• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden Orangtua

Responden pada penelitian ini terdiri dari 284 orang, berasal dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Amplas. Setiap kecamatan terdiri dari 142 responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan sosioekonomi. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 152 orang (53,5%) dan jenis kelamin laki-laki 132 orang (46,5%). Berdasarkan usia paling banyak hingga paling sedikit adalah usia 35-44 tahun (62,3%), usia 45-54 tahun (26,8), usia 25-34 tahun (7,7%), dan usia 55-64 tahun (3,2%) (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia

No Karakteristik n (%) 1 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 132 (46,5) 152 (53,5) 2 Usia: 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 22 (7,7) 177 (62,3) 76 (26,8) 9 (3,2) Jumlah 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak adalah perguruan tinggi dengan jumlah 179 orang (63,1%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD paling sedikit yaitu 14 orang (4,9). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dikategorikan pendidikan rendah sebanyak 35 orang (12,3%), pendidikan sedang 70 orang (24,6%) dan pendidikan tinggi 179 orang (63,1%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No Pendidikan n (%) 1 Rendah SD SMP 14 (4,9) 21 (7,4) 2 Sedang SMA 70 (24,6) 3 Tinggi Perguruan Tinggi/Kuliah 179 (63,1) Jumlah 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta/pedagang dengan jumlah 91 orang (32%) dan jenis pekerjaan paling sedikit yaitu petani dengan jumlah 1 orang (0,4%). Responden dapat dikategorikan bekerja sebanyak 228 orang (80,3%) sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 56 orang (19,7%). Berdasarkan total pendapatan keluarga tiap bulan, responden dengan perekonomian rendah sebanyak 122 orang (43%) dan perekonomian tidak rendah sebanyak 162 orang (57%). Faktor sosioekonomi responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan penghasilan sehingga diperoleh responden dengan sosioekonomi baik sebanyak 105 orang (37%), sosioekonomi sedang sebanyak 137 orang (48,2%) dan sosioekonomi kurang sebanyak 42 orang (14,8%) (Tabel 6).

Tabel 6. Distribusi karakteristik responden menurut sosioekonomi No Karakteristik n (%) 1 Pekerjaan Bekerja: PNS Pegawai Swasta Petani Buruh Wiraswasta/ Pedagang Jumlah 61 (21,5) 63 (22,2) 1 (0,4) 12 (4,2) 91 (32) 228 (80,3) Tidak Bekerja 56 (19,7) Jumlah 284 (100) 2 Pendapatan Rendah < Rp 1.500.000 (perkapita) 122 (43) Tidak rendah ≥ Rp 1.500.000 (perkapita) 162 (57) Jumlah 284 (100) 3 Sosioekonomi Baik 105 (37,0) Sedang 137 (48,2) Kurang 42 (14,8) Jumlah 284 (100)

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka mengenai pengalaman pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut dan sumber informasi. Hasil penelitian menunjukkan dari 284 responden terdapat 151 orang

(53,2%) yang pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dengan sumber informasi paling banyak diperoleh dari dokter gigi yaitu 133 orang (46,8%).

Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Persentase pengetahuan responden yang menjawab dengan benar mengenai mengenai tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi adalah 43,3% dan yang menjawab dengan benar mengenai jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus yang diberikan adalah 28,2%. Pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan pertama yang dilakukan terhadap gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 4,2% dan waktu terbaik melakukan perawatan gigi dan mulut pada cedera gigi permanen avulsi dijawab dengan benar sebnyak 63,4%. Pertanyaan pengetahuan mengenai perlakuan sebelum melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 30,6% dan cara membawa gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 5,3%. Pertanyaan pengetahuan mengenai media penyimpanan gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 5,6% dan waktu ekstra-alveolar gigi yang avulsi dijawab dengan benar sebanyak 20,1%. Pertanyaan pengetahuan orangtua mengenai tempat yang tepat untuk mendapatkan perawatan lanjutan dijawab dengan benar sebanyak 93,3% (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Pengetahuan n(%)

Benar Salah

1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi

123 (43,3) 161(56,7)

2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus pada kuesioner

80(28,2) 204(71,8)

3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 12 (4,2) 272 (95,8) 4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan

mulut setelah terjadi avulsi

180 (63,4) 104 (36,6)

5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada gigi avulsi

87 (30,6) 197 (69,4)

6. Cara membawa gigi yang mengalami avulsi 15 (5,3) 269 (94,7) 7. Media penyimpanan gigi avulsi 16 ( 5,6) 268 (94,4) 8 Waktu ekstra-alveolar gigi avulsi 57 (20,1) 227 (79,9) 9 Tempat mendapatkan perawatan lanjutan 265 (93,3) 19 (6,7)

Berdasarkan pertanyaan tersebut diatas, maka diperoleh tingkat pengetahuan orangtua dari 284 responden yang dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 orang (1,4%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (10,2%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 251 orang (88,4%).

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

No Tingkat Pengetahuan n (%)

1 Baik 4 (1,4)

2 Cukup 29 (10,2)

3 Kurang 251 (88,4)

4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian sikap berisikan pernyataan orangtua mengenai sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak yang terdiri atas 8 pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat setuju jika setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 175 orang (61,6%). Responden yang menyatakan setuju mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut sebanyak 103 orang (36,3%). Responden yang menyatakansetuju bahwa waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi sebanyak 92 orang (32,4%). Responden yang menyatakan setuju membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih sebanyak 114 orang (40,1%). Responden yang menyatakan setuju membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi sebanyak 121 orang (42,6%). Responden yang menyatakansetuju membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula sebanyak 136 orang (47,9%). Responden yang menyatakantidak setuju menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi sebanyak 129 orang (45,5%). Responden yang menyatakan setuju untuk bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 148 orang (52,1%) (Tabel 9).

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Sikap

n(%)

SS S RR TS STS

1. Setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

175 (61,6)

100(35,2) 3 (1,1) 4 (1,4) 2 (0,7)

2. Mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut.

57(20) 103(36,3) 49(17,3) 67(23,6) 8(2,8)

3. Waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi.

56(19,8) 92(32,4) 60(21,1) 62(21,8) 14(4,9)

4. Membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih.

63(22,2) 114(40,1) 35(12,3) 56(19,7) 16(5,7)

5. Membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera

100(35,2) 121(42,6) 29(10,2) 26(9,2) 8(2,8)

6. Membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula.

42(14,8) 136(47,9) 38(13,4) 58(20,4) 10(3,5)

7. Menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi.

18(6,3) 37(13) 73(25,7) 129(45,5) 27(9,5)

8. Bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka sikap orangtua dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok. Orangtua dengan kategori sikap baik sebanyak 228 orang (80,3) dan kategori kurang baik sebanyak 56 orang (19,7%) (Tabel 10).

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap orangtua

No. Sikap n(%)

1. Sangat baik 15 (5,2%)

2. Baik 213 (75%)

3. Tidak baik 55(19,4%)

4. Sangat tidak baik 1 (0,4)

Jumlah 284 (100)

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi

Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,020 menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 11).

Tabel 11. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak Tingkat

Pendidikan

Pengetahuan

n(%) Total P

Baik Kurang baik

Rendah 0 35 (12,3) 35 (12,3)

0,020 Tinggi 33 (11,6) 216 (76,1) 249 ( 87,7)

Total 33 (11,6) 251 (88,4) 284 (100) *p<0,05= signifikan

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi

Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,017. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 12).

Tabel 12. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Sosioekonomi

Pengetahuan

n(%) Total P

Baik Kurang baik

Baik 19 (6,6) 86 (30,3) 105 (36,9) 0,017 Sedang Kurang 13 ( 4,6) 1 (0,4) 124 (43,6) 41 ( 14,5) 137 (48,2) 42 (14,9) Total 33 (11,6) 251 (88.4) 284 (100) *p<0,05= signifikan

4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua berada pada p=0,683. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 13).

Tabel 13. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Tingkat Pendidikan

Sikap

n(%) Total P

Baik Tidak baik

Rendah 29 (10,2) 6 (2,1) 35 (12,3)

0,683 Tinggi 199 (70,1) 50 (17,6 ) 249 (87,7)

Total 228 (80,3) 56 (19,7) 284 (100) *p<0,05= signifikan

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua berada pada p=0,492. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 14).

Tabel 14. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Sosioekonomi

Sikap

n(%) Total p

Baik Tidak baik

Baik 87 (30,6) 18 (6,3) 105 (36.9) 0,492 Sedang Kurang 106 (37,3) 35 (12,4) 31 (10,9) 7 (2,5) 137 (48,2) 42 (14,9) Total 228 (80,3) 56 (19,7) 284 (100) *p<0,05= signifikan

4.8 Hasil Analisis Statistik Pengetahuan Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua berada pada p=0,036. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 15).

Tabel 15. Distribusi hasil analisis statistik pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Tingkat Pengetahuan

Sikap

n(%) Total p

Baik tidak baik

Baik 31(10,9) 2 (0,7) 33 (11,6)

0,036 Kurang Baik 197 ( 69,4) 54 (19,0) 251 (88,4)

Total 228(80.3) 56 (19,7) 284 (100) *p<0,05= signifikan

BAB 5

Dokumen terkait