• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG

PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI

GIGI PERMANEN ANAK DI KECAMATAN

MEDAN AMPLAS DAN KECAMATAN

MEDAN BARU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SEPTIKA EVALINA HUTAGAOL

NIM: 110600095

Pembimbing:

Ami Angela Harahap,drg , Sp.KGA., Msc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Septika Evalina H

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

xi + 56 halaman

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering

terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang

atas, terutama insisivus sentralis dan insisivus lateralis.Salah satu jenis trauma gigi

yang paling sering terjadi adalah avulsi dengan persentase kejadian sebanyak 0,5%-

1,6% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Orangtua sebagai

orang terdekat anak perlu mengetahui penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak sehingga prognosis perawatan gigi anak menjadi lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Amplas dan Medan

Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada orangtua

melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji

Chi-Squarepada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan

bermakna terhadap pengetahuan (p= 0,020) dan faktor sosioekonomi juga memiliki

hubungan yang bermakna dengan pengetahuan (p=0,017) orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas

dan Medan Baru. Faktor pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan

sikap (p= 0,683) dan faktor sosioekonomi juga tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan sikap (p= 0,492) orangtua tentang penanganan darurat trauma

(3)

penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna

dengan sikap (p=0,036) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak tergolong rendah namun orangtua memiliki sikap yang positif

terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan

setempat perlu memperkenalkan trauma gigi terutama avulsi gigi dan penanganannya

melalui media cetak maupun media elektronik sehingga dapat diketahui secara luas

oleh masyarakat.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan

rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai disusun. Penulis ingin mengucapkan

terima kasih setulusnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan

didikan, kasih sayang dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis sampai

skripsi ini dapat diselesaikan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan serta arahan dari berbagai pihak, karena itu dengan kerendahan hati penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

2. Yati Roesnawi, drgselaku ketua Departemen IKGA di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara

3. Ami Angela Harahap, drg, Sp.KGA., Msc selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, saran dan dukungan yang

sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

serta sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Agustus 2015

Penulis,

Septika Evalina Hutagaol

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengetahuan dan sikap ... 6

2.2 Defenisi dan Klasifikasi Trauma Gigi ... 8

2.3 Avulsi ... 9

2.4.Prevalensi dan Etiologi Avulsi ... 10

(6)

2.6 Pencegahan ... 12

2.7 Media Penyimpanan dan Waktu Replantasi ... 13

2.7.1 Hank’s Balanced Salt Solution ... 13

2.7.2 Susu ... 13

2.7.3 Isotonik Salin ... 14

2.7.4 Saliva ... 15

2.7.5 Air Kelapa (Cocos nucifera) ... 15

2.7.6 Air ... 16

2.8 Prognosis ... 16

2.9 Kerangka Teori ... 17

2.10 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.4 Variabel Penelitian ... 21

3.5 Definisi Operasional ... 22

3.6 Prosedur Penelitian ... 30

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.8 Etika Penelitian ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 34

4.1 Karateristik Responden Orangtua ... 34

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 36

(7)

Avulsi Gigi Permanen Anak ... 39

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 42

4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 43

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi permanen anak ... 43

4.8 Hasil Analisis Pengetahuan dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 44

BAB 5 PEMBAHASAN ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Defenisi Operasional tentang Pengetahuan Orangtua ... 22

2. Defenisi Operasional tentang Sikap Orangtua ... 25

3. Defenisi Operasional tentang Variabel Bebas... 29

4. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

dan Usia ... 33

5. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 34

6. Distribusi Karakteristik Responden menurut Sosioekonomi ... 35

7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan

Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38

8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38

9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan

Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 40

10.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Orangtua Tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41

11.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

(9)

12.Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak ... 42

13.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak ... 43

14.Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak ... 44

15.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Intraoral Rongga Mulut yang Mengalami Avulsi... 10

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik

2. Surat Keterangan Izin penelitian dari Dinas Pendidikan Pemerintahan Kota

Medan

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Swasta Parulian Harjosari Medan

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Negeri Nomor 060812 Medan

5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD St. Antonius Medan

6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Nasrani 1 Medan

7. Lembar Penjelasan kepada Orangtua

8. Lembaran Persetujuan setelah Penjelasan (informed concent)

9. Kuesioner

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Septika Evalina H

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

xi + 56 halaman

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering

terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang

atas, terutama insisivus sentralis dan insisivus lateralis.Salah satu jenis trauma gigi

yang paling sering terjadi adalah avulsi dengan persentase kejadian sebanyak 0,5%-

1,6% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Orangtua sebagai

orang terdekat anak perlu mengetahui penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak sehingga prognosis perawatan gigi anak menjadi lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Amplas dan Medan

Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada orangtua

melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji

Chi-Squarepada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan

bermakna terhadap pengetahuan (p= 0,020) dan faktor sosioekonomi juga memiliki

hubungan yang bermakna dengan pengetahuan (p=0,017) orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas

dan Medan Baru. Faktor pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan

sikap (p= 0,683) dan faktor sosioekonomi juga tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan sikap (p= 0,492) orangtua tentang penanganan darurat trauma

(13)

penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna

dengan sikap (p=0,036) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak tergolong rendah namun orangtua memiliki sikap yang positif

terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan

setempat perlu memperkenalkan trauma gigi terutama avulsi gigi dan penanganannya

melalui media cetak maupun media elektronik sehingga dapat diketahui secara luas

oleh masyarakat.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering

terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi terjadi pada anak usia 8-12 tahun terutama

pada anak laki-laki karena jenis permainan yang dilakukan anak laki-laki lebih sering

menyebabkan trauma dibandingkan dengan permainan anak perempuan.1-3 Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang atas, terutama insisivus sentralis dan

insisivus lateralis.1

Avulsi gigi merupakan lepasnya gigi dari soket alveolar secara utuh akibat

trauma.4-7 Berdasarkan beberapa penelitian prevalensi avulsi yaitu 0,5-1,6% dari kasus truma gigi yang terjadi.7-9 Trauma gigi avulsi akan mempengaruhi gigi, struktur pendukung dan memberikan efek dari segi masalah psikososial dan ekonomi. Avulsi

juga membawa dampak yang buruk terhadap estetika, fungsional dan psikologis

anak.10 Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada anak adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau pada saat berolahraga

seperti olahraga beladiri, sepak bola, bola basket, lomba lari, bermain sepatu roda dan

berenang.11

Kehilangan gigi dapat mengakibatkan efek negatif secara fisik maupun

emosional.3,10 Gigi permanen yang mengalami avulsi dapat diatasi dengan pemakaian prothesa namun akan lebih baik bila gigi tersebut direplantasikan sebagai perawatan.5 Keberhasilan perawatan gigi yang avulsi secara signifikan bergantung pada tindakan

yang tepat dan efisien ketika trauma terjadi.1 Keberhasilan pelaksanaan replantasi sangat dipengaruhi oleh lamanya gigi berada diluar soket alveolar, media

penyimpanan yang fisiologis, dan kondisi ekstraoral sebelum replantasi dan apabila

replantasi tidak dapat dilakukan sesegera mungkin maka gigi avulsi perlu dimasukkan

(15)

Orangtua sebagai orang yang paling dekat dengan anak perlu mengetahui

tindakan perawatan darurat standar yang harus dilakukan dalam keadaan darurat

sehingga keberhasilan perawatan gigi anak menjadi lebih baik.1 Penelitian di Kairo dan India menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan

darurat kasus trauma avulsi masih rendah, baik pada orangtua yang memiliki tingkat

pengetahuan yang rendah maupun yang tinggi.6,13

Berdasarkan penelitian dari berbagai negara maka dapat disimpulkan bahwa

trauma avulsi merupakan permasalahan yang serius.1,4,5 Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi

masih rendah sehingga peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pengetahuan dan sikap orangtua tentang avulsi di kota Medan karena tidak adanya

penelitian yang dilakukan sebelumnya.

1.2Rumusan Masalah Rumusan Umum

a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua

dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

b. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua

dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

c. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

(16)

Rumusan Khusus

a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan

orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

b. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan

orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

c. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua

tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan

Medan Baru dan Medan Amplas?

d. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua

tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan

Medan Baru dan Medan Amplas?

1.3Tujuan Penelitian Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua

dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua

dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

Baru dan Medan Amplas.

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua

tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan

(17)

b. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua

tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan

Medan Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.

c. Untukmengetahui hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.

d. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.

1.4Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap penanganan darurat

kasus avulsi gigi permanen berdasarkan pendidikan orangtua di kecamatan Medan

Baru dan Medan Amplas.

b. Ada hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap penanganan darurat

kasus avulsi gigi permanen berdasarkan sosioekonomi keluarga orangtua di

kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

c. Ada hubungan antara sikap orangtua terhadap penanganan darurat kasus

avulsi gigi permanen berdasarkan pendidikan orangtua di kecamatan Medan Baru dan

Medan Amplas.

d. Ada hubungan antara sikap orangtua terhadap penanganan darurat kasus

avulsi gigi permanen berdasarkan sosioekonomi keluarga di kecamatan Medan Baru

dan Medan Amplas.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat praktis

a. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para penyuluh kesehatan

gigi melakukan penyuluhan mengenai trauma gigi avulsi anak dan meningkatkan

pengetahuan orangtua terhadap kasus darurat trauma gigi avulsi gigi permanen pada

(18)

dapat menggambarkan pengetahuan orangtua terhadap trauma gigi avulsi gigi

permanen pada anak di kota Medan.

b. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk orang tua atau wali

murid agar lebih mengawasi anak-anak saat bermain, mewaspadai aktivitas anak

yang dapat menyebabkan trauma dan juga memotivasi anak agar lebih

memperhatikan pola bermainnya yang lebih aman.

Manfaat Teoritis

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian

selanjutnya, dan juga dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan

penelitian khususnya terhadap anak-anak.

2. Diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak praktisi gigi untuk

memberikan informasi dan saran bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan dan sikap 2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan apabila perilaku didasari

pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku itu akan bersifat

“longlasting”. Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:14 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan

yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

(20)

4. Analisis (analysis)

Analsis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau

mengembangkan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap terdiri atas berbagai

tingkatan, yaitu:14

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek)

b. Merespon (responding)

Subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas adalah indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab pertanyaan,

terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

(21)

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung terhadap segala sesuatu yang

dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek.

2.2 Defenisi dan Klasifikasi Trauma gigi

Trauma gigi didefenisikan sebagai kerusakan yang disebabkan oleh trauma

secara fisik maupun mekanik yang melibatkan jaringan keras, jaringan periodontal

maupun keduanya.15 Salah satu klasifikasi terbaik yang telah diterima secara internasional adalah klasifikasi WHO. Klasifikasi ini dianggap lebih baik karena

memiliki format deskriptif dan didasari oleh pertimbangan klinis dan anatomis. WHO

mengklasifikasikan menjadi 4 garis besar yang meliputi kerusakan pada jaringan

keras gigi dan pulpa; kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa dan tulang alveolar;

kerusakan pada jaringan periodontal; serta kerusakan pada gusi atau jaringan lunak

rongga mulut.16

2.2.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa a. Retaknya mahkota (crown fracture)

b. Fraktur enamel (enamel fracture)

c. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture)

d. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture)

2.2.2 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi, Pulpa, dan Tulang Alveolar a. Komunisi soket alveolar rahang atas

b. Komunisi soket alveolar rahang bawah

c. Fraktur dinding soket alveolar rahang atas

d. Fraktur dinding soket alveolar rahang bawah

(22)

f. Fraktur rahang atas

g. Fraktur rahang bawah

2.2.3 Kerusakan Jaringan Periodontal a. Konkusi

b. Subluksasi

c. Luksasi ekstrusi

d. Luksasi

e. Luksasi intrusi

f. Avulsi (eksartikulasi)

2.2.4 Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut a. Laserasi

b. Kontusio

c. Luka abrasi

2.3 Avulsi

Avulsi merupakan suatu kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat

adanya trauma. Pada gigi permanen perawatan avulsi adalah dengan mereplantasikan

gigi ke dalam soket. Hal yang menjadi perhatian utama sebelum mereplantasikan gigi

avulsi adalah menjaga vitalitas sel ligamen periodontal yang terletak di permukaan

akar gigi. Vitalitas sel ligamen periodontal sangat diperlukan untuk pembentukan

jaringan periodontal yang baru yang akan mendukung gigi sehingga keberhasilan

(23)

Gambar 1. Gambar intraoral gigi yang mengalami avulsi 18

2.4 Prevalensi dan Etiologi Avulsi

Avulsi gigi akibat trauma relatif jarang terjadi dengan persentase kejadian

mulai dari 0,5 % hingga 16% dari seluruh kasus trauma.7,8,18 Avulsi umumnya terjadi pada gigi insisivus sentralis rahang atas dengan persentase gigi insisivus sentralis kiri

48% dan gigi insisivus sentralis kanan 43,1%. Perbandingan kasus trauma gigi avulsi

pada gigi sulung sebesar 7,2% dan pada gigi permanen 16% dari keseluruhan

persentase trauma gigi.18,19 Penelitian di Chennai pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 62,3% dari 77 orang anak pernah mengalami avulsi.6

Etiologi terjadinya trauma avulsi pada umumnya disebabkan oleh kecelakaan

lalu lintas, perkelahian, terjatuh, kecelakaan olahraga, kekerasan pada anak.17,19 Avulsi yang terjadi pada usia anak sekolah seringkali terjadi pada gigi yang masih

belum mengalami maturasi secara sempurna, sehingga kerusakan struktur gigi yang

terjadi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan gigi selanjutnya.

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan Quaranta et.al insidensi terjadinya avulsi

62% disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi di rumah, 17% terjadi pada saat

(24)

2.5 Penanganan darurat

Avulsi dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada gingiva, ligamen

periodontal dan jaringan pulpa.20 Kerusakan ini tidak dapat dicegah namun dapat diminimalisasi dengan cara meminimalisasi nekrosis yang terjadi pada ligamen

periodontal, sementara gigi terlepas dari rongga mulut. Tindakan terbaik yang dapat

dilakukan ketika trauma avulsi terjadi adalah dengan melakukan replantasi segera

setelah cedera terjadi (5 menit).5,20,21 Kondisi gigi yang kering akan menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel-sel periodontal, oleh

karena itu waktu maksimal yang dapat digunakan untuk mengembalikan gigi adalah

sekitar 120 menit (2 jam).1,3,5 Gigi harus segera disimpan dalam suatu media yang sesuai hingga anak bisa di bawa ke dokter gigi apabila dalam jangka waktu tersebut

gigi tidak dapat dikembalikan ke dalam soket. Tingkat keberhasilan replantasi

bergantung pada banyak faktor seperti, status gigi yang avulsi, tahap pertumbuhan

akar, lamanya gigi berada di luar soket, lingkungan media penyimpanan dan waktu

perawatan.20

Menurut dua penelitian di Nigeria dan Singapore, sejumlah orangtua memiliki

tingkat pengetahuan yang rendah terhadap penanganan kasus avulsi.1,22 Hal ini terjadi karena banyaknya orangtua yang tidak pernah menerima informasi mengenai trauma

gigi sehingga pelayan kesehatan, wali anak, guru dan orangtua sebagai orang terdekat

anak harus diberi informasi tentang penanganan darurat yang dapat dilakukan pada

saat kasus avulsi terjadi.1

Hal-hal yang dapat dilakukan pada saat terjadi kasus avulsi , yaitu:15 1.Menenangkan anak.

2.Menghentikan pendarahan dan membersihkan luka yang ada disekitar wajah

anak.

3.Mencari gigi yang hilang dan memegang gigi pada bagian mahkota dengan

tidak menyentuh bagian akar gigi.

4.Gigi yang kotor dicuci sebentar (10 detik) di bawah air mengalir dan

mereplantasikan gigi kembali ke soketnya. Saat gigi sudah berada pada soket, anak

(25)

5. Gigi di tempatkan di dalam segelas susu atau media penyimpanan lain yang

sesuai dan anak dibawa ke klinik terdekat jika hal ini tidak memungkinkan, atau

karena ada alasan lain untuk gigi tidak dapat direplantasikan (anak dalam keadaaan

tidak sadar). Gigi juga dapat di simpan di dalam mulut, di bawah lidah atau di

vestibulum jika anak dalam keadaan sadar.

6. Penggunaan Hanks balanced storage medium (HBSS atau saline) sebagai

media penyimpanan jika memungkinkan.

2.6 Pencegahan

Trauma gigi avulsi tidak mungkin dapat dicegah secara sempurna, kondisi ini

karena pada masa anak-anak terjadi peningkatan aktivitas fisik dan memiliki

koordinasi motorik yang masih dalam perkembangan.23 Kegiatan anak khususnya olahraga sering mengakibatkan trauma pada gigi. Anak yang melakukan olahraga

cenderung meningkatkan risiko trauma pada giginya, akan tetapi pencegahan trauma

gigi dapat dilakukan dengan menggunakan mouthguard pada saat olahraga.24 Sejak tahun 1962, di Amerika telah diwajibkan untuk memakai mouthguard pada saat

olahraga seperti sepak bola.25 Mouthguard terdiri atas beberapa jenis, yaitu stock mouthguard, mouth formed guard, bimaxillary mouthguard dan custom-made

mouthguard. Mouthguard biasanya dibuat di praktik dokter gigi dengan melakukan

pencetakan maksila pasien atau juga dapat di beli di toko olahraga. Mouthguard yang

dibeli dapat disesuaikan dengan cara melelehkan mouthguard dalam bentuk bahan

yang lunak dan kemudian digigitkan untuk membentuk cetakan gigi maksila yang

lebih sesuai.26

Helm dan tali pengaman pada kendaraan juga dapat mengurangi resiko

terjadinya trauma gigi. Penggunaan helm pada saat bersepeda dapat mengurangi

kejadian trauma hingga lebih dari 60%.5 Strategi promosi kesehatan juga perlu ditingkatkan untuk membantu orang tua dalam pengenalan kesehatan gigi dan mulut

anak mereka dan memberi kepekaan terhadap kebutuhan akan pelayanan kesehatan

(26)

2.7 Media Penyimpanan dan waktu replantasi

Perhatian utama pada perawatan awal gigi avulsi adalah untuk

mempertahankan vitalitas jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar.17 Gigi memiliki lapisan pelindung yang mengelilingi bagian akar yaitu ligamen periodontal

yang berfungsi mengikatkan gigi pada tulang alveolar. Ligamen periodontal sangat

mudah kering dan mati sehingga perlu dilakukan penanganan secepatnya agar gigi

tetap vital. Vitalitas sel sel ligamen periodontal dan sementum sangat penting untuk

kesuksesan replantasi dalam jangka waktu yang panjang.6 Semakin lama gigi yang avulsi berada di luar soket, maka prognosis gigi akan semakin buruk.28

2.7.1 Hank’s Balanced Salt Solution(HBBS)

Hank’s Balanced Salt Solution (HBBS) merupakan larutan saline standar yang biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan

berbagai jenis sel. Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpan yang

terbaik untuk gigi yang avulsi adalah media kultur seperti HBSS karena dapat

menjaga sel sel periodontal tetap hidup selama 24 jam di bandingkan saliva dan susu.

HBSS dapat di peroleh di apotik,toko toko obat, atau farmasi, biasanya

tersedia dengan nama dagang yang disebut “Save-a-tooth”. Larutan ini tidak membutuhkan pendinginan dan tersedia dalam sebuah wadah steril.17

(27)

2.7.2 Susu

Penelitian menunjukkan bahwa susu merupakan suatu media yang optimal

untuk menyimpan gigi avulsi. Hal ini di dukung oleh suatu penelitian terhadap

transport organ dan sel yang disimpan di dalam susu dengan temperatur 39°F.17 Keuntungan lain yaitu susu mudah di dapat dan dapat berfungsi sebagai antiseptik

dan tekanan osmolitasnya dapat mempertahankan vitalitas sel ligamen periodontal di

bandingkan saliva, saline dan air.29

Susu mempunyai kemampuan mendukung kapasitas klonogenik sel sel

ligamen periodontal pada temperatur ruang sampai 60 menit. Susu dapat

meningkatkan viabilitas dan perbaikan penyembuhan sel pada temperatur yang lebih

rendah. Hal ini di dukung oleh penelitian fisiologi sel yang menunjukkan efek

perlindungan terhadap sel sel ligamen periodontal di permukaan akar gigi pada media

penyimpanan dengan temperature rendah.29 Kapasitas klonogenik dapat di pertahankan terus pada tingkat yang sama selama penambahan waktu 45 menit

dengan cara menjaga suhu tetap dingin yaitu dengan memasukkan gigi tersebut ke

dalam lemari pendingin. Hal ini didukung oleh penelitian Bazmi et.al yang

mengatakan bahwa susu akan melindungi sel-sel ligamen periodontal selama dua

jam.29

2.7.3 Isotonik Saline

Isotonik saline dapat mempertahankan vitalitas membran periodontal karena

memiliki tekanan osmolalitas yang seimbang sehingga tidak menyebabkan sel

menjadi menggelembung, namun hanya dapat efektif kurang dari dua jam, setelah itu

ligamen periodontal akan hancur. Hal ini disebabkan karena kebutuhan glukosa untuk

mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi.28 Penggunaan larutan saline sebagai media peyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi harus disimpan

lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk

(28)

2.7.4 Saliva

Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu

yang sama dengan suhu kamar. Saliva juga di anggap sebagai media penyimpanan

gigi yang potensial untuk menyimpan gigi sebelum replantasi. Beberapa penelitian

mendukung penggunaan saliva sebagai media penyimpanan sampai 30 menit pertama

dari waktu terjadinya trauma. Penyimpanan gigi avulsi pada saliva lebih dari 30 menit

dapat menimbulkan masalah karena saliva secara alamiah mengandung

mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat pada akar gigi. Infeksi dapat

menyebabkan kematian sel sel ligamen periodontal.29

2.7.5 Air Kelapa (Cocos nucifera)

Air kelapa (Cocos nucifera) pada umumnya di kenal sebagai “Tree of Life”

adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan di kemas kedap udara di

dalam buah kelapa. Menurut penelitian Aan dkk (2009) air kelapa memiliki

efektifitas yang menyerupai HBSS dalam menjaga viabilitas sel. Komposisi elektrolit

dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma

ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara lain kalium,

kalsium, dan magnesium sedangkan natrium, klorida dan fosfat ditemukan dalam

jumlah konsentrasi yang lebih rendah.17,29

Air kelapa merupakan cairan hipotonik di bandingkan plasma dan memiliki

gravitasi spesifik sekitar 1,020 sebanding dengan plasma darah. Air kelapa memiliki

osmolaritas yang tinggi karena adanya kandungan gula di dalamnya, terutama

glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino esensial seperti lisin, sistin,

fenilalanin, histidin, dan trypthopan. Air kelapa juga unggul dalam melakukan

pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel sel ligamen periodontal karena adanya

(29)

2.7.6 Air

Air dapat diterima sebagai media penyimpanan sampai 15 menit apabila tidak

ada pilihan lain. Kerusakan sel oleh karena imbibisi tidak dapat di hindarkan tapi

dapat dikurangi dengan memasukkan gigi ke dalam media penyimpanan, yaitu air.

Penelitian Hwang et.al menunjukkan bahwa sangat sedikit sel-sel ligamen

periodontal yang dapat bertahan hidup dalam air pada temperatur ruangan maupun

temperatur dingin. Air hampir sama sekali tidak dapat menjaga vitalitas gigi. Air akan

memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan ligamen periodontal karena air

merupakan larutan hipotonik dan air memiliki insiden tinggi terjadi terkontaminasi

bakteri.28

2.8 Prognosis

Penanganan avulsi pada gigi permanen adalah dengan melakukan replantasi

segera setelah trauma terjadi dan menstabilisasi gigi sesuai dengan lokasi

giginya.6,13,19 Hal ini dilakukan untuk mengoptimalisasi penyembuhan ligamen periodontal dan suplai neurovaskular. Prognosis gigi avulsi bergantung pada tahap

perkembangan akar dan lamanya gigi berada di luar soket alveolar (extraoral dry

time).17 Vitalitas ligamen periodontal dan sementum sangat penting dalam keberhasilan replantasi. Media penyimpanan yang tersedia juga harus dapat

mempertahankan vitalitas sel ketika gigi berada di luar soket alveolar. Semakin lama

gigi berada di luar soket alveolar, semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan

ligamen periodontal untuk dapat bertahan hidup. Hal ini terjadi karena ligament

(30)

2.9Kerangka Teori

Trauma Dental

Klasifikasi

Avulsi

Pengetahuan dan

prilaku orang terdekat

Penanganan Darurat

Perawatan

Lanjutan

Prognosis

Etiologi

Predisposisi Prevalensi

Waktu

Media

Tempat

Guru

Orangtua/

Penjaga

(31)

2.10Kerangka Konsep

Orang tua:

 Pendidikan

 Sosioekonom i

Pengetahuan orangtua

terhadap penanganan

trauma avulsi

Orang tua:

 Pendidikan

 Sosioekonom i

Sikap orangtua terhadap

penanganan trauma

avulsi

Sikap orangtua terhadap

penanganan trauma

avulsi Pengetahuan orangtua

terhadap penanganan

(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik

dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada beberapa sekolah di masing-masing kecamatan

yaitu kecamatan Medan Amplas dan kecamatan Medan Baru.

Proposal penelitian dilakukan diawal Oktober 2014. Waktu penelitian

dilakukan mulai minggu kedua Maret 2015 sampai minggu ketiga Maret 2015.

Pengolahan dan analisis data satu minggu, yaitu minggu keempat Maret 2015.

Penyusunan dan pembuatan laporan penelitian 4 minggu, yaitu pada minggu pertama

Juli 2015.

3.3Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh orangtua di Kota Medan.

b. Sampel

Sampel di penelitian ini adalah orangtua di Kecamatan Medan Amplas dan

Medan Baru yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara random. Metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proporstionate stratified

random sampling, yang terlebih dahulu memilih secara random satu kecamatan

lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam dari 21 kecamatan sekotamadya

Medan. Selanjutnya dilakukan random lagi untuk mendapatkan beberapa sekolah

dari masing-masing kecamatan lingkar luar dan lingkar dalam. Pengambilan sampel

dari beberapa sekolah tersebut dilakukan dengan cara simple random sampling

(33)

c. Besar sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini,

peneliti melakukan analisis hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen yaitu uji hipotesis untuk proporsi tunggal pada satu sampel.

n = {Z1-α/2√ + Z1-β√ )}2

(Pa-Po)2

n = {1,96√ + 1,282√ )}2 (0,482-0,582)2

n = 258,2

Dimana :

n : jumlah atau besar sampel minimal

Z1-α/2 : nilai baku distribusi normal pada α tertentu (α = 5%)

Z1-β : nilai baku distribusi normal pada β atau kekuatan uji (β = 10%)

Po : perkiraan proporsi di populasi pada penelitian sebelumnya = 58,2%

(Khrisnan R et.al, 2014)

Pa : proporsi yang diharapkan atau perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan

proporsi di populasi = 48,2%

Dari rumus tersebut, jumlah sampel minimum adalah 258,2 atau 259 orang,

maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini setelah ditambahkan 10%

adalah 284 orang untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop-out. Jumlah subjek

penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing-masing sekolah yang dipilih

(34)

Kriteria inklusi dan eksklusi sampel :

Kriteria inklusi

1. Orangtua yang berdomisili di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

2. Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen berusia 7-9 tahun.

3. Orangtua yang bersedia menjadi subjek penelitian.

4. Orangtua yang sehat baik jasmani dan rohani.

Kritertia eksklusi

a. Orangtua yang tidak mengembalikan kuisioner.

b. Orangtua yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap.

3.4Variabel penelitian

Variabel Bebas dalam penelitian:

a. Jenis Kelamin

b. Usia

c. Pendidikan

d. Sosioekonomi

Variabel Terikat :

a. Pengetahuan

(35)

3.5 Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi

(36)

Pendidikan Pendidikan formal

(37)

b. Penghasilan: Perbandingan total

pendapatan orangtua perbulan dalam satuan rupiah dibagi jumlah anggota keluarga dengan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan yaitu:

- Perekonomian rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita)

- Perekonomian tidak rendah

≥ Rp 1.500.000

(perkapita)

(38)

Tabel 2. Definisi Operasional Kuesioner Pengetahuan Orangtua

No Variabel Definisi

Operasional

Hasil Ukur (Nilai Bobot)

Skala Ukur

1 Informasi mengenai cedera gigi dan mulut mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

Sumber

(39)

sambil

(40)
(41)

membawa/ gigi anak yang terlepas

Pemahaman

(42)

Tabel 3. Definisi Operasional Kuesioner Sikap Orangtua

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur (Nilai Bobot) 5. Sangat tidak setuju

(0) 5.Sangat tidak setuju

(0) segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0) 5.Sangat tidak setuju

(4) cedera gigi dan mulut terjadi

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0)

(43)

Cara membawa 5.Sangat tidak setuju(4)

Ordinal 5.Sangat tidak setuju

(0)

darurat cedera gigi dan mulut

Respon orangtua tentang penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut

1.Sangat setuju (4)

Penilaian pengetahuan dan sikap, yaitu :

1. Penilaian pengetahuan. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban

pengetahuan yang benar dibagi dengan jumlah benar seluruh soal. Jawaban untuk

kuesioner pengetahuan yang benar diberikan bobot (1) dan jawaban yang salah

diberikan bobot (0)

Kriteria penilaian pengetahuan orangtua menurut kriteria Arikunto, 2006 :

a. Baik : bila mampu menjawab dengan benar 76% -100% (skor 7-9)

b. Cukup : bila mampu menjawab dengan benar 56% -75% (skor 5-6)

c. Kurang : bila mampu menjawab dengan benar 40% -55% (skor 0-4)

2. Penilaian sikap. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban sikap dibagi

dengan jumlah soal. Jawaban untuk kuesioner sikap dinilai berdasarkan skala Likert.

Contoh pernyataan terdiri dari : pernyataan benar atau positif (+) maka respon

(44)

setuju (1) dan sangat tidak setuju (0) sedangkan pernyataan salah atau negative (-)

maka respon memiliki bobot jawaban respon sangat setuju (0), setuju (1), ragu (2),

tidak setuju (3) dan sangat tidak setuju (4)

Kriteria penilaian sikap orangtua menurut kategori Setiawan, 2010:

a. Sangat Baik : (76% -100%) (skor 6-8)

b. Baik : (51% -75%) (skor 5)

c. Tidak baik : (26% -50%) (skor 3-4)

d. Sangat tidak baik : (0 - 25 %) (skor 1-2)

3.6 Prosedur Penelitian

Setelah mendapat surat persetujuan Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran

USU, pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi

sekolah yang dipilih di setiap kecamatan yaitu Kecamatan Medan Amplas dan

Kecamatan Medan Baru. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah secara

angket dengan dilakukan penyebaran kuesioner kepada orangtua melalui murid

sekolah kemudian pengisian dilakukan oleh responden. Kuisoner penelitian telah

dilakukan validasi sebanyak sekali sebelum disebarkan kepada responden.

Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian. Lokasi

tersebut dipilih secara random dan sesuai dengan kriteria sampel yang telah

ditentukan di Kecamatan Medan Amplas dan Kecamatan Medan Baru.

2. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik

Penelitian Bidang Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian

dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin dan jadwal untuk dapat

dilakukan penelitian kepada pihak sekolah.

3. Setelah mendapatkan surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan,

peneliti mendatangi setiap lokasi penelitian untuk meminta persetujuan penelitian

(45)

4. Peneliti memberikan informed consent beserta kuisioner kepada calon subjek

yaitu orangtua murid melalui murid-murid sekolah di Kecamatan Medan Amplas dan

Kecamatan Medan Baru.

5. Pihak sekolah diminta untuk mengembalikan kuisioner sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan oleh peneliti.

6. Kuesioner yang telah selesai dikumpul, selanjutnya diolah dan dianalisa oleh

peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi. Pengolahan data

dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

a. Editing (Penyuntingan data): untuk mengetahui dan memeriksa apakah data

yang terkumpul sudah diteliti semua atau belum.

b. Coding (Membuat lembaran kode): mengklasifikasikan jawaban dengan

memberi kode pada masing-masing jawaban.

c. Data entry (Memasukkan data): mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Saving : Proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis.

e. Tabulasi: proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah

dengan bantuan komputer.

f. Cleaning: kegiatan pengetikan kembali data yang sudah di entry untuk

mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program Microsoft excel dalam

bentuk tabel agar perhitungan lebih mudah dilakukan. Penghitungan dan analisa data

dilakukan secara komputerisasi, yaitu melakukan penghitungan dengan hasil berupa

(46)

3.7.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan melakukan uji hipotesa yang dilakukan dengan

mengumpulkan data univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang

dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang diolah secara

deskriptif adalah data univariat, dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian dan

dihitung dalam bentuk persentase. Data bivariat adalah analisis korelasi antara dua

variabel yang berupa hasil pengukuran. Analisis bivariat adalah untuk menganalisis

korelasi antara variable dependen dan independen. Data yang terkumpul dianalisa

dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2). Perhitungan statistik apabila nilai

P < 0,05 maka H0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila

nilai P > 0,05 maka H0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kedua variabel.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut :

1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian

layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Peneliti mengajukan

surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian kepada

ketua tim kelayakan etik di Fakultas Kedokteran USU.

2. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara suka rela kepada responden penelitian untuk

berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang

setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian untuk

(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden Orangtua

Responden pada penelitian ini terdiri dari 284 orang, berasal dari 2 kecamatan

yaitu Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Amplas. Setiap kecamatan

terdiri dari 142 responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan terakhir dan sosioekonomi. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh

responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 152 orang (53,5%) dan

jenis kelamin laki-laki 132 orang (46,5%). Berdasarkan usia paling banyak hingga

paling sedikit adalah usia 35-44 tahun (62,3%), usia 45-54 tahun (26,8), usia 25-34

tahun (7,7%), dan usia 55-64 tahun (3,2%) (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia

No Karakteristik n (%)

1 Jenis Kelamin:

Laki-laki

Perempuan

132 (46,5)

152 (53,5)

2 Usia:

25-34 tahun

35-44 tahun

45-54 tahun

55-64 tahun

22 (7,7)

177 (62,3)

76 (26,8)

9 (3,2)

(48)

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa

tingkat pendidikan yang paling banyak adalah perguruan tinggi dengan jumlah 179

orang (63,1%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD paling sedikit

yaitu 14 orang (4,9). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dikategorikan

pendidikan rendah sebanyak 35 orang (12,3%), pendidikan sedang 70 orang (24,6%)

dan pendidikan tinggi 179 orang (63,1%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No Pendidikan n (%)

1 Rendah

SD

SMP

14 (4,9)

21 (7,4)

2 Sedang

SMA 70 (24,6)

3 Tinggi

Perguruan Tinggi/Kuliah 179 (63,1)

Jumlah 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis

pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta/pedagang dengan jumlah 91 orang (32%)

dan jenis pekerjaan paling sedikit yaitu petani dengan jumlah 1 orang (0,4%).

Responden dapat dikategorikan bekerja sebanyak 228 orang (80,3%) sedangkan

responden yang tidak bekerja sebanyak 56 orang (19,7%). Berdasarkan total

pendapatan keluarga tiap bulan, responden dengan perekonomian rendah sebanyak

122 orang (43%) dan perekonomian tidak rendah sebanyak 162 orang (57%). Faktor

sosioekonomi responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan

penghasilan sehingga diperoleh responden dengan sosioekonomi baik sebanyak 105

orang (37%), sosioekonomi sedang sebanyak 137 orang (48,2%) dan sosioekonomi

(49)

Tabel 6. Distribusi karakteristik responden menurut sosioekonomi

No Karakteristik n (%)

1 Pekerjaan Bekerja:

PNS

Pegawai Swasta

Petani

Buruh

Wiraswasta/ Pedagang

Jumlah

61 (21,5)

63 (22,2)

1 (0,4)

12 (4,2)

91 (32)

228 (80,3)

Tidak Bekerja 56 (19,7)

Jumlah 284 (100)

2 Pendapatan Rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita) 122 (43)

Tidak rendah

≥ Rp 1.500.000 (perkapita) 162 (57)

Jumlah 284 (100)

3 Sosioekonomi Baik 105 (37,0)

Sedang 137 (48,2)

Kurang 42 (14,8)

Jumlah 284 (100)

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan

berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka

mengenai pengalaman pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut dan sumber

(50)

(53,2%) yang pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dengan

sumber informasi paling banyak diperoleh dari dokter gigi yaitu 133 orang (46,8%).

Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang

penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Persentase pengetahuan

responden yang menjawab dengan benar mengenai mengenai tindakan pertama saat

cedera gigi dan mulut terjadi adalah 43,3% dan yang menjawab dengan benar

mengenai jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus yang diberikan adalah

28,2%. Pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan pertama yang dilakukan terhadap

gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 4,2% dan

waktu terbaik melakukan perawatan gigi dan mulut pada cedera gigi permanen avulsi

dijawab dengan benar sebnyak 63,4%. Pertanyaan pengetahuan mengenai perlakuan

sebelum melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak 30,6% dan cara membawa gigi yang mengalami avulsi dijawab

dengan benar sebanyak 5,3%. Pertanyaan pengetahuan mengenai media

penyimpanan gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 5,6% dan

waktu ekstra-alveolar gigi yang avulsi dijawab dengan benar sebanyak 20,1%.

Pertanyaan pengetahuan orangtua mengenai tempat yang tepat untuk mendapatkan

(51)

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Pengetahuan n(%)

Benar Salah

1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut

terjadi

123 (43,3) 161(56,7)

2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi

kasus pada kuesioner

80(28,2) 204(71,8)

3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 12 (4,2) 272 (95,8)

4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan

mulut setelah terjadi avulsi

180 (63,4) 104 (36,6)

5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada

gigi avulsi

87 (30,6) 197 (69,4)

6. Cara membawa gigi yang mengalami avulsi 15 (5,3) 269 (94,7)

7. Media penyimpanan gigi avulsi 16 ( 5,6) 268 (94,4)

8 Waktu ekstra-alveolar gigi avulsi 57 (20,1) 227 (79,9)

9 Tempat mendapatkan perawatan lanjutan 265 (93,3) 19 (6,7)

Berdasarkan pertanyaan tersebut diatas, maka diperoleh tingkat pengetahuan

orangtua dari 284 responden yang dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan baik

sebanyak 4 orang (1,4%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (10,2%) dan

tingkat pengetahuan kurang sebanyak 251 orang (88,4%).

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

No Tingkat Pengetahuan n (%)

1 Baik 4 (1,4)

2 Cukup 29 (10,2)

3 Kurang 251 (88,4)

(52)

4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian sikap berisikan pernyataan orangtua

mengenai sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen

anak yang terdiri atas 8 pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

responden yang menyatakan sangat setuju jika setiap orangtua harus mengetahui

tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 175 orang (61,6%).

Responden yang menyatakan setuju mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi

cedera gigi dan mulut sebanyak 103 orang (36,3%). Responden yang

menyatakansetuju bahwa waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera

setelah cedera terjadi sebanyak 92 orang (32,4%). Responden yang menyatakan

setuju membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat

sampai bersih sebanyak 114 orang (40,1%). Responden yang menyatakan setuju

membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan

mulut terjadi sebanyak 121 orang (42,6%). Responden yang menyatakansetuju

membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi

terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula sebanyak 136 orang (47,9%).

Responden yang menyatakantidak setuju menyimpan gigi yang terlepas ke dalam

kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi sebanyak 129 orang (45,5%).

Responden yang menyatakan setuju untuk bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut

tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 148 orang (52,1%)

(53)

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Sikap

n(%)

SS S RR TS STS

1. Setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

175

(61,6)

100(35,2) 3 (1,1) 4 (1,4) 2 (0,7)

2. Mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut.

57(20) 103(36,3) 49(17,3) 67(23,6) 8(2,8)

3. Waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi. segera setelah cedera

100(35,2) 121(42,6) 29(10,2) 26(9,2) 8(2,8)

6. Membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula. penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

(54)

Berdasarkan pernyataan tersebut maka sikap orangtua dapat dikategorikan

menjadi beberapa kelompok. Orangtua dengan kategori sikap baik sebanyak 228

orang (80,3) dan kategori kurang baik sebanyak 56 orang (19,7%) (Tabel 10).

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap orangtua

No. Sikap n(%)

1. Sangat baik 15 (5,2%)

2. Baik 213 (75%)

3. Tidak baik 55(19,4%)

4. Sangat tidak baik 1 (0,4)

Jumlah 284 (100)

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi

Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,020 menunjukkan

ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang

(55)

Tabel 11. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Tingkat

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi

Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,017. Hasil tersebut

menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara sosioekonomi dengan pengetahuan

orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05)

(Tabel 12).

Tabel 12. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

(56)

4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada

derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan tingkat

pendidikan dengan sikap orangtua berada pada p=0,683. Hasil tersebut menunjukkan

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 13).

Tabel 13. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Tingkat

Pendidikan

Sikap

n(%) Total P

Baik Tidak baik

Rendah 29 (10,2) 6 (2,1) 35 (12,3)

0,683 Tinggi 199 (70,1) 50 (17,6 ) 249 (87,7)

Total 228 (80,3) 56 (19,7) 284 (100)

*p<0,05= signifikan

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada

derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan sosioekonomi

dengan sikap orangtua berada pada p=0,492. Hasil tersebut menunjukkan tidak

terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang

(57)

Tabel 14. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Sosioekonomi

4.8 Hasil Analisis Statistik Pengetahuan Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan

darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat

kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan pengetahuan dengan

sikap orangtua berada pada p=0,036. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi

gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 15).

Tabel 15. Distribusi hasil analisis statistik pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

(58)

BAB 5 PEMBAHASAN

Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan

berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka

mengenai pengalaman pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut dan sumber

informasi. Hasil penelitian menunjukkan 53,2% responden pernah menerima

informasi mengenai cedera gigi dan mulut dan yang belum pernah menerima

informasi sebanyak 46,8%. Hasil yang berbeda didapati oleh Sanu yaitu 91,1%

orangtua di Nigeria belum pernah mendapatkan informasi mengenai cedera gigi dan

mulut.22 Mohandas et.al juga menemukan bahwa sebanyak 96% orangtua di Kairo belum pernah menerima informasi mengenai hal tersebut.30 Perbedaan temuan ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar responden di Kecamatan Medan

Baru dan Medan Amplas tempat dilakukannya penelitian sudah pernah memperoleh

informasi mengenai cedera gigi dan mulut dari tim pelayanan kesehatan masyarakat

setempat. Adapun sumber informasi paling banyak diperoleh adalah dari dokter gigi

sebanyak 46,8%.

Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang

penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Sebanyak 43,3%

responden menjawab dengan benar mengenai mengenai tindakan pertama saat cedera

gigi dan mulut terjadi. Sae Lim et.al menemukan 63% orangtua mampu menjawab

dengan benar mengenai tindakan pertama yang harus dilakukan pada saat cedera gigi

dan mulut terjadi, yaitu dengan menenangkan anak, menghentikan perdarahan dengan

menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis.31 Hal ini memerlukan perhatian lebih lanjut dari pelayanan kesehatan mengenai tindakan yang harus

dilakukan oleh orangtua bila terjadi trauma avulsi dengan cara penyuluhan baik

secara langsung atau pun tidak langsung.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28,2% responden dapat menjawab

Gambar

Gambar 1. Gambar intraoral gigi yang mengalami avulsi  18
Gambar 3. Media Penyimpanan Save A Tooth5
Tabel 2. Definisi Operasional Kuesioner Pengetahuan Orangtua
Tabel 3. Definisi Operasional Kuesioner Sikap Orangtua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

Fern xylem offers many distinctive features: (1) presence of numerous vessels and various numbers of tracheids in most species; (2) presence of vessels in both roots and rhizomes

Demikian pernyataan ini saya buat, apabila di kemudian hari saya tidak memenuhi hal tersebut diatas, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan dari Dinas Pendidikan

The main ontogenetical features of Rondeletia odorata pollen are (1) the very thin irregular foot layer, (2) development of a continuous layer of radially oriented membranous

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang di lengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA

• Produk Inersia untuk suatu area terhadap sepasang sumbu dalam bidang sama dengan produk inersia terhadap sumbu yang sejajar sumbu berat ditambah hasil kali

oleh Biro Outline Skripsi Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya. Biro