• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Rembang Kelas X A dan X B pada bulan Oktober 2010. Hasil penelitian meliputi data utama dan data pendukung. Data utama terdiri dari: 1). Ketrampilan proses sains siswa yang meliputi observasi, merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil; 2). Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam diskusi, dan aktivitas siswa dalam praktikum; dan 3). Hasil belajar siswa, sedangkan data pendukung terdiri dari: 1). Tanggapan siswa; dan 2). Tanggapan guru. Data yang lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ketrampilan proses sains siswa

Data tentang ketrampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan penerapan praktikum pembuatan tekult meliputi ketrampilan siswa mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menentukan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil.

a. Ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi)

Data tentang ketrampilan proses sains siswa dalam mengamati (observasi) meliputi mengukur pH, mengamati hasil praktikum, dan membedakan susu tempe sebelum dan sesudah fermentasi dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Skor ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi)* No Parameter

Aktivitas (Skor)

Kriteria Kelas X A Kelas X B Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1. 85%-100% Sangat baik 30 100% 30 100% 2. 70%-84% Baik 0 0% 0 0% 3. 60%-69% Cukup 0 0% 0 0% 4. 51%- 59% Kurang baik 0 0% 0 0% 5. 0-50% Tidak baik 0 0% 0 0% *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19

Berdasarkan perhitungan ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi), secara klasikal kelas XA dan kelas XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi) menunjukkan kelas X A dan kelas X B mencapai persentase 100% dengan kriteria sangat aktif.

b. Ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis

Data tentang ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis meliputi 1). Menyebutkan kemungkinan atau perkiraan yang akan terjadi dari hasil kegiatan praktikum pembuatan tekult; dan 2). Menyatakan hubungan antara 2 variabel (penambahan atau tanpa starter Lactobacillus casei strain Shirota) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis* No Parameter

Aktivitas (Skor)

Kriteria Kelas X A Kelas X B Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1. 85%-100% Sangat baik 17 57% 15 50% 2. 70%-84% Baik 13 43 % 15 50% 3. 60%-69% Cukup 0 0 % 0 0% 4. 51%- 59% Kurang baik 0 0% 0 0% 5. 0-50% Tidak baik 0 0% 0 0%

*Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21

Berdasarkan perhitungan ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis, secara klasikal kelas XA dan kelas XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis menunjukkan kelas X A mencapai persentase 57% dengan kriteria sangat baik dan 43% dengan kriteria baik, sedangkan kelas X B mencapai persentase 50% dengan kriteria sangat baik, dan 50% dengan kriteria baik.

c. Ketrampilan proses sains siswa menentukan ruang dan waktu

Data tentang ketrampilan proses sains siswa menggunakan ruang dan waktu meliputi menempatkan tekult sesuai dengan suhu yang sudah

ditentukan, dan menggunakan waktu fermentasi yang sudah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Skor ketrampilan proses sains siswa menentukan ruang dan waktu* No Parameter

Aktivitas (Skor)

Kriteria Kelas X A Kelas X B Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1. 85%-100% Sangat baik 30 100% 30 100% 2. 70%-84% Baik 0 0% 0 0% 3. 60%-69% Cukup 0 0% 0 0% 4. 51%- 59% Kurang baik 0 0% 0 0% 5. 0-50% Tidak baik 0 0% 0 0% *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 22 dan Lampiran 23

Berdasarkan perhitungan ketrampilan proses sains siswa menggunakan ruang dan waktu, secara klasikal kelas XA dan kelas XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa menggunakan ruang dan waktu menunjukkan kelas X A dan kelas X B mencapai persentase 100% dengan kriteria sangat baik. d. Ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan hasil

Data tentang ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan meliputi memberikan hasil praktikum dengan tabel; membuat dan menyusun laporan secara sistematis; menjelaskan hasil praktikum; membaca tabel dari hasil praktikum; mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Skor ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan hasil* No Parameter

Aktivitas (Skor)

Kriteria Kelas X A Kelas X B Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1. 85%-100% Sangat baik 24 80% 29 97% 2. 70%-84% Baik 6 20% 1 3% 3. 60%-69% Cukup 0 0% 0 0% 4. 51%- 59% Kurang baik 0 0% 0 0% 5. 0-50% Tidak baik 0 0% 0 0% *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 24 dan Lampiran 25

Berdasarkan perhitungan ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan, secara klasikal kelas XA dan kelas XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai

kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan menunjukkan kelas X A mencapai persentase 80% dengan kriteria sangat baik dan 20% dengan kriteria baik, sedangkan kelas XB mencapai persentase 97% dengan kriteria sangat baik, dan 3% dengan kriteria baik.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas siswa dalam pembelajaran meliputi: a). Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi; dan b). Aktivitas siswa dalam kegiatan praktikum.

a. Aktivitas siswa dalam diskusi

Data tentang aktivitas siswa dalam diskusi selama proses pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan penerapan praktikum pembuatan tekult dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Skor aktivitas siswa dalam diskusi* No Parameter

Aktivitas (Skor)

Kriteria Kelas X A Kelas X B Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1. 85%-100% Sangat baik 7 23% 8 27% 2. 70%-84% Baik 23 77% 22 73% 3. 60%-69% Cukup 0 0% 0 0% 4. 51%- 59% Kurang baik 0 0% 0 0% 5. 0-50% Tidak baik 0 0% 0 0% *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 28 dan Lampiran 29

Berdasarkan perhitungan aktivitas siswa dalam diskusi, secara klasikal dari kedua kelas tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan secara klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70%. Hasil observasi aktivitas siswa dalam diskusi pada pembelajaran materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult kelas XA 23% mencapai kriteria sangat aktif dan 77% mencapai kriteria aktif, sedangkan kelas X B 27% mencapai kriteria sangat aktif dan 73% mencapai kriteria aktif.

b. Aktivitas siswa dalam praktikum

Data tentang aktivitas siswa dalam praktikum selama proses pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult dapat di lihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Skor aktivitas siswa dalam praktikum* No Parameter

Aktivitas (Skor)

Kriteria Kelas X A Kelas X B Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1. 85%-100% Sangat baik 24 80% 26 86,67% 2. 70%-84% Baik 6 20% 4 13,33% 3. 60%-69% Cukup 0 0% 0 0% 4. 51%- 59% Kurang baik 0 0% 0 0% 5. 0-50% Tidak baik 0 0% 0 0% *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 32 dan Lampiran 33

Berdasarkan perhitungan aktivitas dalam praktikum siswa, secara klasikal kelas XA dan XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi aktivitas siswa dalam praktikum menunjukkan kelas X A 80% mencapai kriteria sangat aktif dan 20 % mencapai kriteria aktif, sedangkan kelas X B 86,67 % mencapai kriteria sangat aktif dan 13,33 % mencapai kriteria aktif.

3. Hasil belajar

Hasil belajar siswa diperoleh hasil penilaian LDS, LKS, dan post-test pada akhir pembelajaran. Rekapitulasi hasil belajar siswa pada pembelajaran materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan praktikum pembuatan tekult dapat disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Skor hasil belajar siswa pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan praktikum pembuatan tekult*

No

Aspek Kelas X A Kelas X B

Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1. Rentang skor 91 - 100 81 - 90 71 - 80 61 - 70 51 - 60 41 - 50 0 11 19 0 0 0 0% 37% 53% 0% 0% 0% 0 15 15 0 0 0 0% 50% 50% 0% 0% 0% 2. Jumlah siswa 30 30 3. Nilai tertinggi 86,2 73,8 79,32 100% 85,3 73,6 79,94 100% 4. Nilai terendah 5. Rata –Rata 6. Ketuntasan

*Data selengkapnya terdapat pada lampiran 36 dan Lampiran 37

Perolehan nilai dari kedua kelas perlakuan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu ketuntasan nilai sesuai kriteria ketuntasan minimal yaitu siswa memperoleh nilai ≥ 70. Dari kedua kelas tersebut secara keseluruhan mempunyai ketuntasan klasikal 100% karena tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (Tabel 12).

4. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran

Angket tanggapan siswa sebagai data pendukung digunakan untuk mengetahui tanggapan dan respon positif siswa terhadap penerapan praktikum tekult pada pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran*

No. Indikator Jumlah Siswa yang Menjawab

X A X B

Ya Tidak Ya Tidak

1 Saya tertarik mengikuti proses pembelajaran pada Materi Archabacteria dan Eubacteria dengan kegiatan praktikum pembuatan tekult

28 2 30 0

2 Saya memahami peranan bakteri, salah satunya Lactobacilus casei Shirota strain sebagai starter dalam pembuatan tekult

22 8 29 1

3 Saya termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan kegiatan praktikum pembuatan tekult

25 5 29 1

4 Saya merasa bisa memahami peranan bakteri dalam kehidupan manusia

21 9 27 3

5 Saya menyukai suasana kelas saat pembelajaran dan kegiatan praktikum pembuatan tekult

21 9 28 2

6 Kegiatan praktikum pembuatan tekult perlu digunakan dalam materi pembelajaran khususnya pada materi Archaebacteria dan Eubacteria

29 1 29 1

Jumlah skor 146 34 172 8

Persentase 81% 19% 96% 4%

*Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 39 dan Lampiran 40

Berdasarkan Tabel. 13, siswa yang memberikan respon positif pada kegiatan pembelajaran penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria sebesar 81 % pada kelas XA, sedangkan pada kelas X B sebesar 96%.

5. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran

Angket tanggapan guru sebagai data pendukung digunakan untuk mengetahui tanggapan dan respon positif terhadap penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria diperoleh melalui angket terbuka yang diisi oleh guru. Tanggapan guru terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Tanggapan guru terhadap pembelajaran*

No Pertanyaan Jawaban dan Alasan

1. Apakah praktikum pembuatan tekult

tepat untuk diterapkan pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan?

Ya, karena pembuatan tekult memanfaatkan peranan kelompok Eubacteria yaitu Lactobacillus casei strain Shirota

2. Apakah praktikum pembuatan tekult

dapat menarik minat belajar siswa?

Ya, pada umumnya siswa belum pernah melakukan praktikum tersebut, sehingga sangat menarik minat siswa

3. Apakah praktikum pembuatan tekult

dapat membantu siswa memahami manfaat bakteri khususnya Lactobacillus casei strain Shirota dalam kehidupan sehari-hari?

Dengan melakukan praktikum tersebut dan mengamati secara langsung, akan tertanam dalam siswa, ternyata susu bisa mengalami fermentasi dan berubah menjadi asam

4. Apakah praktikum pembuatan tekult

dapat mengoptimalkan kinerja dan sikap siswa dalam proses pembelajaran?

Ya, siswa dengan adanya penilaian kinerja akan lebih termotivasi

5. Apakah siswa dapat berperan aktif

dalam pembelajaran dengan penerapan praktikum pembuatan tekult?

Ya, dengan rasa ingin tahunya siswa menjadi aktif dalam berpikir dan bekerja dalam praktikum

6. Apakah siswa menemukan kesulitan

dalam pembelajaran dengan metode praktikum?

Ya,dengan konsep ilmu yang belum tertanam, kadang-kadang siswa masih bingung untuk bekerja dan mengambil kesimpulan

7. Apakah dengan penerapan praktikum

pembuatan tekult ketrampilan proses sains siswa tercapai

Ya, meskipun belum semua tercapai, tetapi siswa sudah

mengalami peningkatan ketrampilan proses, misalnya:

mengukur pH, menganalisa data dan menarik kesimpulan

8. Apakah praktikum pembuatan tekult

sesuai jika diterapkan di SMA Negeri 2 Rembang?

Ya, dengan alat dan bahan yang cukup sederhana praktikum ini bias dilakukan, tetapi susu skim di Rembang sulit diperoleh

*Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 41

Berdasarkan Tabel. 14 guru memberikan respon positif pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada

materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan menjawab “ya” pada angket tanggapan guru.

B. Pembahasan

Penelitian berkaitan dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk pencapaian ketrampilan proses sains siswa telah dilakukan di SMA Negeri 2 Rembang kelas X A dan X B. Data yang diperoleh pada pelaksanaan proses pembelajaran meliputi data utama yang terdiri dari: 1). Hasil observasi ketrampilan proses sains; 2). Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam diskusi, dan aktivitas siswa dalam praktikum; dan 3). Hasil belajar; sedangkan data pendukung meliputi: 1). Hasil angket siswa; dan 2). Hasil angket guru.

1. Ketrampilan Proses Sains

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan aspek yang diamati meliputi ketrampilan siswa mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil. Penerapan praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria menunjukkan ketrampilan proses sains siswa tercapai.

a. Ketrampilan siswa mengamati (observasi)

Ketrampilan mengamati (observasi) menurut Rustaman (2003) melakukan observasi menggunakan indra penglihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Ketrampilan siswa mengamati (observasi) meliputi 1). Ketrampilan mengukur pH; 2). Mengamati hasil praktikum pembuatan tekult; dan 3). Membedakan susu tempe sebelum dan sesudah fermentasi.

Ketrampilan proses sains siswa mengukur pH menggunakan pH indikator dengan melihat perubahan pH sebelum dan sesudah terjadi

fermentasi. Siswa dapat menyebutkan pH 1-6 mempunyai sifat asam, pH 7 bersifat netral, sedangkan pH 8-14 mempunyai sifat basa. Menurut Nur (2000) langkah pertama dalam suatu metode ilmiah adalah observasi atau pengamatan menggunakan alat indera. Siswa menggunakan indera penglihatan untuk melakukan pengamatan secara cermat dan tepat.

Pengamatan hasil praktikum pembuatan tekult dilakukan pada saat praktikum pembuatan tekult sampai setelah proses fermentasi. Proses pengamatan yang dilakukan siswa meliputi perubahan warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma. Siswa mengamati secara langsung hasil praktikum dari masing-masing kelompok dengan menggunakan indera penglihat, perasa, dan pembau. Menurut Ibrahim (2002) pengecapan dan pembauan merupakan penginderaan yang bersifat kimia, terbatas dalam kisaran tertentu, dan tidak tergantung pada bantuan yang bersifat mekanis. Indera-indera tersebut dikatakan bersifat kimia karena dapat mendeteksi molekul-molekul zat dari berbagai jenis yang berbeda, manusia dapat membedakan antara rasa manis, asam, asin, dan pahit saja.

Ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi) diamati menggunakan lembar observasi ketrampilan proses sains siswa yang didukung dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil observasi ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi) secara keseluruhan kelas X A dan X B mencapai ketuntasan klasikal sebesar ≥70 %, lihat Tabel 6, hal 24. Dengan demikian, menunjukkan bahwa ketrampilan proses sains dalam hal mengamati (observasi) tercapai.

Berdasarkan hasil pengamatan ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi) diperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantatif yaitu mengukur pH, sedangkan data kualitatif meliputi mengamati warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma. Data kualitatif hasil pengamatan (observasi) dari setiap individu atau siswa berbeda-beda karena manusia mempunyai sifat subyektif, dan hal ini dikarenakan tidak adanya rubrik pengamatan dari hasil praktikum.

b. Ketrampilan merumuskan hipotesis

Merumuskan hipotesis pada penerapan praktikum pembuatan tekult meliputi kemampuan siswa menyebutkan kemungkinan atau perkiraan yang akan terjadi dari kegiatan praktikum pembuatan tekult, dan menyatakan hubungan antara 2 variabel (penambahan atau tanpa starter Lactobacillus casei strain Shirota).

Melakukan hipotesis menurut Ibrahim (2002) merupakan pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban dan jawaban tersebut bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Menurut Nur (2000) suatu hipotesis adalah suatu prediksi, berdasarkan pengamatan yang telah diuji. Hal itu dilakukan siswa dengan melakukan dugaan kemungkinan yang akan terjadi dari hasil kegiatan praktikum pembuatan tekult. Menurut Hartinawati (2009) ketrampilan untuk membuat hipotesis melibatkan ketrampilan untuk menduga sesuatu yang menunjukkan hubungan (sebab akibat) antara dua variabel atau lebih dengan menggunakan latar belakang pengetahuan yang telah dimilikinya.

Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis secara keseluruhan kelas X A secara klasikal

mencapai ketuntasan klasikal 100% dengan rincian 57% dengan kriteria sangat baik, 53% dengan kriteria baik. Kelas X B secara klasikal mencapai ketuntasan klasikal 100% dengan rincian 50 % dengan kriteria sangat baik, 50 % dengan kriteria baik lihat Tabel 7 halaman 25. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% siswa mencapai ketrampilan proses sains merumuskan hipotesis.

Ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis tercapai karena siswa mampu memprediksi atau memperkirakan hasil yang akan terjadi dari kegiatan praktikum pembuatan tekult dengan kemampuan dasar yang mereka miliki. Siswa mampu menduga pengaruh variabel suhu, waktu, dan konsentrasi stater terhadap hasil praktikum. Dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria kemampuan ketrampilan proses sains siswa dalam merumuskan hipotesis dapat tergali.

Setelah merumuskan hipotesis seharusnya dilakukan juga menguji hipotesis. Dalam penelitian ini ketrampilan siswa menguji hipotesis tidak diamati karena terdapat keterbatasan pada rancangan variasi perlakuan di LKS, sehingga data yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menggali ketrampilan siswa dalam menguji hipotesis faktor-faktor pertumbuhan bakteri.

c. Ketrampilan menggunakan ruang dan waktu

Ketrampilan siswa menggunakan ruang dan waktu meliputi 1). Ketrampilan siswa menempatkan tekult sesuai dengan suhu; dan 2). Menggunakan waktu fermentasi yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil

penelitian dengan penerapan praktikum pembuatan yakult secara keseluruhan menunjukkan pencapaian ketrampilan siswa menggunakan ruang dan waktu pada kelas X A mencapai 100%, sedangkan kelas XB mencapai 100% lihat Tabel 8 halaman 25.

Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% mencapai ketrampilan proses sains yaitu ketrampilan menggunakan ruang dan waktu. Ketrampilan proses sains siswa dalam menggunakan ruang dan waktu tercapai karena siswa mampu menempatkan susu tempe pada tempat dan suhu yang sudah ditentukan dalam LKS. Siswa juga mampu mengunakan variabel waktu yang sudah ditentukan.

Pada praktikum pembuatan tekult terdapat keterbatasan pada variabel perlakuan tempat dan waktu yang kurang sesuai pada LKS, sehingga hasil praktikum dari variabel yang disajikan kurang spesifik.

d. Ketrampilan mengkomunikasikan hasil

Ketrampilan mengkomunikasikan menurut Abruscato (1988) dalam Hartinawati (2009), adalah ketrampilan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Sedangkan menurut Esler (1984) dalam Hartinawati (2009), menyatakan bahwa ketrampilan mengkomunikasikan dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dan grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda dan kejadian-kejadian secara rinci.

Ketrampilan siswa berkomunikasi dilakukan pada kegiatan diskusi dengan LDS 1, LDS 2, dan kegiatan praktikum. Ketrampilan berkomunikasi yang diamati meliputi 1). Menunjukkan hasil praktikum dengan tabel; 2).

Membuat dan menyusun laporan secara sistematis meliputi: judul praktikum, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, hasil pengamatan, penjelasan, dan kesimpulan; 3). Menjelaskan hasil praktikum; 4). Membaca tabel dari hasil praktikum; 5). Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa.

Hasil penelitian dengan penerapan praktikum pembuatan tekult menunjukkan pencapaian ketrampilan siswa mengkomunikasikan hasil pada kelas X A dan kelas XB mencapai ketuntasan klasikal sebesar 100% lihat Tabel 9 halaman 26. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70%. Dengan demikian, menunjukkan bahwa ketrampilan proses sains dalam hal mengkomunikasikan hasil tercapai.

Ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan hasil dapat tercapai karena siswa mampu menunjukkan hasil praktikum dengan tabel pengamatan, siswa mampu menyajikan hasil praktikum yang meliputi pH, warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma dalam bentuk tabel. Siswa juga mampu membuat dan menyusun laporan dengan sistematis yang meliputi judul praktikum, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, hasil pengamatan, penjelasan, dan kesimpulan. Siswa juga mampu menjelaskan hasil praktikum pada kegiatan diskusi dan dalam laporan praktikum. Siswa juga mempunyai ketrampilan membaca tabel dengan variabel pH, warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma yang terjadi pada praktikum pembuatan tekult. Ketrampilan proses siswa dalam mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa dapat tercapai dengan kegiatan diskusi kelompok.

Ketrampilan proses sains yang diterapkan pada materi Archaebacteria dan Eubacteria diharapkan menjadi dasar untuk melatih ketrampilan proses sains siswa pada materi berikutnya. Siswa diharapkan mempunyai ketrampilan proses sains, sehingga melatih siswa berfikir secara ilmiah dalam pembelajaran sains khususnya biologi.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas siswa dalam pembelajaran meliputi: a). Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi; dan b). Aktivitas siswa dalam kegiatan praktikum.

a. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi

Diskusi merupakan salah satu ketrampilan yang diterapkan untuk pencapaian ketrampilan proses sains. Menurut Zaini (2002) 1). Diskusi membantu siswa belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berfikir; 2). Membantu siswa mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi orang lain; 3). Memberi kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip; 4). Membantu siswa menyadari akan suatu problem dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah; 5). Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain ke dalam kelompoknya; 6). Memperoleh penerimaan bagi informasi; 7). Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih jauh; 8). Memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan tercapai.

Menurut Ratnasari (2004) menyatakan bahwa kegiatan diskusi dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan menyatukan persepsi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketrampilan dalam diskusi kelompok

terdapat aspek yang diamati meliputi, memperhatikan jalannya diskusi, menjawab pertanyaan dari kelompok lain, mengemukakan pendapat dengan baik dan lancar, menghargai pendapat teman, mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas diskusi di kelas X A menunjukkan 23% siswa sangat aktif, dan 76 % siswa aktif, dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70%. Sedangkan kelas X B aktivitas siswa dalam diskusi menunjukkan 27 % siswa sangat aktif dan 73% siswa aktif, dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% lihat Tabel 10 halaman 26. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% siswa mencapai aktivitas aktif dalam diskusi.

Aktivitas siswa dalam diskusi dilakukan siswa pada kegiatan diskusi kelompok pada pertemuan pertama dan ketiga dengan menggunakan LDS (Lembar Diskusi Siswa). Ketrampilan proses sains siswa berdiskusi dapat tercapai karena siswa mamperhatikan jalannya diskusi dengan baik, aktif menjawab pertanyaan dari kelompok lain, mampu mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menghargai pendapat orang lain. Diskusi yang dilakukan membahas materi Arcahaebacteria dan Eubacteria, dan hasil praktikum pembuatan tekult, sehingga ketrampilan siswa berdiskusi dapat tercapai dan tergali.

b. Aktivitas siswa dalam praktikum

Aktivitas siswa dalam praktikum ini meliputi persiapan alat dan bahan, ketrampilan menggunakan alat dan bahan, ketepatan atau penguasaan prosedur, kerjasama kelompok, efektifitas dalam bekerja,

efisiensi dalam bekerja, kebersihan alat dan ruang, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan dalam percobaan, laporan.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam praktikum di kelas X A menunjukkan 80% siswa sangat aktif, dan 20% siswa aktif. Kelas XB aktivitas siswa dalam praktikum menunjukkan 86,67% siswa sangat aktif dan 13,33% siswa aktif. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam diskusi pada kelas X A dan X B mencapai persentase ketuntasan

Dokumen terkait