• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.3. Bagi Penelitian

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data dan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai kejadian kanker vulva.

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Vulva

Vulva terdiri dari mons veneris, bibir besar (labia mayora), bibir kecil (labia minora), klitoris, vestibulum, kelenjar bartholini, hymen (selaput dara) dan perineum.6

Gambar 2.1. Anatomi Vulva7

2.1.1. Mons Pubis (Veneris)

Disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat. Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.

2.1.2. Bibir Besar (Labia Mayora)

Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum. Permukaan terdiri dari:

1. Bagian luar: tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.

2. Bagian dalam: tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).

5

2.1.3. Bibir Kecil (Labia Minora)

Merupakan lipatan bagian dalam bibir besar, tanpa rambut. Di bagian atas klitoris, bibir kecil bertemu membentuk prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoridis. Bibir kecil ini mengililingi orifisium vagina.

2.1.4. Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif.

2.1.5. Vestibulum

1. Merupakan alat reproduksi luar yang dibatasi oleh:

a. Kedua bibir kecil b. Bagian atas klitoris

c. Bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil 2. Pada vestibulum terdapat muara:

a. Urethra

b. 2 (dua) lubang saluran kelenjar Bartholini c. 2 (dua) lubang saluran kelenjar Skene

2.1.6. Kelenjar Bartholini

Kelenjar yang sangat penting didaerah vulva dan vagina, karena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks.

2.1.7. Hymen (Selaput Dara)

Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Hymen ini berlubang sehingga menjadinsaluran dari lender yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi. Setelah persalinan sisanya disebut karunkule himenalis, atau karunkul mirtiformis.

6

2.1.8. Perineum

Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

2.1.9. Urethra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Lapisan urethra pada wanita terdiri dari : 1. Tunika muskularis (sebelah luar)

2. Lapisan spongiosa merupakan pleksus dari vena-vena 3. Lapisan mukosa (sebelah dalam)

2.2. Kanker Vulva

Kanker vulva menyebabkan 3% hingga 4% dari semua kanker genitalia primer pada perempuan. Sembilan puluh persen kanker vulva adalah kanker sel skuamosa, dan 10% sisanya adalah melanoma maligna, karsinoma sel basal, dan adenokarsinoma kelenjar Bartholin dan Skene. Klasifikasi kanker vulva berkisar dari karsinoma in situ hingga karsinoma karsinoma vulva invasif. Usia rata-rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun, untuk karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma infasif yang sebenarnya adalah 61 tahun. Penyakit menular seksual berhubungan dengan karsinoma vulva.

Penyakitnya yang termasuk adalah penyakit menular seksual granulomatosa, sifilis, herpes hominis tipe II, kondiloma akuminata dan infeksidari HPV (human papillomavirus). Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, labia mayora tiga kali lebih sering terkena daripada labia minora dan klitoris.

Metastasis menyebar dengan invasi langsung ke organ sekeliling menuju kelenjar getah bening inguinal kemudian ke kelenjar pervis. Melanoma maligna adalah satu-satunya karsinoma vulva yang menyebar melalui pembuluh darah. Gambaran keseluruhan lesi kanker vulva adalah datar atau timbul dan berbentuk makulopapular atau verukosa. Lesi dapat hiperpigmentasi (coklat), merah, atau putih. Pola lesi yang bervariasi lebih mengarah kepada penyakit Bowen, eritroplasia Queyrat, karsinoma simpleks, dan penyakit Paget. Gejala dan tanda

7

awal yang paling sering dilaporkan pasien adalah pertumbuhan massa pada vulva dan pruritus. Namun, penting untuk dicatat bahwa pada kira-kira 20% perempuan tidak timbul gejala, dan lesi kecil seringkali tidak terdeteksi atau diabaikan.7

2.2.1. Etiologi Kanker Vulva

Etiologi dari karsinoma vulva tidak diketahui. Faktor predisposisi karsinoma vulva adalah penyakit sistemik, yairu hipertensi, kegemukan (obesitas), diabetes mellitus dan perokok. Faktor khusus yang perlu diperhatikan adalah: 8,9

1. Pada usia relatif muda a. Multipartner

b. Infeksi, misalnya sifilis, infeksi HPV (human papillomavirus) 16, 18, 31, 33, dan 35 sekitar 86% kasus pada usia relatif muda.

2. Pada usia lanjut dengan umur sekitar 60-70 tahun:

a. Lichen sclerosis 19%

b. Hiperplasia distropia 33%

c. Infeksi HPV hanya 4%.

2.2.2. Manisfestasi Klinis

Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi pendarahan dan keluar cairan yang encer.

Gejala lain dari kanker vulva adalah : 1. Pruritus lama (gejala utama kanker vulva) 2. Pendarahan

3. Cairan yang berbau busuk

4. Nyeri juga terkadang dapat timbul

5. Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian dapat ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan menjadi keras, mengalami ulserasi seperti bunga kol.

8

Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, dimana labia mayora tiga kali lebih sering terkena daripada labia minora dan klitoris. Gambaran keseluruhan lesi kanker vulva adalah datar atau timbul dan berbentuk makulopapular atau verukosa. Lesi dapat hiperpigmentasi (coklat), merah atau putih. 10,11

2.2.3. Klasifikasi Kanker Vulva

Tabel 2.1. Klasifikasi Histologi Tumor pada Vulva.12

Klasifikasi Histologik Tumor Vulva Berdasarkan WHO Tumor Epitel

Tumor skuamosa dan lainnya

Karsinoma Sel Skuamosa (SCC) Keratinizing

Jenis tumor dengan giant cells lainnya

Karsinoma Sel Basal

Neoplasia Intraepitelial Skuamosa Vulvar Intraepithelial Neoplasia (VIN)/ karsinoma vulva in situ

Lesi Jinak Skuamosa Condyloma acuminatum

Vestibular papilloma

(micropapillomatosis) Polip fibroepitelial

Keratosis folikular inverted dan seboroik

Keratoschantoma Tumor glandular

Paget disease

Tumor kelenjar bartolin Adenokarsinoma

Adenokarsinoma tipe kelenjar mammary

Papillary hidradenoma lainnya

Adenokarsinoma dari kelenjar skene

Adenokarsinoma tipe lainnya Tumor vulva campuran

Tumor yang berasal dari lapisan kulit

Tumor kelenjar keringat malignan

Karsinoma sebasea

Sarkoma epiteloid proksimal

Alveolar soft part sarcoma

Liposarkoma

Nevus melanositik kongenital

Nevus melanositik yang didapat

Blue naevus

Atypical melanocytic naevus of the genital type

Nevus melanositik displastik Tumor Lainnya

Yolk sac tumour

Tumor sel merkel

Peripheral primitive neuroectodermal tumour/Ewing tumout

Tumor Hematopoetik dan Limfoid

Limfoma malignan (tipe spesifik)

Leukemia (tipe spesifik) Tumor Sekunder

9

2.2.4. Stadium Kanker Vulva

Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium yaitu:

Tabel 2.2. Stadium Kanker Vulva menurut FIGO.13 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepithelial

IA Tumor terbatas pada vulva atau perineum, ukuran lesi ≤ 2cm dengan invasi stroma ≤ 1mm, tidak metastase ke kelenjar getah bening

IB Tumor terbatas pada vulva atau perineum, ukuran lesi > 2cm atau dengan invasi stroma > 1mm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening

II Tumor telah menyebar ke jariangan perineum terdekat (1/3 bawah uretra, 1/3 bawah vagina, anus) tidak dijumpai metastasis kelenjar getah bening

IIIA Tumor dengan metastasis ke kelenjar getah bening inguino-femoral

(i) 1 metastasis ke kelenjar getah bening dengan besar dari atau sama dengan 5 mm

(ii) 1-2 metastasis ke kelenjar getah bening dengan ukuran kurang dari 5 mm IIIB (i) 2 metastasis ke nodus limfatik dengan ukuran besar dari atau sama dengan

5 mm

(ii) 3 metastasis ke nodus limfatik dengan ukuran kurang dari 5 mm IIIC Metastasis ke kelenjar getah bening dengan penyebaran ekstrakapsular IVA (i) Tumor menginvasi daerah regional lainnya (2/3 atas uretra, 2/3 atas

vagina), mukosa kandung kemih, mukosa rektum, atau meluas ke tulang pelvis

(ii) Pembengkakan atau ulserasi kelenjar getah bening inguino-femoral IVB Metastasis jauh termasuk kelenjar getah bening pelvis

2.2.5. Diagnosis Kanker Vulva

Kanker vulva dapat di diagnosis dengan beberapa cara.

1. Biopsi

Diagnosis adanya kelainan pada vulva dapat dideteksi dengan biopsi.

Untuk mendapatkan spesimen yang baik, didapat dari biospi dengan anestesi infiltrasi. Spesimen biopsi harus terdiri dari kulit sekitar, dermis dan jaringan ikat sehingga invasi stroma dapat diidentifikasi dengan jelas. Biopsi eksisi digunakan pada lesi dengan diameter < 1 cm.11

Biopsi sentinel kelenjar limfe merupakan prosedur baru dan menjanjikan, hal ini dapat memeriksa pengaliran cairan limfe dari area vulva ke tempat kanker berkembang. Kelenjar limfe ini akan diperiksa untuk mencari penyebab kanker, sebab jika ada penyebaran kanker, kelenjar limfe ini tempat penyebaran pertama.

10

2. Cystoscopy

Dilakukan pada wanita dengan lesi lanjut atau tumor yang dekat dengan uretra. Beberapa kasus kanker vulva lanjut dapat menyebar ke vesica urinaria, jadi pada area yang mencurigakan dilakukan biopsi.

3. Proctoscopy

Dilakukan pada wanita dengan lesi lanjut atau tumor yang dekat dengan anus. Dilakukan pada kasus karsinoma vulva lanjut yang menyebar ke rectum.

4. Pemeriksaan pencitraan

Foto thoraks : pemeriksaan X ray pada thoraks dilakukan untuk melihat penyebaran kanker pada paru-paru. Jika hasilnya normal kemungkinan tidak ada kanker di paru-paru.14

Pasien yang mengeluh nyeri pada tulang atau yang menderita tumor tulang pelvis dengan gambaran rongent tulang positif, maka computerized tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) depan sangat membantu dalam menguraikan tingkat tumor dan mengevaluasi inguinal profunda, pelvis dan kelenjar limfe para aortic.11

11

2.2.6. Penatalaksanaan Kanker Vulva

Algoritma penatalaksanaan Kanker Vulva.17

Karsinoma Sel Skuamosa pada Vulva

Garis tengah

RLE + IFL ipsilateral RLE + IFL bilateral

Benjolan

(batas bebas ≥ 1 mm) Kanker vulva stadium awal. Klinis T1,T2

12

Benjolan dicuragi secara klinis

CT scan pelvis

Reseksi benjolan makroskopis pada lipatan

paha dan frozen section

Positif Negatif

Reseksi retroperitoneal bejolan makroskopis pada

lipatan paha yang terlihat di CT scan

Limfadenektomi inguinofemoral

Terapi radiasi pelvis dan lipatan paha

Dua atau lebih benjolan positif atau penyebaran

ekstrakapsular

Bejolan negatif atau 1 benjolan mikroskopis

positif

Observasi

13

Kanker vulva T3, T4 secara ±±

klinis

Apabila stoma

diperlukan Stoma tidak diperlukan

Kemoradiasi

Secara klinis N2,N3, dikonfirmasi secara patoloigs

14

2.2.7. Prognosis

Prognosis untuk pasien dengan stadium awal umumnya baik. Kelangsungan hidup secara keseluruhan untuk karsinoma vulva adalah sekitar 70%. Ini mencermikan kecenderungan diegnosis lebih awal. Kelangsungan hidup berkorelasi dengan penentuan stadium klinis menurut Federasi Internasional Obstetri dan Ginekologi (FIGO), angka kelangsungan hidup 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I hingga 15% pada pasien dengan stadium IV.

Kelangsungan hidup ini juga banyak berkorelasi dengan status kelenjar getah bening, karena pasien dengan metastasis kelenjar positif mempunyai angka kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 50%, sementara pasien dengan metastasis kelenjar getah bening negatif mempunyai angka kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 90%.15,16

15

Pada pasien dengan vulvar squamous cell carsinoma, metastasis kelenjar limfe menjadi faktor penting untuk menentukan prognosis. Suatu penelitian dari 588 pasien yang dilakukan pada dua percobaan Gynecologie Oncology Group (GOG), Momesley, dan Colleagues melaporkan angka kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 91% dengan kelenjar limfe inguinal negatif. Angka kelangsungan hidup berkurang ke 75%, 34%, 24%, dan 0% pada pasien dengan satu atau dua, tiga atau empat, lima atau enam, tujuh atau lebih kelenjar getah bening yang positif. Pasien dengan metastasis kelenjar getah bening bilateral mempunyai angka kelangsungan hidup 25% dan 71% pada kelenjar unilateral.

Faktor prognosis meliputi ukuran tumor, invasi, stadium tumor, invasi vascular limfe, metastasis nodus limfe. Untuk pasien dengan melanoma vulva, ketebalan dan kedalaman invasi dapat berhubungan dengan penyebaran dan prognosis. Seperti squamous cell carsinoma, status kelenjar limfe menentukan prognosis untuk pasien dengan karsinoma bartholin.

Sistem klasifikasi FIGO yang digunakan untuk karsinoma vulva, tidak dapat diterapkan pada melanoma vulva karena lesi biasanya lebih kecil dan prognosisnya dihubungkan dengan kedalaman penetrasi lebih baik daripada diameter lesi. Secara keseluruhan, angka kelangsungan hidup 5 tahun pada wanita dengan melanoma vulva sekitar 50%. Pasien dengan invasi dalam atau metastasis pada waktu didiagnosis mempunyai prognosis buruk.11

16

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Teori FAKTOR RESIKO

• Multipartner • Usia

• Infeksi • Lichea Sclerosis

• Merokok

KANKER VULVA

STADIUM 1. 0 5. IIIA 2. IA 6. IIIB 3. IB 7. IIIC 4. II 8. IVA 9. IVB TERAPI :

• Pembedahan

• Penyinaran

• Kemoterapi

KETAHANAN HIDUP SATU TAHUN

HIDUP MATI

17

3.2. Kerangka Konsep

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Gambaran angka ketahanan

hidup satu tahun penderita kanker vulva

Stadium kanker vulva

Penatalaksanaan awal kanker vulva

Angka ketahanan hidup satu tahun penderita kanker vulva berdasarkan

stadium

18

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif.

4.2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Mei sampai Oktober 2016. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan oleh pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut tersedia data rekam medis yang baik dan guna terpenuhinya jumlah sampel sehingga akan mempermudah proses pengumpulan data yang diperlukan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita kanker vulva di RSUP H.

Adam Malik Medan, baik yang dirawat inap atau rawat jalan.

4.3.1. Kriteria inklusi

Pasien yang menderita kanker vulva dan mempunyai data rekam medis lengkap di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Kriteria eksklusi

Data rekam medis tidak lengkap di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.3 Jumlah sampel

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retroseptif. Pengambilan sampel menggunakan metode Total Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi.

19

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data diambil dari data rekam medis penderita kanker vulva di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2014–2015. Untuk kelengkapan data dan follow up pasien, selain dari rekam medis pasien juga dihubungi melalui nomer telepon. Data yang diambil meliputi stadium, jenis pengobatan kanker vulva.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1. Pengolahan data

Pengolahan data yang telah terkumpul dilakukan dengan menggunakan program komputer untuk melakukan analisis data. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah editing, yaitu memeriksa kelengkapan identitas serta data responden. Selanjutnya proses coding, yaitu pemberian kode atau angka tertentu dari hasil yang didapat guna mempermudah tabulasi dan analisis. Tahap ketiga adalah entry data, yaitu memasukkan data ke program SPSS. Tahap berikutnya merupakan cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telah dientry untuk mencegah terjadinya kesalahan.

Tahap terakhir merupakan saving data yang telah diolah dan dianalisa.

4.5.2. Analisa data

Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat, yaitu menganalisa variabel penelitian satu demi satu untuk mendapatkan gambaran proporsi dari seluruh variabel dependent yang diteliti. Semua data yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

20

4.6. Definisi Operasional

Variabel dependen : Kejadian kanker vulva.

Variabel independen : Jenis kanker vulva, stadium kanker vulva, penatalaksanaan kanker vulva.

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

1. Stadium

pada pasien kanker vulva Rekam Medis Nominal

3.

dilakukan penatalaksanaan Rekam Medis Nominal

4.7. Jadual Penelitian

Tabel 4.1 Jadual Penelitian

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

21 rumah sakit pendidikan utama bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera Utara, Aceh, Riau, dan Sumatera Barat sehingga dapat ditemui pasien - pasien dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda. Pengambilan data penelitian dilaksanakan di ruang instalasi rekam medik RSUP H. Adam Malik.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker vulva sejak 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2015. Diperoleh 59 kasus kanker vulva, lalu ditelaah dengan kriteria eksklusi maka didapatkan total 55 kasus.

5.1.3. Gambaran Stadium Penderita Kanker Vulva Di RSUP HAM Dari Tahun 2014 Sampai 2015

Tabel 5.1. Gambaran Berdasarkan Stadium Penyakit

Stadium Frekuensi (n) Persentase (%)

I

22

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa penderita kanker vulva dengan stadium IA adalah sebanyak 7 orang(12.7%), dan jumlah penderita dengan stadium IB adalah sebanyak 4 (7.3%) dan untuk jumlah penderita dengan stadium II adalah sebanyak 21 orang (38.2%), dan untuk penderita dengan stadium IIIA adalah sebanyak 16 orang (29.1%), dan yang terakhir untuk penderita dengan stadium IIIB adalah sebanyak 7 orang (12.7%).

5.1.4. Gambaran Penatalaksanaan Awal Penderita Kanker Vulva Di RSUP HAM Dari Tahun 2014 Sampai 2015

Tabel 5.2. Gambaran Berdasarkan Penatalaksanaan Awal Penyakit

Penatalaksanaan Frekuensi (n) Perentase (%)

Pembedahan 25 45.4

Penyinaran 10 18.2

Kemoterapi 20 36.4

Total 55 100

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penatalaksanaan pada penderita kanker vulva dengan pembedahan sebanyak 25 orang (45.4%), dan penderita yang diberikan penatalaksanaan penyinaran sebanyak 10 orang (18.2%), dan untuk pasien yang di beri penatalaksanaan kemoterapi sebanyak 20 orang (36.4%).

5.1.5. Gambaran Angka Ketahanan Hidup Satu Tahun Penderita Kanker Vulva Di RSUP HAM Dari Tahun 2014 Sampai 2015

Tabel 5.3. Gambaran Berdasarkan Angka Ketahanan Hidup Satu Tahun Angka Ketahanan Hidup

Satu Tahun Frekuensi (n) Persentase (%)

Hidup 28 50,9

Meninggal 27 49,1

Total 55 100

23

Tabel 5.4. Gambaran Berdasarkan Jumlah Penderita Yang Hidup Dan Yang Meninggal Berdasarkan Stadium penderita kanker vulva yang memiliki angka ketahanan hidup satu tahun setelah dilakukan pengobatan. Sedangkan penderita kanker vulva yang meninggal adalah 27 orang (49,1%) setelah dilakukan pengobatan. Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat penderita kanker vulva yang memiliki angka ketahanan hidup satu tahun 5 orang (71.4%) yang menderita stadium IA, 4 orang (100%) yang menderita stadium IB, 15 orang (71.4%) yang menderita stadium II, tiga orang (18.7%) yang menderita stadium IIIA dan satu orang (14.4%) yang menderita stadium IIIB. Satu Tahun Penderita Kanker Vulva di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun 2014 sampai tahun 2015.

Berdasarkan data dari tabel hasil penelitian di atas, ditemukan bahwa penderita kanker vulva yang terbanyak di RSUP Haji Adam Malik adalah penderita dengan stadium II sebanyak 21 penderita (38.2%). Kemudian disusul

24

oleh stadium IIIA sebanyak 16 penderita (29.1%), dan stadium IIIB sebanyak 7 orang (12.7%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudewo Yudha (2015) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, dilaporkan bahwa stadium penderita kanker vulva yang paling banyak adalah stadium III sebanyak 42.3%.

Ada beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan pada penderita kanker vulva, diantaranya adalah pembedahan, penyinaran dan kemoterapi. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa penatalaksanaan awal yang paling banyak dilakukan pada penderita kanker vulva di RSUP Haji Adam Malik adalah pembedahan (45.4%). Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudewo Yudha (2015), dimana dilaporkan bahwa penatalaksanaan yang paling banyak dilakukan untuk penderita kanker vulva adalah pembedahan 43.7%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini ditemukan bahwa penderita kanker vulva yang memiliki angka ketahanan hidup satu tahun di Rumah Sakit Adam Malik Medan adalah sebesar 28 orang (50,9%), dan penderita kanker vulva yang meninggal sebanyak 27 orang (49,1%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudewo Yudha (2015), dimana dilaporkan bahwa luaran akhir penderita kanker vulva yang hidup lebih banyak 80.8%

dibandingkan dengan luaran akhir penderita kanker vulva yang meninggal 19.2%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, juga ditemukan bahwa penderita kanker vulva yang meninggal paling banyak pada penderita dengan stadium IIIA 48.2%, hasil ini sesuai dengan pernyataan Federasi Internasional Obstetri dan Ginekologi (FIGO) yang menyatakan bahwa angka kelangsungan hidup 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I, hingga 15% pada pasien dengan stadium IV. Kelangsungan hidup ini juga banyak berkorelasi dengan status kelenjar getah bening, karena pasien dengan metastasis kelenjar positif mempunyai angka kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 50%, sementara pasien dengan metastasis kelenjar getah bening negatif mempunyai angka kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 90%. Dimana pada stadium IIIA sendiri tumor sudah ber metastasis ke kelenjar getah bening inguino – femoral.

25

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dari penelitian ini didapatkan bahwa penderita dengan stadium II merupakan penderita terbanyak yang datang berobat ke RSUP Haji Adam Malik dalam dua tahun terakhir (2014 – 2015).

2. Dari penelitian ini didapatkan bahwa penatalaksanaan awal yang paling banyak dilakukan pada penderita kanker vulva di RSUP Haji Adam Malik untuk periode 2014 – 2015 adalah terapi pembedahan.

3. Dari penelitian ini didapatkan bahwa lebih banyak penderita kanker vulva yang memiliki angka ketahanan hidup satu tahun daripada yang meninggal.

4. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa penderita kanker vulva yang meninggal paling banyak pada stadium IIIA.

6.2. Saran 1. Bagi Peneliti

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Misalnya penelitian tentang angka ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker vulva.

2. Bagi Masyarakat

Disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuannya tentang faktor resiko, penyebab dan gejala klinis terjadinya kanker vulva.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Disarankan untuk melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang penyakit kanker vulva kepada masyarakat.

4. Bagi Penulis

Ditemukan beberapa kelemahan pada penelitian ini di antaranya penderita yang tidak melakukan penatalaksanaan lanjut karena alasan ekonomi, daerah tempat tinggal yang jauh dari rumah sakit dan alasan psikologis (takut). Dan

26

ditemukan kelemahan pada data rekam medis yang tidak lengkap karena tidak mencatat apakah pasien melakukan penatalaksanaan lanjutan atau tidak.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization,2015. Cancer. Available From:

http://www.who.int/cancer/en/. Accessed 15 April 2016

2. World Health Organization. IARC WHO Human Papilloma Virus and Related Disease Report. Indonesia: World Health Organization. Available from:

http://www.hpvcentre.net/statistics/reports/IDN.pdf. Accessed 15 April 2016 3. World Health Organization. IARC WHO Human Papilloma Virus and Related

Disease Report[Internet]. cited 15 April 2016. Available from:

http://screening.iarc.fr/doc/Human%20Papillomavirus%20and%20Related%2 0Cancers.pdf

4. Centers for Disease Control and Prevention, 2012. Human Pappiloma virus-Associated Cancer. United states: Centers for Disease Control and Prevention.

4. Centers for Disease Control and Prevention, 2012. Human Pappiloma virus-Associated Cancer. United states: Centers for Disease Control and Prevention.

Dokumen terkait