• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Kelas dalam Pendidikan Anak Tunadaksa Berkenaan dengan Mater

Dalam dokumen Penelitian PLB [Edisi 2] (Halaman 155-158)

BAB IX. PENELITIAN KELAS PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA

B. Penelitian Kelas dalam Pendidikan Anak Tunadaksa

2. Penelitian Kelas dalam Pendidikan Anak Tunadaksa Berkenaan dengan Mater

Masalah utama yang dialami anak cerebral palsy adalah gangguan gerak. Temyata gangguan gerak membatasi kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitamya. Hal seperti ini mengakibatkan hambatan perkembangan kognisi anak yang bersangkutan.

Oleh karena itu latihan-latihan perkembangan persepsi, mengingat, kosentrasi dan latihan memahami konsep konservasi, merupakan prasyarat yang harus dimiliki oleh anak sebelum mengikuti pelajaran secara akademik. Sehubungan dengan hal itu, seorang guru yang akan mengajar anak yang cerebral palsy terutama dalam pelajaran berhitung, menulis dan membaca harus mengetahui dahulu apakah anak tersebut telah memiliki kemampuan tertentu sebagai prasyarat seperti disebut di atas. Andaikata anak belum memiliki kemampuan- kemampuan itu, maka guru harus memilihkan latihan-latihan tertentu agar anak memiliki kesiapan untuk belajar secara akademik berkenaan dengan materi pelajaran berhitung, membaca dan menulis.

Berikut ini akan dikemukakan contoh cara menampakkakan data mengenai kesiapan anak cerebral palsy untuk belajar secara akademik. Instrumen penelitian yang akan dibuat harus meliputi kemampuan anak dalam: kinestetik: persepsi visual, yang meliputi kemampuan mengenal bentuk dan mengenal wama; ingatan: konservasi dan ketelitian atau konsentrasi.

a. Tes kemampuan kinestitik

Cara yang bisa digunakan untuk menilai kemampuan ini adalah dengan jalan melihat kemampuan anak dalam menyambung atau menghubungakan garis putus pada sebuah gambar sambil melihat gambar yang sudah lengkap. Misalnya setiap butir soal ada dua garis putus, kedua garis itu harus disambungkan. Penilaian didasarkan pada kualitas hasil, yaitu antara 0 - 2 . Banyaknya soal tergantung kebutuhan. Dalaln contoh ini berjumlah 14 soal.' Oleh karena itu skor tertinggi yang harus dicapai adalah 28.

Untuk menilai kemampuan ini bisa dikembangkan dua macam tes yaitu tes mengenal pola atau bentuk dan tes mengenal wama.

1) Tes mengenal pola atau bentuk Untuk menilai kemampuan ini anak harus memilih salah satu pola tertentu dari sejumlah pola yang dicarikan, misalnya ada bentuk segi tiga, segi empat, lingkaran dan persegi panjang. Anak harus memilih salah satu bentuk yang sama dengan model yang diberikan. Penilaian didasarkan pada ketepatan pilihan yaitu 0 atau 1; jumlah soal pada contoh ini berjumlah 30 soal.

2) Tes mengenal wama Dalam hal ini anak diminta untuk memilih satu wama dari wama-wama yang diberikan sama dengan wama model. Misalnya ada wama kuning, hijau dan merah, dengan wama model kuning. Anak harus memilih salah satu dan ketiga wama itu sama dengan wama model. Penilaian didasarkan pada ketepatan pilihan yaitu 0 atau 1 jumlah soal pada contoh ini sebanyak 30 soal.

c . Tes kemampuan daya ingat

Untuk memperoleh data tentang kemampuan ini, guru dapat membuat alat sebagai berikut : membuat sejumlah gambar yang telah dikenal anak. Gambar- gambar tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gambar kelompok soal dan gambar kelompok jawaban. Gambar pada kelompok soal lebih sedikit jumlahnya daripada jumlah gambar pada kelompok jawaban.

Sebagai contoh, anak diperlihatkan pada gambar mobil, ikan, kucing, pisang dan gambar pistol. Setelah itu selang beberapa menit kepada anak diperlihatkan sejumlah gambar yang jumlahnya lebih banyak, akan tetapi ada gambar-gambar yang telah diperlihatkan beberapa saat lalu. Tugasnya adalah mencari kembali gambar-gambar yang telah ~ilihat sebelumnya di antara sejumlah gambar-gambar pengecoh.

Penilaian didasarkan pada jumlah gambar yang dapat diingat dengan tepat misalnya dari sgambar yang disajikan, anak dapat mengingat kembali tiga gambar, berarti skor yang dapat dicapai anak hanya tiga. Jumlah soal pada contoh ini sebanyak lima buah. Skor tertinggi yang dapat dicapai adalah 25.

d. Tes kemampuan konservasi

Kemampuan konservasi tnerupakan kemampuan yang mendasari keterampilan berhitung dan ilmu pengetahuan alam. Sebelum anak memiliki kemampuan ini, sulit bagi guru untuk mengajarkan konsep penjumlahan. Oleh sebab itu mengetahui kemampuan konservasi seorang anak sebelum pengajaran berhitung dimulai merupakan suatu keharusan.

Untuk menilai kemampuan konservasi, dalam hal ini konservasi jumlah, guru dapat membuat alat tes sebagai berikut: Perlihatkan kepada anak deretan gambar lingkaran, misalnya sebanyak 10 gambar dengan jarak satu senti meter antara satu gambar dengan gambar lainnya. Selanjutnya perlihatkan deretan

gambar lingkaran yang jumlah dan ukuranya yang sama dengan gambar sebelumnya, hanya jarak antara gambar yang satu dengan yang lainnya lebih lebar. Kalau jarak yang pertama 1 cm, maka jarak yang ke dua 3 cm.

Tanyakan kepada anak, apakah gambar lingkaran pada gambar pertama sama jumlahnya dengan gambar yang kedua? Jika anak menjawab sama, artinya ia telah memiliki kemampuan konservasi. Apabila anak menjawab tidak sama, anak tersebut belum memilki kemampuan konservasi.

Jumlah soal pada contoh ini sebanyak 10 soal. Setiap jawaban yang benar di nilai satu dan yang salah di nilai nol. Jumlah skor tertinggi 10.

e. Tes Kemampuan konsentrasi dan ketelitian

Untuk menilai kemampuan konsentrasi dan ketelitian seorang anak, guru dapat membuat gambar-gambar objek tertentu yang di dalamnya terdapat gambar tersembunyi atau gambar yang samar-samar, misalnya gambar sarang laba-laba sebagai objek tidak tampak atau tersembunyi, sehingga untuk mengenali objek itu diperlukan konsentrasi dan ketelitian. Tugas yang harus dilakukan oleh anak adalah mencari objek-objek yang tersembunyi atau samar-samar itu yang terdapat pada gambar tersebut.

Penilaian didasarkan pada hasil rekognisi terhadap gambar-gambar yang tersembunyi/samar-samar, yaitu skor satu untuk jawaban yang benar dan nol untuk jawaban salah. Stimulus pada contoh ini berjumlah 10 buah. Bentuk gambar sebagai stimulus dapat dibuat sendiri oleh guru dengan ketentuan seperti dijelaskan di atas. Hasil penilaian terhadap kemampuan- kemampuan tersebut dapat digambarkan secara individual dalam Tabel 2.9- di bawah ini.

T A B E L 2 . 9

PROFIL KESIAPAN ANAK CP UNTUK BELAJAR SECARA AKADEMIK

Nama Siswa Umur Kelas Tanggal : ______________________________ : ______________________________ : ______________________________ : ______________________________ Kemampuan Skore Kreteria Skore yang tercapal % Pencapaian Kategori Kinestetik 28 10 28 Sedang Mengenal Pola/Bentuk 30 21 63 Baik Mengenal W a r n a 25 25 100 Sangat Balk Konservasi J u m I a h 10 2 20 Sangat Rendah

Konsentrasi dan Ketelitian 10 1 10 Sangat Rendah Keterangan: 0 – 25% 26 – 50% 51 – 75% 76 – 100% = Sangat Rendah = Sedang = Baik = Sangat Baik

Data di atas menunjukkan hahwa kemampuan konservasi dan konsentrasi masih sangat rendah, sehingga sukar bagi anak tersebut dapat mengikuti pelajaran akademik terutama dalam pelajaran berikutnya. Oleh karena itu sebelum pengajaran akademik dimulai terlebih dahulu guru harus memberikan latihan konsentrasi dan konservasi sebagai prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang anak.

3. Penelitian Kelas dalam Pendidikan Anak Tunadaksa Berkenaan dengan Proses

Dalam dokumen Penelitian PLB [Edisi 2] (Halaman 155-158)