PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG
PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI
GIGI PERMANEN ANAK DI KECAMATAN
MEDAN AMPLAS DAN KECAMATAN
MEDAN BARU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
SEPTIKA EVALINA HUTAGAOL
NIM: 110600095
Pembimbing:
Ami Angela Harahap,drg , Sp.KGA., Msc
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015
Septika Evalina H
Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.
xi + 56 halaman
Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering
terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang
atas, terutama insisivus sentralis dan insisivus lateralis.Salah satu jenis trauma gigi
yang paling sering terjadi adalah avulsi dengan persentase kejadian sebanyak 0,5%-
1,6% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Orangtua sebagai
orang terdekat anak perlu mengetahui penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak sehingga prognosis perawatan gigi anak menjadi lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Amplas dan Medan
Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada orangtua
melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji
Chi-Squarepada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan
bermakna terhadap pengetahuan (p= 0,020) dan faktor sosioekonomi juga memiliki
hubungan yang bermakna dengan pengetahuan (p=0,017) orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas
dan Medan Baru. Faktor pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
sikap (p= 0,683) dan faktor sosioekonomi juga tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan sikap (p= 0,492) orangtua tentang penanganan darurat trauma
penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna
dengan sikap (p=0,036) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.
Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak tergolong rendah namun orangtua memiliki sikap yang positif
terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan
setempat perlu memperkenalkan trauma gigi terutama avulsi gigi dan penanganannya
melalui media cetak maupun media elektronik sehingga dapat diketahui secara luas
oleh masyarakat.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai disusun. Penulis ingin mengucapkan
terima kasih setulusnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan
didikan, kasih sayang dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis sampai
skripsi ini dapat diselesaikan.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan serta arahan dari berbagai pihak, karena itu dengan kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.
2. Yati Roesnawi, drgselaku ketua Departemen IKGA di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara
3. Ami Angela Harahap, drg, Sp.KGA., Msc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, saran dan dukungan yang
sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
serta sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, Agustus 2015
Penulis,
Septika Evalina Hutagaol
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Pengetahuan dan sikap ... 6
2.2 Defenisi dan Klasifikasi Trauma Gigi ... 8
2.3 Avulsi ... 9
2.4.Prevalensi dan Etiologi Avulsi ... 10
2.6 Pencegahan ... 12
2.7 Media Penyimpanan dan Waktu Replantasi ... 13
2.7.1 Hank’s Balanced Salt Solution ... 13
2.7.2 Susu ... 13
2.7.3 Isotonik Salin ... 14
2.7.4 Saliva ... 15
2.7.5 Air Kelapa (Cocos nucifera) ... 15
2.7.6 Air ... 16
2.8 Prognosis ... 16
2.9 Kerangka Teori ... 17
2.10 Kerangka Konsep ... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.3 Populasi dan Sampel ... 19
3.4 Variabel Penelitian ... 21
3.5 Definisi Operasional ... 22
3.6 Prosedur Penelitian ... 30
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 31
3.8 Etika Penelitian ... 33
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 34
4.1 Karateristik Responden Orangtua ... 34
4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 36
Avulsi Gigi Permanen Anak ... 39
4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41
4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 42
4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 43
4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi permanen anak ... 43
4.8 Hasil Analisis Pengetahuan dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 44
BAB 5 PEMBAHASAN ... 45
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
6.1 Kesimpulan ... 51
6.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1. Defenisi Operasional tentang Pengetahuan Orangtua ... 22
2. Defenisi Operasional tentang Sikap Orangtua ... 25
3. Defenisi Operasional tentang Variabel Bebas... 29
4. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
dan Usia ... 33
5. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 34
6. Distribusi Karakteristik Responden menurut Sosioekonomi ... 35
7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan
Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38
8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38
9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan
Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 40
10.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Orangtua Tentang
Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41
11.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
12.Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Gigi Permanen Anak ... 42
13.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Gigi Permanen Anak ... 43
14.Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Gigi Permanen Anak ... 44
15.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar Intraoral Rongga Mulut yang Mengalami Avulsi... 10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Persetujuan Komisi Etik
2. Surat Keterangan Izin penelitian dari Dinas Pendidikan Pemerintahan Kota
Medan
3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Swasta Parulian Harjosari Medan
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Negeri Nomor 060812 Medan
5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD St. Antonius Medan
6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Nasrani 1 Medan
7. Lembar Penjelasan kepada Orangtua
8. Lembaran Persetujuan setelah Penjelasan (informed concent)
9. Kuesioner
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015
Septika Evalina H
Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.
xi + 56 halaman
Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering
terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang
atas, terutama insisivus sentralis dan insisivus lateralis.Salah satu jenis trauma gigi
yang paling sering terjadi adalah avulsi dengan persentase kejadian sebanyak 0,5%-
1,6% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Orangtua sebagai
orang terdekat anak perlu mengetahui penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak sehingga prognosis perawatan gigi anak menjadi lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Amplas dan Medan
Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada orangtua
melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji
Chi-Squarepada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan
bermakna terhadap pengetahuan (p= 0,020) dan faktor sosioekonomi juga memiliki
hubungan yang bermakna dengan pengetahuan (p=0,017) orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas
dan Medan Baru. Faktor pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
sikap (p= 0,683) dan faktor sosioekonomi juga tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan sikap (p= 0,492) orangtua tentang penanganan darurat trauma
penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna
dengan sikap (p=0,036) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.
Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak tergolong rendah namun orangtua memiliki sikap yang positif
terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan
setempat perlu memperkenalkan trauma gigi terutama avulsi gigi dan penanganannya
melalui media cetak maupun media elektronik sehingga dapat diketahui secara luas
oleh masyarakat.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering
terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi terjadi pada anak usia 8-12 tahun terutama
pada anak laki-laki karena jenis permainan yang dilakukan anak laki-laki lebih sering
menyebabkan trauma dibandingkan dengan permainan anak perempuan.1-3 Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang atas, terutama insisivus sentralis dan
insisivus lateralis.1
Avulsi gigi merupakan lepasnya gigi dari soket alveolar secara utuh akibat
trauma.4-7 Berdasarkan beberapa penelitian prevalensi avulsi yaitu 0,5-1,6% dari kasus truma gigi yang terjadi.7-9 Trauma gigi avulsi akan mempengaruhi gigi, struktur pendukung dan memberikan efek dari segi masalah psikososial dan ekonomi. Avulsi
juga membawa dampak yang buruk terhadap estetika, fungsional dan psikologis
anak.10 Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada anak adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau pada saat berolahraga
seperti olahraga beladiri, sepak bola, bola basket, lomba lari, bermain sepatu roda dan
berenang.11
Kehilangan gigi dapat mengakibatkan efek negatif secara fisik maupun
emosional.3,10 Gigi permanen yang mengalami avulsi dapat diatasi dengan pemakaian prothesa namun akan lebih baik bila gigi tersebut direplantasikan sebagai perawatan.5 Keberhasilan perawatan gigi yang avulsi secara signifikan bergantung pada tindakan
yang tepat dan efisien ketika trauma terjadi.1 Keberhasilan pelaksanaan replantasi sangat dipengaruhi oleh lamanya gigi berada diluar soket alveolar, media
penyimpanan yang fisiologis, dan kondisi ekstraoral sebelum replantasi dan apabila
replantasi tidak dapat dilakukan sesegera mungkin maka gigi avulsi perlu dimasukkan
Orangtua sebagai orang yang paling dekat dengan anak perlu mengetahui
tindakan perawatan darurat standar yang harus dilakukan dalam keadaan darurat
sehingga keberhasilan perawatan gigi anak menjadi lebih baik.1 Penelitian di Kairo dan India menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan
darurat kasus trauma avulsi masih rendah, baik pada orangtua yang memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah maupun yang tinggi.6,13
Berdasarkan penelitian dari berbagai negara maka dapat disimpulkan bahwa
trauma avulsi merupakan permasalahan yang serius.1,4,5 Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi
masih rendah sehingga peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengetahuan dan sikap orangtua tentang avulsi di kota Medan karena tidak adanya
penelitian yang dilakukan sebelumnya.
1.2Rumusan Masalah Rumusan Umum
a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua
dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?
b. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua
dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak
di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?
c. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
Rumusan Khusus
a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan
orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?
b. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan
orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?
c. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua
tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan
Medan Baru dan Medan Amplas?
d. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua
tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan
Medan Baru dan Medan Amplas?
1.3Tujuan Penelitian Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua
dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua
dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak
di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.
c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
Baru dan Medan Amplas.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua
tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan
b. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua
tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan
Medan Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.
c. Untukmengetahui hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.
d. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.
1.4Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap penanganan darurat
kasus avulsi gigi permanen berdasarkan pendidikan orangtua di kecamatan Medan
Baru dan Medan Amplas.
b. Ada hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap penanganan darurat
kasus avulsi gigi permanen berdasarkan sosioekonomi keluarga orangtua di
kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.
c. Ada hubungan antara sikap orangtua terhadap penanganan darurat kasus
avulsi gigi permanen berdasarkan pendidikan orangtua di kecamatan Medan Baru dan
Medan Amplas.
d. Ada hubungan antara sikap orangtua terhadap penanganan darurat kasus
avulsi gigi permanen berdasarkan sosioekonomi keluarga di kecamatan Medan Baru
dan Medan Amplas.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat praktis
a. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para penyuluh kesehatan
gigi melakukan penyuluhan mengenai trauma gigi avulsi anak dan meningkatkan
pengetahuan orangtua terhadap kasus darurat trauma gigi avulsi gigi permanen pada
dapat menggambarkan pengetahuan orangtua terhadap trauma gigi avulsi gigi
permanen pada anak di kota Medan.
b. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk orang tua atau wali
murid agar lebih mengawasi anak-anak saat bermain, mewaspadai aktivitas anak
yang dapat menyebabkan trauma dan juga memotivasi anak agar lebih
memperhatikan pola bermainnya yang lebih aman.
Manfaat Teoritis
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian
selanjutnya, dan juga dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan
penelitian khususnya terhadap anak-anak.
2. Diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak praktisi gigi untuk
memberikan informasi dan saran bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan dan sikap 2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan apabila perilaku didasari
pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku itu akan bersifat
“longlasting”. Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:14 1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan
yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
4. Analisis (analysis)
Analsis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau
mengembangkan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
2.1.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap terdiri atas berbagai
tingkatan, yaitu:14
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek)
b. Merespon (responding)
Subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas adalah indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab pertanyaan,
terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung terhadap segala sesuatu yang
dipilihnya dengan segala risiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek.
2.2 Defenisi dan Klasifikasi Trauma gigi
Trauma gigi didefenisikan sebagai kerusakan yang disebabkan oleh trauma
secara fisik maupun mekanik yang melibatkan jaringan keras, jaringan periodontal
maupun keduanya.15 Salah satu klasifikasi terbaik yang telah diterima secara internasional adalah klasifikasi WHO. Klasifikasi ini dianggap lebih baik karena
memiliki format deskriptif dan didasari oleh pertimbangan klinis dan anatomis. WHO
mengklasifikasikan menjadi 4 garis besar yang meliputi kerusakan pada jaringan
keras gigi dan pulpa; kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa dan tulang alveolar;
kerusakan pada jaringan periodontal; serta kerusakan pada gusi atau jaringan lunak
rongga mulut.16
2.2.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa a. Retaknya mahkota (crown fracture)
b. Fraktur enamel (enamel fracture)
c. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture)
d. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture)
2.2.2 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi, Pulpa, dan Tulang Alveolar a. Komunisi soket alveolar rahang atas
b. Komunisi soket alveolar rahang bawah
c. Fraktur dinding soket alveolar rahang atas
d. Fraktur dinding soket alveolar rahang bawah
f. Fraktur rahang atas
g. Fraktur rahang bawah
2.2.3 Kerusakan Jaringan Periodontal a. Konkusi
b. Subluksasi
c. Luksasi ekstrusi
d. Luksasi
e. Luksasi intrusi
f. Avulsi (eksartikulasi)
2.2.4 Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut a. Laserasi
b. Kontusio
c. Luka abrasi
2.3 Avulsi
Avulsi merupakan suatu kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat
adanya trauma. Pada gigi permanen perawatan avulsi adalah dengan mereplantasikan
gigi ke dalam soket. Hal yang menjadi perhatian utama sebelum mereplantasikan gigi
avulsi adalah menjaga vitalitas sel ligamen periodontal yang terletak di permukaan
akar gigi. Vitalitas sel ligamen periodontal sangat diperlukan untuk pembentukan
jaringan periodontal yang baru yang akan mendukung gigi sehingga keberhasilan
Gambar 1. Gambar intraoral gigi yang mengalami avulsi 18
2.4 Prevalensi dan Etiologi Avulsi
Avulsi gigi akibat trauma relatif jarang terjadi dengan persentase kejadian
mulai dari 0,5 % hingga 16% dari seluruh kasus trauma.7,8,18 Avulsi umumnya terjadi pada gigi insisivus sentralis rahang atas dengan persentase gigi insisivus sentralis kiri
48% dan gigi insisivus sentralis kanan 43,1%. Perbandingan kasus trauma gigi avulsi
pada gigi sulung sebesar 7,2% dan pada gigi permanen 16% dari keseluruhan
persentase trauma gigi.18,19 Penelitian di Chennai pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 62,3% dari 77 orang anak pernah mengalami avulsi.6
Etiologi terjadinya trauma avulsi pada umumnya disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas, perkelahian, terjatuh, kecelakaan olahraga, kekerasan pada anak.17,19 Avulsi yang terjadi pada usia anak sekolah seringkali terjadi pada gigi yang masih
belum mengalami maturasi secara sempurna, sehingga kerusakan struktur gigi yang
terjadi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan gigi selanjutnya.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan Quaranta et.al insidensi terjadinya avulsi
62% disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi di rumah, 17% terjadi pada saat
2.5 Penanganan darurat
Avulsi dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada gingiva, ligamen
periodontal dan jaringan pulpa.20 Kerusakan ini tidak dapat dicegah namun dapat diminimalisasi dengan cara meminimalisasi nekrosis yang terjadi pada ligamen
periodontal, sementara gigi terlepas dari rongga mulut. Tindakan terbaik yang dapat
dilakukan ketika trauma avulsi terjadi adalah dengan melakukan replantasi segera
setelah cedera terjadi (5 menit).5,20,21 Kondisi gigi yang kering akan menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel-sel periodontal, oleh
karena itu waktu maksimal yang dapat digunakan untuk mengembalikan gigi adalah
sekitar 120 menit (2 jam).1,3,5 Gigi harus segera disimpan dalam suatu media yang sesuai hingga anak bisa di bawa ke dokter gigi apabila dalam jangka waktu tersebut
gigi tidak dapat dikembalikan ke dalam soket. Tingkat keberhasilan replantasi
bergantung pada banyak faktor seperti, status gigi yang avulsi, tahap pertumbuhan
akar, lamanya gigi berada di luar soket, lingkungan media penyimpanan dan waktu
perawatan.20
Menurut dua penelitian di Nigeria dan Singapore, sejumlah orangtua memiliki
tingkat pengetahuan yang rendah terhadap penanganan kasus avulsi.1,22 Hal ini terjadi karena banyaknya orangtua yang tidak pernah menerima informasi mengenai trauma
gigi sehingga pelayan kesehatan, wali anak, guru dan orangtua sebagai orang terdekat
anak harus diberi informasi tentang penanganan darurat yang dapat dilakukan pada
saat kasus avulsi terjadi.1
Hal-hal yang dapat dilakukan pada saat terjadi kasus avulsi , yaitu:15 1.Menenangkan anak.
2.Menghentikan pendarahan dan membersihkan luka yang ada disekitar wajah
anak.
3.Mencari gigi yang hilang dan memegang gigi pada bagian mahkota dengan
tidak menyentuh bagian akar gigi.
4.Gigi yang kotor dicuci sebentar (10 detik) di bawah air mengalir dan
mereplantasikan gigi kembali ke soketnya. Saat gigi sudah berada pada soket, anak
5. Gigi di tempatkan di dalam segelas susu atau media penyimpanan lain yang
sesuai dan anak dibawa ke klinik terdekat jika hal ini tidak memungkinkan, atau
karena ada alasan lain untuk gigi tidak dapat direplantasikan (anak dalam keadaaan
tidak sadar). Gigi juga dapat di simpan di dalam mulut, di bawah lidah atau di
vestibulum jika anak dalam keadaan sadar.
6. Penggunaan Hank’s balanced storage medium (HBSS atau saline) sebagai
media penyimpanan jika memungkinkan.
2.6 Pencegahan
Trauma gigi avulsi tidak mungkin dapat dicegah secara sempurna, kondisi ini
karena pada masa anak-anak terjadi peningkatan aktivitas fisik dan memiliki
koordinasi motorik yang masih dalam perkembangan.23 Kegiatan anak khususnya olahraga sering mengakibatkan trauma pada gigi. Anak yang melakukan olahraga
cenderung meningkatkan risiko trauma pada giginya, akan tetapi pencegahan trauma
gigi dapat dilakukan dengan menggunakan mouthguard pada saat olahraga.24 Sejak tahun 1962, di Amerika telah diwajibkan untuk memakai mouthguard pada saat
olahraga seperti sepak bola.25 Mouthguard terdiri atas beberapa jenis, yaitu stock mouthguard, mouth formed guard, bimaxillary mouthguard dan custom-made
mouthguard. Mouthguard biasanya dibuat di praktik dokter gigi dengan melakukan
pencetakan maksila pasien atau juga dapat di beli di toko olahraga. Mouthguard yang
dibeli dapat disesuaikan dengan cara melelehkan mouthguard dalam bentuk bahan
yang lunak dan kemudian digigitkan untuk membentuk cetakan gigi maksila yang
lebih sesuai.26
Helm dan tali pengaman pada kendaraan juga dapat mengurangi resiko
terjadinya trauma gigi. Penggunaan helm pada saat bersepeda dapat mengurangi
kejadian trauma hingga lebih dari 60%.5 Strategi promosi kesehatan juga perlu ditingkatkan untuk membantu orang tua dalam pengenalan kesehatan gigi dan mulut
anak mereka dan memberi kepekaan terhadap kebutuhan akan pelayanan kesehatan
2.7 Media Penyimpanan dan waktu replantasi
Perhatian utama pada perawatan awal gigi avulsi adalah untuk
mempertahankan vitalitas jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar.17 Gigi memiliki lapisan pelindung yang mengelilingi bagian akar yaitu ligamen periodontal
yang berfungsi mengikatkan gigi pada tulang alveolar. Ligamen periodontal sangat
mudah kering dan mati sehingga perlu dilakukan penanganan secepatnya agar gigi
tetap vital. Vitalitas sel sel ligamen periodontal dan sementum sangat penting untuk
kesuksesan replantasi dalam jangka waktu yang panjang.6 Semakin lama gigi yang avulsi berada di luar soket, maka prognosis gigi akan semakin buruk.28
2.7.1 Hank’s Balanced Salt Solution(HBBS)
Hank’s Balanced Salt Solution (HBBS) merupakan larutan saline standar yang biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan
berbagai jenis sel. Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpan yang
terbaik untuk gigi yang avulsi adalah media kultur seperti HBSS karena dapat
menjaga sel sel periodontal tetap hidup selama 24 jam di bandingkan saliva dan susu.
HBSS dapat di peroleh di apotik,toko toko obat, atau farmasi, biasanya
tersedia dengan nama dagang yang disebut “Save-a-tooth”. Larutan ini tidak membutuhkan pendinginan dan tersedia dalam sebuah wadah steril.17
2.7.2 Susu
Penelitian menunjukkan bahwa susu merupakan suatu media yang optimal
untuk menyimpan gigi avulsi. Hal ini di dukung oleh suatu penelitian terhadap
transport organ dan sel yang disimpan di dalam susu dengan temperatur 39°F.17 Keuntungan lain yaitu susu mudah di dapat dan dapat berfungsi sebagai antiseptik
dan tekanan osmolitasnya dapat mempertahankan vitalitas sel ligamen periodontal di
bandingkan saliva, saline dan air.29
Susu mempunyai kemampuan mendukung kapasitas klonogenik sel sel
ligamen periodontal pada temperatur ruang sampai 60 menit. Susu dapat
meningkatkan viabilitas dan perbaikan penyembuhan sel pada temperatur yang lebih
rendah. Hal ini di dukung oleh penelitian fisiologi sel yang menunjukkan efek
perlindungan terhadap sel sel ligamen periodontal di permukaan akar gigi pada media
penyimpanan dengan temperature rendah.29 Kapasitas klonogenik dapat di pertahankan terus pada tingkat yang sama selama penambahan waktu 45 menit
dengan cara menjaga suhu tetap dingin yaitu dengan memasukkan gigi tersebut ke
dalam lemari pendingin. Hal ini didukung oleh penelitian Bazmi et.al yang
mengatakan bahwa susu akan melindungi sel-sel ligamen periodontal selama dua
jam.29
2.7.3 Isotonik Saline
Isotonik saline dapat mempertahankan vitalitas membran periodontal karena
memiliki tekanan osmolalitas yang seimbang sehingga tidak menyebabkan sel
menjadi menggelembung, namun hanya dapat efektif kurang dari dua jam, setelah itu
ligamen periodontal akan hancur. Hal ini disebabkan karena kebutuhan glukosa untuk
mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi.28 Penggunaan larutan saline sebagai media peyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi harus disimpan
lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk
2.7.4 Saliva
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu
yang sama dengan suhu kamar. Saliva juga di anggap sebagai media penyimpanan
gigi yang potensial untuk menyimpan gigi sebelum replantasi. Beberapa penelitian
mendukung penggunaan saliva sebagai media penyimpanan sampai 30 menit pertama
dari waktu terjadinya trauma. Penyimpanan gigi avulsi pada saliva lebih dari 30 menit
dapat menimbulkan masalah karena saliva secara alamiah mengandung
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat pada akar gigi. Infeksi dapat
menyebabkan kematian sel sel ligamen periodontal.29
2.7.5 Air Kelapa (Cocos nucifera)
Air kelapa (Cocos nucifera) pada umumnya di kenal sebagai “Tree of Life”
adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan di kemas kedap udara di
dalam buah kelapa. Menurut penelitian Aan dkk (2009) air kelapa memiliki
efektifitas yang menyerupai HBSS dalam menjaga viabilitas sel. Komposisi elektrolit
dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma
ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara lain kalium,
kalsium, dan magnesium sedangkan natrium, klorida dan fosfat ditemukan dalam
jumlah konsentrasi yang lebih rendah.17,29
Air kelapa merupakan cairan hipotonik di bandingkan plasma dan memiliki
gravitasi spesifik sekitar 1,020 sebanding dengan plasma darah. Air kelapa memiliki
osmolaritas yang tinggi karena adanya kandungan gula di dalamnya, terutama
glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino esensial seperti lisin, sistin,
fenilalanin, histidin, dan trypthopan. Air kelapa juga unggul dalam melakukan
pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel sel ligamen periodontal karena adanya
2.7.6 Air
Air dapat diterima sebagai media penyimpanan sampai 15 menit apabila tidak
ada pilihan lain. Kerusakan sel oleh karena imbibisi tidak dapat di hindarkan tapi
dapat dikurangi dengan memasukkan gigi ke dalam media penyimpanan, yaitu air.
Penelitian Hwang et.al menunjukkan bahwa sangat sedikit sel-sel ligamen
periodontal yang dapat bertahan hidup dalam air pada temperatur ruangan maupun
temperatur dingin. Air hampir sama sekali tidak dapat menjaga vitalitas gigi. Air akan
memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan ligamen periodontal karena air
merupakan larutan hipotonik dan air memiliki insiden tinggi terjadi terkontaminasi
bakteri.28
2.8 Prognosis
Penanganan avulsi pada gigi permanen adalah dengan melakukan replantasi
segera setelah trauma terjadi dan menstabilisasi gigi sesuai dengan lokasi
giginya.6,13,19 Hal ini dilakukan untuk mengoptimalisasi penyembuhan ligamen periodontal dan suplai neurovaskular. Prognosis gigi avulsi bergantung pada tahap
perkembangan akar dan lamanya gigi berada di luar soket alveolar (extraoral dry
time).17 Vitalitas ligamen periodontal dan sementum sangat penting dalam keberhasilan replantasi. Media penyimpanan yang tersedia juga harus dapat
mempertahankan vitalitas sel ketika gigi berada di luar soket alveolar. Semakin lama
gigi berada di luar soket alveolar, semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan
ligamen periodontal untuk dapat bertahan hidup. Hal ini terjadi karena ligament
2.9Kerangka Teori
Trauma Dental
Klasifikasi
Avulsi
Pengetahuan dan
prilaku orang terdekat
Penanganan Darurat
Perawatan
Lanjutan
Prognosis
Etiologi
Predisposisi Prevalensi
Waktu
Media
Tempat
Guru
Orangtua/
Penjaga
2.10Kerangka Konsep
Orang tua:
Pendidikan
Sosioekonom i
Pengetahuan orangtua
terhadap penanganan
trauma avulsi
Orang tua:
Pendidikan
Sosioekonom i
Sikap orangtua terhadap
penanganan trauma
avulsi
Sikap orangtua terhadap
penanganan trauma
avulsi Pengetahuan orangtua
terhadap penanganan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada beberapa sekolah di masing-masing kecamatan
yaitu kecamatan Medan Amplas dan kecamatan Medan Baru.
Proposal penelitian dilakukan diawal Oktober 2014. Waktu penelitian
dilakukan mulai minggu kedua Maret 2015 sampai minggu ketiga Maret 2015.
Pengolahan dan analisis data satu minggu, yaitu minggu keempat Maret 2015.
Penyusunan dan pembuatan laporan penelitian 4 minggu, yaitu pada minggu pertama
Juli 2015.
3.3Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh orangtua di Kota Medan.
b. Sampel
Sampel di penelitian ini adalah orangtua di Kecamatan Medan Amplas dan
Medan Baru yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara random. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proporstionate stratified
random sampling, yang terlebih dahulu memilih secara random satu kecamatan
lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam dari 21 kecamatan sekotamadya
Medan. Selanjutnya dilakukan random lagi untuk mendapatkan beberapa sekolah
dari masing-masing kecamatan lingkar luar dan lingkar dalam. Pengambilan sampel
dari beberapa sekolah tersebut dilakukan dengan cara simple random sampling
c. Besar sampel
Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini,
peneliti melakukan analisis hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen yaitu uji hipotesis untuk proporsi tunggal pada satu sampel.
n = {Z1-α/2√ + Z1-β√ )}2
(Pa-Po)2
n = {1,96√ + 1,282√ )}2 (0,482-0,582)2
n = 258,2
Dimana :
n : jumlah atau besar sampel minimal
Z1-α/2 : nilai baku distribusi normal pada α tertentu (α = 5%)
Z1-β : nilai baku distribusi normal pada β atau kekuatan uji (β = 10%)
Po : perkiraan proporsi di populasi pada penelitian sebelumnya = 58,2%
(Khrisnan R et.al, 2014)
Pa : proporsi yang diharapkan atau perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan
proporsi di populasi = 48,2%
Dari rumus tersebut, jumlah sampel minimum adalah 258,2 atau 259 orang,
maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini setelah ditambahkan 10%
adalah 284 orang untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop-out. Jumlah subjek
penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing-masing sekolah yang dipilih
Kriteria inklusi dan eksklusi sampel :
Kriteria inklusi
1. Orangtua yang berdomisili di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.
2. Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen berusia 7-9 tahun.
3. Orangtua yang bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Orangtua yang sehat baik jasmani dan rohani.
Kritertia eksklusi
a. Orangtua yang tidak mengembalikan kuisioner.
b. Orangtua yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap.
3.4Variabel penelitian
Variabel Bebas dalam penelitian:
a. Jenis Kelamin
b. Usia
c. Pendidikan
d. Sosioekonomi
Variabel Terikat :
a. Pengetahuan
3.5 Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Defenisi
Pendidikan Pendidikan formal
b. Penghasilan: Perbandingan total
pendapatan orangtua perbulan dalam satuan rupiah dibagi jumlah anggota keluarga dengan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan yaitu:
- Perekonomian rendah
< Rp 1.500.000 (perkapita)
- Perekonomian tidak rendah
≥ Rp 1.500.000
(perkapita)
Tabel 2. Definisi Operasional Kuesioner Pengetahuan Orangtua
No Variabel Definisi
Operasional
Hasil Ukur (Nilai Bobot)
Skala Ukur
1 Informasi mengenai cedera gigi dan mulut mengenai cedera gigi dan mulut pada anak
Sumber
sambil
membawa/ gigi anak yang terlepas
Pemahaman
Tabel 3. Definisi Operasional Kuesioner Sikap Orangtua
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur (Nilai Bobot) 5. Sangat tidak setuju
(0) 5.Sangat tidak setuju
(0) segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi
1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)
3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju
(0) 5.Sangat tidak setuju
(4) cedera gigi dan mulut terjadi
1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)
3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju
(0)
Cara membawa 5.Sangat tidak setuju(4)
Ordinal 5.Sangat tidak setuju
(0)
darurat cedera gigi dan mulut
Respon orangtua tentang penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut
1.Sangat setuju (4)
Penilaian pengetahuan dan sikap, yaitu :
1. Penilaian pengetahuan. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban
pengetahuan yang benar dibagi dengan jumlah benar seluruh soal. Jawaban untuk
kuesioner pengetahuan yang benar diberikan bobot (1) dan jawaban yang salah
diberikan bobot (0)
Kriteria penilaian pengetahuan orangtua menurut kriteria Arikunto, 2006 :
a. Baik : bila mampu menjawab dengan benar 76% -100% (skor 7-9)
b. Cukup : bila mampu menjawab dengan benar 56% -75% (skor 5-6)
c. Kurang : bila mampu menjawab dengan benar 40% -55% (skor 0-4)
2. Penilaian sikap. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban sikap dibagi
dengan jumlah soal. Jawaban untuk kuesioner sikap dinilai berdasarkan skala Likert.
Contoh pernyataan terdiri dari : pernyataan benar atau positif (+) maka respon
setuju (1) dan sangat tidak setuju (0) sedangkan pernyataan salah atau negative (-)
maka respon memiliki bobot jawaban respon sangat setuju (0), setuju (1), ragu (2),
tidak setuju (3) dan sangat tidak setuju (4)
Kriteria penilaian sikap orangtua menurut kategori Setiawan, 2010:
a. Sangat Baik : (76% -100%) (skor 6-8)
b. Baik : (51% -75%) (skor 5)
c. Tidak baik : (26% -50%) (skor 3-4)
d. Sangat tidak baik : (0 - 25 %) (skor 1-2)
3.6 Prosedur Penelitian
Setelah mendapat surat persetujuan Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran
USU, pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi
sekolah yang dipilih di setiap kecamatan yaitu Kecamatan Medan Amplas dan
Kecamatan Medan Baru. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah secara
angket dengan dilakukan penyebaran kuesioner kepada orangtua melalui murid
sekolah kemudian pengisian dilakukan oleh responden. Kuisoner penelitian telah
dilakukan validasi sebanyak sekali sebelum disebarkan kepada responden.
Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian. Lokasi
tersebut dipilih secara random dan sesuai dengan kriteria sampel yang telah
ditentukan di Kecamatan Medan Amplas dan Kecamatan Medan Baru.
2. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik
Penelitian Bidang Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian
dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin dan jadwal untuk dapat
dilakukan penelitian kepada pihak sekolah.
3. Setelah mendapatkan surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan,
peneliti mendatangi setiap lokasi penelitian untuk meminta persetujuan penelitian
4. Peneliti memberikan informed consent beserta kuisioner kepada calon subjek
yaitu orangtua murid melalui murid-murid sekolah di Kecamatan Medan Amplas dan
Kecamatan Medan Baru.
5. Pihak sekolah diminta untuk mengembalikan kuisioner sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan oleh peneliti.
6. Kuesioner yang telah selesai dikumpul, selanjutnya diolah dan dianalisa oleh
peneliti.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi. Pengolahan data
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
a. Editing (Penyuntingan data): untuk mengetahui dan memeriksa apakah data
yang terkumpul sudah diteliti semua atau belum.
b. Coding (Membuat lembaran kode): mengklasifikasikan jawaban dengan
memberi kode pada masing-masing jawaban.
c. Data entry (Memasukkan data): mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai
dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Saving : Proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis.
e. Tabulasi: proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah
dengan bantuan komputer.
f. Cleaning: kegiatan pengetikan kembali data yang sudah di entry untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak.
Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program Microsoft excel dalam
bentuk tabel agar perhitungan lebih mudah dilakukan. Penghitungan dan analisa data
dilakukan secara komputerisasi, yaitu melakukan penghitungan dengan hasil berupa
3.7.2 Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan melakukan uji hipotesa yang dilakukan dengan
mengumpulkan data univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang
dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang diolah secara
deskriptif adalah data univariat, dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian dan
dihitung dalam bentuk persentase. Data bivariat adalah analisis korelasi antara dua
variabel yang berupa hasil pengukuran. Analisis bivariat adalah untuk menganalisis
korelasi antara variable dependen dan independen. Data yang terkumpul dianalisa
dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2). Perhitungan statistik apabila nilai
P < 0,05 maka H0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila
nilai P > 0,05 maka H0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kedua variabel.
3.8 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut :
1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian
layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Peneliti mengajukan
surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian kepada
ketua tim kelayakan etik di Fakultas Kedokteran USU.
2. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Peneliti meminta secara suka rela kepada responden penelitian untuk
berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang
setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian untuk
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden Orangtua
Responden pada penelitian ini terdiri dari 284 orang, berasal dari 2 kecamatan
yaitu Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Amplas. Setiap kecamatan
terdiri dari 142 responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir dan sosioekonomi. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh
responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 152 orang (53,5%) dan
jenis kelamin laki-laki 132 orang (46,5%). Berdasarkan usia paling banyak hingga
paling sedikit adalah usia 35-44 tahun (62,3%), usia 45-54 tahun (26,8), usia 25-34
tahun (7,7%), dan usia 55-64 tahun (3,2%) (Tabel 4).
Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia
No Karakteristik n (%)
1 Jenis Kelamin:
Laki-laki
Perempuan
132 (46,5)
152 (53,5)
2 Usia:
25-34 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
22 (7,7)
177 (62,3)
76 (26,8)
9 (3,2)
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa
tingkat pendidikan yang paling banyak adalah perguruan tinggi dengan jumlah 179
orang (63,1%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD paling sedikit
yaitu 14 orang (4,9). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dikategorikan
pendidikan rendah sebanyak 35 orang (12,3%), pendidikan sedang 70 orang (24,6%)
dan pendidikan tinggi 179 orang (63,1%) (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan n (%)
1 Rendah
SD
SMP
14 (4,9)
21 (7,4)
2 Sedang
SMA 70 (24,6)
3 Tinggi
Perguruan Tinggi/Kuliah 179 (63,1)
Jumlah 284 (100)
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis
pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta/pedagang dengan jumlah 91 orang (32%)
dan jenis pekerjaan paling sedikit yaitu petani dengan jumlah 1 orang (0,4%).
Responden dapat dikategorikan bekerja sebanyak 228 orang (80,3%) sedangkan
responden yang tidak bekerja sebanyak 56 orang (19,7%). Berdasarkan total
pendapatan keluarga tiap bulan, responden dengan perekonomian rendah sebanyak
122 orang (43%) dan perekonomian tidak rendah sebanyak 162 orang (57%). Faktor
sosioekonomi responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan
penghasilan sehingga diperoleh responden dengan sosioekonomi baik sebanyak 105
orang (37%), sosioekonomi sedang sebanyak 137 orang (48,2%) dan sosioekonomi
Tabel 6. Distribusi karakteristik responden menurut sosioekonomi
No Karakteristik n (%)
1 Pekerjaan Bekerja:
PNS
Pegawai Swasta
Petani
Buruh
Wiraswasta/ Pedagang
Jumlah
61 (21,5)
63 (22,2)
1 (0,4)
12 (4,2)
91 (32)
228 (80,3)
Tidak Bekerja 56 (19,7)
Jumlah 284 (100)
2 Pendapatan Rendah
< Rp 1.500.000 (perkapita) 122 (43)
Tidak rendah
≥ Rp 1.500.000 (perkapita) 162 (57)
Jumlah 284 (100)
3 Sosioekonomi Baik 105 (37,0)
Sedang 137 (48,2)
Kurang 42 (14,8)
Jumlah 284 (100)
4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan
berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka
mengenai pengalaman pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut dan sumber
(53,2%) yang pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dengan
sumber informasi paling banyak diperoleh dari dokter gigi yaitu 133 orang (46,8%).
Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang
penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Persentase pengetahuan
responden yang menjawab dengan benar mengenai mengenai tindakan pertama saat
cedera gigi dan mulut terjadi adalah 43,3% dan yang menjawab dengan benar
mengenai jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus yang diberikan adalah
28,2%. Pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan pertama yang dilakukan terhadap
gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 4,2% dan
waktu terbaik melakukan perawatan gigi dan mulut pada cedera gigi permanen avulsi
dijawab dengan benar sebnyak 63,4%. Pertanyaan pengetahuan mengenai perlakuan
sebelum melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh
responden sebanyak 30,6% dan cara membawa gigi yang mengalami avulsi dijawab
dengan benar sebanyak 5,3%. Pertanyaan pengetahuan mengenai media
penyimpanan gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 5,6% dan
waktu ekstra-alveolar gigi yang avulsi dijawab dengan benar sebanyak 20,1%.
Pertanyaan pengetahuan orangtua mengenai tempat yang tepat untuk mendapatkan
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak
No Pengetahuan n(%)
Benar Salah
1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut
terjadi
123 (43,3) 161(56,7)
2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi
kasus pada kuesioner
80(28,2) 204(71,8)
3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 12 (4,2) 272 (95,8)
4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan
mulut setelah terjadi avulsi
180 (63,4) 104 (36,6)
5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada
gigi avulsi
87 (30,6) 197 (69,4)
6. Cara membawa gigi yang mengalami avulsi 15 (5,3) 269 (94,7)
7. Media penyimpanan gigi avulsi 16 ( 5,6) 268 (94,4)
8 Waktu ekstra-alveolar gigi avulsi 57 (20,1) 227 (79,9)
9 Tempat mendapatkan perawatan lanjutan 265 (93,3) 19 (6,7)
Berdasarkan pertanyaan tersebut diatas, maka diperoleh tingkat pengetahuan
orangtua dari 284 responden yang dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan baik
sebanyak 4 orang (1,4%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (10,2%) dan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 251 orang (88,4%).
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
No Tingkat Pengetahuan n (%)
1 Baik 4 (1,4)
2 Cukup 29 (10,2)
3 Kurang 251 (88,4)
4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Kuesioner penelitian pada bagian sikap berisikan pernyataan orangtua
mengenai sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen
anak yang terdiri atas 8 pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
responden yang menyatakan sangat setuju jika setiap orangtua harus mengetahui
tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 175 orang (61,6%).
Responden yang menyatakan setuju mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi
cedera gigi dan mulut sebanyak 103 orang (36,3%). Responden yang
menyatakansetuju bahwa waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera
setelah cedera terjadi sebanyak 92 orang (32,4%). Responden yang menyatakan
setuju membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat
sampai bersih sebanyak 114 orang (40,1%). Responden yang menyatakan setuju
membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan
mulut terjadi sebanyak 121 orang (42,6%). Responden yang menyatakansetuju
membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi
terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula sebanyak 136 orang (47,9%).
Responden yang menyatakantidak setuju menyimpan gigi yang terlepas ke dalam
kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi sebanyak 129 orang (45,5%).
Responden yang menyatakan setuju untuk bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut
tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 148 orang (52,1%)
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak
No Sikap
n(%)
SS S RR TS STS
1. Setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.
175
(61,6)
100(35,2) 3 (1,1) 4 (1,4) 2 (0,7)
2. Mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut.
57(20) 103(36,3) 49(17,3) 67(23,6) 8(2,8)
3. Waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi. segera setelah cedera
100(35,2) 121(42,6) 29(10,2) 26(9,2) 8(2,8)
6. Membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula. penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka sikap orangtua dapat dikategorikan
menjadi beberapa kelompok. Orangtua dengan kategori sikap baik sebanyak 228
orang (80,3) dan kategori kurang baik sebanyak 56 orang (19,7%) (Tabel 10).
Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap orangtua
No. Sikap n(%)
1. Sangat baik 15 (5,2%)
2. Baik 213 (75%)
3. Tidak baik 55(19,4%)
4. Sangat tidak baik 1 (0,4)
Jumlah 284 (100)
4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi
Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan
tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,020 menunjukkan
ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang
Tabel 11. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak
Tingkat
4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi
Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan
sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,017. Hasil tersebut
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara sosioekonomi dengan pengetahuan
orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05)
(Tabel 12).
Tabel 12. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak
4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada
derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan tingkat
pendidikan dengan sikap orangtua berada pada p=0,683. Hasil tersebut menunjukkan
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 13).
Tabel 13. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak
Tingkat
Pendidikan
Sikap
n(%) Total P
Baik Tidak baik
Rendah 29 (10,2) 6 (2,1) 35 (12,3)
0,683 Tinggi 199 (70,1) 50 (17,6 ) 249 (87,7)
Total 228 (80,3) 56 (19,7) 284 (100)
*p<0,05= signifikan
4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada
derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan sosioekonomi
dengan sikap orangtua berada pada p=0,492. Hasil tersebut menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang
Tabel 14. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak
Sosioekonomi
4.8 Hasil Analisis Statistik Pengetahuan Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan
darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat
kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan pengetahuan dengan
sikap orangtua berada pada p=0,036. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi
gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 15).
Tabel 15. Distribusi hasil analisis statistik pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak
BAB 5 PEMBAHASAN
Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan
berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka
mengenai pengalaman pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut dan sumber
informasi. Hasil penelitian menunjukkan 53,2% responden pernah menerima
informasi mengenai cedera gigi dan mulut dan yang belum pernah menerima
informasi sebanyak 46,8%. Hasil yang berbeda didapati oleh Sanu yaitu 91,1%
orangtua di Nigeria belum pernah mendapatkan informasi mengenai cedera gigi dan
mulut.22 Mohandas et.al juga menemukan bahwa sebanyak 96% orangtua di Kairo belum pernah menerima informasi mengenai hal tersebut.30 Perbedaan temuan ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar responden di Kecamatan Medan
Baru dan Medan Amplas tempat dilakukannya penelitian sudah pernah memperoleh
informasi mengenai cedera gigi dan mulut dari tim pelayanan kesehatan masyarakat
setempat. Adapun sumber informasi paling banyak diperoleh adalah dari dokter gigi
sebanyak 46,8%.
Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang
penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Sebanyak 43,3%
responden menjawab dengan benar mengenai mengenai tindakan pertama saat cedera
gigi dan mulut terjadi. Sae Lim et.al menemukan 63% orangtua mampu menjawab
dengan benar mengenai tindakan pertama yang harus dilakukan pada saat cedera gigi
dan mulut terjadi, yaitu dengan menenangkan anak, menghentikan perdarahan dengan
menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis.31 Hal ini memerlukan perhatian lebih lanjut dari pelayanan kesehatan mengenai tindakan yang harus
dilakukan oleh orangtua bila terjadi trauma avulsi dengan cara penyuluhan baik
secara langsung atau pun tidak langsung.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28,2% responden dapat menjawab