• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Penelitian-penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai industri kecap dan analisis yang menggunakan

pendekatan ekonometrika dengan model regresi linier berganda dengan

persamaan tunggal yang diduga berdasarkan metode kuadrat terkecil biasa atau

OLS (Ordinary Least Squre) telah banyak dilakukan. Yuspida (2000), Irawati

(1996), dan Anggono (1993) melakukan penelitian tentang industri kecap

sedangkan penelitian yang menggunakan model regresi linier berganda telah

dilakukan oleh Nursusanto (2003), Sariati (1996), Harfa (1996), dan Semendawai

(1994).

Penelitian mengenai industri kecap telah dilakukan oleh Yuspida (2000)

dengan judul Optimalisasi Resiko Pemasaran Portfolio Produk Kecap Pada PT.

Alam Aneka Aroma Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran umum aktivitas diversifikasi produk yang dilakukan oleh perusahaan,

menganalisis tingkat resiko penerimaan diversifikasi produk kecap yang

dilakukan oleh perusahaan, menentukan kombinasi optimal dari produk yang

dipasarkan yang memberikan tingkat resiko optimal, dan mengetahui

kemungkinan implementasi hasil optimalisasi yang didasarkan pada kondisi

perusahaan. Data yang dipergunakan berupa data primer dan data sekunder yang

dikembangkan oleh perusahaan dalam menghadapi kondisi ini adalah dengan

melakukan strategi diversifikasi terhadap produk kecap yang dihasilkannya. Hasil

analisis menunjukkan bahwa perusahaan pada periode Januari 1995 sampai

November 1998 belum melakukan alokasi modal yang optimal.

Irawati (1996) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi

Pemasaran Kecap pada Perusahaan Kecap Rina Sari. Penelitian ini bertujuan

untuk mempelajari keadaan umum perusahaan, mempelajari faktor-faktor strategis

pemasaran perusahaan, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran perusahaan.

Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Untuk mempelajari

strategi pemasaran perusahaan, dilakukan analisa kualitatif dengan menggunakan

pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats).

Strategi produk yang dilakukan adalah pengembangan produk dengan spesialisasi

pada satu jenis lini produk saja. Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah

menetapkan harga jual yang tinggi untuk menempatkan produk sebagai produk

kelas atas. Strategi distribusi yang dilakukan adalah strategi distribusi intensif

untuk mendukung strategi harga tinggi guna mengoptimalisasi penggarapan

relung pasar (mutu tinggi, harga tinggi). Strategi promosi perusahaan belum

optimal karena belum memanfaatkan media massa dan audio visual untuk

menjangkau seluruh konsumen kelas atas yang tersebar di seluruh Indonesia.

Penelitian lain mengenai industri kecap juga dilakukan oleh Anggono

(1993) dengan judul Analisis Agroindustri Kecap, Studi Kasus Pada CV. Laron

Putra Manunggal, Tuban, Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mempelajari sistem pengadaan bahan baku utama kedelai yang dilakukan

pengolahan kedelai menjadi kecap yang dilakukan perusahaan dan besarnya nilai

tambah yang diciptakan serta mempelajari strategi pemasaran yang diterapkan

oleh perusahaan selama ini. Data yang digunakan berupa data primer dan data

sekunder. Hasil studi menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan dalam

pembuatan kecap dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan baku utama yang

terdiri dari kedelai hitam, gula, garam, dan air serta bahan baku pembantu yang

berupa bumbu-bumbu. Data marjin pemasaran kedelai menunjukkan adanya

peningkatan dari tahun 1990 sampai tahun 1992. Proses pengolahan kedelai

menjadi kecap dilakukan dengan cara fermentasi kedelai hitam dan masih

menggunakan teknologi tradisional. Strategi pemasaran yang dilakukan

perusahaan adalah dengan mengadakan tiga jalur saluran distribusi yaitu (1) dari

pabrik langsung ke konsumen, (2) dari pabrik, agen, pengecer kemudian ke

konsumen, (3) dari pabrik, pengecer kemudian ke konsumen. Hasil analisis

hubungan antara harga produk kecap dan biaya promosi terhadap total penerimaan

menunjukkan bahwa total penerimaan dipengaruhi secara nyata oleh harga produk

dan biaya promosi.

Penelitian dengan menggunakan metode regresi linier berganda telah

dilakukan oleh Nursusanto (2003) dengan judul Analisis Peluang Ekspor -Impor

Jagung Indonesia : Pendekatan Permintaan yang bertujuan untuk mengetahui

perkembangan ekspor dan impor jagung Indonesia, melihat dan mengidentifikasi

faktor -faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor jagung Indonesia ke dan dari

pasar internasional serta mengetahui peluang ekspor dan impor jagung Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder (time series) dalam periode waktu 18

serta metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan volume ekspor dan impor

jagung Indonesia secara keseluruhan meningkat masing-masing sebesar 307,90

persen dan 7.923,51 persen. Volume ekspor jagung dipengaruhi secara signifikan

oleh variabel harga ekspor dan variabel dummy kondisi perekonomian negara

(krisis atau tidak krisis), sedangkan volume impor jagung Indonesia dipengaruhi

secara signifikan oleh variabel harga domestik tahun ini, harga impor, pendapatan

per kapita penduduk Indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Ekspor

dan impor jagung memiliki peluang yang baik. Baik dari pasar domestik maupun

dari pasar internasional menunjukkan adanya peningkatan konsumsi jagung.

Harfa (1996) melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perkembangan Permintaan Tepung Terigu di Indonesia

menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu periode tahun

1983-1994. Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dianalisa dengan metode

deskriptif dan kuantitatif. Untuk menduga fungsi permintaan tepung terigu maka

digunakan fungsi berpangkat yang selanjutnya ditransformasikan ke dalam bentuk

fungsi double-log natural. Kemudian data yang ada diolah dengan metode OLS

memakai bantuan program komputer Shazam. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perubahan struktur yang telah terjadi dalam permintaan tepung terigu

di Indonesia, mengetahui keadaan faktor-faktor dominan yang berpengaruh

terhadap permintaan tepung terigu beserta derajat kepekaannya. Pada analisis

deskriptif disimpulkan bahwa permintaan tepung terigu kini telah mengalami

perubahan konsumsi ke bentuk olahan (masyarakat telah mengalami perubahan

variabel bebas yaitu harga tepung terigu, harga beras, harga tepung tapioka,

pendapatan per kapita, selera dan variabel boneka (untuk membedakan keadaan

resesi dan tidak resesi). Dari hasil analisis regresi ini ternyata ke enam variabel

tersebut dapat berpengaruh nyata pada fungsi permintaan tepung terigu (pada taraf

kepercayaan 90 persen dan 95 persen).

Hasil penelitian Sariati (1996) dengan judul Analisis Penawaran Minyak

Goreng Sawit di Indonesia bertujuan untuk melihat perkembangan industri MGS

di Indonesia, mengeta hui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran MGS di

Indonesia dan melihat prospek industri MGS di Indonesia pada masa yang akan

datang secara deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder pada periode waktu tahun 1975-1995. Data-data yang diperoleh

dianalisa dengan presentase dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Faktor -faktor

yang mempengaruhi penawaran MGS di Indonesia adalah harga minyak goreng

kelapa, suplai minyak sawit mentah (MSM), harga MSM di dalam negeri,

penawaran MGS tahun sebelumnya, dan kebijaksanaan pemerintah dalam

mengatur tataniaga MSM. Keseluruhan faktor-faktor tersebut berpengaruh positif

terhadap penawaran MGS di Indonesia. Industri MGS di Indonesia mempunyai

prospek yang cerah pada masa yang akan datang dilihat dari persediaan bahan

baku, potensi permintaan terhadap minyak goreng yang akan terus meningkat

sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan. Akan

tetapi pada era perdagangan bebas industri MGS akan mendapat hambatan.

Hasil penelitian Semendawai (1994) dengan judul Analisis Permintaan

Industri Pakan Ternak Terhadap Komoditas Jagung di Propinsi Jawa Barat dan

permintaan industri pakan ternak terhadap jagung di Propinsi Jawa Barat dan Jawa

Timur, dan mempelajari perilaku harga riil jagung dihubungkan dengan

kebijaksanaan deregulasi pada tahun 1988. Dalam menganalisa dan menjelaskan

keadaan permintaan, dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan

data time series (1979-1993) dan analisis deskriptif secara tabulasi dan grafis.

Perilaku harga jagung secara riil yang terjadi di Propinsi Jawa Barat dan Jawa

Timur menunjukkan peningkatan yang positif dari tahun ke tahun, juga setelah

dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi pada tahun 1988. Dari hasil analisis

permintaan industri pakan ternak terhadap jagung baik di Propinsi Jawa Barat

maupun Jawa Timur menunjukkan bahwa variabel-variabel harga jagung, harga

kedelai sebagai bahan komplementer, jumlah penggunaan jagung untuk benih,

jumlah populasi ternak, dan kebijaksanaan deregulasi secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap permintaan industri pakan ternak terhadap jagung.

Penelitian berdasarkan teori permintaan barang input oleh industri

pengolahannya juga dilakukan oleh Nurlianti (2002) dan Yulianingsih (1992).

Nurlianti (2002) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

permintaan barang input yaitu telur ayam ras oleh pedagang martabak telur di kota

Bogor. Variabel yang diduga mempengaruhi permintaan telur adalah harga telur

ayam ras, harga tepung terigu dan harga minyak goreng sebagai barang

komplementer telur dalam membuat martabak telur, volume usaha yang

dibedakan berdasarkan jumlah telur yang digunakan dalam membuat berbagai

jenis martabak, dan dummy lokasi usaha ( lokasi strategis dan tidak strategis).

Yulianingsih (1992) menganalisis fungsi permintaan karet alam di dalam

utama yang menggunakan karet alam yaitu industri crumb rubber, industri

remilling, industri pengasapan karet, industri ban, dan industri barang jadi karet

lainnya. Untuk fungsi permintaan bahan baku karet alam oleh industri crumb

rubber, remilling, dan pengasapan karet digunakan total konsumsi karet alam yang

digunakan pada masing-masing industri tersebut sebagai dependen variabelnya,

sedangkan untuk independen variabelnya digunakan jumlah produksi ban, jumlah

produksi sepatu, harga slab, dan harga lateks. Untuk fungsi permintaan bahan

baku karet alam oleh industri ban dan industri barang jadi karet lainnya

menggunakan total konsumsi karet alam yang digunakan pada kedua jenis industri

tersebut sebagai dependen variabelnya, sedangkan untuk independen variabelnya

digunakan jumlah penduduk, pendapatan per kapita, harga karet alam di dalam

Dokumen terkait