• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.9 Penelitian Terdahulu

2.9.4 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Wisata

Penelitian mengenai dampak ekonomi pengembangan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Hermalinda (2010) dan Adiyath (2011). Hasil dari beberapa penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Hermalinda Penilaian Dampak Ekonomi

Pengembangan Kawasan

Wana Wisata Curug Cilember Terhadap Masyarakat Lokal

Hasil penelitian menunjukkan dampak ekonomi langsung sebesar 21.4%, dampak ekonomi tidak langsung 4.96%, dampak ekonomi lanjutan 83.5%, Keynesian multiplier 0.51, nilai ratio income multiplier tipe I 1.18, dan nilai ratio income multiplier tipe II 1.36.

Berdasarkan hasil pengamatan, dinyatakan bahwa kegiatan wisata memberikan dampak ekonomi yang nyata pada masyarakat lokal

2. Adiyath Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan (induced) sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07, sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan Tipe II sebesar 1,48 dan 2,17.

20 2.9.5 Penelitian Mengenai Estimasi Tarif Masuk Kawasan Wisata

Penelitian mengenai estimasi tarif masuk kawasan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Firandari (2009). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Penelitian Mengenai Estimasi Tarif Masuk Kawasan Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Firandari Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan

Berdasarkan analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk sampai harga Rp 8.577,00, asalkan kelestarian lingkungan tempat wisata PSG-3 dapat dipertahankan dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan wisata serta penambahan fasilitas wisata.

Kegiatan wisata dalam penelitian ini adalah wisata budaya dimana berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang lebih banyak mengkaji wisata alam. Penelitian ini fokus pada nilai ekonomi dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi dan waktu penelitian.

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Situs Megalitik Gunung Padang merupakan situs peninggalan purbakala yang terletak di Kabupaten Cianjur. Potensi wisata di kawasan ini adalah bangunan punden berundak yang disusun oleh kolom-kolom batuan vulkanik. Bentuk bangunan yang berundak-undak menunjukkan tradisi megalitik yang sering ditemukan di beberapa daerah di Jawa Barat. Udara sejuk dan keindahan panorama alam di sekitar SMGP juga menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Potensi wisata Situs Megalitik Gunung Padang merupakan unsur penting dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata daerah. Keberadaan sektor pariwisata secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Dampak ekonomi wisata di SMGP menggambarkan manfaat pengembangan wisata terhadap masyarakat lokal. Informasi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi pengelola dalam melakukan pengembangan objek wisata dan meningkatkan kontribusi keberadaan kawasan wisata terhadap pendapatan masyarakat lokal. Namun di sisi lain, pengembangan pariwisata di kawasan yang dilindungi berpotensi menimbulkan masalah over carrying capacity dalam jangka panjang. Over carrying capacity di sebuah kawasan wisata akan berdampak negatif terhadap sumberdaya alam dan lingkungan serta keberlanjutan wisata di kawasan tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui nilai ekonomi kawasan SMGP. Metode biaya perjalanan (travel cost method) sebagai pengeluaran aktual pengunjung dapat digunakan dalam menilai suatu tempat wisata. Metode tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung.

22

Permasalahan yang terdapat di SMGP adalah tarif masuk kawasan yang penetapannya belum sesuai karena dinilai oleh pengelola terlalu murah. Hal ini disebabkan pengembangan kawasan tersebut belum optimal, seperti fasilitas wisata serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Penetapan tarif masuk kawasan wisata SMGP merupakan suatu hal yang penting karena terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan kawasan tersebut. Penetapan tarif masuk kawasan juga merupakan salah satu upaya dalam membatasi jumlah kunjungan untuk menghindari over carrying capacity dalam jangka panjang. Pengeluaran aktual pengunjung tidak selalu sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya dari pengunjung. Oleh karena itu, keinginan membayar pengunjung diestimasi dengan menggunakan rataan Willingness To Pay (WTP). Selanjutnya nilai surplus konsumen pengunjung yang diperoleh dengan menggunakan metode biaya perjalanan dibandingkan dengan nilai keinginan membayar pengunjung yang sebenarnya dan tarif masuk kawasan wisata sejenis, sehingga diharapkan dapat menghasilkan estimasi tarif masuk kawasan yang diinginkan oleh pengunjung.

Pengembangan kawasan wisata SMGP sangat tergantung pada aspek permintaan wisata. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata untuk menjaga agar tingkat kunjungan tetap stabil dan tidak melebihi kapasitas daya dukung lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dapat diidentifikasi dengan membentuk fungsi permintaan wisata yang diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda.

23

Pihak yang terkait dalam kegiatan wisata di SMGP di antaranya pengunjung, masyarakat sekitar, unit usaha, dan tenaga kerja lokal. Persepsi pihak terkait tersebut terhadap keberadaan dan pengembangan kawasan wisata SMGP perlu diketahui, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu informasi bagi pengambil keputusan dalam melakukan pengembangan wisata yang diinginkan oleh para pihak.

Pengunjung yang berwisata ke SMGP akan membelanjakan uangnya di kawasan wisata. Aliran uang dari belanja pengunjung memiliki dampak ekonomi yang positif bagi unit usaha dan tenaga kerja lokal. Aliran uang tersebut menimbulkan dampak pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian masyarakat lokal. Keberhasilan pengembangan pariwisata di suatu daerah terlihat dari besarnya pengaruh uang yang dibelanjakan wisatawan terhadap perekonomian lokal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, sehingga dampak kegiatan wisata terhadap masyarakat lokal perlu dikaji. Kerangka berpikir peneliti dapat dilihat pada Gambar 2.

24

---- : Metode yang digunakan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Trend Peningkatan Jumlah Kunjungan

Potensi Ekonomi Potensi over carrying capacity

Persepsi pihak terkait terhadap tempat wisata

Analisis Deskriptif dan Kualitatif

Harapan pengembangan kawasan wisata yang diinginkan pihak terkait

Dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat

sekitar

Permintaan

Wisata Nilai Kawasan Wisata Penetapan

Tarif Masuk Kawasan

Direct Indirect Induced

Nilai Dampak Ekonomi Wisata

Individual Travel Cost Method

Analisis Regresi Berganda

Fungsi permintaan wisata

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata wisata

Nilai Ekonomi Surplus Konsumen WTP Estimasi Tarif Masuk Kawasan

Pengelolaan dan pengembangan tempat wisata secara berkelanjutan

Rataan WTP Tarif masuk kawasan wisata sejenis (Candi Ratu Boko) Keynesian Multiplier

Dokumen terkait