga kali satu.

Berarti tiga kalinya satu. Tiga sebagai bilangan pengali dan satu sebagai bilangan yang dikali”.

1.5.10 Direktris menggunakan kartu bilangan untuk menunjukkan operasi perkalian tersebut.

1.5.11 Direktris mengambil sebuah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan pengali kemudian meletakkannya di atas (menutupi) bilangan 3.

1.5.12 Direktris mengambil kembali sebuah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan yang dikali kemudian meletakkannya di atas (menutupi) bilangan 1.

100 1.5.13 Direktris memasukkan satu per satu kancing perkalian ke dalam lubang papan perkalian sampai batas tanda panah bilangan pengali dan bilangan yang dikali.

1.5.14 Anak diminta untuk menghitung seluruh kancing perkalian yang ada pada papan.

1.5.15 Anak diminta meletakkan kartu bilangan yang sesuai dengan jumlah kancing yang dihitung anak di sebelah kanan simbol sama dengan (=).

101 1.6 Pengendali kesalahan :

 Lubang pada papan perkalian: satu lubang hanya bisa ditempati satu kancing.

102 2. Tema Pembelajaran: Perkalian Menggunakan Bilangan Pengali 1-5

2.1 Alat Peraga : 2.1.2.1 Papan perkalian

2.1.2.2 Kotak yang berisi :

2.1.2.1 Kancing perkalian

2.1.2.2 Kartu bilangan yang terdiri dari:

 Kartu bilangan satuan berwarna hijau

 Kartu bilangan puluhan berwarna kuning

 Kartu bilangan ratusan (100) yang berwarna merah

2.1.2.3 Dua buah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan pengali dan bilangan yang dikali

2.1.2.4 Simbol kali (×) dan sama dengan (=)

103 2.1.2.5 Kartu soal

2.2 Tujuan langsung : Anak dapat memahami konsep perkalian menggunakan bilangan pengali 1-5

2.3 Usia : dari usia 7 tahun

2.4 Syarat : Anak dapat membilang 2.5 Presentasi :

2.5.1 Direktris menyiapkan lokasi kerja.

2.5.2 Anak diajak untuk bermain perkalian menggunakan bilangan pengali 1-5.

2.5.3 Anak diminta untuk membantu direktris menyiapkan alat peraga

“Mari membantu Ibu mengambil papan perkalian!”

2.5.4 Anak diminta untuk duduk di sebelah kanan direktris.

2.5.5 Direktris meletakkan alat peraga di depan anak.

2.5.6 Direktris mengambil salah satu kartu soal perkalian yang menggunakan bilangan pengali 1-5, misal kartu soal nomor 2, yaitu 2 x 3. Kartu soal tersebut diletakkan di depan anak. Sambil menunjuk kartu soal tersebut, direktris berkata, “Dua kali tiga”.

Direktris meminta anak untuk mengikuti ucapan direktris.

2.5.7 Direktris berkata, “Dua adalah bilangan pengali dan tiga adalah bilangan yang dikali”.

104 2.5.8 Direktris menggunakan kartu bilangan untuk menunjukkan

operasi perkalian tersebut.

2.5.9 Direktris menunjukkan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal tersebut menggunakan papan perkalian. Direktris mengambil sebuah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan pengali kemudian meletakkannya di atas (menutupi) bilangan 2.

2.5.10 Direktris mengambil kembali sebuah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan yang dikali kemudian meletakkannya di atas (menutupi) bilangan 3.

2.5.11 Direktris memasukkan satu per satu kancing perkalian ke dalam lubang papan perkalian sampai batas tanda panah bilangan pengali dan bilangan yang dikali.

105 2.5.12 Anak diminta untuk menghitung seluruh kancing perkalian yang

ada pada papan.

2.5.13 Anak diminta meletakkan kartu bilangan yang sesuai dengan jumlah kancing yang dihitung anak di sebelah kanan simbol sama dengan (=).

2.5.14 Direktris bertanya kepada anak, “Jadi, berapa hasil dari 2 x 3?”

106 2.5.15 Anak menjawab pertanyaan tersebut kemudian direktris mengecek jawaban anak menggunakan kunci jawaban yang ada di sebalik kartu soal.

2.5.16 Anak melanjutkan latihannya sendiri menggunakan kartu soal lain yang menggunakan bilangan pengali 1-5.

2.6 Pengendali kesalahan :

 Lubang pada papan perkalian: satu lubang hanya bisa ditempati satu kancing

 Kunci jawaban yang ada di sebalik kartu soal.

107 3. Tema Pembelajaran: Perkalian Menggunakan Bilangan Pengali 6-10

3.1 Alat Peraga : 3.1.1 Papan perkalian

3.1.2 Kotak yang berisi : 3.1.2.1 Kancing perkalian

3.1.2.2 Kartu bilangan yang terdiri dari:

 Kartu bilangan satuan berwarna hijau

 Kartu bilangan puluhan berwarna kuning

 Kartu bilangan ratusan (100) yang berwarna merah

3.1.2.3 Dua buah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan pengali dan bilangan yang dikali

3.1.2.4 Simbol kali (×) dan sama dengan (=)

108 3.1.3 Kartu soal

3.2 Tujuan langsung : Anak dapat memahami konsep perkalian menggunakan bilangan pengali 6-10.

3.3 Usia : dari usia 7 tahun 3.4 Syarat : Anak dapat membilang 3.5 Presentasi :

3.5.1 Direktris menyiapkan lokasi kerja dengan membuka karpet.

3.5.2 Anak diajak untuk bermain perkalian menggunakan bilangan pengali 6-10.

3.5.3 Anak diminta untuk membantu direktris menyiapkan alat peraga di atas karpet. “Mari membantu Ibu mengambil papan perkalian!”

3.5.4 Anak diminta untuk duduk di sebelah kanan direktris.

3.5.5 Direktris meletakkan alat peraga di depan anak.

3.5.6 Direktris mengambil salah satu kartu soal perkalian yang menggunakan bilangan pengali 6-10, misal kartu soal nomor 14, yaitu 9 x 6. Kartu soal tersebut diletakkan di depan anak. Sambil menunjuk kartu soal tersebut, direktris berkata, “Sembilan kali enam”. Direktris meminta anak untuk mengikuti ucapan direktris.

109 3.5.7 Direktris berkata, “Sembilan adalah bilangan pengali dan enam

adalah bilangan yang dikali”.

3.5.8 Anak diminta menunjukkan operasi perkalian tersebut menggunakan kartu bilangan.

3.5.9 Direktris mengambil sebuah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan pengali kemudian meletakkannya di atas (menutupi) bilangan 9.

3.5.10 Direktris mengambil kembali sebuah tanda panah yang digunakan sebagai penanda bilangan pengali kemudian meletakkannya di atas (menutupi) bilangan 6.

110 3.5.11 Anak diminta untuk memasukkan satu per satu kancing perkalian ke dalam lubang papan perkalian sampai batas tanda panah bilangan pengali dan bilangan yang dikali.

3.5.12 Direktris meminta anak untuk menghitung seluruh kancing perkalian yang ada pada papan perkalian.

3.5.13 Anak diminta meletakkan kartu bilangan yang sesuai dengan jumlah kancing yang dihitung anak di sebelah kanan simbol sama dengan (=).

3.5.14 Direktris bertanya kepada anak, “Jadi, berapa hasil dari 9 x 6?”

3.5.15 Anak menjawab pertanyaan tersebut kemudian direktris mengecek jawaban anak menggunakan kunci jawaban yang ada di sebalik kartu soal.

111 3.5.16 Anak melanjutkan latihannya sendiri menggunakan kartu soal

lain yang menggunakan bilangan pengali 6-10.

3.6 Pengendali kesalahan :

 Lubang pada papan perkalian: satu lubang hanya bisa ditempati satu kancing.

 Kunci jawaban yang ada di sebalik kartu soal.

112 CURRICULUM VITAE

Dian Aprelia Rukmi lahir di Sleman, 28 April 1991. Pendidikan dasar diperoleh di SD N Bronggang, tamat pada tahun 2003. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP N 1 Pakem, tamat pada tahun 2006.

Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA N 1 Cangkringan, tamat pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Pada tahun 2010, peneliti mengikuti workshop Montessori usia 3-6 tahun dan aktif dalam organisasi HMPS PGSD periode 2010/2011. Pada tahun 2011-2012, peneliti lolos PKM-M dan memperoleh juara III dalam PIMNAS XXV. Pada tahun 2012, peneliti mengikuti workshop Montessori usia 9-12 tahun dan menjadi sekretaris dalam kegiatan Malam Kreativitas PGSD. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Perkalian Ala Montessori untuk Siswa Kelas II SD Krekah Yogyakarta”.

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 80-0)