• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang Relevan

Dalam dokumen ABDUL MUIZ NIM: 19.0221.007 (Halaman 34-80)

Penelitian yang relevan dengan penelitian, di antaranya sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan Ihdal Umam Al-Azka yang berjudul: Fenomena Cerai Gugat: Kajian Terhadap Alasan Pengajuan dan Sikap Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara Di Pengadilan Agama Yogyakarta. Penelitian ini menemukan bahwa pertama kecenderungan alasan cerai gugat yang diajukan di PA Yogyakarta adalah alasan yang sangan rumit dan sudah tidak dapat didamaikan kembali, baik dari pihak kedua keluarga maupun dari Majelis Hakim di PA Yogyakarta karena sebaian besar alasan tersebut berasal dari kedua belah pihak yang berperkara. Selain itu, sebagian besar kasus cerai gugat yang diajukan merupakan pasangan suami isteri yang sudah jatuh talaknya oleh suami, sebelum kasus ini diajukan ke PA. Kedua, Berdasarkan kecenderungan alasan pengajuan dan sikap hukum hakim dalam memutuskan perkara cerai gugat, secara sosiologis dapat dipahami bahwa hakim Pengadilan Agama Yogyakarta sudah berpendidikan tinggi yakni minimal magister, dan secara yuridis sudah memenuhi ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UndangUndang no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 39 dan KHI Pasal 116 huruf (d).17

17Ihdal Umam Al-Azka, “Fenomena Cerai Gugat: Kajian Terhadap Alasan Pengajuan Dan Sikap Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara Di Pengadilan Agama Yogyakarta”. Tesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017, h. viii.

14

Penelitian Ihdal Umam Al-Azka di atas, secara subtansial mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu cerai gugat, akan tetapi peneliti lebih fokus pada problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.

Penelitian yang dilakukan Mulia yang berjudul: Analisis Hukum Perceraian Karena Gugatan Istri Dengan Alasan Perselisihan Dan Pertengkaran Sehingga Tidak Dapat Hidup Rukun Dalam Berumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Putusan Nomor: 128/Pdt.g/2015/PA.Ppg.). Kesimpulan dari analisis pada Putusan Nomor:

128/Pdt.g/2015/PA.Ppg adalah perceraian karena perselisihan dan pertengkaran antara suami istri, hal ini dikarenakan perbuatan dan tingkah laku tergugat tidak mencerminkan sebagai kepala rumah tangga yang baik, untuk melakukan perceraian harus disertai dengan cukup alasan, dalam putusan ini dasar pertimbangan Hakim mengabulkan permohonan perceraian adalah ketidakrukunan dalam rumah tangga yang terjadi didalam rumah tangga pihak penggugat dan tergugat sesuai dengan ketentuan didalam pasal 39 Undang-Undang No.1 Tahun 1974dan pasal 19 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 dan dapat dibuktikan di persidangan. Pada prinsipnya perceraian adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan apabila kedua belah pihak tidak sepakat untuk berdamai atau tidak saling memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.18

18Mulia., “Analisis Hukum Perceraian Karena Gugatan Istri Dengan Alasan Perselisihan Dan Pertengkaran Sehingga Tidak Dapat Hidup Rukun Dalam Berumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Putusan Nomor:

128/Pdt.g/2015/PA.Ppg.)”, Tesis, Universitas Sumatra Utara. 2019, h. vii.

Penelitian Mulia di atas, secara subtansial mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu cerai gugat, akan tetapi peneliti lebih fokus pada problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.

Penelitian yang dilakukan Winda Annisa, yang berjudul: Pembayaran Nafkah Anak Sebagai Akibat Putusnya Perkawinan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kota Pekanbaru. Dalam pelaksanaan putusan pengadilan, ada beberapa hambatan yang menyebabkan putusan tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, diantara mantan istri yang memegang hak asuh anak memiliki pengetahuan yang tidak luas mengenai langkah apa yang seharusnya dapat diambil ketika mantan suaminya tidak membayarkan nafkah anak tersebut. Hambatan lain ialah, putusnya komunikasi anatra mantan suami dengan mantan istri dikarenakan mantan suami sudah pindah rumah dan sulit dihubungi. Adapun solusi yang diberikan oleh Pengadilan Agama, ialah melakukan eksekusi pembayaran nafkah anak, namun selama tahun 2017 dan tahun 2018 belum ada yang pernah mendaftarkan permohonan eksekusi pembayaran nafkah anak dikarenakan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang dibutuhkan juga tidak sebentar, sedangkan setiap harinya anak-anak tersebut membutuhkan biaya hidup, sehingga banyak sekali mantan istri pemegang hadhanah ini tidak dapat melakukan upaya apapun demi mendapatkan hak-hak anaknya padahal anak adalah bagian dari generasi penerus bangsa.19

19Winda Annisa, “Pembayaran Nafkah Anak Sebagai Akibat Putusnya Perkawinan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kota Pekanbaru” Tesis, Universitas Andalas Padang, 2020, h. vi.

Penelitian Winda Annisa di atas, secara subtansial mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu perceraian, yaitu terkait dengan pembayaran nafkah anak akibat putusnya perkawinan, akan tetapi peneliti lebih fokus pada problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.

Beberapa hasil penelitian yang sudah dikemukakan di atas, terdapat referensi buku yang relevan dan dapat mendukung penelitian peneliti buku karangan Sudirman L, dkk, Perdamaian Perkara Perceraian Perspektif Undang-undang dan Maqashid al-Syariah. Yang diterbitkan di IAIN Parepare: Nusantara Press, tahun 2020. Buku ini banyak mengambarkan secara sistematis tentang perdamaian perkara perceraian perspektif Undang-undang dan Maqashid al-Syariah.20

Selanjutnya Zaitun Subhan, dalam bukunya Membina Keluarga Sakinah di terbitkan Lkis di Yogyakarta tahun 2014. Dalam buku ini banyak menjelaskan tentang keluarga dan permasalahannya dan bagaimana membina keluarga sakinah.21 Kemudian Buku Quraish Shihab dalam bukunya Menabur Pesan Islami yang diterbitkan di Jakarta: Lentera Hati tahun 2015. Buku ini banyak menggambarkan tentang keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dalam perspektif Al-Qur‟an dan Hadist.22

20Sudirman L, Perdamaian Perkara Perceraian, Perspektif UU dan Maqashid al-Syariah (Parepare: IAIN Nusantara Press, 2020), h. 2

21Zaitun Subhan, Membina Keluarga Sakinah (Yogyakarta: Lkis, 2014), h.6

22M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Islami (Jakarta: Lentera Hati, 2015), h. 141

Selanjutnya jurnal Rusdaya Basri yang berjudul: Nikah dalam Al-Quran, yang diterbitkan Diktum: Jurnal Syari‟ah dan Hukum oleh IAIN Parepare. Fokus pembahasan dalam jurnal ini adalah konsep dan tujuan pernikahan serta penjelasan mengenai perempuan-perempuan yang bisa dan haram dinikahi menurut al-Qur‟an.23

B. Analisis Teoritik Subjek 1. Teori Perdamaian

Perdalmalialn dallalm hukum alcalral perdaltal dikenall dengaln istilalh dalding merupalkaln sualtu persetujualn altalu perjalnjialn yalng disetujui oleh kedual belalh yalng bersengketal untuk mengalkhiri perselisihaln sualtu perkalral yalng sedalng diselesalikaln oleh pengaldilaln.24 Palsall 1851 Kitalb Undalng-Undalng Hukum Perdaltal (KUHPerdaltal) menyaltalkaln perdalmalialn aldallalh sualtu perjalnjialn dengaln malnal kedual belalh pihalk, dengaln menyeralhkaln altalu menalhaln sualtu balralng, mengalkhiri sualtu perkalral yalng sedalng bergalntung altalupun mencegalh timbulnyal sualtu perkalral. Dallalm hukum Islalm, perdalmalialn dikenall dengaln istilalh islalh yalitu memperbaliki, mendalmalikaln, altalu menghilalngkaln sengketal. Islalh iallalh berusalhal menciptalkaln perdalmalialn, membalwal kehalrmonisaln, mengalnjurkaln oralng untuk berdalmali dallalm menyelesalikaln persengketalaln di alntalral merekal dengaln menghalsilkaln keputusaln yalng tidalk merugikaln balgi kedualnyal.25

23Rusdaya Basri, “Nikah dalam Islam”, Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: h. 234.

24Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 183

25Masburiyah dan Hasan. Bakhtiar, “Upaya Islah dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Kota Jambi”. Jurnal Media Akademika, Vol. 26 No. 11, 2011. h. 4.

Upalyal perdalmalialn merupalkaln upalyal yalng ditempuh untuk menyelesalikaln sengketal di alntalral palral pihalk dengaln balntualn pihalk ketigal. Upalyal tersebut dalpalt dilalkukaln balik di dallalm malupun di lualr pengaldilaln. Dallalm hall perdalmalialn dilalkukaln di lualr pengaldilaln, malkal pihalk ketigal dalpalt beralsall dalri kelualrgal, seperti dallalm sengketal rumalh talnggal alntalral sualmi daln istri.

Perdalmalialn diupalyalkaln oleh pihalk ketigal altalu halkalm yalng beralsall dalri kelualrgal malsing-malsing pihalk, balik sualmi malupun istri. Sebalgalimalnal dallalm All-Qur‟aln Suralt Aln-Nisal‟ alyalt 35, balhwal alpalbilal terjaldinyal perselisihaln alntalral sualmi daln istri malkal kirimkaln seoralng halkalm dalri kelualrgal sualmi daln kelualrgal istri. Hall ini kalrenal pihalk ketigal tersebut alkaln lebih mengetalhui kealdalaln kelualrgal sualmi istri secalral mendallalm daln mendekalti kebenalraln.26

Perdalmalialn yalng telalh diupalyalkaln oleh pihalk kelualrgal altalu halkalm tidalk selalmalnyal berhalsil, sehinggal sallalh saltu pihalk balik sualmi altalu istri kemudialn mengaljukaln gugaltalnnyal ke pengaldilaln. Dallalm kealdalaln demikialn, malkal perdalmalialn alkaln diupalyalkaln kemballi oleh pihalk ketigal, yalitu halkim.

Perdalmalialn tersebut alkaln diupalyalkaln oleh halkim paldal setialp persidalngaln dengaln memberikaln alnjuraln, nalsihalt, penjelalsaln, daln balntualn sepalnjalng dimintalkaln oleh kedual belalh pihalk. Hall ini kalrenal halsil alkhir perdalmalialn beralsall dalri kesepalkaltaln yalng dikehendalki oleh palral pihalk.27

Berdalsalrkaln paldal Palsall 131 Alyalt 1 Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR), upalyal mendalmalikaln bersifalt imperaltif. Balhwal halkim waljib berupalyal

26Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 185-186.

27 M Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 65

untuk mendalmalikaln palral pihalk yalng berperkalral, daln alpalbilal tidalk dilalksalnalkaln malkal memiliki konsekuensi putusaln alkaln baltall demi hukum.28

Hall ini jugal berlalku dallalm perkalral perceralialn, dimalnal upalyal perdalmalialn bersifalt imperaltif waljib dilalkukaln halkim secalral efektif daln optimall dallalm setialp persidalngaln, terutalmal dallalm perkalral perceralialn dengaln allalsaln perselisihaln daln pertengkalraln. Halkim sedalpalt mungkin menemukaln hall-hall yalng melaltalrbelalkalngi persengketalaln daln falktorfalktor penyebalb dalri permalsallalhaln di alntalral palral pihalk. Alpalbilal dallalm pemeriksalaln perkalral perceralialn altals allalsaln perselisihaln daln pertengkalraln halkim justru tidalk mengusalhalkaln secalral optimall, malkal pemeriksalaln daln putusaln dalpalt saljal baltall demi hukum altalu dalpalt dibaltallkaln kalrenal dialnggalp tidalk terpenuhi taltal tertib beralcalral. Nalmun kewaljibaln mendalmalikaln alkaln berbedal jikal dallalm perkalral perceralialn dengaln allalsaln lalin, seperti allalsaln zinal, calcalt baldaln, altalu jiwalyalng beralkibalt tidalk dalpalt dilalksalnalkalnnyal kewaljibaln. Upalyal mendalmalikaln tidalk dalpalt dituntut secalral optimall kalrenal upalyal tersebut dilalkukaln halkim halnyal sebalgali kewaljibaln morall saljal bukaln kewaljibaln hukum.29

Pelalksalnalaln upalyal perdalmalialn dallalm perkalral perceralialn dialtur dallalm paldal Palsall 39 Alyalt (1) UU No. 1 Talhun 1974 jo. Palsall 31 Peralturaln Pemerintalh Nomor 9 Talhun 1975 tentalng Pelalksalnalaln Undalng-Undalng Nomor 1 Talhun 1974 (selalnjutnyal disebut PP No. 9 Talhun 1975) jo. Palsall 65 daln Palsall 82 Undalng-Undalng Nomor 7 Talhun 1989 tentalng Peraldilaln Algalmal (selalnjutnyal

28M Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata..., h.239

29Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 67

disebut UU No.7 Talhun 1989) jo. Palsall 115 Instruksi Presiden Nomor 1 Talhun 1991 tentalng Kompilalsi Hukum Islalm (selalnjutnyal disebut KHI). Palsall 39 Alyalt (1) UU No.1 Talhun 1974 jo. Palsall 65 UU No. 7 Talhun 1989 jo. Palsall 115 KHI menyaltalkaln balhwal sualtu perceralialn halnyal dalpalt dilalkukaln di depaln sidalng pengaldilaln setelalh pengaldilaln yalng bersalngkutaln berusalhal daln tidalk berhalsil mendalmalikaln kedual belalh pihalk. Selalnjutnyal Palsall 31 PP No. 9 Talhun 1975 jo.

Palsall 82 UU No. 7 Talhun 1989 menyaltalkaln balhwal halkim yalng memeriksal gugaltaln perceralialn berusalhal mendalmalikaln kedual belalh pihalk daln selalmal perkalral belum diputuskaln, usalhal mendalmalikaln dalpalt dilalkukaln paldal setialp sidalng pemeriksalaln.

Berdalsalrkaln palsall-palsall tersebut, malkal halkim memiliki kewaljibaln untuk mendalmalikaln palral pihalk yalng berperkalral sebelum dijaltuhkalnnyal putusaln.

Upalyal mendalmalikaln tersebut dalpalt dilalkukaln paldalsetialp sidalng pemeriksalaln.

Alpalbilal upalyal tersebut telalh diusalhalkaln secalral optimall nalmun tidalk berhalsil, malkal balrulalh halkim dalpalt menjaltuhkaln putusaln perceralialn.30

Upalyal halkim untuk mendalmalikaln palral pihalk yalng berperkalral alkaln terus berlalngsung paldal setialp persidalngaln, termalsuk jugal paldal persidalngaln teralkhir dengaln algendal penjaltuhaln putusaln. Paldal persidalngaln teralkhir, maljelis halkim alkaln tetalp mencobal untuk mendalmalikaln palral pihalk sekalli lalgi. Alpalbilal palral pihalk tetalp bersikerals tidalk ingin berdalmali, malkal balrulalh halkim menjaltuhkaln putusaln perceralialn. Untuk itu, baltalsaln upalyal perdalmalialn tidalk dalpalt ditentukaln

30Efi Sofiah, PeradilanAgama di Indonesia. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h.

123.

halnyal dallalm beralpal kalli persidalngaln saljal, melalinkaln tetalp dilalkukaln salmpali sebelum penjaltuhaln putusaln.

Tujualn dalri upalyal perdalmalialn dallalm perkalral perceralialn iallalh untuk mempengalruhi palral pihalk yalng semulal ingin bercerali dalpalt berpikir kemballi daln memutuskaln untuk mencalbut gugaltaln yalng telalh dialjukaln ke Pengaldilaln sehinggal tidalk terjaldi perceralialn. Kemudialn, upalyal perdalmalialn jugal dilalkukaln dallalm ralngkal untuk mereallisalsikaln tujualn ideall perkalwinaln berdalsalrkaln UU No.1 Talhun 1974 yalitu untuk membentuk kelualrgal yalng balhalgial daln kekall berdalsalrkaln Ketuhalnaln Yalng Malhal Esal. Selalin itu, sebalgali wujud dalri terciptalnyal prinsip mempersulit perceralialn sebalgalimalnal yalng termualt dallalm penjelalsaln umum alngkal 4 huruf e UU No. 1 Talhun 1974, yalitu: kalrenal tujualn perkalwinaln aldallalh untuk membentuk kelualrgal yalng balhalgial kekall daln sejalhteral, malkal undalng-undalng ini mengalnut prinsip untuk mempersukalr terjaldinyal perceralialn.31

Untuk memungkinkaln perceralialn, halrus aldal allalsaln-allalsaln tertentu sertal halrus dilalkukaln di depaln sidalng pengaldilaln. Paldal dalsalrnyal, upalyal perdalmalialn halrus dilalkukaln halkim dengaln semalksimall mungkin gunal untuk meminimallisir altalu menguralngi alngkal perceralialn. Nalmun falktal yalng terjaldi, upalyal perdalmalialn sering tidalk tercalpali di alntalral palral pihalk, sehinggal halkim tetalp menjaltuhkaln putusaln perceralialn. Alkibaltnyal, putusaln perceralialn pun terus meningkalt setialp talhun. Aldalpun putusaln yalng keralp dijaltuhkaln oleh halkim kalrenal tidalk tercalpalinyal perdalmalialn aldallalh putusaln verstek.

31Ummul Khaira dan Azhari Yahya, “Pelaksanaan Upaya Perdamaian Dalam Perkara Perceraian” Jurnal Penelitian Hukum, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: h. 319

2. Teori Konflik

Konflik merupalkaln sualtu proses sosiall dimalnal individu altalu kelompok berusalhal untuk memenuhi tujualnnyal untuk menentalng individu altalu kelompok lalin. Dallalm sualtu kelualrgal dimalnal sualtu interalksi alntalral alnggotal kelualrgal tidalk terlallu ralpalt kemungkinaln alkaln terjaldi konflik. Tidalk dalpalt dipungkiri balhwal dallalm sualtu kelualrgal beraldal dallalm kondisi staltis altalu dallalm kondisi seimbalng, nalmun jugal kaldalng mengallalmi kegoncalngaln didallalmnyal. Teori konflik sebalgialn berkembalng sebalgali realksi terhaldalp fungsionallisme structurall daln alkibalt dalri berbalgali kritik.32

Tokoh utalmal teori konflik aldallalh Rallp Dalhrendorf mengaltalkaln balhwal konflik menurutnyal memimpin kealralh perubalhaln pembalngunaln yalng ditalndali dengaln pertentalngaln yalng terus menerus dialntalral unsur-unsurnyal. Kallalu menurut teori fungsionallisme strukturall setialp elemen altalu setialp institusi memberikaln dukungaln terhaldalp stalbilitals, malkal teori konflik melihalt balhwal setialp elemen memberikaln sumbalngaln terhaldalp disintegralsi sosiall.33

Polal pencegalhaln terjaldinyal perceralialn daln mengaltalsi malsallalh perkalwinaln dallalm sistem kelualrgal, Goode mengemukalkaln aldal beberalpal polal pencegalhaln terjaldinyal perceralialn:

a. Polal pertalmal aldallalh dengaln calral merendalhkaln altalu menekaln keinginalnkeinginaln individu tentalng alpal yalng bisal dihalralpkaln dalri sebualh perkalwinaln

32George Ritzer, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2008), h.153

33 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), h. 26

b. Polal kedual aldallalh dengaln calral menalnalmkaln nilali yalng tidalk mementingkaln hubungaln kekeralbaltaln dalripaldal hubungaln sualmi-istri dallalm perkalwinaln.Bialsalnyal paldal sistem kelualrgal yalng demikialn, alnalk lalki-lalki terutalmal memegalng peralnaln salngalt penting. Diallalh yalng mengendallikaln kehidupaln kelualrgal luals.

c. Polal ketigal aldallalh dengaln calral tidalk mengalnggalp penting sebualh perselisihaln.

d. Polal keempalt aldallalh mengaljalrkaln alnalk-alnalk daln palral remaljal untuk mempunyali halralpaln yalng salmal terhaldalp sebualh perkalwinaln.34

Sebalb-sebalb perceralialn menurut George Levinger terdalpalt beberalpal keluhaln yalng sering dialjukaln, yalitu:

1) Kalrenal palsalngalnnyal sering mengalbalikaln kewaljibaln terhaldalp rumalh talnggal daln alnalk, seperti jalralng pulalng ke rumalh, tidalk aldalnyal kedekaltaln emosionall dengaln alnalk daln palsalngaln..

2) Malsallalh keualngaln (tidalk cukupnyal penghalsilaln yalng diterimal untuk menghidupi kelualrgal daln kebutuhaln rumalh talnggal)

3) Aldalnyal penyiksalaln fisik terhaldalp palsalngaln.

4) Palsalngalnnyal sering berterialk daln mengelualrkaln kaltal-kaltal kalsalr sertal menyalkitkaln

5) Tidalk setial, seperti puntal kekalsih lalin daln sering berzinal dengaln oralng lalin

6) Sering malbuk

34Darmawati H, “Perceraian dalam Perspektif Sosiologi”, Jurnal Sulesana, Vol. 11 No 1 Tahun 2017, h. 70

7) Aldalnyal keterlibaltaln/calmpur talngaln daln tekalnaln sosiall dalri pihalk keralbalt palsalngalnnyal

8) Sering munculnyal kecurigalaln, kecemburualn sertal ketidalkpercalyalaln dalri palsalngalnnyal

9) Berkuralngnyal peralsalaln cintal sehinggal jalralng berkomunikalsi, kuralngnyal perhaltialn daln kebersalmalaln dialntalral palsalngaln.

10) Aldalnyal tuntutaln yalng dialnggalp terlallu berlebihaln sehinggal palsalngalnnyal menjaldi tidalk salbalr.35

3. Teori Malslalhalh

Menurut balhalsal, kaltal malslalhalh beralsall dalri balhalsal Alralb daln telalh dibalkukaln ke dallalm balhalsal Indonesial menjaldi kaltal malslalhalh, yalng beralrti mendaltalngkaln kebalikaln altalu yalng membalwal kemalnfalaltaln altalu menolalk kerusalkaln. Sedalngkaln menurut balhalsal alslinyal, kaltal malslalhalh mursallalh beralsall dalri kaltal salluhal, yalsluhu, sallalhaln; alrtinyal balik, tidalk rusalk, tidalk binalsal, salleh paltut, bermalnfalalt.36

Pengertialn malslalhalh dallalm balhalsal Alralb beralrti perbualtaln-perbualtaln yalng mendorong kepaldal kebalikaln malnusial. Dallalm alrtinyal yalng umum aldallalh setialp segallal sesualtu yalng bermalnfalalt balgi malnusial, balik dallalm alrti menalrik altalu menghalsilkaln seperti menghalsilkaln keuntungaln altalu kesenalngaln; altalu dallalm alrti menolalk altalu menghindalrkaln seperti menolalk kemaldhalraltaln altalu kerusalkaln. Jaldi setialp yalng mengalndung malnfalalt paltut disebut malslalhalh.

35Willian J. Goode, Sosiologi Keluarga (Bandung: Bumi Aksara, 2009), h. 62

36Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010), h. 219.

Dalam dokumen ABDUL MUIZ NIM: 19.0221.007 (Halaman 34-80)

Dokumen terkait