• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Kedelai pada Industri Kecap Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permintaan Kedelai pada Industri Kecap Di Indonesia"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI

PADA INDUSTRI KECAP

DI INDONESIA

Oleh :

Rosaria Dewi Afifa A08400037

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI INDONESIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Rosaria Dewi Afifa

A08400037

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

ROSARIA DEWI AFIFA. PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI INDONESIA. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI.

Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi memberikan peluang bagi kedelai untuk memenuhi suplai protein di masa yang akan datang serta berperan sebagai bahan baku pada berbagai industri pengolahan salah satunya adalah industri kecap. Peranan pengolahan kedelai menjadi kecap sangat penting guna meningkatkan permintaan, diversifikasi konsumsi, dan meningkatkan daya tahan kedelai. Peranan lain yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan nilai tambah, membagi pendapatan, dan meningkatkan devisa serta menyerap tenaga kerja.

Tujuan penulisa n skripsi ini adalah (1) menguraikan keragaan perekonomian kedelai dan industri kecap di Indonesia, (2) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai pada industri kecap.

Penelitian dilakukan sejak bulan Mei hingga Juni 2004 dengan mengum pulkan data -data sekunder dari berbagai instansi antara lain Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian serta beberapa literatur yang dapat mendukung tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan berupa data time series sejak tahun 1990 hingga tahun 2002. Pengolahan data menggunakan

software Minitab 13.1. Model yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah model permintaan kedelai pada industri kecap dengan persamaan tunggal yang diestimasi dengan teknik Kuadrat Terkecil Biasa (OLS / Ordinary Least Square).

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah nilai R2 sebesar 0,713 artinya 71,3 persen keragaman permintaan kedelai pada industri kecap dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel dalam model sementara sisanya yaitu 28,7 persen dijelaska n oleh variabel di luar model yang diduga disebabkan oleh kondisi-kondisi di luar model yang sesuai dengan kondisi-kondisi kedelai di Indonesia saat ini seperti menurunnya produksi dalam negeri sehingga impor kedelai selalu meningkat setiap tahunnya, ketidakstabilan ekonomi di Indonesia, kurangnya penggunaan teknologi untuk menghasilkan benih kedelai yang bermutu dan belum berkembangnya varietas-varietas baru yang diminati oleh petani kedelai yang sesuai dalam penggunaannya pada industri kecap serta mampu mensubstitusi kedelai impor. Pada model permintaan kedelai pada industri kecap, peubah yang berpengaruh nyata secara positif adalah harga kecap, nilai tukar rupiah, dan perusahaan kecap. Sementara sisanya yaitu produksi kecap,harga kedelai, permintaan kedelai tahun sebelumnya dan variabel dummy tidak berpengaruh nyata terhadap model.

(4)
(5)

Judul Skripsi : ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI INDONESIA

Nama : Rosaria Dewi Afifa NRP : A08400037

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Idqan Fahmi, MEc. NIP. 131803657

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130422698

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI

INDONESIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 11 Januari 1983. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Suyono

dan Ibu Sukari Tjiptaningsih. Pada tahun 1994 penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Jatingaleh I Semarang, kemudian melanjutkan ke SLTP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta dan lulus pada tahun 1997. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri 5 Yogyakarta dan lulus 3 tahun

kemudian yaitu pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya (EPS), Departemen Ilmu-Ilmu Sosial

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “Analisis Permintaan Kedelai Pada Industri Kecap di Indonesia”. Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hasil penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu diperlukan masukan, saran dan kritik yang membangun. Bersama dengan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Idqan

Fahmi, MEc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu

dalam memberikan arahan, masukan dan bimbingan. Kepada orang tua serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2006

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada banyak pihak yang telah membantu penulis selama ini :

1. Bapak dan Ibu yang dengan penuh kesabaran telah mendidik penulis dengan kasih sayang dan senantiasa mendukung penulis serta tak henti-hentinya selalu berdoa demi kesuksesan penulis dengan penuh ketulusan.

2. Bapak Ir. Idqan Fahmi, MEc selaku dosen pembimbing atas arahan, masukan

dan bimbingannya demi kesempurnaan skripsi ini, serta sebagai moderator dalam seminar.

3. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen penguji utama atas segala saran dan

kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Murdianto, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan atas berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi.

5. Ibu Tanti Noviyanti, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas arahannya selama penulis menuntut ilmu di IPB.

6. My only sister de’ sita yang ’nduuut, thanks for all ur support and giving me happiness.

7 . Aa’ (my best gift), makasih buat masukan, kritik, perhatian, kesabaran, dukungan, kasih sayang dan doa... Itu semua bikin ocha jadi lebih ’tough’

8. Chu and Vien, thanks for being my best friends, of course it means a lot chu…

buat vien, no pain no gain girl… Mpit, thanks for ur support

9. Teman-teman EPS 37 : Gery, Etis, Arum, Desi, Ida, Oyen, Henny, Icha, Laely, Metty, Mira, Nina, Nuva, Okta, Upix ( always can solve my problems with ur

idea,arigato ne ), Ratna, Sinta, Hara, Teni, Ulil, Witri, Amru, Riki, Broer, Dwi, Ferly, Ivan, Sabar, Sidqi, Parno, Wildan [ miss u all so much guys,

yappari, bisa menyusul kalian, senangnya ... ], Amir, Kaka’ Sanggam, Yegi ( cepatlah kalian !!! ).

10. Penghuni Ponytail Belakang : Kania, Shabrina, Mba’ Neni, Mitoel, Anul,

Ninit, Prima, Umul, Mba’ Susi, Entit, Cucu’, tinggal serumah dengan kalian ternyata ... mai nichi warau, exited, omoshiroii desu yo, makasih banyak buat

(10)

11. Watashi no atarashii kazoku : Hari san, Jawe san, Novan san, Imam san, Nanang san, Dini san, Hendra san, Opik san, Tian san, Fitri san, Egi san, ichi

nen kan yoroshiku onegaishimashita, gonna miss all the day in Kaizuk a,

Toride, Ibaraki, Japan. Right ??

(11)

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI

PADA INDUSTRI KECAP

DI INDONESIA

Oleh :

Rosaria Dewi Afifa A08400037

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI INDONESIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Rosaria Dewi Afifa

A08400037

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

RINGKASAN

ROSARIA DEWI AFIFA. PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI INDONESIA. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI.

Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi memberikan peluang bagi kedelai untuk memenuhi suplai protein di masa yang akan datang serta berperan sebagai bahan baku pada berbagai industri pengolahan salah satunya adalah industri kecap. Peranan pengolahan kedelai menjadi kecap sangat penting guna meningkatkan permintaan, diversifikasi konsumsi, dan meningkatkan daya tahan kedelai. Peranan lain yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan nilai tambah, membagi pendapatan, dan meningkatkan devisa serta menyerap tenaga kerja.

Tujuan penulisa n skripsi ini adalah (1) menguraikan keragaan perekonomian kedelai dan industri kecap di Indonesia, (2) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai pada industri kecap.

Penelitian dilakukan sejak bulan Mei hingga Juni 2004 dengan mengum pulkan data -data sekunder dari berbagai instansi antara lain Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian serta beberapa literatur yang dapat mendukung tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan berupa data time series sejak tahun 1990 hingga tahun 2002. Pengolahan data menggunakan

software Minitab 13.1. Model yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah model permintaan kedelai pada industri kecap dengan persamaan tunggal yang diestimasi dengan teknik Kuadrat Terkecil Biasa (OLS / Ordinary Least Square).

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah nilai R2 sebesar 0,713 artinya 71,3 persen keragaman permintaan kedelai pada industri kecap dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel dalam model sementara sisanya yaitu 28,7 persen dijelaska n oleh variabel di luar model yang diduga disebabkan oleh kondisi-kondisi di luar model yang sesuai dengan kondisi-kondisi kedelai di Indonesia saat ini seperti menurunnya produksi dalam negeri sehingga impor kedelai selalu meningkat setiap tahunnya, ketidakstabilan ekonomi di Indonesia, kurangnya penggunaan teknologi untuk menghasilkan benih kedelai yang bermutu dan belum berkembangnya varietas-varietas baru yang diminati oleh petani kedelai yang sesuai dalam penggunaannya pada industri kecap serta mampu mensubstitusi kedelai impor. Pada model permintaan kedelai pada industri kecap, peubah yang berpengaruh nyata secara positif adalah harga kecap, nilai tukar rupiah, dan perusahaan kecap. Sementara sisanya yaitu produksi kecap,harga kedelai, permintaan kedelai tahun sebelumnya dan variabel dummy tidak berpengaruh nyata terhadap model.

(14)
(15)

Judul Skripsi : ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI INDONESIA

Nama : Rosaria Dewi Afifa NRP : A08400037

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Idqan Fahmi, MEc. NIP. 131803657

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130422698

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI KECAP DI

INDONESIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2006

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 11 Januari 1983. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Suyono

dan Ibu Sukari Tjiptaningsih. Pada tahun 1994 penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Jatingaleh I Semarang, kemudian melanjutkan ke SLTP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta dan lulus pada tahun 1997. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri 5 Yogyakarta dan lulus 3 tahun

kemudian yaitu pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya (EPS), Departemen Ilmu-Ilmu Sosial

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “Analisis Permintaan Kedelai Pada Industri Kecap di Indonesia”. Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hasil penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu diperlukan masukan, saran dan kritik yang membangun. Bersama dengan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Idqan

Fahmi, MEc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu

dalam memberikan arahan, masukan dan bimbingan. Kepada orang tua serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2006

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada banyak pihak yang telah membantu penulis selama ini :

1. Bapak dan Ibu yang dengan penuh kesabaran telah mendidik penulis dengan kasih sayang dan senantiasa mendukung penulis serta tak henti-hentinya selalu berdoa demi kesuksesan penulis dengan penuh ketulusan.

2. Bapak Ir. Idqan Fahmi, MEc selaku dosen pembimbing atas arahan, masukan

dan bimbingannya demi kesempurnaan skripsi ini, serta sebagai moderator dalam seminar.

3. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen penguji utama atas segala saran dan

kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Murdianto, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan atas berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi.

5. Ibu Tanti Noviyanti, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas arahannya selama penulis menuntut ilmu di IPB.

6. My only sister de’ sita yang ’nduuut, thanks for all ur support and giving me happiness.

7 . Aa’ (my best gift), makasih buat masukan, kritik, perhatian, kesabaran, dukungan, kasih sayang dan doa... Itu semua bikin ocha jadi lebih ’tough’

8. Chu and Vien, thanks for being my best friends, of course it means a lot chu…

buat vien, no pain no gain girl… Mpit, thanks for ur support

9. Teman-teman EPS 37 : Gery, Etis, Arum, Desi, Ida, Oyen, Henny, Icha, Laely, Metty, Mira, Nina, Nuva, Okta, Upix ( always can solve my problems with ur

idea,arigato ne ), Ratna, Sinta, Hara, Teni, Ulil, Witri, Amru, Riki, Broer, Dwi, Ferly, Ivan, Sabar, Sidqi, Parno, Wildan [ miss u all so much guys,

yappari, bisa menyusul kalian, senangnya ... ], Amir, Kaka’ Sanggam, Yegi ( cepatlah kalian !!! ).

10. Penghuni Ponytail Belakang : Kania, Shabrina, Mba’ Neni, Mitoel, Anul,

Ninit, Prima, Umul, Mba’ Susi, Entit, Cucu’, tinggal serumah dengan kalian ternyata ... mai nichi warau, exited, omoshiroii desu yo, makasih banyak buat

(20)

11. Watashi no atarashii kazoku : Hari san, Jawe san, Novan san, Imam san, Nanang san, Dini san, Hendra san, Opik san, Tian san, Fitri san, Egi san, ichi

nen kan yoroshiku onegaishimashita, gonna miss all the day in Kaizuk a,

Toride, Ibaraki, Japan. Right ??

(21)

DAFTAR ISI

3.1.2. Permintaan Barang Input oleh Industri Pengolahannya .. 20

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 24

(22)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Perekonomian Kedelai dan Industri Kecap di Indonesia 37 5.1.1 Konsumsi dan Produksi Kedelai ... 37 5.1.2 Impor Kedelai ... 40 5.1.3 Agroindustri Kedelai ... 42 5.2 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Permintaan Kedelai pada

Industri Kecap ... 45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 53 6.2 Saran ... 53

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 1 Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Tenaga Kerja Pada Industri Kecap Tahun 1993-2003 ... 3

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Penduduk, Produksi, dan Konsumsi Kecap Indonesia Tahun 1993, 1996, 1999 dan 2002 ... 4

Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Antara QdK dengan QsKc,

PKc, PK, Qdkt-1, Ert, PrshnKc, D ... 60

Tabel 10 Korelasi Pearson Antara Qdk dengan QsKc, PKc, PK,

QdKt-1, Ert, PrshnKc, D ... 61

Tabel 11 Hasil Analisis Regresi Antara Log QdK dengan Log QsKc, Log PKc, Log PK, Log QdKt-1, Log Ert,

Log PrshnKc, D ... 62

Tabel 12 Korelasi Pearson Antara Log QdK dengan Log QsKc, Log PKc, Log PK, Log QdKt-1, Log Ert, Log PrshnK c,

D ... 63

Tabel 13 Hasil Analisis Komponen Utama ... 66

Tabel 14 Hasil Analisis Regresi Antara Log QdK dengan Skor

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 1 Kurva Primary dan Derived Demand ... 21

Gambar 2 Penurunan Produktivitas Rata-rata dan Produktivitas Marjinal untuk Kurva Tenaga Kerja dari Kurva Produk

Total ... 23

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 26

Nomor Lampiran Halaman Gambar 4 Plotting Residual dengan QdK ... 64

Gambar 5 Plotting Residual dengan QdK Dugaan ... 64

Gambar 6 Plotting Residual dengan Log QdK ... 65

(25)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam usaha mencapai masyarakat adil dan makmur, Garis-Garis Besar

Haluan Negara (GBHN) menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan

pada bidang ekonomi. Pembangunan tersebut mempunyai titik berat pada sektor

pertanian dan sektor industri dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang

seimbang antara industri dan pertanian baik dari segi nilai tambah maupun dari

segi penerapan tenaga kerja (Indikator Ekonomi, 2001).

Kebijakan pangan nasional seperti dirumuskan dalam GBHN 1993

meliputi ketahanan, ketersediaan, perbaikan mutu serta keamanan pangan

memerlukan kebijaksanaan di bidang komoditas sebagai andalan terutama dalam

kaitannya dengan program peningkatan mutu gizi pangan baik langsung maupun

tak langsung. Penganekaragaman pangan yang bertujuan untuk meningkatkan

mutu pangan seperti disarankan oleh pakar nutrisi menuntut ketersediaan dan

keragaman berbagai jenis pangan nabati dan hewani (Silitonga, dkk, 1996).

Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia secara langsung

mempengaruhi pertumbuhan permintaan makanan. Hal itu disebabkan oleh

pertambahan populasi dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi. Dampak dari peningkatan pendapatan di masyarakat

adalah perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi dengan protein

rendah menjadi pola pangan karbohidrat lebih rendah dengan protein yang lebih

(26)

Kedelai dianggap memiliki peluang yang besar untuk memenuhi suplai

protein di masa yang akan datang serta berperan dalam industri pakan ternak dan

sebagai bahan baku pada berbagai industri pengolahan. Produk yang terbuat dari

kedelai Indonesia telah dikenal di dunia internasional sebagai produk dengan

nutrisi yang tinggi. Proses pengolahan kedelai secara internasional

diklasifikasikan menjadi dua yaitu (1) dengan fermentasi seperti tempe, kecap dan

tauco, dan (2) tanpa fermentasi seperti tahu, susu kedelai, tepung kedelai, dan

tauge. Produk-produk tersebut telah menjadi bagian dari menu makan sehari-hari

bagi penduduk dari segala level masyarakat (Utomo dan Nikkuni, 2000).

Salah satu produk hasil pengolahan kedelai secara fermentasi adalah

kecap. Peranan pengolahan kedelai menjadi kecap sangat penting guna

meningkatkan permintaan, diversifikasi konsum si, dan meningkatkan daya tahan

kedelai. Peranan lain yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan nilai tambah,

membagi pendapatan, dan meningkatkan devisa serta menyerap tenaga kerja.

Penyerapan tenaga kerja pada industri kecap mengalami perubahan yang

berfluktuasi dari tahun ke tahun tetapi cenderung meningkat, begitu pula dengan

upah tenaga kerja yang mengalami peningkatan. Penyerapan tenaga kerja yang

terus meningkat tersebut akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi

dengan mengurangi jumlah angka pengangguran. Perkembangan jumlah tenaga

(27)

Tabel 1 Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja dan Besarnya Upah Tenaga Kerja Pada Industri Kecap Tahun 1993 – 2003

Tahun Jumlah Tenaga Kerja Yang Dibayar (orang)

Upah Tenaga Kerja (000 Rp)

1993 5013 6.872.684

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1993 – 2003.

1.2 Perumusan Masalah

Pola konsumsi terhadap kecap dan potensi pasarnya mempunyai prospek

yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan konsumsi kecap seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya restoran-restoran, pasar

swalayan, terbukanya kesempatan menembus ekspor dan pola konsumsi

masyarakat yang berkembang. Kondisi ini mendorong perusahaan yang bergerak

pada industri kecap untuk meningkatkan produksinya dengan berbagai ukuran,

rasa dan kemasan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang

beragam (Irawati, 1996).

Sebagai jenis industri besar yang menggunakan bahan baku utama

(28)

pertanian yang bersifat musiman dan mudah rusak. Selain itu industri kecap juga

dapat menciptakan nilai tambah komoditas kedelai, meningkatkan permintaan

kedelai yang pada akhirnya akan menguntungkan petani, menyerap tenaga kerja,

dan meningkatkan devisa negara melalui pemanfaatan peluang ekspor (Yuspida,

2000).

Perkembangan produksi kecap di Indonesia menunjukkan perubahan yang

berfluktuasi dari tahun ke tahun namun cenderung meningkat sejalan dengan

peningkatan kebutuhan masyarakat akan produk tersebut. Perkembangan jumlah

penduduk, konsumsi, dan produksi kecap dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Penduduk, Produksi, dan Konsumsi Kecap Indonesia Tahun 1993-2002

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Produksi (liter) Konsums i (liter)

1993 186.544.810 16.084.928 44.233.505

1996 195.524.884 86.436.736 91.098.954

1999 204.783.931 85.864.195 99.885.410

2002 212.003.000 203.165.844 169.772.002

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1993-2002 (diolah).

Tampak bahwa total konsumsi ke cap masyarakat Indonesia jauh lebih

besar jika dibandingkan dengan total produksinya. Tingginya permintaan

masyarakat akan produk kecap ditunjukkan dengan semakin besarnya jumlah

kecap yang diimpor oleh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan konsumen

Indonesia karena produksi kecap dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan

pangan domestik akan kecap. Untuk menghemat devisa negara, maka agroindustri

yang menghasilkan kecap perlu digalakkan. Di samping itu, terdapat industri lain

(29)

jumlah perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan dengan bahan baku

kedelai yang bersaing dengan industri kecap. Data BPS menunjukkan bahwa

jumlah perusahaan pada industri pengolahan yang menggunakan bahan baku

kedelai pada tahun 1996 hingga 2001 berturut -turut adalah 219, 209, 192, 215,

213, dan 197 perusahaan.

Sebagai industri dengan bahan baku utama kedelai, maka kegiatan

ekonomi pada industri kecap dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah

yang berkaitan dengan komoditi kedelai. Kebijakan pemerintah berubah setelah

tahun 1998 dimana sebagai bagian dari paket pemulihan ekonomi, pemerintah

Indonesia setuju untuk menderegulasi beberapa kebijakan perdagangan

diantaranya menyangkut kedelai. Impor kedelai yang semula merupakan

monopoli pemerintah dalam hal ini Bulog, sejak 1 Januari 1998 bebas diimpor

dengan menggunakan lisensi impor. Tarif impor yang semula 20 persen akan

turun menjadi 5 persen pada tahun 2003 (Soesastro dan Basri, 1998). Walaupun

dalam kesepakatan tersebut Indonesia masih diperkenankan untuk menerapkan

tarif impor kedelai tetapi dalam kenyataannya kedelai dapat masuk dengan bebas

(Oktaviani, 2002). Tingginya impor kedelai ini berdampak terhadap fluktuasi

harga kedelai baik kede lai impor maupun kedelai domestik. Pada akhirnya

fluktuasi harga tersebut akan berdampak pada permintaan kedelai oleh industri

pengolahan kedelai termasuk industri kecap.

Hadipurnomo (2000) mengatakan bahwa dalam era liberalisasi

perdagangan ini, kebijakan perdagangan yang masih relevan untuk diterapkan

hanya kebijakan tarif. Indonesia telah menyepakati ketentuan tarif tidak lebih dari

(30)

Sedangkan kesepakatan Indonesia dalam perdagangan bebas ASEAN (AFTA),

tarif impor kedelai yang diberlakukan mulai tahun 2010 adalah paling tinggi 5

persen dengan catatan tetap dikelola di bawah State Trading Enterprise/Bulog

(Rachman, dkk, 1996).

Perumusan masalah yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah sebagai

berikut :

1) Bagaimanakah keragaan perekonomian kedelai dan industri kecap di

Indonesia ?

2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan kedelai pada

industri kecap di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di atas maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :

1) Menguraikan keragaan perekonomian kedelai dan industri kecap di

Indonesia.

2) Menganalisa faktor -faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai pada

industri kecap di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna bagi penulis sebagai tempat berlatih untuk

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan. Penelitian

(31)

Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pemerintah dalam

merumuskan kebijakan terhadap perkembangan agroindustri yang mengolah

bahan baku dari pertanian khususnya komoditi kedelai, sebagai sumber peluang

baru dalam usaha peningkatan nilai tambah produk pertanian dan peningkatan

pendapatan masyarakat. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan menjadi bahan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Analisis permintaan kedelai se bagai bahan baku dalam memproduksi

kecap di Indonesia ini dilihat secara agregat (nasional). Industri kecap yang

dicakup dalam penelitian ini tergolong dalam industri besar dan sedang dimana

tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan di industri ini sebanyak 20 orang atau

(32)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Komoditas Kedelai

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam

berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu dan

kelemba ban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok,

maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian

dan kacang-kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik. Salah satu

jenis tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk

Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril).

Dalam dekade terakhir, untuk dapat memenuhi permintaan nasional yang

cenderung terus meningkat, Indonesia mengimpor kedelai pada tahun 1989

sebanyak 400.000 ton, sedangkan pada tahun 1996 impor melonjak menjadi

mendekati 800.000 ton. Besarnya angka impor tersebut merupakan salah satu

indikator betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi kebutuhan penduduk.

Kegunaan kedelai untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah untuk memasok

kebutuhan pokok berbagai jenis produk olahan.

Dengan memahami betapa besarnya kebutuhan kedelai untuk pasokan

industri yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk

Indonesia tersebut di satu sisi, sedangkan di sisi lain impor cenderung meningkat,

maka dalam kondisi perekonomian seperti saat-saat ini, berbagai upaya yang

dapat mengarah kepada memproduksikan kedelai dalam negeri secara optimal

agar negara dapat memperkecil kedelai impor, merupakan momentum yang tepat

(33)

besar selaku mitra, kalangan petani, instansi terkait, dan instansi lainnya, untuk

menyatu dalam suatu pelaksanaan proyek dalam rangka meningkatkan produksi

kedelai dalam negeri (Anonim, 2004)1.

Selama ini Indonesia masih menggantungkan kebutuhan kedelai pada

produk impor. Impor kedelai tahun 2002 tercatat 1.130.000 ton, produksi dalam

negeri hanya mencapai 673.000 ton. Direktur Jenderal Industri Kimia, Agro, dan

Hasil Hutan (IKAH) Depperindag Zaenal Arifin mengatakan bahwa kebutuhan

kedelai untuk industri dalam negeri sekitar 1.200.000 ton setiap tahunnya. Padahal

luas panen kedelai empat tahun terakhir cenderung berkurang. Luas panen tahun

1999 adalah 1.150.000 hektar anjlok menjadi 824.000 hektar pada tahun 2000,

dan 678.000 hektar pada tahun 2001 (WAS, 2004)2. Perkembangan luas panen,

produksi, produktivitas, dan konsumsi kedelai Indonesia dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas Panen, Produksi, Produktivitas, dan Konsumsi Kedelai Indonesia Tahun 1993 – 2002

Tahun Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1993-2002.

(34)

Dalam kehidupan masyarakat kita, kedelai telah dikenal sejak lama

sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39 persen

hingga 41 persen dan menjadi bagian makanan sehari-hari bangsa Indonesia

selama lebih dari 200 tahun. Kegemaran memasak dan ketrampilan mengolah

bahan makanan telah menghasilkan aneka ragam makanan dan hasil olah kedelai.

Beberapa jenis makanan tersebut diadaptasi dari bangsa lain, tetapi hasil olah

kedelai yang sekarang mulai digemari dan diakui sebagai makanan bernilai gizi

tinggi oleh dunia internasional adalah kreasi asli Indonesia.

Menurut Hermana (1985), pengolahan kedelai secara tradisional

menghasilkan bahan-bahan makanan yang dapat dikelompokkan me njadi dua

yakni (1) tanpa fermentasi seperti tauge, susu kedelai, tahu, dan kembang tahu,

serta (2) dengan fermentasi seperti kecap, oncom, tauco, dan tempe. Hasil-hasil

olah tersebut telah menjadi bagian dalam pola hidangan makanan segenap lapisan

masyara kat, baik sebagai bahan makanan maupun sebagai bumbu. Selain

hasil-hasil olah tersebut, masyarakat Indonesia telah pula mengenal hasil-hasil olah kedelai

generasi baru antara lain kedelai bubuk dan daging kedelai. Hasil olah kedelai

pada umumnya memang merupakan makanan bernilai gizi baik dan tidak mahal

sehingga dapat dikatakan bahwa kacang kedelai berperanan besar dalam

peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat. Penggunaan hasil olah kedelai

sebagai sumber protein dalam hidangan makanan sehari-hari untuk pengganti

daging atau sebagai bahan perbaikan gizi hidangan yang sebagian besar berupa

(35)

2.2 Gambaran Umum Produk Kecap

Menurut Hermana (1985), kecap merupakan sari kedelai yang telah

difermentasikan, dengan atau tanpa tambahan gula dan bumbu. Kedelai yang

digunakan untuk membuat kecap biasanya kedelai hitam agar kecap yang

dihasilkan berwarna coklat hitam. Kecap yang dibuat dari kedelai kuning

berwarna coklat. Di Indonesia dikenal kecap manis, kecap manis (asin) sedang,

dan kecap asin, sesuai kadar gulanya. Selain kecap kedelai murni, ada kecap yang

dibuat dari campuran gandum dengan kedelai. Pembuatan kecap juga dapat

dilakukan tanpa fermentasi, yaitu dengan hidrolisa asam. Cara ini belum

digunakan dalam industri kecap di Indonesia. Secara fermentasi, pembuatan kecap

dimulai dengan fermentasi oleh cendawan, dilanjutkan dengan fermentasi dalam

larutan garam dan akhirnya pemasakan. Makin lama fermentasinya, makin sedap

aroma dan rasa kecapnya. Cendawan yang digunakan adalah Aspergillus oryzae

atau Rhizopus oryzae. Daya urai terhadap protein dari Rhizopus oryzae tidak

sebaik Aspergillus oryzae sehingga mutu kecap yang dihasilkannya pun kurang.

Menurut Utomo dan Nikkuni (2000), dalam proses pembuatan kecap

terdapat dua cara fermentasi. Cara pertama yaitu fermentasi dengan menggunakan

Aspergillus pada suhu 25-308C selama 3-7 hari. Hasil kedelai yang terbentuk dari

proses fermentasi tersebut dicampur dengan 20-30 persen larutan garam untuk

dibawa pada fermentasi cara kedua yaitu dengan larutan garam di bawah 20

persen pada suhu 25-308C selama 14-120 hari. Kemudian bubur yang telah

terfermentasi disaring.

Terdapat tiga macam kecap berdasarkan kualitasnya. Kualitas pertama

(36)

mengandung 4-6 persen protein, sedangkan kecap kualitas ketiga mengandung 2-4

persen protein. Pada umumnya, kecap yang digunakan sehari-hari sebagai bumbu

mengandung 4-5 persen protein, satu persen lemak, dan sembilan persen

karbohidrat (Utomo dan Nikkuni, 2000).

2.3 Penelitian-penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai industri kecap dan analisis yang menggunakan

pendekatan ekonometrika dengan model regresi linier berganda dengan

persamaan tunggal yang diduga berdasarkan metode kuadrat terkecil biasa atau

OLS (Ordinary Least Squre) telah banyak dilakukan. Yuspida (2000), Irawati

(1996), dan Anggono (1993) melakukan penelitian tentang industri kecap

sedangkan penelitian yang menggunakan model regresi linier berganda telah

dilakukan oleh Nursusanto (2003), Sariati (1996), Harfa (1996), dan Semendawai

(1994).

Penelitian mengenai industri kecap telah dilakukan oleh Yuspida (2000)

dengan judul Optimalisasi Resiko Pemasaran Portfolio Produk Kecap Pada PT.

Alam Aneka Aroma Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran umum aktivitas diversifikasi produk yang dilakukan oleh perusahaan,

menganalisis tingkat resiko penerimaan diversifikasi produk kecap yang

dilakukan oleh perusahaan, menentukan kombinasi optimal dari produk yang

dipasarkan yang memberikan tingkat resiko optimal, dan mengetahui

kemungkinan implementasi hasil optimalisasi yang didasarkan pada kondisi

perusahaan. Data yang dipergunakan berupa data primer dan data sekunder yang

(37)

dikembangkan oleh perusahaan dalam menghadapi kondisi ini adalah dengan

melakukan strategi diversifikasi terhadap produk kecap yang dihasilkannya. Hasil

analisis menunjukkan bahwa perusahaan pada periode Januari 1995 sampai

November 1998 belum melakukan alokasi modal yang optimal.

Irawati (1996) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi

Pemasaran Kecap pada Perusahaan Kecap Rina Sari. Penelitian ini bertujuan

untuk mempelajari keadaan umum perusahaan, mempelajari faktor-faktor strategis

pemasaran perusahaan, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran perusahaan.

Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Untuk mempelajari

strategi pemasaran perusahaan, dilakukan analisa kualitatif dengan menggunakan

pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats).

Strategi produk yang dilakukan adalah pengembangan produk dengan spesialisasi

pada satu jenis lini produk saja. Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah

menetapkan harga jual yang tinggi untuk menempatkan produk sebagai produk

kelas atas. Strategi distribusi yang dilakukan adalah strategi distribusi intensif

untuk mendukung strategi harga tinggi guna mengoptimalisasi penggarapan

relung pasar (mutu tinggi, harga tinggi). Strategi promosi perusahaan belum

optimal karena belum memanfaatkan media massa dan audio visual untuk

menjangkau seluruh konsumen kelas atas yang tersebar di seluruh Indonesia.

Penelitian lain mengenai industri kecap juga dilakukan oleh Anggono

(1993) dengan judul Analisis Agroindustri Kecap, Studi Kasus Pada CV. Laron

Putra Manunggal, Tuban, Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mempelajari sistem pengadaan bahan baku utama kedelai yang dilakukan

(38)

pengolahan kedelai menjadi kecap yang dilakukan perusahaan dan besarnya nilai

tambah yang diciptakan serta mempelajari strategi pemasaran yang diterapkan

oleh perusahaan selama ini. Data yang digunakan berupa data primer dan data

sekunder. Hasil studi menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan dalam

pembuatan kecap dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan baku utama yang

terdiri dari kedelai hitam, gula, garam, dan air serta bahan baku pembantu yang

berupa bumbu-bumbu. Data marjin pemasaran kedelai menunjukkan adanya

peningkatan dari tahun 1990 sampai tahun 1992. Proses pengolahan kedelai

menjadi kecap dilakukan dengan cara fermentasi kedelai hitam dan masih

menggunakan teknologi tradisional. Strategi pemasaran yang dilakukan

perusahaan adalah dengan mengadakan tiga jalur saluran distribusi yaitu (1) dari

pabrik langsung ke konsumen, (2) dari pabrik, agen, pengecer kemudian ke

konsumen, (3) dari pabrik, pengecer kemudian ke konsumen. Hasil analisis

hubungan antara harga produk kecap dan biaya promosi terhadap total penerimaan

menunjukkan bahwa total penerimaan dipengaruhi secara nyata oleh harga produk

dan biaya promosi.

Penelitian dengan menggunakan metode regresi linier berganda telah

dilakukan oleh Nursusanto (2003) dengan judul Analisis Peluang Ekspor -Impor

Jagung Indonesia : Pendekatan Permintaan yang bertujuan untuk mengetahui

perkembangan ekspor dan impor jagung Indonesia, melihat dan mengidentifikasi

faktor -faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor jagung Indonesia ke dan dari

pasar internasional serta mengetahui peluang ekspor dan impor jagung Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder (time series) dalam periode waktu 18

(39)

serta metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan volume ekspor dan impor

jagung Indonesia secara keseluruhan meningkat masing-masing sebesar 307,90

persen dan 7.923,51 persen. Volume ekspor jagung dipengaruhi secara signifikan

oleh variabel harga ekspor dan variabel dummy kondisi perekonomian negara

(krisis atau tidak krisis), sedangkan volume impor jagung Indonesia dipengaruhi

secara signifikan oleh variabel harga domestik tahun ini, harga impor, pendapatan

per kapita penduduk Indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Ekspor

dan impor jagung memiliki peluang yang baik. Baik dari pasar domestik maupun

dari pasar internasional menunjukkan adanya peningkatan konsumsi jagung.

Harfa (1996) melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perkembangan Permintaan Tepung Terigu di Indonesia

menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu periode tahun

1983-1994. Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dianalisa dengan metode

deskriptif dan kuantitatif. Untuk menduga fungsi permintaan tepung terigu maka

digunakan fungsi berpangkat yang selanjutnya ditransformasikan ke dalam bentuk

fungsi double-log natural. Kemudian data yang ada diolah dengan metode OLS

memakai bantuan program komputer Shazam. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perubahan struktur yang telah terjadi dalam permintaan tepung terigu

di Indonesia, mengetahui keadaan faktor-faktor dominan yang berpengaruh

terhadap permintaan tepung terigu beserta derajat kepekaannya. Pada analisis

deskriptif disimpulkan bahwa permintaan tepung terigu kini telah mengalami

perubahan konsumsi ke bentuk olahan (masyarakat telah mengalami perubahan

(40)

variabel bebas yaitu harga tepung terigu, harga beras, harga tepung tapioka,

pendapatan per kapita, selera dan variabel boneka (untuk membedakan keadaan

resesi dan tidak resesi). Dari hasil analisis regresi ini ternyata ke enam variabel

tersebut dapat berpengaruh nyata pada fungsi permintaan tepung terigu (pada taraf

kepercayaan 90 persen dan 95 persen).

Hasil penelitian Sariati (1996) dengan judul Analisis Penawaran Minyak

Goreng Sawit di Indonesia bertujuan untuk melihat perkembangan industri MGS

di Indonesia, mengeta hui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran MGS di

Indonesia dan melihat prospek industri MGS di Indonesia pada masa yang akan

datang secara deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder pada periode waktu tahun 1975-1995. Data-data yang diperoleh

dianalisa dengan presentase dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Faktor -faktor

yang mempengaruhi penawaran MGS di Indonesia adalah harga minyak goreng

kelapa, suplai minyak sawit mentah (MSM), harga MSM di dalam negeri,

penawaran MGS tahun sebelumnya, dan kebijaksanaan pemerintah dalam

mengatur tataniaga MSM. Keseluruhan faktor-faktor tersebut berpengaruh positif

terhadap penawaran MGS di Indonesia. Industri MGS di Indonesia mempunyai

prospek yang cerah pada masa yang akan datang dilihat dari persediaan bahan

baku, potensi permintaan terhadap minyak goreng yang akan terus meningkat

sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan. Akan

tetapi pada era perdagangan bebas industri MGS akan mendapat hambatan.

Hasil penelitian Semendawai (1994) dengan judul Analisis Permintaan

Industri Pakan Ternak Terhadap Komoditas Jagung di Propinsi Jawa Barat dan

(41)

permintaan industri pakan ternak terhadap jagung di Propinsi Jawa Barat dan Jawa

Timur, dan mempelajari perilaku harga riil jagung dihubungkan dengan

kebijaksanaan deregulasi pada tahun 1988. Dalam menganalisa dan menjelaskan

keadaan permintaan, dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan

data time series (1979-1993) dan analisis deskriptif secara tabulasi dan grafis.

Perilaku harga jagung secara riil yang terjadi di Propinsi Jawa Barat dan Jawa

Timur menunjukkan peningkatan yang positif dari tahun ke tahun, juga setelah

dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi pada tahun 1988. Dari hasil analisis

permintaan industri pakan ternak terhadap jagung baik di Propinsi Jawa Barat

maupun Jawa Timur menunjukkan bahwa variabel-variabel harga jagung, harga

kedelai sebagai bahan komplementer, jumlah penggunaan jagung untuk benih,

jumlah populasi ternak, dan kebijaksanaan deregulasi secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap permintaan industri pakan ternak terhadap jagung.

Penelitian berdasarkan teori permintaan barang input oleh industri

pengolahannya juga dilakukan oleh Nurlianti (2002) dan Yulianingsih (1992).

Nurlianti (2002) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

permintaan barang input yaitu telur ayam ras oleh pedagang martabak telur di kota

Bogor. Variabel yang diduga mempengaruhi permintaan telur adalah harga telur

ayam ras, harga tepung terigu dan harga minyak goreng sebagai barang

komplementer telur dalam membuat martabak telur, volume usaha yang

dibedakan berdasarkan jumlah telur yang digunakan dalam membuat berbagai

jenis martabak, dan dummy lokasi usaha ( lokasi strategis dan tidak strategis).

Yulianingsih (1992) menganalisis fungsi permintaan karet alam di dalam

(42)

utama yang menggunakan karet alam yaitu industri crumb rubber, industri

remilling, industri pengasapan karet, industri ban, dan industri barang jadi karet

lainnya. Untuk fungsi permintaan bahan baku karet alam oleh industri crumb

rubber, remilling, dan pengasapan karet digunakan total konsumsi karet alam yang

digunakan pada masing-masing industri tersebut sebagai dependen variabelnya,

sedangkan untuk independen variabelnya digunakan jumlah produksi ban, jumlah

produksi sepatu, harga slab, dan harga lateks. Untuk fungsi permintaan bahan

baku karet alam oleh industri ban dan industri barang jadi karet lainnya

menggunakan total konsumsi karet alam yang digunakan pada kedua jenis industri

tersebut sebagai dependen variabelnya, sedangkan untuk independen variabelnya

digunakan jumlah penduduk, pendapatan per kapita, harga karet alam di dalam

(43)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Teori Permintaan

Permintaan adalah banyaknya jum lah barang yang diminta pada suatu

pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan

dalam periode tertentu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dari

seorang individu atau masyarakat terhadap suatu barang, diantaranya adalah harga

barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, selera dan ramalan

atau estimasi di masa yang akan datang, harga barang lain atau substitusi (Putong,

2002).

Permintaan input adalah apa yang disebut dengan derived demand. Input

itu dibeli oleh orang untuk dipergunakan dalam proses produksi. Karena itu

permintaan input diturunkan dari fungsi produksi suatu barang, dengan asumsi

bahwa perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan yang ingin

diperolehnya. Apabila diketahui fungsi permintaan dari barang jadi (finished

good) yang dihasilkan dengan menggunakan input yang dibeli itu, maka fungsi

permintaan input dapat diturunkan dari fungsi keuntungan perusahaan. Jumlah

input yang diminta akan merupakan fungsi dari harga input bersangkutan, dari

harga-harga input lainnya yang juga dipergunakan dalam proses produksi itu dan

dari harga output.

Menurut Lipsey (1995), jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk

suatu komoditi merupakan jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua

(44)

diinginkan, sedangkan istilah kuantitas nyata yang dibeli (quantity actually

bought) digunakan untuk menunjukkan jumlah pembelian yang sebenarnya.

Banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada

periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel waktu tertentu yaitu harga

komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga komoditi yang

berkaitan baik berkaitan secara substitusi maupun komplementer, selera, distribusi

pendapatan di antara rumah tangga, dan besarnya populasi. Dalam penelitian ini,

rumah tangga yang dimaksud adalah perusahaan yang bergerak dalam industri

pengolahan penghasil kecap.

Konsep permintaan tidak membedakan klasifikasi produk, tetapi untuk

barang antara akan lebih sulit untuk mengukur faktor tingkat pendapatan dan

selera karena konsumennya adalah industri-industri pengolahan. Sedangkan selera

industri dalam menggunakan suatu bahan baku tergantung kekuatan suplai dan

permintaan dari produk akhirnya sehingga permintaan barang antara sangat

dipengaruhi oleh konsumsi produk akhirnya.

3.1.2 Permintaan Barang Input oleh Industri Pengolahannya

Sistem permintaan kedelai untuk memproduksi kecap oleh industri kecap

di Indonesia berkaitan erat dengan permintaan primer (primary demand) dan

permintaan turunan (derived demand). Derived demand digunakan untuk

menunjukkan daftar permintaan bagi input yang dipakai dalam menghasilkan

produk akhir. Derived demand juga menyangkut sistem pemasaran secara

keseluruhan ataupun fungsi permintaan di tingkat petani. Derived demand berbeda

(45)

produk. Kurva derived demand dapat berubah salah satunya karena pergeseran

kurva primary demand atau perubahan marjin pemasaran. Secara empiris

hubungan derived demand dapat diperkirakan secara tidak langsung antara lain

dengan mengurangkan marjin yang terdapat dalam daftar primary demand atau

secara langsung dengan menggunakan data harga dan jumlah ya ng diperoleh dari

setiap tingkat pemasaran (Tomek dan Robinson, 1972).

Harga

jumlah per unit waktu

Gambar 1 Kurva Primary dan Derived Demand (Tomek dan Robinson, 1972)

Fungsi permintaan input dapat diturunkan dari fungsi produksi. Fungsi

produksi menunjukkan produk maksimum yang dapat diperoleh dengan sejumlah

masukan tertentu, pada teknologi tertentu yang menyatakan hubungan antara input

dan produk. Jadi barang produksi merupakan variabel tidak bebas dan faktor

produksi (input) merupakan variabel bebas. Secara matematis, fungsi produksi

dapat dinyatakan sebagai :

Y = f ( X1, ..., Xn )

dimana Y adalah output dan X adalah input-input yang digunakan untuk

memproduksi Y. Pr

Pf primary demand

derived demand

(46)

Efek perubahan dalam salah satu faktor produksi terhadap output

digambarkan oleh produk marjinal. Secara matematis :

PMxi = i

Definisi produk marjinal secara matematis menggunakan turunan sebagian

(partial derivatives) yang mencerminkan bahwa penggunaan semua input lain

dianggap konstan sementara input yang ingin diamati diubah-ubah. Marjinal

produk dari satu input unit terakhir tidak selalu sama besarnya. Ketika input yang

digunakan, misalnya L, masih sedikit, produk marjinal sangat tinggi. Semakin

banyak input tersebut digunakan sementara input lain konstan, maka produk

marjinal akan semakin berkurang.

Produktivitas tenaga kerja dimaksudkan sebagai produktivitas rata-rata per

pekerja. Produktivitas rata -rata per tenaga kerja (APL) didefinisikan sebagai :

ja

Kurva dalam Gambar 2 memperlihatkan bagaimana produktivitas rata -rata

dan produktivitas marjinal untuk kurva tenaga kerja dapat diturunkan dari kurva

produk total. Kurva TPL dalam (a) mewakili hubungan antara masukan tenaga

kerja dan keluaran, dengan asumsi bahwa semua masukan lain dapat

dipertahankan konstan. Seperti yang terlihat pada (b), kemiringan kurva TPL

merupakan produk marjinal tenaga kerja (MPL), dan kemiringan kurva yang

menggabungkan titik asal dengan satu titik di kurva TPL menghasilkan produk

(47)

Q

0 L* L** L***

(a)

MPL, APL

0 L* L** MPL L***

Gambar 2 Menurunkan Produktivitas Rata -rata dan Produktivitas Marjinal untuk Kurva Tenaga Kerja dari Kurva Produk Total (Nicholson, 1995)

(a) Produk Total Kurva Tenaga Kerja

(b) Kurva Produk Rata-rata dan Marjinal untuk Tenaga Kerja

TPL

APL

input

(48)

Permintaan barang input dipengaruhi oleh harga input ya ng bersangkutan,

harga input lain yang mempunyai daya komplementer maupun substitusi, dan

harga output yang dihasilkan. Pada penelitian ini, permintaan kedelai sebagai

barang input dalam memproduksi kecap berarti dipengaruhi juga oleh harga

kedelai baik ha rga kedelai lokal maupun harga kedelai impor dan harga kecap

sebagai output yang dihasilkan. D isebutkan pula bahwa permintaan suatu

komoditi juga dipengaruhi oleh beberapa variabel tertentu seperti selera dan

jumlah populasi. Dalam penelitian ini selera dianalogkan dengan konsumsi

kedelai tahun sebelumnya yang dapat menjelaskan kecenderungan permintaan

komoditi kedelai dari tahun ke tahun. Sedangkan populasi dijelaskan oleh

banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan penghasil kecap.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diduga mempunyai keterkaitan terhadap

permintaan kedelai dalam memproduksi kecap mengingat kedelai yang digunakan

tidak hanya berupa kedelai domestik tetapi juga menggunakan kedelai impor.

3.2 Kerangka Pemikiran Konseptua l

Kedelai dipandang penting oleh pemerintah dan telah dimasukkan dalam

program pangan nasional sejak Pelita IV. Alasannya karena komoditi ini

mengandung protein nabati yang tinggi, sumber lemak, vitamin, dan mineral

sehingga kalau tersedia cukup di dala m negeri akan mampu memperbaiki gizi

masyarakat baik melalui konsumsi segar maupun melalui konsumsi barang olahan

yang berasal dari kedelai. Konsumsi kedelai yang semakin meningkat tidak dapat

dipenuhi dengan ketersediaan kedelai domestik saja sehingga diperlukan adanya

(49)

Di samping sebagai bahan baku produk pangan, kedelai juga menjadi

bahan baku bagi industri pakan ternak dan industri lain yang penting dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam memenuhi kebutuhan bahan

baku industri pengolahan pangan terutama industri kecap, dituntut adanya

ketersediaan kedelai yang konstan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan

kecap. Meskipun data aktual konsumsi kecap tersebut belum tersedia secara

lengkap, namun tendensi peningkatan konsumsi kecap dapat diamati dengan

mudah seperti semakin banyaknya produk kecap yang dijual dengan berbagai

merek, tingginya persaingan antara sesama industri kecap yang dapat dilihat dari

semakin seringnya iklan yang muncul di televisi mengenai produk kecap.

Perkembangan impor kecap yang semakin meningkat juga dapat digunakan untuk

mendukung dugaan peningkatan konsumsi kecap tersebut. Oleh karena itu perlu

diketahui bagaimanakah penggunaan kedelai pada industri kecap sehingga dapat

diperoleh kebijakan dalam pengembangan industri kecap dan peningkatan

penggunaan kedelai. Dari uraian di atas maka dapat digambarkan alur pemikiran

(50)

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual Keragaan Perekonomian Kedelai

di Indonesia

Konsumsi Kedelai

Kedelai Domestik

Kedelai Impor

Konsumsi RT Industri Pakan

Ternak Industri Pengolahan Makanan

Industri Kecap

Implikasi Kebijakan Produksi Kedelai

(51)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2004. Penelitian

dilaksanakan di Badan Pusat Statistik Jalan Dr. Sutomo No. 6 – 8 Jakarta 10710,

Departemen Pertanian dan instansi-instansi lain yang berkaitan guna memperoleh

data-data dan informasi yang berhubungan dengan permintaan kedelai.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data deret waktu (time series). Data tersebut meliputi data tahunan pada

periode waktu tahun 1990 hingga 2002 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Kurun waktu yang

digunakan hanya selama 13 tahun. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan data yang

dapat dipublikasikan oleh sumber yaitu Badan Pusat Statistik.

Adapun jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Produksi kecap dari tahun 1990 hingga 2002

2. Indeks harga konsumen kecap dari tahun 1990 hingga 2002

3. Indeks harga perdagangan besar kedelai untuk bahan baku kecap dari tahun

1990 hingga 2002

4. Konsumsi kedelai oleh industri kecap dari tahun 1989 hingga 2002

5. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dari tahun 1990 hingga 2002

(52)

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh, ditabulasikan kemudian dianalisis dengan metode

deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi

faktor -faktor yang mempenga ruhi permintaan kedelai dalam memproduksi kecap

adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan model ekonometrika yaitu

metode Kwadrat Terkecil Biasa (Method of Ordinary Least Square/OLS). Untuk

memilih model fungsional dicoba beberapa model seperti fungsi logaritma, fungsi

semi logaritma atau fungsi linier. Model fungsional yang terbaik akan digunakan

untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai tersebut.

4.3.1 Model Fungsi Permintaan Kedelai

Persamaan permintaan kedelai sebagai bahan baku dalam memproduksi

kecap dengan model fungsional double logaritma dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Log QdK = b0 + b1 Log X1 + b2 Log X2 + b3 Log X3 + b4 Log X4 + b5 Log X5

+ b6 Log X6 + D + ei

QdK = Permintaan kedelai untuk memproduksi kecap (kg)

X1 = Produksi kecap (kg)

X2 = Harga kecap (Rp/kg)

X3 = Harga kedelai (Rp/kg)

X4 = Konsumsi kedelai tahun sebelumnya (kg)

X5 = Nilai tukar riil (Rp/U$)

X6 = Banyaknya perusahaan

(53)

b0 = konstanta

b1...b6 = Koefisien regresi

e = error term

4.3.2 Pengukuran Variabel dan Hipotesis

Produk kecap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produk yang

dihasilkan oleh industri kecap di Indonesia yang tergolong dalam industri besar

dan sedang.

Permintaan kedelai untuk memproduksi kecap merupakan jumlah kedelai

yang digunakan atau dikonsumsi oleh perusahaan kecap di Indonesia dalam

memproduksi kecap.

Produksi kecap (X1) merupakan banyaknya produk kecap yang dihasilkan

oleh perusahaan pada industri kecap. Periode waktu yang digunakan adalah tahun

1990 hingga 2002.

Harga kecap (X2) merupakan harga rata -rata produk kecap yang diperoleh

dari pembagian antara nilai barang hasil produksi yaitu kecap dengan banyaknya

kecap yang diproduksi. Harga rata-rata tersebut dideflasi (1996=100) dengan

indeks harga konsumen. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1990 hingga

2002. Harga kecap ini diharapkan berpengaruh positif terhadap permintaan

kedelai untuk memproduksi kecap. Sesuai dengan hipotesis ekonomi, jika harga

barang output meningkat maka produsen akan meningkatkan jumlah produksinya

untuk memperbesar keuntungan. Peningkatan produksi tersebut tentu saja juga

meningkatkan jumlah barang input yang digunakan, dalam penelitian ini adalah

(54)

Harga kedelai (X3) merupakan harga rata -rata kedelai yang digunakan

untuk memproduksi kecap baik kedelai domestik maupun kedelai impor . Harga

rata-rata ini diperoleh dari besarnya nilai kedelai secara keseluruhan yang

digunakan untuk memproduksi kecap dibagi dengan banyaknya kedelai secara

keseluruhan tersebut. Harga rata-rata tersebut dideflasi (1996=100) dengan indeks

harga perdagangan besar. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1990

hingga 2002. Harga kedelai ini diharapkan berhubungan negatif denga n

permintaan kedelai untuk memproduksi kecap. Sesuai dengan hipotesis ekonomi

dasar bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan

secara negatif, dengan faktor lain tetap sama. Dengan kata lain, semakin rendah

harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan

semakin besar, dan semakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta.

Konsumsi kedelai tahun sebelumnya (X4) merupakan banyaknya bahan

baku kedelai yang digunakan dalam memproduksi kecap. Periode waktu yang

digunakan adalah tahun 1989 hingga 2001.

Nilai tukar riil (X5) merupakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS

setelah dideflasi (1996=100) dengan indeks harga konsumen AS dibagi indeks

harga konsumen Indonesia. Nilai tukar riil ini dinyatakan dalam satuan rupiah per

dollar AS.

Banyaknya perusahaan penghasil kecap (X6) merupakan jumlah

perusahaan yang bergerak di industri kecap dan tergolong dalam industri besar

dan sedang dimana perusahaan tersebut memiliki tenaga kerja 20 orang atau lebih.

(55)

Dummy merupakan variabel boneka dengan nilai satu untuk periode tahun

1990 hingga tahun 1996 yaitu sebelum terjadi krisis ekonomi sedangkan dummy

dengan nilai nol digunakan pada periode tahun 1997 hingga 2002 yaitu setelah

terjadi krisis ekonomi.

4.3.3 Goodness Of Fit (Kebaikan-Sesuai Model)

Goodness Of Fit (GOF) dihitung dengan koefisien determinasi (R2) yaitu

variasi variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Nilai R2

ini adalah antara 0 sampai 1. Jika nilai R2 semakin mendekati 1, berarti model

memiliki GOF yang baik, sebaliknya bila nilai R2 mendekati 0 maka model

memiliki GOF yang kecil (Ramanathan, 1998).

R2 = 1 -

TSS ESS

dimana :

ESS adalah jumlah kuadrat regresi (Explained Sum of Square)

TSS adalah jumlah kuadrat total (Total Sum of Square)

4.3.4 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji apakah masing-masing variabel penjelas berpengaruh

nyata atau tidak terhadap variabel endogen maka digunakan uji statistik t.

pengujian dengan statistik t terlebih dahulu diajukan hipotesa sebagai berikut :

H0 = bi = 0

(56)

Pengujian dengan perhitungan t statistik sebagai berikut :

Sbi = standar sisa (error) dari parameter dugaan tersebut

Jika hasil pengujian menolak H0, maka peubah-peubah eksogen secara nyata

mempengaruhi peubah endogen.

Untuk menguji apakah secara statistik peubah-peubah eksogen yang

dipilih secara bersama-sama atau tidak mempengaruhi peubah endogen akan

digunakan uji F.

H0 = bi = b1 = b2 = b3 = ... = b6 = 0

H1 adalah bi yang tidak sama dengan nol

Uji statistik yang digunakan :

F hitung =

k = jumlah peubah terhadap intersep (jumlah koefisien)

n = jumlah pengamatan

Jika hasil pengujian menolak H0, maka secara bersama-sama peubah-peubah

(57)

4.3.5 Pengukuran Elastisitas

Elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan derajat

kepekaan. Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi

permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang

mempengaruhinya . Ferguson (1983) mendefinisikan, elastisitas permintaan

merupakan reaksi relatif jumlah yang diminta terhadap perubahan-perubahan

dalam harga.

Untuk menghitung pengaruh dari suatu peubah eksogen terhadap peubah

endogen atau untuk melihat derajat kepekaan suatu fungsi terhadap perubahan

yang terjadi pada variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dilihat dari

nilai parameter dugaan. Hal ini dikarenakan model yang dipakai adalah model

double logaritma sebagai berikut :

Log Y = a Log X1 + b Log X2

yang apabila diantilog-kan akan menjadi persamaan Cobb Douglas sebagai

berikut :

Y = X1a X2b

Sehingga nilai elastisitas dari variabel X1 dapat dilihat dari nilai parameter

dugaannya yakni sebesar a.

F (X1) = a

dimana : E (X1) = elastisitas variabel X1

a = nilai parameter dugaan dari peubah X1

Bila Ed < 1, maka barang tersebut inelastik, dimana persentase perubahan jumlah

(58)

Bila Ed = 1, maka barang tersebut Unitarian, dimana persentase perubahan

jumlah yang diminta sama dengan persentase perubahan harga.

Bila Ed > 1, maka barang tersebut elastis, dimana persentase perubahan jumlah

yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harga.

Pada umumnya produk pertanian bersifat inelastik karena kebutuhan manusia

yang cenderung tetap terhadap produk-produk pertanian.

4.3.6 Uji Multikolinier

Uji multikolinier digunakan untuk melihat apakah dalam persamaan yang

diduga terdapat hubungan linear antar peubah bebasnya. Uji multikolinier dapat

diduga dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih

besar dari 10 maka terdapat masalah multikolinier.

xi

R2xi = korelasi antara variabel xi dengan variabel x lainnya

Semakin erat variabel xi dengan variabel bebas lainnya maka nilai R2xi akan

meningkat dan nilai VIF meningkat pula.

Uji multikolinier juga dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien

determinasi (R2) terhadap koefisien determinasi masing-masing peubah (r2). Jika

R2 masih lebih besar daripada r2 berarti tidak terjadi multikolinier begitu juga

(59)

4.3.7 Uji Autokorelasi

Pengujian terhadap kemungkinan autokorelasi dilakukan dengan uji

Durbin Watson dan uji h. Uji Durbin Watson, jika hipotesis Ho adalah bahwa

tidak ada aurokorelasi positif maka jika :

d < dl : tolak Ho

d > dl : tidak menolak Ho

dl = d = du : pengujian tidak meyakinkan

Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak autokorelasi negatif, maka jika :

d > 4 – dl : tolak Ho

d < 4 – du : tidak menolak Ho

4 – du = d = 4 – dl : pengujian tidak meyakinkan

Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif

atau negatif, maka jika :

d < dl : tolak Ho

d > 4 – dl : tolak Ho

du < d < 4 – du : tidak menolak Ho atau

dl < d < du dan 4 – du = d = 4 – dl : pengujian tidak meyakinkan

Uji h :

h = ?v N / {1 – N [ var (b4) ]}

dimana :

N = jumlah pengamatan

var (b4) = varians koefisien lagged variabel (X4)

? = taksiran serial korelasi derajat pertama

(60)

4.3.8 Uji Heteroskedastisitas

Uji ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

plotting terhadap residual dari model yaitu residuals versus the fitted values. Jika

gambar menunjukkan sebaran yang sangat acak atau tidak berpola maka tidak

terdapat heteroskedastisitas pada model.

4.3.9 Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nilai rata -rata kesalahan pengganggu nol, yaitu E(µi) = 0 untuk i = 1,2,3,...,n.

2. Cov (µi,µj) = E (µi – E(µi)) (µj – E(µj))

= E (µI,µj) = 0 dimana i ? j

Artinya tidak terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu.

3. Var (µi|xi) = E (µi - E(µi))2

= E (µi2) = σ2

Artinya setiap kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama.

4. Cov (µi,xi) = E (µi – E(µi)) (xi – E(xi)) = 0

Artinya kovarian setiap kesalahan pengganggu terhadap setiap peubah bebas

nol.

(61)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Perekonomian Kedelai dan Industri Kecap di Indonesia

5.1.1 Konsumsi dan Produksi Kedelai

Selama ini dikenal bahwa kedelai termasuk ke dalam kategori “secondary

crops” atau tanaman kedua setelah padi dan hal tersebut juga mempengaruhi

perhatian pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang kedelai,

terutama dalam hal kontribusi penyediaan anggaran untuk pengembangan

agribisnis kedelai. Kebutuhan akan kedelai meningkat setiap tahunnya sejalan

dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan pabrik ternak.

Konsumsi per kapita kedelai saat ini ± 8 kg/kapita/tahun. Diperkirakan setiap

tahunnya kebutuhan akan biji kedelai adalah ± 1,8 juta ton dan bungkil kedelai

sebesar ± 1,1 juta ton.

Untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut maka pemerintah telah

melaksanakan beberapa program pengembangan agribisnis kedelai. Pada periode

tahun 1984-1988 pemerintah menggalakkan pengembangan kedelai antara lain

melalui program menuju swasembada kedelai, program pengembangan kedelai di

lahan masam (pengapuran), penerapan anjuran teknologi, penggunaan pupuk bio

hayati, dan lain-lain. Tingginya perhatian pemerintah saat itu membuahkan hasil

yang cukup menggembirakan. Hal tersebut terlihat dengan berkembangnya luas

areal pertanaman kedelai di sebagian daerah.

Namun kondisi tersebut kemudian berubah dengan drastis karena pe tani

tidak lagi bergairah menanam kedelai sehingga luas areal tanam merosot dengan

(62)

juta hektar , kemudian turun dengan drastis setiap tahunnya sampai dengan tahun

2003 luas panen hanya tinggal ± 526.000 hektar (Ditjen Bina Produksi Tanaman

Pangan, 2004).

Tabel 4 Perkembangan Luas Panen Kedelai 1968-2002 Tahun Luas Panen (hektar) Kenaikan (%)

1968 676.086

Sumber : Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2004.

Kondisi kedelai saat ini cukup memprihatinkan dimana untuk memenuhi

kebutuhan akan kedelai Indonesia harus mengimpor ± 60 persen dari luar negeri.

Diperkirakan devisa Negara yang hilang dari impor kedelai tersebut mencapai ±

Rp 3 triliun per tahun (Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2004). Kondisi

yang memprihatinkan ini disebabkan oleh banyak faktor, baik dari faktor hulu,

on farm”, maupun hilir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen

Pertanian pada tahun 2004 masalah yang ditemukan dalam melaksanakan

Gambar

Gambar 1        Kurva Primary dan Derived Demand ..................................     21
Tabel 1 Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja dan Besarnya Upah Tenaga Kerja Pada Industri Kecap Tahun 1993 – 2003
Tabel 2 Perkembangan Jumlah Penduduk, Produksi, dan Konsumsi Kecap
Tabel 3 Luas Panen, Produksi, Produktivitas, dan Konsumsi Kedelai Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh bahwa belanja daerah secara langsung berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Utara..

Data yang dimaksud yaitu hasil aktivitas think pair share dan wawancara dalam pembuktian teorema untuk menggambarkan struktur berfikir mahasiswa dalam kegiatan

Untuk pengujian pengenalan, citra latih dan citra uji diujikan pada jaringan yang memiliki kinerja terbaik yakni terhadap jaringan yang terdapat dalam Tabel 1

Pyok, (3) mendeskripsikan relevansinya nilai pendidikan karakter sebagai materi ajar di SMA. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang terdapat dalam

Hermeneutika Kuhn dan Popper dapat dikontribusikan sebagai landasan filosofis pengembangan ilmu untuk masa depan, terkait dengan pemahaman tentang wilayah penyelidikan

Ini artinya bahwa untuk mensosialisasikan belajar berdasar regulasi diri kepada para siswa, maka para guru dapat melakukannya dengan cara menggunakan

Pembuatan prototipe mobil tenaga surya ini dilakukan dengan cara memodifikasi mobil listrik yang sudah ada sebagai upaya untuk menciptakan kendaraan yang lebih ramah

Apabila dihubungkan dengan globalisasi melalui kebijakan “ pasar bebas “ yang mengharuskan setiap negara membuka pintunya kepada berbagai barang dan jasa