• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

atau sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Sangiang merupakan salah satu desa sentra produksi kentang di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan melakukan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada petani responden dan lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga kentang seperti pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Data primer yang digunakan diantaranya harga jual kentang, jumlah produksi kentang Desa Sangiang, biaya tataniaga, lembaga tataniaga kentang, fungsi lembaga tataniaga kentang.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan studi literatur pada berbagai lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Majalengka, Badan Pusat Statistika (BPS) Nasional, Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, Dinas Pertanian Jawa Barat, Kantor BP3K Kecamatan Banjaran, Kantor Desa Sangiang, serta berbagai bahan pustaka seperti buku, jurnal, skripsi, internet dan tulisan karya ilmiah lainnya. Data sekunder yang digunakan diantaranya gambaran umum wilayah Desa Sangiang, perkembangan PDB hortikultura, persentase pengeluaran rata-rata per kapita, jumlah produksi sayuran unggulan, harga kentang dan jumlah produksi kentang di Indonesia.

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel

Metode pengumpulan data primer yaitu melakukan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Penentuan responden petani dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan informasi yang diperoleh dari ketua Gapoktan Desa Sangiang. Petani responden berjumlah 30 orang yaitu petani Desa Sangiang yang melakukan pemanenan kentang pada bulan Desember 2012- Januari 2013 sesuai dengan data yang digunakan pada penelitian ini.

Lembaga tataniaga dilakukan dengan metode snowball sampling. Eriyanto (2007) menyatakan bahwa metode snowball sampling merupakan metode mendapatkan sampel dengan cara memperoleh informasi dari pihak-pihak yang terlibat sebelumnya. Alasan menggunakan snowball sampling supaya bisa mengetahui lembaga-lembaga tataniaga berikutnya yang mengalirkan kentang di Desa Sangiang sampai di konsumen akhir. Lembaga tataniaga yang menjadi

responden terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menganalisis lembaga, fungsi dan saluran tataniaga serta mengidentifikasi struktur pasar. Sedangkan menganalisis efisiensi operasional dengan menghitung margin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Analisis Lembaga, Fungsi dan Saluran Tataniaga

Analisis lembaga tataniaga bertujuan untuk mengetahui peran lembaga tataniaga dalam melakukan fungsi-fungsi tataniaga. Lembaga tataniaga sebagai informasi mengenai aliran suatu barang dan jasa sampai kepada konsumen. Fungsi tataniaga untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam proses ditribusi produk dari produsen sampai kepada konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan dapat dilihat dari fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (sortasi dan grading, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). Saluran tataniaga menggambarkan suatu rantai distribusi dari produsen hingga ke konsumen yang dilakukan oleh lembaga tataniaga yang terlibat di dalam saluran tataniaga tersebut.

Identifikasi Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan tipe atau jenis-jenis pasar. Struktur pasar ini sebagai sifat-sifat organisasi yang mempengaruhi perilaku pasar. Untuk mengetahui struktur pasar dilihat berdasarkan karakteristik struktur pasar yaitu jumlah perusahaan/penjual, sifat produk (homogen atau diferensiasi), kemudahan dalam memasuki pasar, pengaruh perusahaan terhadap harga dan tingkat pengetahuan (informasi) yang dimiliki oleh lembaga tataniaga. Mengenai karakteristik pasar dan struktur pasar hasil pertanian dapat dilihat pada Tabel 5.

Struktur pasar dalam garis besarnya ada dua kelompok yaitu pasar persaingan sempurna (perfect competition) dan pasar tidak bersaing (monopoli atau monopsoni), sedangkan jenis lainnya merupakan struktur pasar dengan jenis diantara kedua struktur tersebut (persaingan monopolistik, oligopoli, dan duopoli). Setelah terbentuknya struktur pasar, maka perilaku pasar pun akan muncul sesuai dengan struktur pasar yang terbentuk.

Perilaku pasar merupakan perilaku partisipan (pembeli dan penjual), strategi atau reaksi yang dilakukan partisipan pasar secara individu atau kelompok, dalam hubungan kompetitif atau negosiasi terhadap partisipan lainnya untuk mencapai tujuan tataniaga dalam struktur pasar tertentu. Identifikasi perilaku pasar bertujuan untuk memperoleh informasi perilaku lembaga tataniaga. Perilaku pasar yang diamati yaitu praktik penjualan dan pembelian yaitu bagaimana proses berlangsungnya penjualan dan pembelian, penentuan harga yaitu pada tingkat lembaga manakah yang mempunyai wewenang untuk menentukan harga,cara pembayaran apakah secara tunai atau dibayar kemudian dan bentuk kerjasama antar lembaga tataniaga.

Tabel 5 Kriteria penentuan jenis struktur pasar di lokasi penelitian berdasarkan karakteristik pasara

Karakteristik Pasar Persaingan Murni Persaingan Monopolistik Oligopoli Monopoli Jumlah perusahaan/ penjual

Sangat banyak Banyak Sedikit Satu

Sifat produk Homogen Diferensiasi/ variatif Serupa hingga diferensiasi Unik Kemudahan memasuki pasar

Mudah, tidak ada hambatan Relatif mudah Sulit dengan beberapa hambatan Tertutup Pengaruh perusahaan terhadap harga Tidak berpengaruh Sedikit berpengaruh, dibatasi oleh substitusi Berpengaruh, dibatasi oleh pesaing Berpengaruh a

Sumber: Kohls dan Uhl (2002)

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis marjin tataniaga digunakan untuk mengetahui perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dengan harga di tingkat konsumen (Pr). Sehingga marjin tataniaga merupakan selisih harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Pr-Pf). Adanya saluran tataniaga diharapkan bisa mengetahui informasi marjin dari setiap lembaga tataniaga. Untuk mengetahui besarnya marjin dari setiap lembaga tataniaga yaitu dengan mengetahui selisih harga jual dengan harga beli di setiap tingkat lembaga tataniaga. Selain itu, besarnya marjin tataniaga diperoleh dari hasil penjumlahan biaya dan keuntungan dari setiap lembaga tataniaga. Sehingga untuk mengetahui total marjin tataniaga dengan cara menjumlahkan marjin tataniaga dari setiap lembaga tataniaga. Secara matematis marjin tataniaga adalah sebagai berikut:

Mi = Psi-Pbi ... (1) Mi = Ci+ ... (2) Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh

Psi-Pbi= Ci+ ... (3) Maka keuntungan dari setiap lembaga tataniaga :

... (4)

Untuk memperoleh total marjin tataniaga yaitu dengan menjumlahkan marjin dari setiap lembaga tataniaga, secara matematis total marjin tataniaga sebagai berikut :

MT = ∑ ... (5) Keterangan

Mi = Jumlah marjin tataniaga kentang pada tingkat lembaga tataniaga (Rp/kg) Psi = Harga jual kentang pada lembaga tataniaga tingkat ke-i (Rp/kg)

Pbi = Harga beli kentang pada lembaga tataniaga tingkat ke-i (Rp/kg)

Ci = Biaya tataniaga kentang pada lembaga tataniaga tingkat ke-i (Rp/kg)

= Keuntungan lembaga tataniaga kentang pada tingkat ke-i (Rp/kg)

MT = Total marjin tataniaga kentang (Rp/kg) Sumber: Asmarantaka (2012)

Analisis Farmer’s Share

Asmarantaka (2012) menyatakan bahwa farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani (Pf) dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir (Pr) dalam bentuk persentase. Semakin tinggi harga yang dibayar oleh konsumen dari harga yang ditawarkan oleh lembaga tataniaga mengakibatkan nilai yang diterima oleh petani semakin kecil. Hal tersebut karena petani menerima harga jual yang rendah. Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin tataniaga. Semakin kecil nilai marjin tataniaga maka farmer’s share semakin besar. Begitu juga sebaliknya semakin besar nilai marjin tataniaga maka farmer’s share semakin kecil. Secara matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:

Fs =

x 100% Keterangan:

Fs = Persentase bagian yang diterima petani (farmer’s share) Pf = Harga di tingkat petani (Rp/Kg)

Pr = Harga di tingkat konsumen akhir (Rp/Kg) Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Rasio keuntungan terhadap biaya merupakan keuntungan yang diperoleh atas biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tataniaga. Asmarantaka (2012) menyatakan bahwa rasio keuntungan terhadap biaya ( ) dipergunakan sebagai salah satu indikator efisiensi relatif. Secara matematis rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Keuntungan/Biaya ( ) =

x 100% Keterangan:

= Keuntungan lembaga tataniaga tingkat ke-i (Rp/kg)

Ci = Biaya lembaga tataniaga tingkat ke-i (Rp/kg)

Sumber: Asmarantaka (2012)

Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional penelitian merupakan hal yang ditunjukkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang dilakukan. Selain itu menjelaskan setiap variabel yang akan diidentifikasi dalam penelitian.

1. Kentang merupakan jenis tanaman sayuran semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Kentang yang dibudidayakan adalah varietas Granola dan dijual dalam bentuk fresh product.

2. Lembaga tataniaga merupakan pihak yang terlibat di dalam kegiatan tataniaga seperti petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Petani adalah lembaga tataniaga yang memproduksi kentang, sehingga berperan sebagai produsen. Pedagang perantara yang mengumpulkan kentang dan sayuran lainnya dari berbagai petani Desa Sangiang disebut sebagai pedagang pengumpul. Pedagang besar merupakan adalah orang yang membeli kentang dan sayuran dari petani maupun pedagang pengumpul, sedangkan pedagang pengecer merupakan orang yang melakukan pembelian kentang dari pedagang pengumpul maupun pedagang besar untuk langsung dijual kepada konsumen akhir.

3. Marjin tataniaga adalah selisih harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Selain itu, margin diperoleh berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam melakukan kegiatan tataniaga dengan keuntungan yang diperoleh selama melakukan kegiatan tataniaga. Marjin tataniaga dihitung dalam satuan (Rp/kg).

4. Biaya tataniaga merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga (pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer) dalam melaksanakan fungsi tataniaga. Biaya dihitung dalam satuan (Rp/Kg).

5. Keuntungan merupakan balas jasa yang diperoleh oleh lembaga tataniaga atas apa yang telah dilaksanakan selama kegiatan tataniaga berlangsung atau terhadap fungsi-fungsi tataniaga yang telah dilakukan oleh lembaga tataniaga. Seperti fungsi pertukaran (fungsi penjualan dan pembelian), fungsi fisik (fungsi penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (fungsi sortasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, informasi pasar dan pembiayaan). Keuntungan dengan menggunakan satuan (Rp/kg).

6. Harga kentang adalah harga rata-rata dari setiap responden penelitian dalam setiap saluran pada bulan Desember 2012-Januari 2013. Harga kentang dengan menggunakan satuan (Rp/kg).

7. Data penelitian yaitu merupakan data pada bulan Desember 2012-Januari 2013. Hal tersebut karena jika menunggu data yang akan datang yaitu pada bulan Mei 2013 bagi peneliti merupakan waktu yang cukup lama.

Dokumen terkait