• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Praktikum Pembuatan Tekult pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk Pencapaian Ketrampilan Proses Sains

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Praktikum Pembuatan Tekult pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk Pencapaian Ketrampilan Proses Sains"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

DAN

EUBACTERIA

UNTUK PENCAPAIAN

KETRAMPILAN PROSES SAINS

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh Ikha Yuniarti

4401406573

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

Eubacteria untuk Pencapaian Ketrampilan Proses Sains” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, 16 Februari 2011

(3)

Eubacteria untuk Pencapaian Ketrampilan Proses Sains

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 16 Februari 2011

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S, M.Si. Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP. 19511115197903 1001 NIP. 196712171993032001

Penguji Utama

Drs. Ibnul Mubarok NIP. 19637111991021001

Anggota Penguji/ Pembimbing I AnggotaPenguji/ Pembimbing II

(4)

Karakteristik dari belajar biologi yaitu berupaya untuk mengenal mahluk hidup dan proses kehidupannya di lingkungan, sehingga memerlukan pendekatan dan metode yang memberi ciri dan dasar kerja dalam pengembangan konsep. Pendekatan ketrampilan proses yang digunakan menekankan pada gaya dalam menyampaikan materi yang meliputi sifat, cakupan, dan prosedur kegiatan yang eksploratif, sehingga memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik. Sejauh ini pelaksanaan pembelajaran Biologi masih didominasi oleh kondisi kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan karena ceramah masih menjadi pilihan utama guru dalam mengajar sehingga ketrampilan proses sains siswa tidak tercapai. Ketrampilan proses sains pada proses pembelajaran perlu diterapkan, oleh karena itu dipilih penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk pencapaian ketrampilan proses sains siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Rembang kelas X pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010 / 2011. Sampel dalam penelitian ini diambil 2 kelas secara acak dari populasi 9 kelas yaitu kelas X A sampai X I. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas X A dan X B. Kedua kelas tersebut diberikan penerapan pembelajaran dengan metode praktikum pembutan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Rancangan penelitian ini menggunakan pola One-Shot Case Study.

Jenis ketrampilan proses sains siswa yang diamati meliputi ketrampilan siswa mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menentukan ruang dan waktu, dan berkomunikasi. Berdasarkan hasil pengamatan ketrampilan proses sains siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar ≥70%, dan aktivitas siswa dalam kegiatan praktikum mencapai ketuntasan klasikal sebesar ≥70%. Hasil belajar kelas X A mencapai rata-rata sebesar 79,32 dan kelas X B dengan rata-rata 79,94.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode praktikum tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria ketrampilan proses sains siswa dapat tercapai. Saran yang dapat disampaikan yaitu penerapan metode praktikum menggunakan ketrampilan proses sains dapat diterapkan pada materi lain. Untuk menggali ketrampilan proses sains siswa pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dapat menggunakan praktikum berbasis fermentasi lain. Untuk menggali ketrampilan proses sains menggunakan petunjuk praktikum yang dirancang dengan cermat dan menggunakan empat skill yaitu, safety skill, manipulative skill, thinking skill, laboratory skill.

(5)

judul ”Penerapan Metode Praktikum Pembuatan Tekult pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk Pencapaian Ketrampilan Proses Sains”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studinya.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi atas kemudahan administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Siti Harnina Bintari, M. S, sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

5. Ir. Pramesti Dewi, M. Si, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

6. Drs. Ibnul Mubarok, sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Kepala SMA Negeri 2 Rembang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 2 Rembang.

8. Ibu Wisnu Purbaningsih, S.Pd, selaku guru Biologi SMA Negeri 2 Rembang yang telah memberikan bantuan dan waktu dalam proses penelitian.

9. Segenap guru dan karyawan serta siswa kelas XA dan XB SMA Negeri 2 Rembang.

10.Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan, bantuan, dan dukungan serta semangat yang tiada hentinya. Terima kasih atas semua pengorban kalian, semoga Tuhan senantiasa memberkati kalian.

(6)

Malemta, Herlina, Debby) yang selalu memberi dukungan, doa, dan semangat. Kenangan bersama kalian tak terlupakan.

14.Sahabat-sahabat dan teman-teman angkatan 2006 pendidikan Biologi yang selalu memberi dukungan, semangat, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. 15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi tambahan ilmu bagi para pembaca untuk meningkatkan wawasan pengetahuan.

Semarang, Februari 2011

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii

PENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... ... iv

KATA PENGANTAR ... ... v

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 2

C. Penegasan Istilah ... ... 2

D. Tujuan Penelitian ... ... 4

E. Manfaat Penelitian ... ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... ... 5

B. Hipotesis ... ... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 13

B. Populasi dan Sampel ... .... 13

C. Variabel Penelitian. ... ... 13

D. Rancangan Penelitian ... ... 13

E. Alat dan Bahan Penelitian... 14

F. Prosedur Penelitian ... ... 14

G. Data dan Metode Pengumpulan Data ... ... 20

(8)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(9)

2. Kriteria Taraf Kesukaran Soal ... 17

3. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ... 17

4. Kriteria Daya Pembeda ... 18

5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 18

6. Skor Ketrampilan Proses Sains Siswa Mengamati (Observasi) ... 25

7. Skor Ketrampilan Proses Sains Siswa Merumuskan Hipotesis ... 26

8. Skor Ketrampilan Proses Sains Siswa Menentukan Ruang dan Waktu ... 27

9. Skor Ketrampilan Proses Sains Siswa Mengkomunikasikan Hasil ... 27

10. Aktivitas Siswa dalam Diskusi ... 28

11. Aktivitas Siswa dalam Praktikum ... 29

12. Skor Hasil Belajar Siswa ... 30

13. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ... 31

(10)

Metode Praktikum Pembuatan Tekult ... 11

2. Desain One-Shot Case Study ... 14

3. Siswa melakukan diskusi kelompok ... 180

4. Siswa mengajukan pertanyaan ... 180

5. Siswa mengkomunikasikan hasil praktikum ... 180

6. Siswa melakukan praktikum pembuatan tekult ... 180

7. Siswa melakukan inokulasi ... 180

8. Siswa melakukan pengamatan hasil praktikum tekult ... 180

9. Siswa merasakan hasil praktikum tekult ... 180

(11)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 51

3. Lembar Diskusi Siswa 1 ... 59

4. Lembar Kerja Siswa ... 67

5. Lembar Diskusi Siswa 2 ... 72

6. Kunci Jawaban LDS 1 ... 75

7. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 78

8. Soal Uji Coba ... 81

9. Kunci Jawaban Soal Uji coba ... 92

10.Lembar Jawab ... 93

11.Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda,dan Tingkat Kesukaran .. 94

12.Perhitungan Validitas Butir Soal ... 103

13.Perhitungan Reliabilitas Butir Soal ... 105

14.Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal No.6 ... 106

15.Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal No.6 ... 108

16.Rubrik Penilaian Ketrampilan Proses Sains ... 110

17.Lembar Pengamatan Ketrampilan Proses Sains ... 113

18.Rekapitulasi Ketrampilan Proses Sains Siswa Mengamati Kelas XA ... 117

19.Rekapitulasi Ketrampilan Proses Sains Siswa Mengamati Kelas XB ... 120

20.Rekapitulasi Ketrampilan Proses Sains Siswa Merumuskan Hipotesis Kelas XA ... 123

21.Rekapitulasi Ketrampilan Proses Sains Siswa Merumuskan Hipotesis Kelas XB ... 126

22.Rekapitulasi Ketrampilan Proses Sains Siswa Menggunakan Ruang dan Waktu Kelas XA ... 129

(12)

Hasil Kelas XB ... 138

26. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Diskusi ... 141

27.Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa dalam Diskusi ... 145

28.Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelas XA ... 146

29.Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelas XB ... 148

30.Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Praktikum ... 150

31.Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa dalam Praktikum ... 154

32.Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Praktikum Kelas XA .... 157

33.Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Praktikum Kelas XB .... 161

34.Daftar Nilai Hasil Evaluasi Siswa kelas XA ... 165

35.Daftar Nilai Hasil Evaluasi Siswa kelas XB ... 166

36.Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Siswa kelas XA ... 167

37.Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Siswa kelas XB ... 169

38.Angket Tanggapan Siswa ... 171

39.Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Kelas XA ... 173

40.Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Kelas XB ... 174

41.Lembar Angket Guru ... 175

42.Surat Usulan Pembimbing ... 177

43.Surat Ijin Penelitian ... 178

44.Surat Keterangan dari Sekolah ... 179

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam lainnya. Karakteristik dari belajar biologi yaitu berupaya untuk mengenal mahluk hidup dan proses kehidupannya di lingkungan, sehingga memerlukan pendekatan dan metode yang memberi ciri dan dasar kerja dalam pengembangan konsep. Pendekatan ini menekankan pada gaya dalam menyampaikan materi yang meliputi sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang eksploratif, sehingga memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik.

Sejauh ini pelaksanaan pendidikan atau pembelajaran Biologi masih didominasi oleh kondisi kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan karena ceramah masih menjadi pilihan utama guru dalam mengajar. Pembelajaran dengan metode ceramah masih menekankan pada hasil belajar dan bukan kegiatan untuk menguasai proses, sehingga ketrampilan proses sains belum bisa dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum menekankan penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA. Ketrampilan proses pada proses pembelajaran perlu diterapkan, oleh karena itu dipilih metode praktikum untuk memperdayakan siswa dalam hal berpikir secara ilmiah. Metode praktikum tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi dapat mendorong siswa mengkonstruksikan fakta-fakta pengetahuan yang dia peroleh berdasarkan proses mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan.

(14)

siswa memiliki sejumlah pengetahuan, namun pengetahuan yang diterima dari guru hanya sebagai informasi, sedangkan mereka tidak dibiasakan untuk menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu. Para siswa bisa mendapatkan nilai-nilai tinggi, namun mereka kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap ke dalam situasi yang lain. Akibatnya, pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.

Pencapaian ketrampilan proses sains siswa sangat penting karena menuntut siswa untuk berpikir secara ilmiah. Ketrampilan proses sains siswa perlu dikembangkan karena diharapkan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, sikap, dan nilai. Ketrampilan proses sains antara lain dapat dicapai dengan metode praktikum pembuatan tekult, diskusi kelompok dan presentasi. Ketrampilan proses sains yang diamati dan digunakan meliputi kemampuan siswa dalam mengobservasi, merumuskan hipotesis, menggunakan ruang atau waktu, mengkomunikasikan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Praktikum Pembuatan Tekult pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk Pencapaian Ketrampilan Proses Sains”.

B. Rumusan Masalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan “ Apakah ketrampilan proses sains siswa dapat tercapai melalui metode praktikum pembuatan Tekult pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria?”.

C. Penegasan Istilah

Penegasan istilah berikut untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan pandangan terhadap pengertian istilah-istilah yang digunakan.

1. Praktikum Pembuatan Tekult

(15)

Tekult merupakan produk fermentasi dengan bahan dasar susu tempe, susu skim, dan gula yang kemudian diinokulasi dengan bakteri Lactobacillus casei strain Shirota.

2. Materi Archaebacteria dan Eubacteria

Berdasarkan KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, materi Archaebacteria dan Eubacteria merupakan materi di SMA kelas X semester I (ganjil). Standar Kompetensi “Memahami prinsip-prinsip pengelompokan mahluk hidup”, dan Kompetensi Dasar “Mendiskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya dalam kehidupan”. 3. Ketrampilan proses sains

Ketrampilan proses sains (KPS) merupakan Science A Process Approach atau pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA (Rustaman 2003). Proses-proses sains berhubungan dengan bagaimana saintis berpikir dan bekerja, yaitu menggambarkan dimensi sains. Proses-proses sains telah diidentifikasi oleh “The American Association for The Advancement of Science” (AAAS) dalam Hartinawati 2009 , yaitu ada 15 ketrampilan proses yang meliputi: mengobservasi, menggunakan ruang atau waktu, mengklasifikasi, mengelompokkan dan mengorganisasi, menggunakan bilangan, mengkuantifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksikan, mengendalikan dan mengidentifikasikan variabel, menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis, memberikan definisi secara operasional, melaksanakan eksperimen.

(16)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketrampilan proses sains siswa SMA N 2 Rembang dapat tercapai melalui metode praktikum pembuatan tekult pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria .

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. Guru

Guru dapat memperoleh informasi tentang strategi pembelajaran alternatif yang lebih variatif sehingga tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

2. Sekolah

(17)

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar IPA Biologi

Belajar adalah memahami hal-hal baru dan mendapatkan cara-cara yang lebih baik untuk melakukan berbagai hal dalam hidup, Hubbart (2002). Belajar tidak hanya berarti memasukkan fakta-fakta ke dalam kepala dan menyimpannya sebaik mungkin, melainkan mencari fakta lebih banyak lagi. Sebagaimana hakekat IPA ada yang sebagai produk dan sebagai proses, maka dalam penilaian belajar biologi terdapat penilaian produk atau hasil belajar dan penilaian proses belajar. Belajar biologi atau IPA secara bermakna baru akan dialami siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial (Rustaman, 2003).

Kurikulum 1984 Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada lampiran di dalam bab pokok-pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan dengan pendekatan ketrampilan proses. Kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan demikian, jelas bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA. Ketrampilan proses menjadi bagian yang tidak terpisahkan (milik) guru IPA pada jenjang pendidikan manapun (Rustaman 2003).

(18)

saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata.

Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konseptual IPA bagi yang mempelajarinya. Metode pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Komponen-komponen pembentukan metode pembelajaran dirumuskan sesuai dengan sifat metode pembelajaran yang disusun dan terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran. 2. Pembuatan tekult sebagai Kegiatan Praktikum

Praktikum dalam pembelajaran IPA merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya biologi (Rustaman 2003). Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman 2003), mengemukakan empat alasan pentingnya kegiatan kegiatan praktikum IPA, yaitu: 1). Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA; 2). Praktikum mengembangkan ketrampilan dasar melakukan eksperimen; 3). Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah; 4). Praktikum menunjang materi pelajaran.

Tekult salah satu produk minuman fermentasi dengan memanfaatkan peranan bakteri Lactobacillus casei shirota Strain sebagai inokulan. Tekult dibuat dengan bahan dasar tempe atau tepung tempe, susu skim, gula, dan diinokulasikan dengan bakteri Lactobacillus casei strain Shirota yang merupakan bakteri probiotik yang menguntungkan di dalam proses pencernaan.

(19)

Kegiatan praktikum pembuatan tekult melatih ketrampilan proses sains siswa dalam hal mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil. Ketrampilan siswa mengamati (observasi) meliputi mengukur pH, mengamati hasil praktikum pembuatan tekult, dan membedakan susu tempe sebelum dan sesudah fermentasi. Ketrampilan merumuskan hipotesis melatih siswa untuk memprediksi hasil berdasarkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Ketrampilan siswa menggunakan ruang dan waktu pada saat praktikum tekult siswa mampu menempatkan susu tempe sesuai suhu dan waktu yang sudah ditentukan. Dalam praktikum pembuatan tekult siswa juga diharapkan mempunyai ketrampilan mengkomunikasikan hasil praktikum.

3. Ketrampilan Proses Sains

Ketrampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Ketrampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan ketrampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan ketrampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan ketrampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan Rustaman (2003).

(20)

kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan, 4) Meramalkan (prediksi) mencakup ketrampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan atau pola yang sudah ada, 5) Berkomunikasi meliputi membaca grafik, tabel, atau diagram, menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas, 6) Berhipotesis dengan menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi, 7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan dengan cara menentukan alat dan bahan, menentukan variabel, atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja, menentukan cara mengolah data, 8) Menerapkan konsep atau prinsip meliputi menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, dan 9) Mengajukan pertanyaan, pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis.

Ketrampilan proses sains menurut Wilke (2005) secara umum meliputi, mengamati (observasi), mengklasifikasikan, membuat pola (design), menggambar, menulis, mengukur, memprediksi, berpendapat, membuat kesimpulan, menganalisis, menerapkan, membuat ringkasan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah. Menurut Monhardt (2006) dasar ketrampilan proses sains meliputi mengamati (observasi), mengkomunikasi, berpendapat, mengklasifikasikan, mengukur, memprediksi.

(21)

merencanakan dan mengkomunikasikan. Menurut Mohd (2006) ada 12 ketrampilan proses sains dalam silabus yang diterapkan di Malaysia, meliputi mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan angka, menghubungkan waktu dan ruang, menginferensi, memprediksi, mengkomunikasikan, mengendalikan variabel, menginterpretasikan data, memberikan definisi secara oprasional, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan eksperimen.

Proses-proses sains telah diidentifikasi oleh “The American Association for The Advancement of Science” (AAAS) dalam Hartinawati (2009), yaitu ada 15 ketrampilan proses yang meliputi: mengobservasi, menggunakan ruang atau waktu, mengklasifikasi, mengelompokkan dan mengorganisasi, menggunakan bilangan, mengkuantifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksikan, mengendalikan dan mengidentifikasikan variabel, menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis, memberikan definisi secara operasional, melaksanakan eksperimen.

Merancang pengalaman belajar biologi atau IPA terkait erat dengan pengembangan ketrampilan proses sains karena rancangan belajar IPA harus sesuai dengan hakikat belajar IPA dan terutama sekali sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan dalam GBPP. Pengembangan ketrampilan proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru memahami hakekat belajar IPA, yaitu IPA sebagai produk dan proses. Belajar dengan pendekatan ketrampilan proses memungkinkan siswa mempelajari konsep yang menjadi tujuan belajar IPA dan sekaligus mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar ber-IPA, sikap ilmiah dan sikap kritis

4. Materi Archabacteria dan Eubacteria

(22)

pengelompokan mahluk hidup”, dan Kompetensi Dasar “Mendiskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya dalam kehidupan”.

Prinsip pengelompokan mahluk hidup menurut Whittaker mengenai suatu sistem dengan lima kingdom pada tahun 1969 menyebut kelima kingdom tersebut sebagai Monera, Protista, Plantae, Fungi, dan Animalia. Sistem lima kingdom mengakui adanya dua jenis sel yang berbeda secara mendasar, yaitu prokariotik dan eukariotik, dan memisahkan prokariota (yang umum disebut bakteri) dari semua eukariota dengan menempatkannya dalam kingdom tersendiri, yaitu monera.

Menurut Woese pengelompokan keanekaragaman kehidupan ke dalam tiga domain, yaitu domain Bakteria, domain Arkhae, dan domain Eukarya (Eukariota). Prokariota meliputi dua domain yaitu: domain Bakteria dan domain Arkhae. Terlepas dari masalah taksonomis, baik Bakteria maupun Arkhae secara struktural dikelompokkan sebagai prokariotik. Suatu sistem dengan tiga domain memberi penekanan lebih pada pemisahan evolusioner awal antara Bakteri dan Arkhae dengan cara menggunakan suatu takson superkingdom yang disebut domain. Domain Eukarya terdiri atas semua kingdom organisme eukariotik yaitu Arkhaezoa, Euglenozoa, Alveolata, Stramenopila, Rhodophyta, Plantae, Fungi, Animalia (Campbell 2003).

Menurut Martin (2005) Archaebacteria berasal dari kata Yunani yaitu archaio yang =kuno adalah kelompok bakteri yang dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan, namun membran plasmanya mengandung lipid. Eubacteria berasal dari awalan eu=sejati dan bacteria=bakteri. Eubacteria berarti bakteri sejati yang merupakan kelompok mahluk hidup yang sehari-hari kita kenal sebagai bakteri. Archaebacteria maupun Eubacteria mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam kehidupan ada yang menguntungkan dan adapula yang merugikan.

(23)

Gambar 1.Kerangka berpikir pencapaian ketrampilan proses sains siswa dengan metode praktikum pembuatan tekult

B. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian Penerapan Metode Praktikum Pembuatan Tekult pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria adalah ketrampilan proses sains siswa

Pembelajaran Materi Peranan

Archaebacteria dan Eubacteria Dengan metode praktikum pembuatan tekult, diskusi,

presentasi

Ketrampilan Proses Sains

• mengobservasi,

• merumuskan hipotesis. • Menggunakan ruang

dan waktu

• Mengkomunikasikan hasil

Ketrampilan proses sains, aktivitas siswa dalam pembelajaran,

dan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai ≥ 70

Pembelajaran Biologi

Mempelajari mahluk hidup dan proses kehidupan

Materi Archaebacteria dan Eubacteria

Mendiskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya dalam

kehidupan

Pembelajaran biologi didominasi oleh kondisi kelas yang berfokus pada guru, dengan

(24)

A.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Rembang yang terletak di Jalan Gajah Mada No. 2, Rembang 59252. Penelitian dilaksanakan di Semester Ganjil Tahun Ajaran 2009/2010.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Negeri 2 Rembang sebanyak sembilan kelas yaitu kelas X A sampai X I. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak dua kelas yaitu kelas X A dan X B.

C.Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode praktikum pembuatan tekult.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketrampilan proses sains meliputi mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil praktikum, dan hasil diskusi; aktivitas diskusi; aktivitas praktikum; dan hasil belajar siswa.

D.Rancangan Penelitian

(25)

Gambar 2. Desain One-Shot Case Study Keterangan :

: treatmen atau perlakuan pada kelas X A : treatmen atau perlakuan pada kelas X B

: hasil observasi setelah treatment pada kelas X A : hasil observasi setelah treatment pada kelas X B

E. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan untuk pengambilan data berupa lembar observasi ketrampilan proses sains siswa, aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, post test, angket tanggapan siswa, dan angket tanggapan guru.

F. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

b. Merancang strategi pembelajaran yang akan diterapkan dan menyusun perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, serta media yang digunakan. c. Menyusun intrumen penelitian meliputi Lembar Kerja Siswa, Lembar

Diskusi Siswa, lembar observasi ketrampilan proses sains, lembar observasi aktivitas siswa dalam diskusi, lembar observasi siswa dalam praktikum, soal post test, angket tanggapan siswa dan angket tanggapan guru.

2. Uji coba instrumen penelitian

Instrumen diujicobakan sebelum digunakan dalam penelitian meliputi tes, lembar observasi dan angket. Uji coba tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda yang dilakukan terhadap siswa kelas XI. Lembar observasi dan angket diuji validitas isi dan konstraknya yang dilakukan melalui penyusunan berdasarkan ketentuan atau dasar teori dilanjutkan dengan mengkonsultasikan pada pakar yaitu dosen yang berkompeten dalam bidang pendidikan.

        

(26)

1) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas dapat diukur dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

Rumus yang digunakan adalah (Arikunto 2002 : 146) :

rxy =

Y = skor total yang benar dari setiap subyek N = jumlah subyek

Kriteria :

Apabila > , pada α = 5 % maka butir soal tersebut dikatakan valid. Jika terdapat soal yang tidak valid maka soal tersebut tidak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

Hasil analisis validitas butir soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis validitas butir soal uji coba*

Kriteria Nomor Soal

Valid 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Tidak Valid 7

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 12

(27)

2) Reliabilitas

Suatu tes mempunyai reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap walaupun diujikan berulang-ulang. Dalam penelitian ini reliabilitas tes diukur dengan menggunakan rumus KR-21 (Arikunto 2002 : 164).

R11 = ⎟⎟

R11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M = skor rata-rata

vt = varians total

Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%, bila r11 > r tabel, maka tes bersifat reliabel.

Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung=0,849 dengan taraf signifikan 5% dan n= 30 didapat rtabel = 0,361, karena rhitung > rtabel maka tes tersebut reliabel (data selengkapnya disajikan pada Lampiran 13).

3) Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan soal yang tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah akan menyebabkan siswa tidak tertarik untuk memecahkannya. Sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi. Untuk mengetahui soal itu mudah atau sukar dapat diketahui dengan menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus (Arikunto 2002 : 2008).

JS B P=

Keterangan :

P = indeks kesukaran.

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

(28)

Tabel. 2 Kriteria taraf kesukaran soal

Kriteria P Kriteria

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Hasil analisis taraf kesukaran butir soal dari soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. 3 Hasil analisis taraf kesukaran soal*

Kriteria Nomor Soal

Mudah 4 6 12 16 17 18 20 22 26 27 31 32 35 36

Sedang 2 5 8 9 11 13 14 15 19 21 23 24 25 29 30 33 34 37 38 39 40

Sukar 1 3 7 10 28

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 15

4) Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai (Arikunto 2002 : 211). Suatu soal mempunyai daya pembeda yang baik apabila dijawab benar oleh kebanyakan siswa yang pandai dan dijawab salah oleh siswa yang kurang pandai. Arikunto (2002 : 211) mengatakan bahwa untuk menghitung daya pembeda tiap soal menggunakan rumus:

PB

(29)

A A A

J B

P = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

B B B

J B

P = = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Setelah perhitungan daya pembeda sudah diketahui kemudian dimasukkan dalam klasifikasi daya pembeda. Dimana daya beda menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria daya pembeda

Interval D Kriteria

Soal yang baik mempunyai kriteria daya pembeda dalam kategori 0.20 < DP < 0.70 (Arikunto 2002). Hasil uji coba dan perhitungan daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal*

No. Kategori Jumlah Nomor Soal

1 Jelek 10 4 7 8 10 11 13 15 22 33 38

2 Cukup 24 1 2 3 5 9 12 16 17 18 19 20 21 24 26 28 30 31 32 34 35 36 37 39 40

3 Baik 6 6 14 23 25 27 29

4 Sangat Baik - -

*Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 14

1. Pelaksanaan Penelitian

(30)

a. Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 90 menit guru memberikan pendahuluan kepada siswa sebelum memulai pelajaran. Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dengan menanyakan ciri-ciri, perkembangbiakan Archaebacteria dan Eubacteria. Guru memberikan penjelasan tentang ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria, dan perkembangbiakan bakteri, kemudian guru membagi siswa dalam kelompok dan membagikan LDS 1 (Lembar Diskusi siswa). Guru menjelaskan tentang gambaran singkat LDS 1 (Lembar Diskusi Siswa) yang akan dikerjakan, kemudian guru memberikan waktu siswa untuk melakukan diskusi dan studi literatur. Kegiatan diskusi, siswa atau kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas, dan kelompok lain berhak untuk mengajukan pertanyaan. Setelah itu siswa menyimpulkan hasil diskusi dan presentasi yang diperoleh dari kegitan diskusi. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membawa alat dan bahan untuk praktikum pembuatan tekult pada pertemuan kedua yaitu, baskom, kain saring, serbet, starter bakteri Lactobacillus casei strain Shirota atau yakult plain, kayu manis, daun pandan, jahe dan panili.

(31)

sekolah, setelah itu dilakukan pemeraman atau inkubasi. Waktu pemeraman atau inokulasi setiap kelompok mempunyai perlakuan yang berbeda-beda sesuai dengan LKS. Penyimpanan tekult dilakukan setelah proses inkubasi di dalam lemari es atau pada suhu < 5°C. Pengamatan hasil praktikum tekult dilakukan pada hari berikutnya pada jam istirahat.

c. Pertemuan ketiga dengan alokasi waktu 90 menit guru membimbing siswa untuk menganalisis serta mendiskusikan hasil praktikum pada pertemuan sebelumnya. Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing. Observer mengamati aktivitas siswa selama diskusi berlangsung. Kemudian setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Guru menanggapi dan membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Pada akhir pembelajaran guru memberikan post-test untuk mengevaluasi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan angket tanggapan siswa terhadap penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria.

2. Pengambilan data

Setelah peneliti melakukan persiapan penelitian dan uji coba soal kemudian peneliti mengambil data ketrampilan proses sains siswa, hasil observasi siswa dalam kegiatan diskusi, aktivitas siswa dalam praktikum, tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran, tanggapan guru terhadap pembelajaran.

3. Laporan penelitian

(32)

G.Data dan Metode Pengumpulan Data 1. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru 2. Jenis data

a. Ketrampilan proses sains siswa

b. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam diskusi dan praktikum.

c. Hasil belajar siswa

d. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran e. Tanggapan guru terhadap pembelajaran 3. Cara pengumpulan data

Data-data tersebut diambil dengan cara :

a. Ketrampilan proses sains yang diamati melalui kegiatan siswa pada saat proses kegiatan diskusi, dan praktikum menggunakan lembar observasi ketrampilan proses sains siswa.

b. Data tentang aktivitas siswa dalam diskusi kelompok mengukur tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam diskusi.

c. Data tentang aktivitas siswa dalam praktikum untuk mengukur kinerja siswa dalam kegiatan praktikum dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam praktikum.

d. Data tentang hasil belajar siswa diambil dengan memberikan evaluasi berupa post test kepada siswa dan laporan hasil pengerjaan LKS dan LDS. e. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran, diperoleh melalui lembar angket

siswa.

f. Tanggapan guru terhadap pembelajaran, diperoleh melalui lembar angket guru.

(33)

H.Metode Analisis Data

1. Analisis data ketrampilan proses sains siswa

Data ketrampilan proses sains siswa dianalisis dengan menggunakan rumus:

P= 100% (Sudjana 2002) Keterangan:

P = persentase ketrampilan proses sains siswa

f = skor total ketrampilan proses sains yang dilakukan siswa N = skor maksimal

Angka persentase (P) digunakan untuk melihat kriteria ketrampilan proses sains seperti yang dinyatakan oleh Sudijono (2005) :

85-100% = sangat baik 70-84% = baik

60-69% = cukup 51-59% = kurang baik 0-50% = tidak baik

2. Analisis data aktivitas siswa dalam pembelajaran

Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan rumus : P= 100% (Sudjana, 2002)

Keterangan :

P = persentase aktivitas siswa f = skor total yang dilakukan siswa N = skor maksimal

Angka persentase (P) digunakan untuk melihat kriteria aktivitas siswa seperti yang dinyatakan oleh Sudijono (2005)

85-100% = sangat aktif 70-84% = aktif 60-69% = cukup 51-59% = kurang aktif 0-50% = tidak aktif 3. Hasil belajar

(34)

Hasil belajar diperoleh tes tertulis (post test), penilaian LKS dan LDS. Tes tertulis yang digunakan adalah tes obyektif yang berupa pilihan ganda yang berjumlah 30 butir. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai atau hasil tes sebagai berikut:

N= Skor x 2

Menghitung Nilai Akhir (NA) dengan cara: NA =

2 + Xnilai + Xnilaipost test

Menentukan rata-rata kelas

Menurut Sudjana (2002) untuk mengetahui nilai rata-rata kelas adalah sebagai berikut: 4. Analisis data tanggapan siswa

Data tanggapan siswa dianalisis dengan menggunakan rumus : P= 100% (Sudjana, 2002)

Keterangan:

P = persentase tanggapan siswa

f = banyaknya responden yang memilih jawaban “ya” N = banyaknya responden yang mengisi angket

(35)

5. Analisis data tanggapan guru

Data tanggapan guru dianalisis dengan menggunakan rumus : P= 100% ( Sudjana, 2002)

Keterangan :

P = persentase tanggapan guru

f = skor total tanggapan yang diberikan oleh guru N = skor maksimal tanggapan

Angka persentase (P) digunakan untuk melihat tanggapan positif guru terhadap pembelajaran seperti yang dinyatakan oleh Sudijono (2005).

85-100% = sangat baik 70-84% = baik

60-69% = cukup 51-59% = kurang 0-50% = buruk

 

(36)

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Rembang Kelas X A dan X B pada bulan Oktober 2010. Hasil penelitian meliputi data utama dan data pendukung. Data utama terdiri dari: 1). Ketrampilan proses sains siswa yang meliputi observasi, merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil; 2). Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam diskusi, dan aktivitas siswa dalam praktikum; dan 3). Hasil belajar siswa, sedangkan data pendukung terdiri dari: 1). Tanggapan siswa; dan 2). Tanggapan guru. Data yang lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ketrampilan proses sains siswa

Data tentang ketrampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan penerapan praktikum pembuatan tekult meliputi ketrampilan siswa mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menentukan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil.

a. Ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi)

Data tentang ketrampilan proses sains siswa dalam mengamati (observasi) meliputi mengukur pH, mengamati hasil praktikum, dan membedakan susu tempe sebelum dan sesudah fermentasi dapat di lihat pada Tabel 6.

(37)

Berdasarkan perhitungan ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi), secara klasikal kelas XA dan kelas XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi) menunjukkan kelas X A dan kelas X B mencapai persentase 100% dengan kriteria sangat aktif.

b. Ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis

Data tentang ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis meliputi 1). Menyebutkan kemungkinan atau perkiraan yang akan terjadi dari hasil kegiatan praktikum pembuatan tekult; dan 2). Menyatakan hubungan antara 2 variabel (penambahan atau tanpa starter Lactobacillus casei strain Shirota) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis* No Parameter

*Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21

Berdasarkan perhitungan ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis, secara klasikal kelas XA dan kelas XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis menunjukkan kelas X A mencapai persentase 57% dengan kriteria sangat baik dan 43% dengan kriteria baik, sedangkan kelas X B mencapai persentase 50% dengan kriteria sangat baik, dan 50% dengan kriteria baik.

c. Ketrampilan proses sains siswa menentukan ruang dan waktu

(38)

ditentukan, dan menggunakan waktu fermentasi yang sudah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Skor ketrampilan proses sains siswa menentukan ruang dan waktu* No Parameter *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 22 dan Lampiran 23

Berdasarkan perhitungan ketrampilan proses sains siswa menggunakan ruang dan waktu, secara klasikal kelas XA dan kelas XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa menggunakan ruang dan waktu menunjukkan kelas X A dan kelas X B mencapai persentase 100% dengan kriteria sangat baik. d. Ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan hasil

Data tentang ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan meliputi memberikan hasil praktikum dengan tabel; membuat dan menyusun laporan secara sistematis; menjelaskan hasil praktikum; membaca tabel dari hasil praktikum; mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Skor ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan hasil* No Parameter *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 24 dan Lampiran 25

(39)

kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan menunjukkan kelas X A mencapai persentase 80% dengan kriteria sangat baik dan 20% dengan kriteria baik, sedangkan kelas XB mencapai persentase 97% dengan kriteria sangat baik, dan 3% dengan kriteria baik.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas siswa dalam pembelajaran meliputi: a). Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi; dan b). Aktivitas siswa dalam kegiatan praktikum.

a. Aktivitas siswa dalam diskusi

Data tentang aktivitas siswa dalam diskusi selama proses pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan penerapan praktikum pembuatan tekult dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Skor aktivitas siswa dalam diskusi* No Parameter *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 28 dan Lampiran 29

(40)

b. Aktivitas siswa dalam praktikum

Data tentang aktivitas siswa dalam praktikum selama proses pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult dapat di lihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Skor aktivitas siswa dalam praktikum* No Parameter *Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 32 dan Lampiran 33

Berdasarkan perhitungan aktivitas dalam praktikum siswa, secara klasikal kelas XA dan XB telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 70% siswa mencapai kriteria keaktifan tinggi. Hasil observasi aktivitas siswa dalam praktikum menunjukkan kelas X A 80% mencapai kriteria sangat aktif dan 20 % mencapai kriteria aktif, sedangkan kelas X B 86,67 % mencapai kriteria sangat aktif dan 13,33 % mencapai kriteria aktif.

3. Hasil belajar

(41)

Tabel 12. Skor hasil belajar siswa pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan praktikum pembuatan tekult*

No

*Data selengkapnya terdapat pada lampiran 36 dan Lampiran 37

Perolehan nilai dari kedua kelas perlakuan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu ketuntasan nilai sesuai kriteria ketuntasan minimal yaitu siswa memperoleh nilai ≥ 70. Dari kedua kelas tersebut secara keseluruhan mempunyai ketuntasan klasikal 100% karena tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (Tabel 12).

4. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran

Angket tanggapan siswa sebagai data pendukung digunakan untuk mengetahui tanggapan dan respon positif siswa terhadap penerapan praktikum tekult pada pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Tabel 13.

(42)

Tabel 13. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran*

No. Indikator Jumlah Siswa yang Menjawab

X A X B

Ya Tidak Ya Tidak

1 Saya tertarik mengikuti proses pembelajaran pada Materi Archabacteria dan Eubacteria dengan kegiatan praktikum pembuatan tekult

28 2 30 0

2 Saya memahami peranan bakteri, salah satunya Lactobacilus casei Shirota strain sebagai starter dalam pembuatan tekult

22 8 29 1

3 Saya termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan kegiatan praktikum pembuatan tekult

25 5 29 1

4 Saya merasa bisa memahami peranan bakteri dalam kehidupan manusia

21 9 27 3

5 Saya menyukai suasana kelas saat pembelajaran dan kegiatan praktikum pembuatan tekult

21 9 28 2

6 Kegiatan praktikum pembuatan tekult perlu digunakan dalam materi pembelajaran khususnya pada materi Archaebacteria dan Eubacteria

29 1 29 1

Jumlah skor 146 34 172 8

Persentase 81% 19% 96% 4%

*Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 39 dan Lampiran 40

Berdasarkan Tabel. 13, siswa yang memberikan respon positif pada kegiatan pembelajaran penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria sebesar 81 % pada kelas XA, sedangkan pada kelas X B sebesar 96%.

5. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran

Angket tanggapan guru sebagai data pendukung digunakan untuk mengetahui tanggapan dan respon positif terhadap penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria diperoleh melalui angket terbuka yang diisi oleh guru. Tanggapan guru terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 14.

(43)

Tabel 14. Tanggapan guru terhadap pembelajaran*

No Pertanyaan Jawaban dan Alasan

1. Apakah praktikum pembuatan tekult

tepat untuk diterapkan pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan?

Ya, karena pembuatan tekult memanfaatkan peranan kelompok Eubacteria yaitu Lactobacillus casei strain Shirota

2. Apakah praktikum pembuatan tekult

dapat menarik minat belajar siswa?

Ya, pada umumnya siswa belum pernah melakukan praktikum tersebut, sehingga sangat menarik minat siswa

3. Apakah praktikum pembuatan tekult

dapat membantu siswa memahami manfaat bakteri khususnya Lactobacillus casei strain Shirota dalam kehidupan sehari-hari?

Dengan melakukan praktikum tersebut dan mengamati secara langsung, akan tertanam dalam siswa, ternyata susu bisa mengalami fermentasi dan berubah menjadi asam

4. Apakah praktikum pembuatan tekult

dapat mengoptimalkan kinerja dan sikap siswa dalam proses pembelajaran?

Ya, siswa dengan adanya penilaian kinerja akan lebih termotivasi

5. Apakah siswa dapat berperan aktif

dalam pembelajaran dengan penerapan praktikum pembuatan tekult?

Ya, dengan rasa ingin tahunya siswa menjadi aktif dalam berpikir dan bekerja dalam praktikum

6. Apakah siswa menemukan kesulitan

dalam pembelajaran dengan metode praktikum?

Ya,dengan konsep ilmu yang belum tertanam, kadang-kadang siswa masih bingung untuk bekerja dan mengambil kesimpulan

7. Apakah dengan penerapan praktikum

pembuatan tekult ketrampilan proses sains siswa tercapai

Ya, meskipun belum semua tercapai, tetapi siswa sudah

mengalami peningkatan ketrampilan proses, misalnya:

mengukur pH, menganalisa data dan menarik kesimpulan

8. Apakah praktikum pembuatan tekult

sesuai jika diterapkan di SMA Negeri 2 Rembang?

Ya, dengan alat dan bahan yang cukup sederhana praktikum ini bias dilakukan, tetapi susu skim di Rembang sulit diperoleh

*Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 41

Berdasarkan Tabel. 14 guru memberikan respon positif pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada

(44)

materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan menjawab “ya” pada angket tanggapan guru.

B. Pembahasan

Penelitian berkaitan dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk pencapaian ketrampilan proses sains siswa telah dilakukan di SMA Negeri 2 Rembang kelas X A dan X B. Data yang diperoleh pada pelaksanaan proses pembelajaran meliputi data utama yang terdiri dari: 1). Hasil observasi ketrampilan proses sains; 2). Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam diskusi, dan aktivitas siswa dalam praktikum; dan 3). Hasil belajar; sedangkan data pendukung meliputi: 1). Hasil angket siswa; dan 2). Hasil angket guru.

1. Ketrampilan Proses Sains

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan aspek yang diamati meliputi ketrampilan siswa mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil. Penerapan praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria menunjukkan ketrampilan proses sains siswa tercapai.

a. Ketrampilan siswa mengamati (observasi)

Ketrampilan mengamati (observasi) menurut Rustaman (2003) melakukan observasi menggunakan indra penglihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Ketrampilan siswa mengamati (observasi) meliputi 1). Ketrampilan mengukur pH; 2). Mengamati hasil praktikum pembuatan tekult; dan 3). Membedakan susu tempe sebelum dan sesudah fermentasi.

(45)

fermentasi. Siswa dapat menyebutkan pH 1-6 mempunyai sifat asam, pH 7 bersifat netral, sedangkan pH 8-14 mempunyai sifat basa. Menurut Nur (2000) langkah pertama dalam suatu metode ilmiah adalah observasi atau pengamatan menggunakan alat indera. Siswa menggunakan indera penglihatan untuk melakukan pengamatan secara cermat dan tepat.

Pengamatan hasil praktikum pembuatan tekult dilakukan pada saat praktikum pembuatan tekult sampai setelah proses fermentasi. Proses pengamatan yang dilakukan siswa meliputi perubahan warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma. Siswa mengamati secara langsung hasil praktikum dari masing-masing kelompok dengan menggunakan indera penglihat, perasa, dan pembau. Menurut Ibrahim (2002) pengecapan dan pembauan merupakan penginderaan yang bersifat kimia, terbatas dalam kisaran tertentu, dan tidak tergantung pada bantuan yang bersifat mekanis. Indera-indera tersebut dikatakan bersifat kimia karena dapat mendeteksi molekul-molekul zat dari berbagai jenis yang berbeda, manusia dapat membedakan antara rasa manis, asam, asin, dan pahit saja.

(46)

Berdasarkan hasil pengamatan ketrampilan proses sains siswa mengamati (observasi) diperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantatif yaitu mengukur pH, sedangkan data kualitatif meliputi mengamati warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma. Data kualitatif hasil pengamatan (observasi) dari setiap individu atau siswa berbeda-beda karena manusia mempunyai sifat subyektif, dan hal ini dikarenakan tidak adanya rubrik pengamatan dari hasil praktikum.

b. Ketrampilan merumuskan hipotesis

Merumuskan hipotesis pada penerapan praktikum pembuatan tekult meliputi kemampuan siswa menyebutkan kemungkinan atau perkiraan yang akan terjadi dari kegiatan praktikum pembuatan tekult, dan menyatakan hubungan antara 2 variabel (penambahan atau tanpa starter Lactobacillus casei strain Shirota).

Melakukan hipotesis menurut Ibrahim (2002) merupakan pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban dan jawaban tersebut bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Menurut Nur (2000) suatu hipotesis adalah suatu prediksi, berdasarkan pengamatan yang telah diuji. Hal itu dilakukan siswa dengan melakukan dugaan kemungkinan yang akan terjadi dari hasil kegiatan praktikum pembuatan tekult. Menurut Hartinawati (2009) ketrampilan untuk membuat hipotesis melibatkan ketrampilan untuk menduga sesuatu yang menunjukkan hubungan (sebab akibat) antara dua variabel atau lebih dengan menggunakan latar belakang pengetahuan yang telah dimilikinya.

Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis secara keseluruhan kelas X A secara klasikal

(47)

mencapai ketuntasan klasikal 100% dengan rincian 57% dengan kriteria sangat baik, 53% dengan kriteria baik. Kelas X B secara klasikal mencapai ketuntasan klasikal 100% dengan rincian 50 % dengan kriteria sangat baik, 50 % dengan kriteria baik lihat Tabel 7 halaman 25. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% siswa mencapai ketrampilan proses sains merumuskan hipotesis.

Ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis tercapai karena siswa mampu memprediksi atau memperkirakan hasil yang akan terjadi dari kegiatan praktikum pembuatan tekult dengan kemampuan dasar yang mereka miliki. Siswa mampu menduga pengaruh variabel suhu, waktu, dan konsentrasi stater terhadap hasil praktikum. Dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria kemampuan ketrampilan proses sains siswa dalam merumuskan hipotesis dapat tergali.

Setelah merumuskan hipotesis seharusnya dilakukan juga menguji hipotesis. Dalam penelitian ini ketrampilan siswa menguji hipotesis tidak diamati karena terdapat keterbatasan pada rancangan variasi perlakuan di LKS, sehingga data yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menggali ketrampilan siswa dalam menguji hipotesis faktor-faktor pertumbuhan bakteri.

c. Ketrampilan menggunakan ruang dan waktu

Ketrampilan siswa menggunakan ruang dan waktu meliputi 1). Ketrampilan siswa menempatkan tekult sesuai dengan suhu; dan 2). Menggunakan waktu fermentasi yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil

(48)

penelitian dengan penerapan praktikum pembuatan yakult secara keseluruhan menunjukkan pencapaian ketrampilan siswa menggunakan ruang dan waktu pada kelas X A mencapai 100%, sedangkan kelas XB mencapai 100% lihat Tabel 8 halaman 25.

Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% mencapai ketrampilan proses sains yaitu ketrampilan menggunakan ruang dan waktu. Ketrampilan proses sains siswa dalam menggunakan ruang dan waktu tercapai karena siswa mampu menempatkan susu tempe pada tempat dan suhu yang sudah ditentukan dalam LKS. Siswa juga mampu mengunakan variabel waktu yang sudah ditentukan.

Pada praktikum pembuatan tekult terdapat keterbatasan pada variabel perlakuan tempat dan waktu yang kurang sesuai pada LKS, sehingga hasil praktikum dari variabel yang disajikan kurang spesifik.

d. Ketrampilan mengkomunikasikan hasil

Ketrampilan mengkomunikasikan menurut Abruscato (1988) dalam Hartinawati (2009), adalah ketrampilan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Sedangkan menurut Esler (1984) dalam Hartinawati (2009), menyatakan bahwa ketrampilan mengkomunikasikan dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dan grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda dan kejadian-kejadian secara rinci.

Ketrampilan siswa berkomunikasi dilakukan pada kegiatan diskusi dengan LDS 1, LDS 2, dan kegiatan praktikum. Ketrampilan berkomunikasi yang diamati meliputi 1). Menunjukkan hasil praktikum dengan tabel; 2).

(49)

Membuat dan menyusun laporan secara sistematis meliputi: judul praktikum, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, hasil pengamatan, penjelasan, dan kesimpulan; 3). Menjelaskan hasil praktikum; 4). Membaca tabel dari hasil praktikum; 5). Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa.

Hasil penelitian dengan penerapan praktikum pembuatan tekult menunjukkan pencapaian ketrampilan siswa mengkomunikasikan hasil pada kelas X A dan kelas XB mencapai ketuntasan klasikal sebesar 100% lihat Tabel 9 halaman 26. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70%. Dengan demikian, menunjukkan bahwa ketrampilan proses sains

dalam hal mengkomunikasikan hasil tercapai.

(50)

Ketrampilan proses sains yang diterapkan pada materi Archaebacteria dan Eubacteria diharapkan menjadi dasar untuk melatih ketrampilan proses sains siswa pada materi berikutnya. Siswa diharapkan mempunyai ketrampilan proses sains, sehingga melatih siswa berfikir secara ilmiah dalam pembelajaran sains khususnya biologi.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas siswa dalam pembelajaran meliputi: a). Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi; dan b). Aktivitas siswa dalam kegiatan praktikum.

a. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi

Diskusi merupakan salah satu ketrampilan yang diterapkan untuk pencapaian ketrampilan proses sains. Menurut Zaini (2002) 1). Diskusi membantu siswa belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berfikir; 2). Membantu siswa mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi orang lain; 3). Memberi kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip; 4). Membantu siswa menyadari akan suatu problem dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah; 5). Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain ke dalam kelompoknya; 6). Memperoleh penerimaan bagi informasi; 7). Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih jauh; 8). Memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan tercapai.

(51)

terdapat aspek yang diamati meliputi, memperhatikan jalannya diskusi, menjawab pertanyaan dari kelompok lain, mengemukakan pendapat dengan baik dan lancar, menghargai pendapat teman, mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas diskusi di kelas X A menunjukkan 23% siswa sangat aktif, dan 76 % siswa aktif, dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70%. Sedangkan kelas X B aktivitas siswa dalam diskusi menunjukkan 27 % siswa sangat aktif dan 73% siswa aktif, dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% lihat Tabel 10 halaman 26. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70% siswa mencapai aktivitas aktif dalam diskusi.

Aktivitas siswa dalam diskusi dilakukan siswa pada kegiatan diskusi kelompok pada pertemuan pertama dan ketiga dengan menggunakan LDS (Lembar Diskusi Siswa). Ketrampilan proses sains siswa berdiskusi dapat tercapai karena siswa mamperhatikan jalannya diskusi dengan baik, aktif menjawab pertanyaan dari kelompok lain, mampu mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menghargai pendapat orang lain. Diskusi yang dilakukan membahas materi Arcahaebacteria dan Eubacteria, dan hasil praktikum pembuatan tekult, sehingga ketrampilan siswa berdiskusi dapat tercapai dan tergali.

b. Aktivitas siswa dalam praktikum

Aktivitas siswa dalam praktikum ini meliputi persiapan alat dan bahan, ketrampilan menggunakan alat dan bahan, ketepatan atau penguasaan prosedur, kerjasama kelompok, efektifitas dalam bekerja,

(52)

efisiensi dalam bekerja, kebersihan alat dan ruang, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan dalam percobaan, laporan.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam praktikum di kelas X A menunjukkan 80% siswa sangat aktif, dan 20% siswa aktif. Kelas XB aktivitas siswa dalam praktikum menunjukkan 86,67% siswa sangat aktif dan 13,33% siswa aktif. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam diskusi pada kelas X A dan X B mencapai persentase ketuntasan klasikal sebesar 100% lihat Tabel 11 halaman 27. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ≥ 70% siswa mencapai aktivitas aktif dalam kegiatan praktikum.

Aktivitas siswa dalam praktikum teramati pada kegiatan praktikum pembuatan tekult. Aktivitas siswa dalam praktikum ketrampilan proses siswa tercapai karena siswa mampu menyiapkan alat dan bahan dengan baik; siswa mampu menggunakan alat dan bahan dengan baik; siswa mampu melakukan prosedur penelitian dengan baik; siswa mampu bekerja dengan efektif dan efisien; menjaga kebersihan alat dan ruang; mampu menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan dalam laporan dengan baik.

4. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni 2004). Penilaian yang dilakukan pada pembelajaran materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan menerapkan praktikum pembuatan tekult bukan hanya bertumpu pada penilaian paper dan pen test di evaluasi akhir, akan tetapi juga penilaian yang dilakukan melalui mengerjakan lembar diskusi siswa (LDS), dan lembar kerja siswa (LKS). Hasil

(53)

belajar diperoleh dengan penghitungan 1 kali nilai LDS ditambah 2 kali nilai LKS ditambah 2 kali nilai post tes dibagi 5.

Pencapaian ketrampilan proses sains siswa ternyata berpengaruh pula pada hasil belajar siswa didukung dengan peranan LDS 1, LKS, dan LDS 2. Pencapaian kompetensi siswa memberikan indikator dengan tercapainya ketuntasan belajar siswa secara individual, yakni ketuntasan belajar yang diperoleh ≥ 70 sesuai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan oleh SMA Negeri 2 Rembang. Berdasarkan data pada tabel. 14 kelas X A rata-rata hasil belajar mencapai nilai 79,32 dengan nilai tertinggi 86,2 dan nilai terendah 73,8 sedangkan kelas X B rata-rata hasil belajar mencapai nilai 79,94 dengan nilai tertinggi 85,3 dan nilai terendah 73,6. Hal ini berarti secara klasikal 100% siswa dari kedua kelas telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu ≥ 70 lihat Tabel 12 halaman 29. Data selengkapnya mengenai hasil pencapaian kompetensi siswa dapat dilihat pada Lampiran 29.

Hasil belajar siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu ≥ 70% karena didukung dengan LDS (Lembar Diskusi Siswa), dan praktikum

menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Pada LDS (Lembar Diskusi Siswa) 1 mendiskusikan ciri Archaebacteria dan Eubacteria, membedakan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria, mendiskusikan bentuk-bentuk bakteri, dan menjelaskan cara reproduksi bakteri secara biner, serta tahapan-tahapan proses transfer materi genetik pada bakteri.

Pada LKS (Lembar Kerja Siswa) mencakup indikator menjelaskan peranan bakteri yang menguntungkan, dan membuat produk fermentasi, selain itu juga melatih ketrampilan proses sains siswa dalam praktikum pembuatan tekult. Lembar Kerja Siswa pembuatan tekult mencakup proses pembuatan

(54)

tekult yang terdiri dari alat dan bahan, serta cara kerja. Pada proses praktikum pembutan tekult siswa juga melakukan pengukuran pH, mengamati hasil praktikum, dan memahami peranan bakteri Lactobacillus casei strain Shirota dalam proses pembuatan tekult.

LDS (Lembar Diskusi Siswa) 2 mendiskusikan hasil praktikum sebagai produk dari peranan bakteri Lactobacillus casei strain Shirota, mengkomunikasikan hasil praktikum pembuatan tekult, serta menjelaskan pengaruh ruang (suhu) terhadap proses pembutan tekult. Siswa juga menjelaskan pengaruh waktu terhadap proses pembutan tekult, dan membuat kesimpulan.

Soal post test secara keseluruhan mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai indikator yang sudah ditentukan. Soal post test terdiri dari 27,5% mencakup indikator menyebutkan dan membedakan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria, 45% mencakup indikator menjelaskan cara perkembangbiakan bakteri, dan menjelaskan berbagai peranan bakteri yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan, dan 27,5% mencakup indikator membuat produk dari peranan bakteri melalui kegiatan praktikum tekult, dan siswa mempunyai ketrampilan proses sains. Sehingga antara LDS, LKS, dan Post test mempunyai pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa.

5. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran praktikum pembuatan nata.

(55)

praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Berdasarkan analisis data pada Tabel. 15, 81% kelas X A dan 96% kelas X B memberikan tanggapan positif dengan menjawab “ya” pada angket tanggapan siswa lihat Tabel 13 halaman 30.

Berdasarkan angket tanggapan siswa, siswa memberikan respon positif terhadap penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Siswa tertarik mengikuti proses pembelajaran dan lebih memahami materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan kegiatan praktikum pembuatan tekult karena siswa baru pertama kali mengikuti praktikum tersebut, sehingga merupakan pengalaman baru dan siswa mengalami secara langsung proses fermentasi yang terjadi pada tekult.

Ketrampilan proses sains dapat tercapai kerena siswa dibekali dan diajarkan untuk mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil. Jadi, tidak hanya penguasaan materi saja yang diterima oleh siswa tetapi siswa juga mempunyai potensi melalui kerja ilmiah, pada proses praktikum pembuatan tekult dan kegiatan diskusi sehingga ketrampilan proses sains siswa dapat tercapai.

6. Tanggapan guru terhadap pembelajaran praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria.

(56)

Guru menyatakan bahwa pembelajaran dengan praktikum pembuatan tekult tepat untuk diterapkan pada materi Archaebacteria dan Eubacteria karena pembuatan tekult memanfaatkan peranan kelompok Eubacteria, yaitu Lactobacillus casei Shirota strain. Praktikum pembuatan tekult dapat menarik minat belajar siswa karena pada umumnya siswa belum pernah melakukan praktikum tersebut, sehingga sangat menarik minat siswa. Praktikum pembuatan tekult dapat membantu siswa memahami manfaat bakteri khususnya Lactobacillus casei strain Shirota dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan melakukan praktikum tersebut dan mengamati secara langsung akan tertanam dalam benak siswa, ternyata susu bisa mengalami fermentasi dan berubah menjadi asam.

Praktikum pembuatan tekult dapat mengoptimalkan kinerja dan sikap siswa dalam proses pembelajaran karena siswa dengan adanya penilaian kinerja akan lebih termotivasi. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan penerapan praktikum pembuatan tekult karena siswa mempunyai rasa ingin tahu sehingga siswa menjadi aktif dalam berpikir dan bekerja. Penerapan praktikum pembuatan tekult ketrampilan proses sains siswa dapat tercapai karena siswa sudah mengalami peningkatan ketrampilan proses sains, misalnya mengukur pH, mengamati, menganalisa data, dan menarik kesimpulan. Praktikum pembuatan tekult sesuai jika diterapkan di SMA Negeri 2 Rembang karena alat yang cukup sederhana, tetapi susu skim di Rembang sulit diperoleh.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan tanggapan siswa maupun tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran dengan praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria di SMA Negeri 2 Rembang

(57)

menunjukkan pencapaian ketrampilan proses sains siswa. Ketrampilan proses sains siswa setelah diberikan pembelajaran dengan praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria telah tercapai dibandingkan dengan sebelumnya tanpa penerapan praktikum pembuatan tekult. Hasil pengamatan mengarah pada ketercapaian indikator yang ditetapkan yaitu ketrampilan proses sains siswa, aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai ≥ 70%.

(58)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria, ketrampilan proses sains siswa dapat tercapai.

B. Saran

1. Penerapan metode praktikum menggunakan ketrampilan proses sains dapat diterapkan pada materi lain.

2. Untuk menggali ketrampilan proses sains siswa pada materi Archaebacteria

dan Eubacteria dapat menggunakan praktikum berbasis fermentasi yang lain. 3. Untuk melakukan praktikum yang melibatkan ketrampilan proses sains

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2. Desain One-Shot Case Study
Tabel 1. Hasil analisis validitas butir soal uji coba*
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Bambang Sulaksono 2014 Universitas

Sedangkan tujuan dari pembuatan kerajinan batu yang tidak terpakai ini adalah memanfaatkan sumber daya alam menjadi nilai jual yang tinggi serta menambah nilai ekonomis dari barang

[r]

Private Sub btn_h_Click( ByVal sender As System.. EventArgs ) Handles MyBase .Load. awal() bobot()

Drying of ginger using tray dryer were carried out at various drying conditions, such as air-drying flow, air-drying temperature, and sample dimensions, to achieve the highest

menggunakan 2 pola strategi pemasaran yaitu pola intersifikasi dan pola eksternsifikasi. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas strategi pemasaran. Perbedaan

[r]

In this thesis the writer studies the human issues and characters' roles in creating those issues in Arthur Miller's The Crucible, a tragic drama which deals